Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 70510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvin Bramantyo
"ABSTRAK
Bank Mandiri dikenal sebagai bank dengan asset terbesar di Indonesia. Di tengah usaha Indonesia untuk bangkit kembali setelah mengalami krisis ekonorni sejak tahun 1998, Bank Mandiri yang merupakan gabungan dari 4 bank pemerintah bemiat untuk melakukan penawaran saham perdana
kepada publik. Hal tersebut terkait dengan program restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. PadahaL pasar modal Indonesia belum menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum krisis tahun 1997. Namun investor justru dapat memiliki keyakinan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menanamkan investasinya di pasar modal, apalagi didukung oleh kecenderungan membaiknya indikator perekonomian Indonesia. Menimbang semua ini, sangat menarik untuk mengevaluasi prospek saham Bank Mandiri di masa depan.
Untuk mengambil keputusan investasi terutama jangka panjang, investor harus melakukan analisis fundamental perusahaan. Pendekatan yang digunakan biasanya top-down approach. Pendekatan ini dimulai dengan melakukan analisis ekonomi makro dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian dan perubahannya, dilanjutkan dengan menganalisis industry perbankan dengan memperhatikan struktur industri pada saat ini serta prospeknya di masa depan. Dan yang terakhir melakukan analisis terhadap Bank Mandiri dengan melihat strategi yang diterapkan dan kinerja keuangan, serta menilai kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan di masa depan dengan menggunakan metode dividend discount model (DDM), fee cash flow to equity model (FCFE) dan relative valuation.
Analisis ekonomi makro menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam proses pemulihan ekonomi, namun tetap dibayangi oleh ketidakpastian politik dan lingkungan global. Analisis industri menunjukkan bahwa kondisi industri perbankan mulai membaik walaupun fungsi intermediasinya belum pulih seperti semula. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan indikator-indikator utama seperti kecukupan Capital Adequacy Ratio (CAR), membaiknya kualitas kredit, profitabilitas, serta penip.gkatan penghimpunan dan penyaluran dana. Analisis strategis perusahaan menunjukkan bahwa Bank Mandiri memiliki potensi yang baik untuk bertumbuh di sektor retail selain mempertahankan sektor korporasi. Kinerja Bank Mandiri juga cenderung semakin membaik walau kualitas aktiva produktifnya masih kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh nilai intrinsik saham Bank Mandiri sebesar Rp 1.368 (DDM) dan Rp 1.324 (FCFE). Berarti harga perdana saham Bank Mandiri sebesar Rp 675 telah dinilai rendah (undervalued). Hasil tersebut didukung oleh nilai price earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) saat IPO yang Iebih rendah dari rata-rata industri dan fundarnentalnya
Disarankan bagi investor untuk membeli saham Bank Mandiri karena berpotensi untuk mengalami kenaikan di masa depan. Sedangkan bagi Bank Mandiri, pertama, disarankan untuk menjaga komitmen pertumbuhan kineijanya dan meningkatkan good corporate governance. Kedua, perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan saham kepemilikan publik agar lebih likuid dan memberikan sentimen positif kepada investor. Ketiga, agar lebih terbuka dan hati-hati dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelian asset-asset yang berisiko tinggi agar tidak merugikan nasabah maupun investor, dan perbaikan kualitas aktiva produktif dapat lebih cepat terlaksana.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nia Maulida Febrianty
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S24242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Priyatno Hendroyuwono
"Krisis ekonomi yang telah dialami perbankan Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah salu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar. Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter), yaitu melihat kekuatan-kekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang, Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai wajar atau intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaian free cashflow to equiry dan P/E multiple.
Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan Negara atau BUMN yang telah melakukan go public tanggal 14 Juli 2003. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan dan selama tahun 2004. Perusahaan yang dipilih PT. Bank Mandiri (Persero).
Analisis fundamental yang terdiri dari analisis terhadap ekonomi makro, diketahui kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan masih terus berlangsungnya. Proses pemulihan ekonomi, dengan terjadinya peningkatan aktifitas ekonomi meskipun masih terus dibayangi oleh tekanan inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Dan krisis industri, diketahui kondisi industri perbankan mulai menunjukkan perbaikan walaupun kondisinya secara umum masih belum pulih. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan penghimpunan dana, profitabilitas, membaiknya kualitas kredit serta peningkatan jumlah bank yang telah memenuhi ketentuan minimum Capital Adequacy Ratio (CAR). Disamping itu, fungsi intermediasi bank yang sempat terganggu selama berlangsungnya krisis telah menunjukkan pemulihan, yang tercermin dari adanya ekspansi kredit walaupun masih dalam skala kecil.
Bank Mandiri terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabahnya, disamping terus menciptakan keunggulan baru dibanding pesaingnya. Bahkan Bank Mandiri sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi era baru dalam bisnis perbankan yaitu telepon banking dan internet banking yang didukung dengan penggunaan teknologi canggih. Kecanggihan teknologi inilah yang membedakan Bank Mandiri dalam pelayanan menjadi lebih maju dari bank lain di Indonesia. Strategi Bank Mandiri mempertahankan dan meningkatkan bisnis corporate banking, meningkatkan pangsa pasar untuk nasabah komersial dan consumer, memperkuat pengelolaan risiko, meningkatkan penggunaan teknologi dan meningkatkan kinerja keuangan.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model dan P/E multipie, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.1.618 per saham dan Rp.1.996,62, yang dapat dijadikan penimbangan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau Overvaluead. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat mempertimbangkan memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Ramadhani
"Adanya akuisisi ataupun merger oleh bank asing dapat mempengaruhi kinerja dari bank tersebut, bank asing dinilai memiliki kinerja yang lebih baik sehingga kredit yang disalurkan lebih tinggi. Selain itu bank asing juga dianggap memiliki backup dari parent bank. Namun bank asing dinilai lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi host country, sehingga kredit yang diberikan kurang stabil dibandingkan dengan bank lokal.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh adanya kepemilikan asing pada perbankan terhadap penyaluran kredit bank di Indonesia. Jenis bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum konvensional yaitu bank asing, bank campuran, bank persero, BUSN devisa, BUSN nondevisa, dan BPD.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang diberikan oleh bank per tahun sebagai variabel independen, struktur kepemilikan yang terdiri dari asing dan lokal sebagai variabel independen, karakteristik bank, suku bunga kredit rata-rata, dan BI rate sebagai variabel kontrol. Data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dari laporan keuangan tahunan masingmasing bank, website Bank Indonesia, dan website Badan Pusat Statistik.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel data analysis menggunakan model pooled least square dengan cross section weight. Hasil yang dapat disimpulkan dari peneliitan ini adalah bahwa kredit yang disalurkan oleh bank asing lebih tinggi dibandingkan dengan lokal, tetapi tidak ada perbedaan perilaku antara bank asing yang melakukan greenfield dengan yang melakukan takeover. Selain itu, faktor lain yaitu karakteristik bank dan kondisi ekonomi juga mempengaruhi ketersediaan kredit bank.

Many researches show that foreign ownership of banks influence their performance, thus it give impact to their supply of credit. Foreign banks tends to have better performance than local banks, as a result, they tend to have higher credit supply than local banks. In addition, foreign subsidiary banks in host country also have backup from their parent banks in home country. However, many researchers believe that foreign banks are sensitive to the economic condition of host country; therefore, foreign bank credit supply is less stable than local bank.
The aim of this research is to gain a banking profile, whether the foreign ownership of banks have an impact to their credit supply or not. This research studies about conventional banks in Indonesia which are Bank Asing, Bank Campuran, Bank Persero, BUSN Devisa, BUSN Nondevisa, and BPD.
Variables that use in this research are amount of credit as a dependent variable, ownership structure which is foreign bank and local bank as an independent variable, and bank characteristic, lending rate, and BI rate as control variables. The data are taken from bank financial annual report, Bank Indonesia website, and BPS website.
The research use panel data analysis as an estimation method in pooled least square model with cross section weight. The analysis result shows that foreign ownership bank give higher credit supply than local bank, but there isnt any difference in attitude between greenfield bank and takeover bank. Furthermore, beside the ownership structure, bank characteristic and economic condition in host country which is Indonesia, affect the foreign bank supply of credit.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyawan Darmanto
"Masa-masa keemasan perbankan yang dimulai tahun 1988 menjadi kenangan yang manis ketika tanpa dinyana - nyana 10 tahun kemudian terjadilah krisis yang meluluhlantakkan Perbankan Indonesia. Tindakan pemerintah untuk membekuoperasikan 16 bank pada bulan November 1997 tanpa adanya jaminan atas simpanan, membuat kepercayaan masyarakat jatuh pada titik nadir. Kebijakan tersebut dilakukan tanpa persiapan yang memadai untuk menghindari rush atau bank run. Penurunan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tersebut terlihat dari fenomena flight to quality dan flight to safety dari penabung yang memindahkan dananya ke instrumen/bank yang lebih aman baik itu di dalam maupun luar negeri. Tidak adanya lembaga deposit insurance membuat turunnya kepercayaan ini bertambah parah.
Krisis yang terus berlanjut membuat kredit macet perbankan menggunung. Diiringi oleh nilai tukar rupiah yang anjlok drastis, maka modal bank menjadi negatif. Pemerintah telah memilih Program Rekapitalisasi Perbankan yang menjadi keputusan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia awbagai salah satu solusinya.
Program rekapitalisasi yang memakan biaya ratusan triliun (lDR 430,4 triliun) ternyata membawa rombongan masalah berikutnya yaitu dampak finansial yang sangat mengkhawatirkan. Kalau tidak dikatakan pemerintah telah terjebak dalam solusi bermasalah ini. Sampai saat ini belum ada solusi yang pasti mengenai masalah tersebut. Pemerintah perlu memeras otak agar tidak terjadi default (gagal bayar) atas pokok dan bunga Obligasi Rekapitulisasi yang jatuh tempo. Kemungkinan default perlu dihindari karena akan berdampak buruk terhadap perekonomian nasional. Country Risk Indonesia akan makin buruk dan akan dijauhi oleh para Kreditur.
Di lain pihak Bank A sebagai salah satu bank rekap tidak tinggal diam berpartisipasi dalam pengelolaan eksposure Obligasi Rekapitalisasinya (OR). Dengan perencanaan yang matang pada saat merger didukung oleh strategi yang jitu, Tujuh puluh persen OR yang dimiliki telah berkurang 70% hingga 31 Desember 2002. Begitu pula eksposure OR telah berhasil diturunkan dari 76% menjadi 33% dibandingkan Total Aset.
Pengelolaan tersebut berupa pembayaran kewajiban kepada BPPN dengan menggunakan OR, pembayaran kewajiban kepada Pihak ke-3 dengan menggunakan OR, penjualan ke pasar guna menutup rasio likuiditas dan Posisi Devisa Netto, meningkatkan hasil im estasi (enhanced yield), dan penerbitan reksadana yang dapat dijadikan ajang pemerataan pendapatan rakyat.
Tentu saja Bank A tidak bisa berjalan sendirian. Bank-bank lain pun perlu dilibatkan. Oleh karenanya dibutuhkan platform bersama yang benar-benar disepakati oleh masing-masing pihak yang berwenang dalam merah birunya raport perekonomian negara ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Khoirotunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan negara, baik melalui pemerintah pusat, pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik Negara BUMN , serta pengaruh dari akuisisi saham pengendali oleh investor asing terhadap perilaku pengambilan risiko bank-bank umum di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode balanced panel dengan data tahunan dari 104 bank umummulai dari 2003 hingga 2015.
Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan negara memiliki berpengaruh positif terhadap risiko pasar modal bank, risiko kecukupan modal bank dan risiko kredit dan berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas bank. Jika dilihat dari ketiga tipe bank milik negara, empat bank BUMN terbesar memiliki risiko kredit tertinggi. Sedangkan Bank Pembangunan Daerah BPD dan bank saham gabungan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko pasar modal bank dan risiko kecukupan modal bank.
Akuisisi investor asing berpengaruh positif terhadap risiko pasar modal bank dan risiko likuiditas serta berpengaruh negatif terhadap risiko kecukupan modal bank dan risiko kredit.

This study aims to examine the effect of state ownership, either through central and local government or through State Owned Enterprises SOE and the effect of foreign acquisition on commercial bank risk taking behavior in Indonesia. This study uses balanced panel data methodology, using annual data of 104 commercial banks from 2003 until 2015.
The results of the study show that state ownership has positive effect on capital market risk, capital risk, and credit risk. It has negative effect on bank rsquo s liquidity risk. From three types of state owned banks, the four biggest state owned banks have the highest credit risk. City Rural banks and joint stocl banks have positive effect on capital market risk and bank rsquo s capital risk.
This study also finds that foreign acquisition has positive effect on capital market risk and liquidity risk. Foreign acquisition has negative effect on bank rsquo s capital risk and credit risk.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viny Pricilia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh non interest income terhadap kinerja sektor perbankan di negara-negara ASEAN 5 dengan proksi Return of Assets (ROA) dan juga Return of Equity (ROE). Teknik estimasi penelitian menggunakan fixed effect model. Dengan menggunakan sampel 68 bank listed di bursa-bursa negara anggota ASEAN 5, yaitu Bursa Efek Indonesia (IDX), Bursa Malaysia (KLSE), Singapore Exchange (SGX), Stock Exchange of Thailand (SET), dan Philippine Stock Exchange (PSE) pada periode 2008-2012, penulis menemukan bahwa kenaikan pada non interest income memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja sektor perbankan. Hal ini dikarenakan bank yang lebih fokus dengan non interest income justru membuat competitive performance dalam persaingan pasar kredit antar banknya melemah.

This research aims to examine how an increase in non interest income affects a bank’s performance which is reflected in its Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE). Using 68 banks listed in ASEAN 5 countries’ stock exchanges which are Bursa Efek Indonesia (IDX), Bursa Malaysia (KLSE), Singapore Exchange (SGX), Stock Exchange of Thailand (SET), and Philippine Stock Exchange (PSE) for 2008-2012 as samples, it was discovered that an increase in non interest income negatively affects bank performance. Bank with a higher non interest income tends to be too focused in increasing its non interest income. Therefore, its competitive performance in credit market competition, which is its main source of revenues, weakens.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayatri Widi Paramitha
"Setiap perusahaan yang akan mengembangkan usahanya selalu membutuhkan modal sebagai sumber pembiayaan perusahaannya. apabila perusahaan tersebut memilih menerbitkan saham baru dan menawarkannya pada public maka media yang digunakan adalah pasar modal. Tidak setiap perusahaan memiliki kesempatan dan kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan pasar modal. Ada seperangkat Criteria yuridis dan beberapa persyaratan-persyaratan khusus terlebih dahulu yang harus dipenuhi suatu perusahaan untuk memperoleh legalitas memanfaatkan pasar modal. Karenanya agar memperoleh legitimasi sebagai perusahaan terbuka, suatu perusahaan yang akan melakukan proses go public haruslah memenuhi ketentuan dalam statusnya sebagai perusahaan terbuka. Perusahaan yang telah mempergunakan mekanisme pasar modal untuk memperoleh dana masyarakat, dan telah melakukan penawaran sahann perdana (Initial Public Offering) maka perusahaan tersebut akan menjadi perusahaan public. Harga penawaran efek pada pasar perdana ditetapkan bersama antara emiten dan penjamin pelaksana emisi, sedangkan pembentukan harga efek di bursa didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran yang berlaku. Dalam masa penawaran dapat terjadi kelebihan atau kekurangan permintaan dari jumlah saham yang ditawarkan. Hal ini akan mempengaruhi harga saham. Untuk menjaga stabilisasi harga maka penjamin emisi diperbolehkan untuk melakukan praktik-praktik stabilisasi harga saham nwlalui Opsi Green Shoe. Opsi ini yang menjadi tema yang akan dibahas dalam penelitian ini. Akan dibahas mengenai apa sebenarnya Green Shoe itu dan Cara kerjanya di pasar sekunder."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T16275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmina Dewi Lestari
"ABSTRAK

Servicescape merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap niat konsumen untuk mengunjungi bank. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh servicescape terhadap pleasure-feeling konsumen, pengaruh pleasure-feeling terhadap revisit intention, pengaruh servicescape terhadap perceived service quality, pengaruh perceived service quality terhadap revisit intention, dan pengaruh perceived service quality terhadap pleasure-feeling. Data dalam penelitian ini berasal dari data primer melalui penyebaran kuesioner menggunakan sampel sebanyak 171 responden dan kuesioner menggunakan skala Likert 1-7. Hasil penelitian ini menunjukkan servicescape berpengaruh signifikan terhadap pleasure-feeling, pleasure-feeling berpengaruh signifikan terhadap revisit intention. Servicescape berpengaruh signifikan terhadap perceived service quality. Perceived service quality tidak berpengaruh terhadap revisit Intention. Untuk berpengaruh signifikan terhadap revisit intention, servicescape harus dimediasi oleh pleasure-feeling dan perceived service quality. Perceived service quality berpengaruh signifikan terhadap pleasure-feeling. Penelitian di dalam jurnal terdahulu meneliti hubungan di antara variabel tersebut dan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan di antara variabel tersebut. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel moderasi, namun hasil penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan hasil penelitian ini.


ABSTRACT

Servicescape is one aspect which influences of consumer’s intention to visit the bank. The purpose of this study is to analyze the influence of servicescape to consumer’s pleasure-feeling, influence of pleasure-feeling to revisit intention, influence of servicescape to perceived service quality, influence of perceived service quality to revisit intention, and influence of perceived service quality to pleasure-feeling. Data in this study has been generated from primary source through the questionnaire which has been distributed to 171 respondent and the questionnaire has been using Likert Scale 1-7. The results show that servicescape influences pleasure-feeling significantly, pleasure-feeling influences revisit intention significantly. Servicescape influences perceived service quality significantly. Perceived service quality does not influence revisit intention. To be able influences revisit intention significantly, servicescape should be mediated significantly by pleasure-feeling and perceived service quality. Perceived service quality influences pleasure-feeling significantly. Previous journal study has examined the relationship between these variables and expressed significant relationship between them. Previous study have been using moderated variable, but the results of previous study have no differences with the current study.

"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Paramita
"Untuk mengetahui apakah suatu portofolio investasi sudah optimal atau belum, maka dilakukan analisis, salah satunya dengan teori portfolio optimal Markowitz.
Mori potfolio optimal Markowitz ini adalah suatu teori portofolio modern yang digunakan untuk menganalisis pembentukan suatu kombinasi proporsi dari beberapa instrumen investasi sehingga dapat membentuk kombinasi portofolio yang optimal.
Dari hasil perhitungan aplikasi teori portfolio optimal Markowitz yang dibantu dengan program lindo, dengan menggunakan data selama periode Januari 2005 sampai dengan periode Juni 2005, maka diperoleh proporsi dari instrumen investasi SBI, deposito, reksadana, saham dan obligasi.
Hasi] perhitungan, kombinasi portofolio yang optimal terdiri dari 35% pada SB1. 0% pada deposito berjangka 1, 3, 6 bulan, 15% pada reksadana, 20% pada saham dan 30% pada obligasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T 17448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>