Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhardiono
"PT. Hanjaya Mandala Sampoema, Tbk adalah satu dari sekian banyak perusahaan rokok di Indonesia. Mencatatkan dirinya di Bursa Efek Jakarta pada 15 Agustus 1990, perseroan mendapatkan animo yang baik dari pelaku pasar. Hingga saat ini saham perseroan dimasukkan ke dalam LQ 45 atau saham-saham unggulan BEJ.
Sebagai salah satu saham unggulan, apakah harga pada saat ini sudah mencerminkan fundamental perusahaan. Untuk itulah penelitian ini dilaksanakan, dengan tujuan mengetahui apakah harga saham saat ini sudah sesuai dengan nilai intrinsik dari perusahaan. Argumen tersebut akan dianalisa dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) dan Abnormal Earning (AE). Sehingga diakhir penelitian akan diuji kembali metode manakah yang paling mencerminkan kondisi pasar sesungguhnya, yaitu dengan standard error of the estimation.
Kedua metode, baik FCFE maupun AE, dimulai derigan membuat beberapa asumsi yang kemudian digunakan dalam pembuatan forecasting atau biasa disebut dengan pro forma. Asumsi-asumsi yang dibuat didasarkan pada analisis kondisi makro ekonomi Indonesia dan analisis perusahaan. Dalam analisis perusahaan dilakukan analisis lingkungan usaha, pengukuran kinerja keuangan serta keunggulan bersaing perseroan. Pembuatan pro forma ini dimulai dengan mengestimasikan nilai penjualan, kemudian barulah melakukan estimasi-estimasi dengan didasari oleh asumsi yang telah dilakukan sebelumnya serta trend historis laporan keuangan. Dengan estimasi nilai penjualan akan meningkat menjadi 14% pada tahun 2008 dari sebelumnya 8 % pada tahun 2002.
Dengan mengestimasikan bahwa ditahun-tahun yang akan datang inflasi, serta kenaikan harga bahan baku maka beban pokok penjualan akan meningkat menjadi 71 %. Ketatnya persaingan dan adanya kenaikan kembali Upah Minimum Regional (UMR) maka rerata beban usaha akan menjadi 6 %. Neraca diestimasikan akan tetap menggunakan prosentase akun aset terhadap total aset, sedangkan akun kewajiban dan ekuitas terhadap total kewajiban dan ekuitas. Total aset sendiri akan terkait dengan perubahan pada nilai penjualan bersih.
Setelah melakukan proforma tersebut, maka dilakukan valuasi nilai perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan. Metode FCFE memberikan hasil undervalued sebesar Rp 3,268.32 hal yang sama teijadi pada penutupan bursa saham hari Jum'at tanggal 13 September 2003 dimana nilai saham HMSP undervalued sebesar Rp 2,158.32. Dilain pihak, metode AE menunjukkan bahwa saham HMSP memiliki nilai overvalued sebesar Rp 2,46.68 per Desember 2002, dan pada penutupan hari Jum'at 13 September 2003 overvalued sebesar Rp 2,296.68.
Hasil yang didapat adalah harga saham PT. Hanjaya Mandala Sampoema, Tbk adalah overvalued terhadap rerata tertimbang harga saham per penutupan bursa pada Desember 2002. Hal ini didapat setelah melakukan uji standard error of the estimation, yaitu mencari metode mana yang memiliki akurasi yang paling baik. Uji ini menunjukkan bahwa metode abnormal earning memiliki nilai error yang lebih kecil dari metode free cash flow to the firm dengan selisih 72.83 (24,782.70- 24,709.24). Karena hasil uji menunjukkan bahwa saat ini harga saham HMSP telah overvalued, maka disarankan bagi investor untuk mengambil posisi sell."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wim Andrian
"PT Apexindo Pratama Duta Tbk. merupakan salah satu anak perusahaan PT Medco Energi Intemasional Tbk. yang bergerak di bidang penyediaan jasa pemboran minyak, gas dan panas bumi baik di darat maupun lepas pantai. Sejak pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 10 Juli 2002, harga saham dengan kode APEX ini telah mengalami perubahan yang signifikan. Mulai dari harga perdana sebesar Rp. 550 perlembar, harga meningkat hingga sempat mencapai Rp. 700 per Iembar pada akhir Agustus. Namun setelah itu, harga mulai mengalami downtrend, hingga menyentuh nilai terendahnya sebesar Rp. 330 . di pertengahan November. Pada hari trasaksi terakhir di tahun 2002, APEX akhimya ditutup pada posisi Rp. 365 per saham. Terlepas dari penurunan harga, Apexindo terus membukukan kinerja yang relative memuaskan. Eerdasarkan hal ini, penulis merasa perlu untuk melakuan valuasi guna menentukan berapa harga yang layak untuk APEX setelah sekitar enam bulan tercatat di bursa. Valuasi juga dianggap perlu karena Apexindo kini tengah melakukan investasi besar-besaran dengan memperbaiki dan membangun tiga rig lepas pantai yang sudah barang tentu akan memberikan tarnbahan pendapatan yang sangat signifikan di masa mendatang.
Berdasarkan valuation menggunakan model discounted cash flow dengan pendekatan two-stage free cash flow to firm, akhimya diketahui bahwa nilai wajar APEX adalah sekitar Rp. 1,725. Penulis berpendapat bahwa perbedaan nilai yang sangat mencolok ini antara harga pasar dan hasil valuasi antara lain disebabkan oleh kondisi bursa masih kurang bergairah akibat situasi ekonomi, politik, hukum dan keamanan negara yang belum kondusif, kurangnya penerapan good corporate governance, terutama dalam hal transparansi serta masih minimnya pengetahuan masyarakat umum mengenai industri pemboran minyak, gas dan panas bumi.
Dalam rangka mencapai nilai wajamya, penulis menyarankan agar Apexindo senantiasa melakukan efisiensi biaya operasi guna meningkatkan marjin labanya. Selain itu manajemen juga harus mulai memikirkan kiat-kiat pemasaran yang baru untuk mengurangi ketergantungan perseroan terhadap hanya satu klien besar. Masalah good corporate governance juga sudah layak untuk mulai diperhatikan. Satu altematif yang bisa diambil adalah dengan melakukan rights issue. Selain menambah jumlah saham beredar, cara ini juga akan mendukung good corporate governance melalui transparansi, sejalan dengan bertambahnya jumlah saham beredar, cara ini juga bisa membantu perseroan mendapatkan dana untuk membangun rig baru. Apexindo juga perlu sering menyelenggarakan presentasi seputar ruang lingkup usahanya karena masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai industri pemboran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Nugraha Sulistyo
"ABSTRAK
Berbagai informasi, baik yang berasal dari lingkungan makro, industri maupun pada masing-masing emiten, dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kinerja bursa saham, baik pada saham individual maupun secara keseluruhan pasar modal.
Untuk mengetahui pengaruh informasi terhadap pasar dapat digunakan konsep efficient market hypothesis (EMH). Konsep EMH menggambarkan pengaruh dan kecepatan suatu informasi terhadap perubahan harga saham di bursa. Semakin efisien suatu pasar, semakin cepat pula informasi tersebut mempengaruhi harga saham.
Pasar diasumsikan efisien jika harga pasar saat ini merefleksikan semua informasi yang ada (Fama, 1970) dan diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut ketersediaan informasi dalam masyarakat (Roberts, 1967) yaitu Weak-Form Market Efficiency, Semi-Strong Market Efficiency dan Strong-Form Market Efficiency.
Efisiensi pasar, baik secara Iangsung maupun tidak langsung, telah sering diuji melalui berbagai penelitian untuk mengindentifikasi reaksi harga pasar terhadap kejadian-kejadian tertentu seperti pengumuman pembagian deviden (Bajaj and Vijh 1995, 1990), pengumuman laporan keuangan perusahaan (Bamber 1987), pemecahan saham (Copeland 1979), dan pengumuman lainnya kepada masyarakat (Kim and Verrecchia 1991 ).
Penelitian yang dilakukan difokuskan pada emiten yang melakukan corporate actions (bonus issue, cash dividend dan stock splits) pada tahun 2001 dan mengukur reaksi pasar atas adanya kejadian corporate actions untuk menguji efisiensi pasar di Bursa Efek Jakarta. Sebanyak 10 emiten dipilih berdasarkan kapitalisasi pasar dan likuiditas perdagangan yang tertinggi, agar pengukuran reaksi pasar dapat mencerminkan kondisi efisiensi pasar di BEJ. Penelitian ini dilakukan berdasarkan metodologi event study yang dikombinasikan dengan metodologi time series. Metodologi time series dipergunakan untuk 'membersihkan' data dari unsur autokorelasi sebelum dimasukkan sebagai input dalam metodologi event study. Gabungan kedua metodologi ini akan menghasilkan output yang relatif lebih akurat sebagai model pengukuran normal return saham. Periode estimasi untuk event study dalam penelitian ini ditetapkan sepanjang 250 hari dan 21 hari untuk periode even.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa dari 10 emiten yang dipilih terdapat 1 emiten yaitu TBLA (Tunas Baru Lampung, Tbk.) yang tidak dapat dimodelkan, maka pasar saham TBLA dikatakan sebagai pasar yang efisien, dimana tidak ada pelaku pasar yang memperoleh abnormal return.
Hasil pemodelan berdasarkan periode waktu tersebut menghasilkan 2 klasifikasi model, yaitu model yang sesuai dengan Single Index Market Model (SIMM) dan Multifactor Market Model (MMM). Output tersebut secara langsung menggambarkan kondisi BEJ belumlah efisien. Hasil perhitungan matematis berdasarkan model tersebut secara agregat menunjukkan para investor mendapat abnormal return yang signifikan sepanjang periode even.
Rendahnya nilai uji signifikansi variabel independen dalam menjelaskan model optimal yang didapat, hal ini berarti masih ada informasi publik lain yang hams dimasukkan dalam model pengukuran normal return.
Emiten yang melakukan corporate actions bonus issue, cash dividend dan stock splits
menunjukkan kondisi efisiensi pasar modal di BEJ dalam bentuk setengah kuat terlihat dari
klasifikasi model menunjukkan adanya pengaruh unsur lag saham hari sebelumnya dan
pengaruh return IHSG, rendahnya nilai uji signifikansi model, adanya kebocoran informasi di
pasar terlihat pada pola cummulative abnormal return (CAR) dan lamanya reaksi pasar setelah pengumuman corporate actions menuju nilai keseimbangan.
Pengambilan keputusan investasi oleh investor dipengaruhi oleh kemampuan mengolah informasi, pengaruh psikologis dan emosi dari investor, karakter investor dan preferensi terhadap risiko.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Satya
"Valuasi merupakan metode untuk menghitung nilai dari suatu perusahaan, dimana hal ini memegang peranan penting didalam pengambilan keputusan investasi. Sebab sebuah keputusan investasi yang dilakukan tanpa melakukan valuasi yang tepat akan memborikan hasil yang kurang memuasknn dan bahkan bisa merugikan investor.
Dalam prakteknya selalu ditemukan bias antara basil perhitungan valuasi dengan keadaan yang sebenamya. Hal ini disebabkan perbedaan persepsi antara perusahaan dan investor serta perbedaan asumsi yang digunakan. Karya akhir ini bertujuan untuk melakukan valuasi suatu perusahaan dengan menggunakan tiga pendekatan yang berbeda yakni discounted cash flow, abnormal earning dan relative valuation. Serta melihat tingkat keakuratan dan bias dari ketiga metode diatas.
Banyak penelitian yang meneliti mengenai metode-metode valuasi diatas, salah satu diantaranya adalah yang dilakukan oleh Penman dan Sougiannis (1998) yang menyatakan bahwa jika asumsi yang dibuat sederhana dan tidak mendetail dalam pembuatan proyeksi, diketahui bahwa metode abnormal earning mempunyai bias yang lebih kecil dibandingkan metode discounted cash flow.
Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis terhadap nilai perusahaan PT Medco Energi Intemasional Tbk dengan menggunakan root mean squared error untuk menguji keakuratan dan mean signed prediction error untuk melihat tingkat bias, diperoleh hasil bahwa nilai absolute error dari metode abnormal earning lebih kecil dibandingkan dengan metode free cash flow yakni 260 dibandingkan dengan 11.215. Hal ini diperkuat lagi dari tingkat bias metode abnormal earning yang lebih kecil dibandingkan tingkat bias metode free cash flow yakni 0.130 berbanding 9. Sedangkan dari basil perhitungan coeffisient of determination (r2) diperoleh hasil bahwa nilai dari metode free cash flow memberikan angka 0 atau tidak mempunyai korelasi sedangkan dengan menggunakan metode abnormal earning didapat tingkat korelasi sebesar 0.64.
Dari basil perhitungari diatas membuktikan bahwa abnormal earning lebib akurat hila dibandingkan dengan free cash flow karena tingkat abtJ'olute error dan nilai biasnya yang lebib kecil. Hal ini diperkuat lagi dengan lebill tingginya tingkat korelasi dari metode abnormal earning terhadap harga pasar bila dibandingkan dengan perhittmgan valuasi dengan menggunakan metode free cash flow.
Dari valuasi terbadap PT Medco Energi International Tbk terlihat bahwa metode free cash flow cenderung memberikan basil yang overstated yang nilainya jauh lebih tinggi dari barga saham aktual PT Medco Energi International Tbk yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta Hal ini dapat dipahami karena bagian terbesar dari valuasi dengan menggunakan metode free cash flow adalah bagian terminal value yang cenderung lebih banyak menggunakan asumsi dan berkenaan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa valuasi dengan menggunakan metode abnormal earning lebih memberikan hasil yang mendekati kenyataan yang terjadi di pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Surjanto Ariotedjo
"Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat di awal hingga pertengahan dekade 1990-an sesungguhnya dibayangi oleh semakin tertekannya neraca pembayaran dan bahkan mengalami defisit neraca berjalan. Namun demikian, hal ini terkesan tidak dianggap sebagai hal yang penting oleh pemerintah, para pakar ekonomi dan pelaku-pelaku usaha hingga periode 1995-1996. Bahkan perusahaan-perusahaan tetap melakukan investasi dan ekspansi secara besar-besaran dengan pendanaan dari sektor perbankan dan lembaga-lembaga keuangan di dalam serta luar negeri. Di masa tersebut, dimana nilai tukar rupiah cenderung overvalued dan tingginya tingkat suku bunga perbankan dalam negeri, para pelaku usaha cenderung lebih menyukai hutang dalam denominasi mala uang asing. Ditambah lagi maraknya praktek konglomerasi, pemberian hak-hak istimewa kepada pihak tertentu yang mengakibatkan iklim persaingan usaha yang kurang sehat, serta meluasnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Oleh karena itu, ketika krisis mulai melanda kawasan Asia, yang dimulai dari Thailand, dengan cepat dampaknya terasa di Indonesia dan terjadilah krisis multidimensi yang belum jelas prospek pemulihannya hingga kini.
Dalam kondisi seperti ini, industri rokok terutama yang berskala besar, merupakan salah satu sektor yang tidak mengalami kendala yang berarti dalam meningkatkan penjualannya karena kekuatan merk (brand equity) dan loyalitas para konsumen. Ternyata, permintaan akan rokok kurang elastis terhadap perubahan harga jual, terutama bagi kalangan berpenghasilan menengah ke atas. PT H.M. Sampoerna, Tbk. (HMSP) sebagai produsen rokok terbesar kedua di Indonesia setelah PT Gudang Garam, Tbk. juga mengalami kondisi yang serupa. Namun demikian, setelah sempat mencapai peningkatan penjualan bersih rata-rata 39,4% per tahun dan taba operasional rata-rata 67,2% per tahun dalam kurun waktu 1991 - 1995, HMSP mengalami kerugian pada tahun 1998 terutama karena peningkatan beban pembiayaan dan kerugian selisih kurs yang sangat signifikan. Hal tersebut terjadi karena HMSP memiliki kewajiban dalam denominasi mata uang as ing sebesar $AS 328,5 juta dan DEM 40,6 juta pada tahun 1998, serta rasio hutang berbanding ekuitas yang mencapai 186,48%. Depresiasi dan volatilitas nilai tukar rupiah dengan sendirinya menggelembungkan kewajiban Perusahaan, menurunkan tingkat profitabilitas dan memberikan tekanan serta ketidakpastian dalam pengelolaan arus kas.
Untuk mengatasi hal ini, manajemen HMSP telah menerapkan strategi keuangan melalui restrukturisasi kewajiban antara lain dengan cara penjadwalan ulang hutang, penerbitan saham baru, melakukan buy-back atas instrumen hutang dalam denominasi mata uang asing dan mengkonversinya menjadi instrumen jangka menengah (obligasi) dalam denominasi rupiah. Langkah ini terbukti cukup jitu dan tepat waktu, serta berhasil menciptakan imunisasi terhadap pengaruh nilai tukar mata uang. Hasil restrukturisasi telah mulai terlihat pada tahun 1999 dan 2000, dimana terjadi peningkatan ROE dan rasio hutang dibandingkan ekuitas telah menurun hingga 71,54%. Demikian pula indikator profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas turut menunjukkan perbaikan. Dari sudut pandang investor, kondisi ini merupakan hal yang positif karena dengan demikian meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kupon dan nominal obligasi pada saat jatuh temponya.
Kinerja keuangan HMSP pasca restrukturisasi terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah mengenai tarif cukai dan batasan harga jual eceran (H|E), selain terjaminnya jumlah pasokan dan berlakunya tata niaga bahan baku tembakau dan cengkeh yang mampu menjaga stabilitas harga komoditas tersebut. Mengingat target yang harus dicapai oleh pemerintah dari penerimaan cukai untuk meringankan defisit anggaran periode 2001 - 2002 adalah sebesar Rp 17,6 trilyun, maka dapat diperkirakan bahwa tarif cukai dan HjE akan terus ditingkatkan secara bertahap. Dalam hal ini pemerintah perlu mengkaji efektifitas kebijakan ini dengan memperhltungkan dampak kenaikan harga jual terhadap penurunan permintaan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan cukai secara keseluruhan. Di pihak perusahaan, kenaikan kedua komponen yang memiliki proporsi utama dalam struktur beban pokok penjualan ini merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan akan menekan tingkat profitabilitas. Oleh karena itu manajemen perlu menentukan strategi dan kebijakan yang inovatif dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas internal perusahaan serta meningkatkan penjualan, antara lain dengan mengedepankan produk-produk rendah tar dan nikotin. Untuk menjaga kesinambungan peningkatan ROE, perusahaan harus mampu mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi ROA dan tingkat leverage.
Kasus ini memberikan masukan yang berguna bagi kalangan akademisi, dunia usaha dan pemerintahan agar penyebab dan dampak negatif dari krisis tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Lebih penting lag! adalah agar pihak-pihak terkait memperoleh inspirasi dan bahan pertimbangan untuk menentukan strategi dan kebijakan yang dapat menghasilkan percepatan pemulihan perekonomian untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di kawasan ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhalia Tyas Utami
"ABSTRAK
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat kita gunakan dalam melakukan penilaian dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan menilai pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relatif terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisa yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena itu penting untuk dilakukan analisa sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan yang meliputi analisa makro dan analisa industri untuk melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Setelah itu dilakukan peramalan earning perusahaan dan dilakukan penilaian perusahaan atau saham. Analisa fundamental adalah kunci dari proses penilaian fair value perusahaan.
Dalam karya akhir ini digunakan Metode Discounted Cash Flow Valuation - Economic Profit Model, dimana nilai dari suatu perusahaan sama dengan jumlah modal ditambah dengan premium dari present value nilai yang dihasilkan (amount of invested capital premium equal to the present of the value created each year). Tahap proyeksi Economic Profit dibagi dalam dua periode yaitu selama periode explicit (proyeksi detail) dan setelah periode explicit untuk lima sampai sepuluh tahun yang diwakilkan dengan suatu nilai tertentu (continuing value).
Valuation terhadap saham PT. HM Sampoerna Tbk. dalam kasus ini menggunakan tiga scenario berdasarkan fakta bahwa pemerintah bias merubah struktur pajak dengan merubah satu a tau sekaligus dari 3 faktor, yaitu cukai, harga banderol atau harga jual eceran minimum dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Berdasarkan skenario Most Likely diperoleh nilai saham seluruhnya sebsar Rp.17,613 trilyun yang jika dibagi dengan jumlah saham perusahaan beredar (4.391.869.500 lembar saham) maka diperoleh harga saham per lembar sebesar Rp. 4.011. Jika dibandingkan dengan current market price I share (Desember 2002) sebesar Rp. 3.700, maka dapat dikatakan bahwa PT HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi undervalued sebesar Rp. 3.11 per lembar sahamnya.
Dengan skenario Optimistic diperoleh nilai saham seluruhnya sebesar Rp. 27,513 triliun atau nilai saham per lembar sebesar Rp. 6.264. jika dibandingkan dengan current market price maka dapat rlikatakan bahwa saham PT. HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi undervalued sebesar Rp. 2.564 per lembar sahamnya. Dengan skenario Pesimistic diperoleh nilai saham sebsar Rp. 2.579. jika dibandingkan dengan current market price, maka dapat dikatakan bahwa saham PT HM Sampoerna Tbk berada dalam posisi overvalued sebesar RP. 1.179 per lembar sahamnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Maria Lusiana
"Harga saham dapat mencerminkan kinerja (performance) suatu pernsahaan. Saham-saham perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai nilai yang relatif tinggi (berharga tinggi). Hal ini disebabkan karena saham tersebut diminati oleh banyak investor yang membuat permintaan akan saham tersebut melebihi penawarannya sehingga berdampak pada kenaikan harga saham tersebut. Sebaliknya, buruknya kinerja suatu pernsahaan dapat mengakibatkan jatuhnya harga saham tersebut.
Penelitian ini ditujukan pada perusahaan-perusahaan yang sahamnya masuk dalam daftar Bursa Efek Jakarta periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2001 dengan periode penelitian selama 3 tahun. Sampel yang digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu data rata-rata dan data kwartal yang untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan model cross-sectional regression dan pooled regression.
Multikrisis yang menerpa kondisi domestik Indonesia cukup telak memukul perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena aneka krisis tersebut mengakibatkan transaksi saham di BEJ yang selama bertahun-tahun didominasi investor asing menjadi semakin sepi. Menghadapi hal tersebut, Bursa Efek Jakarta tampaknya tak dapat mentolerir kondisi para anggota bursa yang kinerjanya terns terpurnk sehingga melakukan pelelangan saham terhadap anggota bursa yang kinerjanya terus menurun.
Berkaitan dengan seluruh kondisi di atas, penulis menemukan bahwa sektor industri barang konsumsi mernpakan salah satu sektor industri yang masih terns bertahan menghadapi berbagai guncangan akibat krisis ekonomi di Indonesia. Hal ini terjadi terntama didukung oleh kekuatan industri rokok dan industri makanan yang secara relatif tidak secara signifikan terpengaruh oleh kemerosotan kondisi ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 dan ini terlihat pada minat investor terhadap saham perusahaan go public sektor industri barang konsumsi yang memiliki harga saham yang atraktif di mata para investor.
Menggunakan alat analisis statistik yaitu model regresi tinier berganda (metode enter), peneliti menemukan bahwa dalam rata-rata (cross-sectional regression), variabel Earning per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value dan Debt to Equity Ratio mempengaruhi variasi harga saham baik secara simultan maupun parsial pada tingkat signifikansi 5 persen. Sedangkan pada data kwartal (pooled regression) baik secara simultan maupun parsial diperoleh bahwa disamping keempat rasio keuangan tersebut, variabel Return on Equity juga berpengaruh secara signifikan terhadap variasi harga saham pada tingkat signifikansi 5 persen.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian empiris sebelumnya adalah : jenis data yang digunakan, jumlah data sampel yang diambil serta kondisi ekonomi pada pasca krisis ekonomi nasional selama periode penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T11637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Tri Novianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal perusahaan non keuangan yang mempengaruhi keputusan investor asing dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia khususnya pada saham. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel dari perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2016. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor asing dalam melakukan investasi saham di Indonesia menetapkan karakteristik tertentu untuk mengurangi informasi asimetris pada perusahaan yaitu size perusahaan yang besar serta dividend yield, systematic risk, current ratio, dan return on asset yang rendah.

This study aims to know the firm rsquo s internal factor that effect foreign investors decision in investing stock in Indonesia Stock Exchange especially for stock. This study is quantitative research by panel data from non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange in period of 2009 2016. This study finds that foreign investor in investing stock in Indonesia hold certain characteristics to reduce assymetric information in firm such as big size, also low dividend yield, systematic risk, current ratio, and return on asset.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hartono
"ABSTRAK
Pada sektor properti terdapat beberapa alternatif yang dapat dipilih investor untuk
menginvestasikan dananya. Investor dapat berinvestasi pada investasi fisik
properti dan pada saham sektor properti. Pembuatan portofolio instrumen
investasi pada sektor properti dapat mendatangkan imbal hasil yang cukup besar,
oleh sebab itu mendorong untuk dilakukan penelitian yang obyektif yang dapat
memberikan gambaran bagi investor untuk memilih secara obyektif intrumen
investasi yang paling sesuai dan menguntungkan atau kombinasi dari kedua
instrumen investasi tersebut. Karya akhir ini mempunyai dua tujuan utama yaitu,
pertama untuk mencari investasi mana yang paling menguntungkan diantara
kedua instrumen investasi dimaksud selama periode tahun 2009-2013, serta
membentuk portofolio yang optimal dari kedua intrumen investasi tersebut
sehingga dapat menghasilkan imbal hasil tertentu dengan risiko tertentu.

ABSTRACT
In the property sector, there are several investment alternatives for investor to
invest their funds. Investors can invest in physical property and the property
sector stocks. Preparation to make a portfolio of investment in the property sector
could bring sizable yields, therefore encouraging to do objective research to
provide an overview for investors to objectively select the most appropriate
investment instruments and profitable or a combination of both these investment
instruments. This thesis has two main objectives, first is to look for the most
profitable investment between the two investment instruments referred to during
the period of 2009-2013, as well as forming the optimal portfolio of both
investment instruments so that they can produce a certain yield with certain risks."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>