Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Izudin
"ABSTRAK
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang saat ini sedang berkembang sejalan dengan pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Jumlah reksadana tercatat di Bapepam hingga akhir tahua 2002 adalah 131 reksa dana. Dari jumlah tersebut 61 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). RDPT adalah jenis reksa dana yang paling berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dengan perkembangan RDPT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinerja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrument tersebut dapat menghasilkan imbal basil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan para masyarakat pemodal atau investor sebelum menanamkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinerja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portfolio reksadananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Dalam penelitian ini penulis menganalisis kinerja reksadana pendapatan tetap dengan membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi dan deposito 1-bulan pada bank swasta nasional, baik dari return tanpa mempertimbangkan faktor
risiko (investment return measures) maupun dengan mempertimbangkan faktor risiko (riskadjusted measures).
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para investor mengenai kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambi!an keputusan investasi jangka panjang. Diharapkan basil penelitian ini dapat memberi indikasi kepada para investor tentang reksa dana mana yang memberikan im.bal hasil paling baik dan sebaliknya.
Untuk menilai tingkat signifikansi perbedaan kinerja reksa dam dan pembanding, dilakukan uji hipotesis menggunakan uji Beda Dua Rata-rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak signifikan pada level 5%, artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.
Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999-2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi maupun return deposito. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinerja reksa dana yang undcrpel:formed terhadap kinerja kedua pembandingnya tersebut, baik untuk pengukuran return walaupun pengukuran kinerja sharpe, treynor dan jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang. Dari buruknya sebagian besar reksa dana tersebut terdapat beberapa RDPT yang cukup menguntungkan untuk investasi diantaranya Indovest Dana Obligasi, Nikko Obligasi Nusantara, dan Dana Megah Pendapatan Tetap.
Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengukuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, dan jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur k.inerja reksa dana di Indonesia.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Chandra
"ABSTRAK
Sejak terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) turut mengalami keterpurukan yang tercermin dari Indeks Barga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok akibat harga saham yang turun secara drastis. Akibatnya investor mengalami trauma untuk menginvestasikan dananya pada perangkat investasi saham.
Dalam kondisi yang seperti ini, Reksa Dana Pendapatan Tetap menjadi suatu altematif investasi yang menarik. Selain memberikan risiko yang relatif rendah, Reksa Dana jenis ini juga memberikan return yang relatif stabil karena menanamkan sebagian besar dananya pada obligasi, deposito dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia).
Pada berbagai kesempatan, penulis membaca l'leberapa artikel di media cetak, yang memberikan kesimpulan bahwa untuk kondisi sekarang ini sebaiknya investor melakukan investasi dengan hati-hati, yaitu menaruh dananya pada instrumen investasi yang benar-benar likuid. Diantaranya, mereka menyarankan agar investor menanamkan dananya pada Reksa Dana Pendapatan Tetap. Namun untuk investor yang tetap ingin bem1ain saham sebaiknya melakukan portofolio atas saham-saham blue chip atau unggulan. Berdasarkan hal inilah, maka penulis menyusun Karya Akhir ini dengan maksud untuk membuktikan hal tersebut.
Penulis mernbentuk portofolio dari 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap dan portofolio dari 5 saham unggulan dengan periode penelitian tahun 2000 hingga 2002. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah kinerja portofolio yang terbentuk dari portofolio 5 saham unggulan tersebut lebih unggul dibandingkan dengan kinerja 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap, sehingga dapat dijadikan altematif investasi pada peri ode tersebut.
Pengukuran kinerja masing-masing portofolio tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Sharpe 's Index dan Treynor's Index. Dari hasil penelitian, penulis menemukan bahwa kinerja dari portofolio 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap relatif lebih buruk dari kinerja Indeks Obligasi, dan kinerja portofolio dari 5 saham unggulan relatif lebih baik dari kinerja IHSG. Sernentara, jika membandingkan kedua instrumen investasi tersebut, terlihat bahwa kinerja yatlg ditunjukkan oleh portofolio 3 Reksa Dana Pendapatan Tetap relative lebih rendah dibandingkan dengan portofolio 5 saham unggulan. Terlepas dari ketidakakuratan kriteria pemilihan, hal ini dapat menjadi petunjuk bagi para investor bahwa pembentukan portofolio saham, dapat memberikan pe1jormance atau kinerja yang baik, asalkan portofolio tersebut terdiri dari saham-saham unggulan. Sementara, bagi investor yang ingin bennain Reksa Dana Pendapatan Tetap; sebaiknya perlu mengetahui komposisi dan proporsi dari aset hutang yang dikelola oleh Manajer Investasi.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini Tri Hastuti
"Sejak disahkannya Undang- Undang N0.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Reksa dana sebagai salah satu dari variabel utama kegiatan pasar modal di Indonesia, mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama bisnis reksa dana terbuka daJam bentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menarik perhatian berbagai kalangan investor, baik investor lokal maupun asing. Beberapa jenis reksa dana yang tersedia dan biasa dipakai sebagai instrumen investasi adalah reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran dan reksa dana pasar uang.
Tetapi sejak tahun 1997 perkembangan kondisi moneter di Indonesia mengalami keterpurukan. Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya tidak terlepas dari keterpurukan kondisi moneter itu yang tercermin dari indeks harga saham gabungan. Hal ini juga mempengaruhi kinerja reksa dana di Indonesia.
Dan seiring membaiknya kondisi ekonomi di tahun 1999, bisnis reksa dana pun mulai semarak kembali. Untuk itu penulis ingin melihat gambaran kinerja reksa dana pendapatan tetap yang dikelola oleh Manajer Investasi Lokal yang efektif melakukan perdagangan selama tahun 2000-2002 sehingga dapat dijadikan pertimbangan oleh investor bahwa kinerja reksa dana pendapatan tetap tersebut relatif bisa diandalkan sebagai tempat investasi.
Adapun yang menjadi pengukuran kinerja reksa dana ini adalah metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Setelah ketiga pengukuran ini di dapat maka untuk menentukan pengukuran kinerja apakah baik atau buruk akan dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu kinerja pasarnya (yang juga menggunakan ketiga metode tersebut). Jika outperformed terhadap pasar berarti reksa dana baik, sedangkan sebaliknya jika underperformed berarti buruk.
Hasil yang didapat penulis, temyata sejak tahun 2000 hingga tahun 2002, kinerja reksa dana pendapatan tetap yang dikelola oleh Manajer Investasi Lokal baik berdasarkan metode Sharpe, Treynor dan jensen tidak menunjukkan hasil yang memuaskan, dimana kinerja reksa dana masih banyak yang bemilai negatif dibandingkan dengan benchmark-nya sehingga underperformed untuk melakukan investasi.
Walau pun demikian, perkembangan reksa dana di Indonesia makin semarak, dan pengukuran kinerja dalam penulisan karya akhir ini hanya sebatas menggunakan metode sharpe, Terynor dan Jensen saja. Kiranya untuk penelitian studi selanjutnya digunakan parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk melihat kinerja reksa dana di Indonesia, sehingga dapat dijadikan altematifpilihan dalam melakukan investasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdi
"Selama tiga tahun terakhir, reksa dana menjadi instrumen pasar modal yang paling agresif. Tahun 2004 yang lalu merupakan tahun cemas bagi perkembangan reksa dana di Indonesia dimana dana kelolaan reksa dana hingga akhir Desember 2004 mencapai 100,9 triliun. Hal ini menenjukan bahwa para investor di tahun 2004 lebih tertarik menanamkan investasinya pada jenis investasi reksa dana dimana return yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan investasi lainnya seperti deposito. Namun di tahun 2005, sejak awal tahun hingga akhir tahun terjadi redemption (pencairan dana besar-besaran) yang mengakibatkan dana kelolaan sampai akhir Desember 2005 tinggal 28,3 triliun. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi para investor, apakah reksa dana masih bisa dijadikan alternatif instrumen investasi yang menarik dan aman bagi investor. Pemilihan jenis reksa dana menjadi sangat menentukan berapa besarnya risiko dan hasil yang bisa didapat dari investasinya. Banyak investor yang ingin menempatkan dananya pada reksa dana saham, tapi masalah yang dihadapi mereka adalah bagaimana cara mengukur kinerja dari masing-masing reksa dana saham tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dilakukanlah penelitian untuk menganalisis kinerja reksa dana saham yang ada di Indonesia sehingga layak untuk dijadikan alternatif investasi. Sampel yang diambil merupakan perusahaan yang menawarkan reksa dana saham untuk periode 2003 sampai dengan 2005. Sedangkan data-datanya didapat dari BAPEPAM, Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta. Kemudian dari data-data tersebut diolah dan diperoleh hasil penelitian bahwa selama kurun waktu 2003 sampai 2005, reksa dana reksa dana saham yang terbaik adalah reksa dana Si Dana Saham yang memiliki nilai Sharpe sebesar 0.583042 (22% diatas kinerja market 0.477710). Pada periode ini terdapat enam reksa dana yang memiliki nilai Sharpe diatas market. Selain reksa dana Si Dana Saham, masih ada reksa dana Rencana Cerdas (0.582370), Dana Megah Kapital (0.555640), Citireksadana Ekuitas (0.499665), Mawar (0.486986), dan Panin Dana Maksima (0.481414).
Reksa dana saham dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif investasi yang menguntungkan walaupun ada beberapa reksa dana saham yang harus dihindari untuk berinvestasi karena memiliki kinerja yang kurang baik. Berdasarkan dari basil penelitian ini, reksa dana saham yang memiliki kinerja terbaik dengan menggunakan Sharpe Measure adalah reksa dana Si Dana Saham. Namun dengan catatan hahwa kondisi dan risiko yang ada sama dengan periode penelitian. Investor sebaiknya melakukan investasi pada reksa dana saham yang memiliki kinerja diatas kinerja market dengan memperhatikan juga risiko dari tiap-tiap reksa dana saham tersebut seperti yang telah diteliti diatas. Di samping itu pula harus dihindari reksa dana yang kinerjanya berada dibawah market.

During three last years, mutual fund becomes the most aggressive capital market instrument. In the last 2004 represent the gold year for growth of mutual fund in Indonesia where total fund until December 2004 reaching 100, 9 trillion. This involve investors in 2004 more interested to invest at mutual fund where return bigger than deposit. But in 2005 since early year-end year happened redemption and make fund to the last December 2005 only 28, 3 trillion. This becomes the big question for investors, what is mutual fund still interesting as investment instrument alternative for investor. Choosing type of mutual fund become very determining how big is the risk and result can be obtained from its investment. A lot of investor wishes to place its fund at equity fund, but the problem how to measure the performance from each the equity fund, based on that, a research to analyze the performance of equity fund in Indonesia as an alternative investment. The sample represents the company offering equity fund for the period of 2003 to 2005. While its data from BAPEPAM, Bank of Indonesia and Jakarta Stock Exchange. Then from the data, the result of research during 2003 until 2005, the best equity fund is Si Dana Saham with Sharpe value 0.583042 ( 22% above market performance 0.477710). Also in this period there are six equity funds with Sharpe value above market. Besides Si Dana Saham, there are Rencana Cerdas (0.582370), Dana Megah Kapital (0.555640), Citireksadana Ekuitas (0.499665), Mawar (0.486986), and Panin Dana Maksima (0.481414). Equity Fund can be made as one of beneficial alternative investment although there are some Equity fund must he avoided for the investment because under performance.
From this research result, the best equity fund by using Sharpe Measure is Si Dana Saham. But with the note that existing risk and condition is equal to research period. Investor should invest at equity fund with performance above market by paying attention to the risks from every equity fund such as have been checked above. Besides that, investor should avoid equity fund with performance below/under market."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mada Vibrary
"ABSTRAK
Sekarang ini banyak cara untuk melakukan investasi. Salah satunya adalah dengan berinvestasi melalui Reksa Dana. Semakin banyak investor pasar modal yang mengalihkan sebagian dananya dari bursa saham ke Reksa Dana karena risiko yang dihasilkan Reksa Dana relative lebih kecil dibandingkan bermain saham. Terutama bagi masyarakat awam, berinvestasi di pasar bursa dapat menimbulkan kerugian besar.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kemampuan bisnis Reksa Dana semakin meningkat kinerjanya. Salah satu alasan melonjaknya jenis Reksa Dana ini adalah semakin banyak masyarakat yang mengenal Reksa Dana sebagai alternatif investasi selain deposito. Alasan lainnya adalah semakin kurang menariknya tingkat suku bunga deposito beberapa tahun terakhir sehinnga kemungkina return yang didapat melalui Reksa Dana lebih menguntungkan.
Jenis Reksa Dana yang kini paling banyak diminati adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap yang menempatkan sebagian besar instrumennya ke dalam obligasi. Peningkatan ini didukung semakin banyaknya obligasi pemerintah yang dilepaskan bank-bank melalui Reksa Dana Pendapatan Tetap ini.
Studi dalam karya akhir ini bermaksud untuk mengukur kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia selama empat tahun terakhir sehingga masyarakat dapat memperoleh gambaran mengenai kinerja tersebut sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Penelitian dibatasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia yang dikelola oleh Manajer Investasi Joint Venture, dengan periode waktu 1999-2002. Pemilihan jenis Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai kajian adalah karena jenis Reksa Dana ini sedang marak, dan jenis Reksa Dana ini memberikan risiko yang relatif rendah dengan return yang cukup menguntungkan terutama untuk jangka menengah.
Pengukuran kinerja RDPT adalah dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan kinerja pasar, yaitu Indeks Obligasi dengan tiga metode pengukuran yang sama.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa kinerja RDPT tersebut umumnya memiliki kinerja yang lebih buruk dari kinerja pasar. Masih tingginya nilai suku bunga SBI menghasilkan nilai Risk Premium yang negatif, sehingga kinerja RDPT memberikan nilai negatif yang berarti masih buruknya kinerja Reksa Dana tersebut.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renatha Gunstina
"Menurut laporan BAPEPAM, industri Reksa Dana di Indonesia pada tahun 2002 telah meningkat 21.3%, dari hanya 108 Reksa Dana pada akhir Desember 2001, menjadi 131 Reksa Dana pada akhir Desember 2002. Sementara itu dana kelolaan pada akhir tahun 2002 juga meningkat drastis hingga 300% dibandingkan dengari tahun 2001. Dan peningkatan dana kelolaan tersebut sebesar 80% berasal dan Reksa Dana Obligasi terutama obligasi rekap.
Dengan semakin berkembangnya instrumen Reksa Dana masalah yang dihadapi dari sudut pandang pemodal adalah bagaimana memilih aftematif Reksa Dana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah Manajer Investasi Reksa Dana dapat memberikan perkiraan pengembalian (expected return) di atas rata-rata pada benchmark yang tepat adalah isu yang relevan bagi investor. Karena pengukuran kinerja Reksa Dana merupakan perihal pokok yang dibahas dalam penelitian ini.
Jensen (1968) melahirkan suatu model yang mengukur kinerja portofolio dengan memperhitungkan profil risiko dan imbal hasil (risk adjusted return). Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Traynor dan Mazuy (1966) serta Henriksson dan Merton (1981) berusaha merefleksikan kemampuan market timing dan stock selection sehingga diharapkan dapat diketahui saat yang tepat untuk memegang suatu portofolio. Model-model tersebut disebut model tradisional (unconditional) karena tidak memperhitungkan variabel-variabel perubahan kondisi makro ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan perubahan pembobotan dana pada pengukuran kinerja portofolio.
Menurut Ferson dan Warhter (1996) model-model unconditional mengabaikan kenyataan tingginya expected return di pasar modal terutama pada saat perekonomian yang sedang mengalami pemulihan sehingga keputusan Manajer Investasi yang terlihat mampu menghasilkan abnormal return pada masa pemulihan adalah bias. Sehubungan dengan itu Ferson mengembangkan suatu model conditional untuk mengatasi masalah pengukuran kinerja Manajer Investasi yang bias di masa pemulihan ekonomi. Pada model conditional diasumsikan bahwa portofolio yang disusun berdasarkan informasi yang tersedia di masyarakat (public information) tidak dapat dikatakan memiliki informasi yang superior. Manajer Investasi yang mampu secara tepat menggunakan lebih banyak informasi dibandingkan dengan yang tersebar di publik, dikatakan memiliki kemampuan superior sehingga diharapkan menghasilkan abnormal performance (Curley & Bear, 1979).
Dalam penelitian ini penulis mengkaji model pengukuran kinerja portofolio pendapatan tetap di Indonesia. Dengan menerapkan model unconditional (single factor dan multiple factor) dan conditional (single factor dan multiple factor), ingin diketahui model manakah yang lebih mampu menjelaskan kemampuan superior Manager Investasi. Kemampuan Manajer Investasi pada portofolio pendapatan tetap yang dinamis dapat diukur dari besamya R-squared (R2) dan kecilnya standard error (S.E) regresi.
Penulis juga menilai pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pengukuran kinerja portofolio. Tiga indikator makro ekonomi yang digunakan yaitu laju inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, dan pertumbuhan uang beredar. Selain itu penulis juga menguji keberartian spread yield rating dan term spread yield claim pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia.
Dan hasil penelitian diperoleh bahwa S.E regresi dan sum of squared residual (SSR) versi conditional untuk semua model, lebih besar dibandingkan S.E. regresi dan SSR versi unconditional. Dan secara statistik dengan uji beda dua varian terbukti bahwa bias model unconditional lebih besar dibandingkan bias model conditional. Secara empiris terlihat bahwa R2 conditional untuk model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor lebih besar dibandingkan R2 unconditional. Ini merupakan indikasi bahwa indikator makro ekonomi cocok dikenakan pada model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor.
Penelitian ini berhasil mengidentitikasikan bahwa dua indikator makro ekonomi yaitu jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar temyata tidak memiliki keberartian penting secara statistik ketika dikenakan pada model Jensen, model Traynor - Mazuy, dan model Tiga Faktor. Sedangkan untuk indikator laju inflasi adalah signTikan pada tingkat kekeliruan 5% bails pada model Jensen, model Traynor -Mazuy, maupun model Tiga Faktor. Secara empiris hat ini menunjukkan bahwa investor di pasar obligasi secara rata-rata lebih banyak menggunakan informasi laju inflasi dalam membuat keputusan investasi.
Hasil regresi model Tiga Faktor versi unconditional maupun versi conditional antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan spread yield rating tertinggi dalam investment grade dengan rating terendah dalam investment grade, berkisar antara 0.040130 hingga 0.053475. Ini merupakan indikasi awal bahwa semakin melebar spread yield-nya hingga 100 bp, maka Manajer Investasi memiliki peluang arbitrage sebesar 4.01 bp hingga 5.34 bp untuk meningkatkan kelebihan pengembalian portofolio.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Manajer investasi telah menjadikan rating sebagai salah satu pertimbangan utama investasi dan menjadi acuan penting dalam penentuan yield yang diharapkan. Spread yield rating di pasar obligasi Indonesia, menunjukkan adanya rasionalitas dan konsistensi Manajer Investasi dalam perdagangan obligasi. Selisih tersebut merupakan premi risiko yang diminta manajemen untuk mengkompensasi risiko yang ditanggung atas investasi.
Parameter antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread, selisih yield obligasi pemerintah 10 tahun dengan yield obligasi pemerintah 5 tahunan, berkisar antara -0.9261840 hingga -0.631610. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lebar hingga 10 bp term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek, yang merupakan indikator semakin besamya opportunity cost dari penghindaran pajak, maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menurun sebesar 6.31 bp hingga 9.26 bp.
Hubungan negatif antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread dapat dijelaskan bila dilihat dari nisi perpajakan. Peneliti melihat adanya kecenderungan Reksa Dana yang melebur setelah mencapai usia 5 tahun karena adanya fasilitas pembebasan pajak jika usia Reksa Dana kurang dari 5 tahun. Spread yield antara yield obligasi pemerintah jangka panjang dengan yield obligasi pemerintah jangka pendek sesungguhnya merupakan opportunity cost yang dihadapi oleh Manajer Investasi karena mefakukan kebijakan penghindaran pajak. Dapat dinyatakan bahwa semakin lebar term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menjadi semakin mengecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung D. Buchdadi
"Pada tahun 2003 kondisi ekonomi makro Indonesia cukup baik. Kondisi pasar modal Indonesia juga cukup mengembirakan yaitu mengalami kenaikan sebesar 60% atau Index Harga Saham Gabungan mendekati poin 700. Kemajuan kondisi pasar modal ini membawa angin segar pula bagi industri reksa dana. Sehingga bagi investor dengan dana sedikit terbatas dapat ikut menikmati kemajuan pasar modal Indonesia. Investor sering sekali menemui hambatan untuk masuk ke pasar modal. Hambatan tersebut antara lain keterbatasan waktu, pengetahuan dan keahlian dalam pasar modal, kebutuhan dana, dan risiko yang ada. Strategi Cost Averaging (DCA) menawarkan solusi untuk mengatasi hambatan - hambatan tersebut. Pada strategi ini investasi dilakukan pada besaran dana yang tetap pada tiap satuan waktu yang ditentukan.
Mann dan Atra pada tahun 2001 melakukan penelitian mengenai performa DCA bila dibandingkan dengan strategi Lump Sum (LS). Instrumen yang digunakan adalah indeks dari Morgan Stanley di dunia, Eropa, EAFE (Europe, Asia and Far East), Pasifik, Jepang dan Amerika selama tahun 1970- 1998. Data yang dipakai dalam penelitian ini data imbal hasil bulanan dari Morgan Stanley selama tahun 1970 - 1998 untuk beberapa indeks, yaitu dunia, Eropa, EAFE (Europe, Asia and Far East), Pasifik, Jepang dan Amerika. Suku bunga instrument bebas risiko yang dipake T- Bill Amerika untuk 90 hari. Dan imbal basil dinyatakan dalam dollar Amerika.
Penelitian Mann dan Atra menyimpulkan bahwa strategi DCA tidak baik dilakukan disepanjang tahun. Bulan Februari sampai September baik untuk melakukan strategi DCA. Sedangkan sisanya lebih baik dilakukan strategi LS. Selain itu Bacon, William, dan Ainina pada tahun 1997 menyelidiki performa strategi DCA pada pasar Obligasi di Amerika selama tahun 1926 -1995. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah walaupun standar deviasi strategi DCA lebih kecil namun kinerja strategi DCA tidak lebih baik dibandingkan strategi LS.
Penelitian karya akhir ini menggabungkan kedua penelitian tersebut diatas dengan instrumen reksa dana saham dan pendapatan tetap di Indonesia selama tahun 1999- 2003. Lama waktu investasi yang dipilih adalah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Strategi DCA memberikan imbal hasil rata - rata rata terbaik pada investasi reksa dana saham untuk seluruh jangka waktu investasi. Penghitungan menunjukan bahwa imbal hasil rata- rata terbesar yaitu 18,43% diperoleh pada investasi selama 5 tahun. Sebaliknya untuk reksa dana pendapatan tetap strategi LS memberikan imbal hasil rata - rata yang terbaik. Imbal hasil akan meningkat sejalan dengan lamanya waktu investasi. lmbal hasil rata - rata terbesar diperoleh pada investasi dengan jangka waktu 5 tahun yaitu sebesar 21,73%.
Strategi DCA memberikan standar deviasi terkecil. Penelitian m1 JUga menemukan bahwa strategi DCA pada investasi reksa dana saham akan semakin kecil sejalan dengan lamanya waktu investasi. Penelitian ini menunjukan bahwa rata- rata standar deviasi dengan strategi DCA pada reksa dana saham selama 5 tahun adalah 0,1570. Dan standar deviasi tersebut terkecil dibandingkan standar deviasi pada investasi reksa dana saham lainnya. Sedangkan pada reksa dana pendapatan tetap standar deviasi terkecil diperoleh pada strategi DCA untuk jangka waktu 1 tahun yaitu sebesar 0,0341. Dengan demikian rasio imbal hasil terhadap standar deviasi (adjusted return) strategi DCA akan memberikan hasil yang terbaik. Dengan memperhatikan adjusted return historis didapat bulan terbaik untuk melakukan investasi di reksa dana saham adalah bulan Januari, dan bulan Februari Maret untuk investasi di reksa dana pendapatan tetap.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa imbal hasil rata- rata pada investasi reksa dana pendapatan tetap lebih besar dibandingkan reksa dana saham. Dan standar deviasi reksa dana pendapatan tetap lebih kecil dibandingkan reksa dana saham.
Hasil analisis karya akhir ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi para investor untuk menentukan strategi investasi yang dipakai untuk melakukan investasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap di Indonesia. Namun perlu diperhatikan berbagai kekurangan dari penelitian karya akhir ini. Kekurangan - kekurangan ini memicu munculnya tingkat kesalahan (bias) tertentu dari analisis karya akhir ini. Perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut melalui penelitian lebih lanjut, tentunya sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah
"Reksa dana mempakan salah satu pilihan produk investasi yang menarik. Dengan berinvestasi di reksa dana, investor tidak harus memiliki pengetahuan dan waktu yang cukup untulc mengelola investasinya karena pengelolaan dilakukan oleh manajer investasi. Sejak tahun 1995, reksa dana di Indonesia tems berkembang Dalam reksa dana, selain return, yang perlu diperhatikan adalah risiko yang melekat pada produk ini.
Tesis ini membahas mengenai analisis kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap di Indonesia periode 2004-2008 dengan mempertimbangkan fakior risikonya. Pengukuran dilakukan dengan Sharpe 's Measure, Treynor 's Measure, Jensen is Measure, Appraisal Ratio, M2 Measure,dan 7° Measure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa reksa dana saham dan pendapatan tetap yang kinerjanya. mampu melampaui kinezja tolok ukurnya masing-masing.

Mutual fund is one of interesting investment product choices. Investors who don't have enough knowledge and time to manage his/her investment don?t need to worry because investment manager will carry out the mutual fund management task. Since 1995, mutual fund in Indonesia keeps growing. In mutual fund, beside return, something that also needs to be concerned is the risk.
This thesis discuss about the performance measurement of equity and fixed~income mutual fund in Indonesia for 2004-2008 by considering the risk. The measurement use Sharpe's Measure, Treynor's Measure, Jensen's Measure, Appraisal Ratio, M2 Measure, and T2 Measure. The result shows that there arc several equity and fixed-income mutual fund that outperformed the market.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33405
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jerry Dennis P.
"Reksa Dana merupakan salah satu industri yang sedang berkembang. Sejak dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun Reksa Dana, industri Reksa Dana mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Hal ini ditandai oleh semakin banyaknya Reksa Dana yang beroperasi. Dengan semakin banyaknya Reksa Dana maka investor memiliki semakin banyak pilihan. Selain mempertimbangkan kemanfaatan yang diberikan oleh Reksa Dana, investor juga harus mempertimbangkan kinerja dari Reksa Dana tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap yang ada di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja Reksa Dana. Untuk mengukur kinerja Reksa Dana penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Jensen (1968) dan Gudikunst (1992). Pada model Jensen kinerja diukur melalui intersep darn basil regresi antara kelebihan pengembalian portofolio sebagai variabel dependen dan kelebihan pengembalian pasar sebagai variabel independen. Sedangkan model Gudikunst merupakan pengembangan darn model Jensen dimana variabel indepedennya ditambah dengan perubahan persentase market index Macaulay duration, yield spread antara obligasi rating BBB- versus suku bunga babas risiko, standar deviasi dari pengembalian portofolio periode satu tahun sebelumnya dari Reksa Dana, laju pertumbuhan total aset Reksa Dana dan pengembalian portofolio periode bulan sebelumnya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan manajer portofolio dalam hat memilih sekuritas yang tepat dan pada saat yang tepat (bond selection & market liming ability) dan karakteristik Reksa Dana. Untuk rnengetahui ada atau tidaknya bond selection dan market timing ability maka digunakan model yang telah dikembangkan oleh Henniksson dan Merton (1981). Faktor karakteristik Reksa Dana yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang diteliti adalah rasio biaya manajemen, administrasi dan operasional terhadap total aktiva bersih (expense ratio), total aktiva bersih (net total assets), perputaran portofolio (turnover), bayaran yang dikenakan kepada pemegang unit penyertaan (load fee), umur Reksa Dana dan afiliasi Reksa Dana dengan perusahaan sekuritas tertentu.
HasiI dari-penelitian ini adalah bahwa Reksa Dana yang diobservasi tidak memberikan kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasar sebagai benchmark-nya. Di camping itu penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengembalian pasar sangat menentukan tingkat pengembalian portofolio Reksa Dana. Ada kecenderungan bahwa Reksa Dana dimana manajer portofolionya memiliki peluang arbitrage yang besar dalam meningkatkan kelebihan pengembalian portofolio akibat melebarnya yield spread, mengelola jumlah aset dalam jumlah yang besar dan pengelolaanya menggunakan strategi pasif. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh signifikan positif variabel yield spread, pertumbuhan total aset Reksa Dana dan tingkat pengembalian portofolio bulan sebelumnya terhadap kelebihan pengembalian portofolio.
Jeleknya kinerja Reksa Dana ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritas yang tepat (bond selection ability) dan pada saat yang tepat (market timing ability). Selain ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritas yang tepat dan pada saat yang tepat, perbedaan karakteristik satu Reksa Dana dengan Reksa Dana lainnya menjadi penyebab lain dari jeleknya kinerja Reksa Dana yang diobservasi. Kinerja Reksa Dana dipengaruhi secara signifikan negatif oleh rasio biaya terhadap total aktiva bersih dan bayaran transaksi. Sedangkan total aktiva bersih dan perputaran portofolio berpengaruh secara signifikan positif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T19431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Fadillah Indra, Author
"ABSTRAK
Seiring perkembangan dunia investasi pada saat ini, semakin banyak pilihan instumen investasi di luar tabungan dan deposito yang juga menarik untuk dipilih. Walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi, namun risiko terse but cenderung dapat dikelola dan instrumen yang bersangkutan menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibanding tabungan dan deposito.
Reksa dana merupaka salah satu instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dipilih. Jumlah produknya terus bertambah, dan nilai Nilai Akiva Bersih nya juga terus meningkat secara progresif dari waktu ke waktu. Data dari Bapepam menunjukkan hingga akhir tahun 2004 adalah 175 reksa dana. Dari jumlah tersebu 74 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Fakta tersebut menunjukkan bahwa RDPT adalah salah satu jenis reksa dana yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Lebih jauh lagi, lewat penelitian ini penulis ingin mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis kinetrja untuk membuktikan apakah instrumen Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan instrumen investasi yang lain. Dengan perkembangan RPDT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinetrja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan masyarakat pemodal atau investor sebelum menanmkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinetja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Analisis kinetja reksadana pendapatan tetap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi yang datanya diambil dari Bank Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para investor dalam melakukan keputusan berinvestasi, khususnya untuk melihat lebih jauh kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap. Tolak ukur kinetja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam hal ini adalah tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Untuk menilai tingkat signi:fikansi perbedaan kinetja reksa dana dan pembanding dilakukan uji hipotesis menggunakan uij Beda Dua Rata - rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak: signiflkan pada level 5% artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.
Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999 - 2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinetja reksa dana yang underperformed terhadap kineja pembandingnya, baik untuk pengukuran return maupun pengukuran kinetja sharpe, treynor, Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang.
Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengtlkuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan paramater - parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana di Indonesia"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>