Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albert Polim
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T5689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korry
"Berbagai penelitian yang pernab dilakukan menyatakan peminum kopi biasanya sangat loyal dan tidak jarang yang sangat fanatik pada minuman ini. Hal inilah yang menyebabkan pada masa krisis, tidak terlihat penurunan yang drastis pada angka konsumsi kopi masyarakat Indonesia. Jumlah produsen kopi pun tetap banyak, bahkan
semakin kreatif mengembangkan produk baru.
Pasar kopi instant jumlahnya hanya 5 % dari pasar kopi secara keseluruhan. Nescafe yang merupakan pemimpin dalam pasar kopi instant dengan pangsa pasar mencapai 65 % berkeinginn meluaskan pasarnya karena melihat baliwa pasar kopi di Indonesia sebenarnya sangat besar. Segmen yang menjadi target Nescafe adalah segmen anak muda, yaitu konsumen berusia 18 hingga 26 tahun, yang tinggal di daerah perkotaan dan dan keJas menengah. Segmen ¡ni dinilai potensial karena path usia inilah konsumen kopi mulai melakukan fría!, belum menjadi peminum kopi dan beluxn mempunyai kesetiaan path merek kopi tertentu.. Konsumen segmen ini dianggap lebib mudah untuk dipengaruhi dibanding peminum kopi lama yang biasanya telah setia pada merek kopi tertentu.
Agar dapat mencapai tujuan yaitu meuaskan pasar, diperlukan strategi yang tepat. Karena itu perlu dipahami terlebih dahulu kebutuhan, keinginan, persepsi dan prilaku dan konsumen yang menjadi target. Tujuan dan penelitian adalah untuk mengetahui prilaku konsumen kopi berusia muda, sesual dengan target konsumen Nescafe. Perilaku konsumen yang ingin dilihat antara lain adalah volume konsumsi, kepuasan, lama mengkonsumsi, loyalitas merck sefla merek yang paling dikonsumsi. Konsumen menginginkan produk yang dapat memberikan apa yang diharapkannya dan produk ¡tu. Untuk itu perlu diketahui atribut-atribut yang diinginkan konsumen dan produk kopi. Selain itu penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui asosiasi yang dihubungkan konsumen dengan Nescafe. Setelah mengetahul prilaku, kombinasi atribut dan asosiasi, akan dilakukan
evaluasi terhadap strategi yang diterapkan Nescafe terutama strategi repositioninnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen segmen anak muda memang belum menjadi peminum kopi yang setia. Sebagian besar volume konsun?sinya rendah, yaitu
maksimal hanya I cangkir setiap hari. Segmen ini juga terlihat belum mempunyai kesetiaan pada merck kopi tertentu Jika path saat hendak menabeli kopi mereka tidak
dapat menemukari merck yang blasa mereka konsumsi, mata sebagian besar konsumen akan menean kopi merek lain, bukan berusaha menead merek langganan mereka di tempat lain. Hal ini berarti, strategi Nescafe yang menjadikan konsumen usia muda sebagai target konsumennya sudah tepat, karena segmen itu lebih mudah dipengaruhi dibanding segmen yang lebih tua usianya.
Ada beberapa atribut yang mereka inginkan terdapat pada produk kopi, dimana mereka menganggap atnibut ini sangat penting dan mempengaruhi mereka dalam memilih meracik kopi, atribut itu adalah rasa, aroma dan kemudahan mendapat atau avaibiliry. Atribut-atribut lain seperti kemasan dan iklan dari produk ¡tu sendirì ternyata kecil
pengaruhnya pada konsumen.
Persepsi responden terhadap Nescafe menunjukkan bahwa tidak semua pesan yang disampaikan Nescafe dalam iklaii-iklannya dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Konsumen umurnnya mempersepsikari Nescale sebagai produk yang praktis, berkualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arulita Handayani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Dharmawan S.
"Kompetisi bisnis ritel swalayan di Indonesia akhir-akhir ini semakin intens sebagai akibat dari ekspansi yang dilakukan oleh peritel global di pasar Indonesia, menyambut gayung deregulasi yang ditetapkan pemerintah. Tesis ini meneliti persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan dengan tujuan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat bagi pelaku bisnis ritel swalayan. Persepsi yang diteliti meliputi awareness, persepsi terhadap tingkat kepentingan atribut dan persepsi terhadap kinerja 5 ritel swalayan yang diteliti (Indomaret, Hero, Matahari, Carrefour, Makro) dalam tiap atribut. Perilaku yang diteliti meliputi ritel swalayan yang paling sering dikunjungi, frekuensi kunjungan, durasi kunjungan, hari kunjungan, uang yang dibelanjakan dalam setiap kunjungan, cara pembayaran, rencana belanja dan kategori produk yang dibeli di ritel swalayan.
Hasil penelitian dianalisis dengan frekuensi distribusi, crosstab analysis, analisis atribut, brand positioning map, analisis hirarki dan analisis kuadran. Untuk mendukung analisis tersebut, penulis melakukan studi literatur yang meliputi klasifikasi institusi ritel, analisis trading format, diferensiasi kompetitif ritel, keyakinan/sikap/penilaku konsumen ritel, generic business level strategy, strategi segmentasi/targeting/posi(ioníng, strategi bauran pemasaran dan profil kelima perusahaan ritel yang diteliti.
Dengan mengetahui persepsi dan perilaku konsumen ritel swalayan, tesis ini memberikan beberapa rekomendasi strategi pemasaran bagi ritel swalayan path umumnya dan kelima ritel swalayan yang diteliti pada khususnya.
Dari segi persepsi konsumen terhadap ritel swalayan secara umum, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan top of mind (TOM) awareness melalui pembukaan gerai besar di lokasi strategis dan memenuhi kebutuhan konsumen terhadap ritel swalayan berupa kelengkapan produk, kualitas produk serta harga.
Dari segi persepsi konsumen terhadap kelima ritel swalayan yang diteliti, penulis merekomendasikan Indomaret untuk memperbaiki kinerjanya dalam kelengkapan produk dan kenyamanan berbelanja serta memposisikan diri sebagai tempat belanja murah sehari-hari, Hero untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang nyaman dan berkualitas, Matahari untuk memperbaiki kinerjanya dalam harga dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang lengkap dan berkualitas, Carrefour untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan diri sebagai ritel swalayan yang Iengkap dan nyaman, Makro untuk memperbaiki kinerjanya dalam lokasi dan memposisikan din sebagai ritel swalayan termurah.
Dari segi perilaku konsumen, penulis merekomendasikan ritel swalayan untuk meningkatkan loyalitas peJanggan melalui continuity program, meningkatkan frekuensi kunjungan pelanggan melalui penciptaan pengalaman berbelanja yang unik, meningkatkan durasi kunjungan pelanggan melalul pembukaan gerai luas dengan banyak kategori produk, melakukan antisipasi terbadap peningkatan jumlah pelanggan pada hari libur, menyediakan kategori produk yang dibeli konsumen di ritel swalayan, menyediakan pilihan produk yang sesuai bagi kelas sosio ekonomi yang lebih tinggi, meneria pembayaran dengan kartu kredit dan memfokuskan promosi hemat untuk low involvement product."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Suprapto
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007
658.27 SUP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ruflina Rauf
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian garam beryodium, sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor yang membedakan konsumen dalam membeli garam beryodium dengan yang tidak membeli garam beryodium. Hasil penelitian pada akhirnya dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan program Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium secara umum dan strategi komunikasi pemasaran garam beryodium pada khususnya.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif den dilaksanakan dengan metode survai di Kabupaten Sukabumi. Populasi penelitian adalah ibu rumah tangga dengan jumlah sampel sebesar 387 responden. Sampling dilakukan secara Multistage Stratified Random Sampling. Data digali dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, komunikasi dan informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku pembelian garam beryodium. Kemudian dianalisis secara univariat dan multivariat dengan menggunakan analisis diskriminan.
Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa dari 16 variabel yang dianalisis, hanya ada 4 variabel yang mempengaruhi perilaku beli dan tidak beli garam beryodium, yaitu variabel ketersediaan sebagai discriminates the most, kemudian baru diikuti variabel sikap, komunikasi keluarga dan harga dengan nilai signifikan 0,05. Ketepatan prediksi dari model diskriminan adalah 75% yang termasuk dalam kategori ketepatan klasifikasi tinggi.
Analisis diskriminan juga menunjukkan bahwa perilaku beli dan tidak beli garam beryodium di daerah GAKY sedang, dipengaruhi oleh variabel sikap dan variabel rata-rata pengeluaran belanja makanan per bulan dengan nilai signifikan 0,05. Sedangkan untuk daerah endemik GAKY ringan, perilaku beli hanya dipengaruhi variabel sikap dan untuk daerah non endemik dipengaruhi oleh variabel ketersediaan dan variabel komunikasi keluarga.
Ketepatan prediksi dari model diskriminan adalah 68% untuk daerah endemik sedang, 64% untuk daerah endemik ringan dan 88% untuk daerah non endemik. Ketepatan prediksi ketiga daerah tersebut dapat dikatakan sebagai ketepatan klasifikasi tinggi.

ABSTRACT
The objective of the survey is to know the influencing factors of consumer's behaviour in iodized salt buy, which may identify the factors of consumer differentiation to buy or not to buy iodized salt. The result of the survey at the end will be used as an in put to develop" ic ::line deficiency disorder control" in general and specifically the communication strategy iodized salt marketing.
The survey has been conducted in quantitatif approach and implemented in survey method in Sukabumi District. The survey population are houshold mothers with the total sample of 387 respondents. The sampling has been done in multistage Stratified Random Sampling. The data has been taken by questionaires of the respondent's characteristic, information and commmunication, knoweledge, attitude and practice of iodized salt buy. Then those questions were analized in univariate and multivariate by using discriminant analysis.
The result of the discriminat analysis showed that among the 16 analized variables only 4 variables were influenced by the practice of buy and not buy iodized salt, which was variable of availability as discriminates the most, then followed by variables of attitude, family communication and price with the significant value 0.05
The accurate prediction of the discriminant model is 75% which is high classification accurate category inclusively.
The discriminant analysis also proved that practice of buy and not buy the iodized salt in the moderate "Iodized deficiency disorder central" ( GAKY) area. Was influenced by attitude variable and food expenditure average variable per month with the siginificant value 0.05. While in the mild GAKY endemic area, the practice of buy only influenced by availability variable and family communication variable.
The accurate prediction of discriminant model is 68% for moderate endemic area, 64% for mild endemic area and 88% for non endemic area. The accurate prediction of the three areas show the high classification accuracy.
"
2002
T6556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dono Nur Indarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S18261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetrizal Bobby Heryunda
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membawa pengaruh besar terhadap industri pesawat televisi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang mengalami penurunan tingkat produksi karena tingginya production cost yang harus ditanggung. Namun demikian, persaingan antar merek televisi yang terjadi di pasar terus marak, baik merek-merek terkenal maupun merek-merek tidak terkenal terus meramalkan persaingan di pasar televisi berwarna Indonesia. Merek-merek yang sudah terkenal mengandalkan diferensiasi dalam teknologi yang sudah mereka kuasai sebagai senjata untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar. Sedangkan pendatang-pendatang baru yang belum terkenal umumnya menerapkan strategi low cost dengan memasang harga murah bagi produknya untuk menarik konsumen agar berpindah ke produk mereka.
Salah satu produk yang cukup terkenal dalam industri ini adalah pesawat TV merek Panasonic. Pesawat TV merek Panasonic ini diproduksi dan dipasarkan oleh PT. National Panasonic Gobel. Walaupun sampai saat ini penjuaiannya cukup baik namun perjalanan Panasonic untuk menjadi yang teratas dalam market share tidaklah mudah, karena banyaknya pesaing yang lebih kuat, seperti Sony, Toshiba dan Sharp. Tahun 1996 Panasonic tidak mampu masuk 3 besar brand awareness, walaupun berada diperingkat ke-6 untuk perceived quality. Sedangkan tahun 2001 Panasonic sama sekali tidak mampu masuk 6 besar untuk semua kategori, mulai dari top of mind brand, top of mind advertising, brand share, quality sampai satisfaction.
Dengan kondisi persaingan yang sedemikian ketatnya saat ini, sangat penting bagi Paasonic untuk mengetahui dengan siapa la berkompetisi, bagaimana persepsi konsumen terhadap produknya jika dibandingkan dengan produk kompetitor dan strategi positioning apa yang pantas diterapkan saat ini.
Sehubungan dengan itu, kemudian diadakan penelitian untuk melihat persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh masing-masing merek dan kinerja merek-merek tesebut dalam setiap atribut. Selanjutnya, diharapkan akan ditemukan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Mengingat banyaknya merek yang ada di pasar industri pesawat TV saat ini, maka penelitian hanya dibatasi pada 3 merek yang menduduki peringkat 3 besar brand equity tahun 2001, yaitu Sharp, Sony dan Toshiba, ditambah merek Panasonic. Dan produk yang diteliti hanya pesawat televisi berwarna, tidak termasuk hitam putih.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perilaku konsumen pemakai pesawat televisi di Indonesia.
2. Mengetahui persepsi konsumen mengenai atribut-atnbut yang penting dan keempat merck TV yang menjadi objek penelitian.
3. Menetapkan strategi positioning yang tepat bagi Panasonic.
Riset pemasaran yang dilakukan diawali dengan exploratory research (kualitatif) yang terdiri dari secondary data analysis dan Individual In-depth Interview, kemudian dilanjutkan dengan descriptive research (kuantitatif). Mengingat adanya keterbatasan waktu dan biaya, maka akses data primer dilakukan dengan cara self administered-drop off survey. Sedangkan akses data sekunder dIakukan meialui internet, perpustakaan dan kunjungan ke PT National Panasonic Gobel. Sampel ditetapkan sejumlah 120 orang dengan metode convenience sampling. Hasil survey ketnudian dianalisa dengan menggunakan metode frekuensi distribusi, cross lab analysis, analisjs aijbut, brand analysis untuk setiap atribut dan bi-plot analysis.
Beberapa temuan yang didapat dari hasil penelitian antara lain:
- Atribut kualitas gambar adalah atribut terpenting dimata responden
- Kesembilan atribut yang ada dapat diwakili oleh 4 faktor/dimensi, yaitu dimensi produk, dimensi kualitas, dimensi service dan dimensi harga
- Merek Sony adalah merek yang paling dominan. Tiga metode analisa yang dilakukan yaitu analisa kinerja merek dalam setiap atribut. analisa modd Fishbein dan analìsa biploe menunjukkan bahwa Sony memiliki kinerja terbaik disemua atribut kecuali atribut harga
- Dengan melihat semua hasil analisa, maka dalam jangka pendek Panasonic sebaiknya memfokuskan strategi positioning-nya untuk membangun kedekatan asosiasi dengan atribut gambar. diikuti dengan atribut suara. Untuk itu, kualitasyang ditawarkan Panasonic harus berada diatas Sharp dan Toshiba. minimal mendekati kualitas yang ditawarkan Sony.
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
1. Pihak manajemen Panasonic sebaiknva merumuskan sebuah positioning statement yang khusus digunakan bagi produk televisi.
2. Sebaiknya Panasonic membentuk dan mengembangkan sebuab divisi atau unit khusus yang bertugas melakukan berbagai kegiatan riset di pasar.
Dalam penelitian ini juga terdapat beberapa kelemahan yang pada umumnya ditimbulkan oleh adanya berbagai keterbatasan dari peneliti. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah metode sampling yang digunakan tìdak memilìkì tingkat keacakan yang teruji dan jumlah merek yang diuji hanya sebanyak 4 merek Sehingga ada kemungkinan hasil yang diperoleh tidak bisa niewakili persepsi dan perilaku semua konsumen pesawat TV di indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>