Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwik Windarti
"[Latar belakang : Hipotiroid kongenital (HK) merupakan penyebab disabilitas intelektual yang dapat dicegah dan pencarian etiologinya belum menjadi prosedur rutin. Pencarian etiologi HK penting untuk dilakukan, karena membantu dalam menentukan derajat keparahan, mempengaruhi dosis substitusi L-tiroksin, terapi jangka panjang, prognosis, dan kemungkinan HK diturunkan pada anak selanjutnya (konseling genetik). Etiologi HK dapat bervariasi antar negara. Saat ini data mengenai etiologi HK di Indonesia masih sedikit.
Tujuan : Mengevaluasi etiologi hipotiroid kongenital.
Metode : Penelitian potong lintang dengan metode total sampling pada semua subjek yang terlibat dalam penelitian “Dampak keterlambatan diagnosis hipotiroid kongenital: disabilitas intelektual dan kualitas hidup pasien” di Jakarta. Penelitian ini dilakukan sejak lolos kaji etik sampai November 2014.
Hasil : Terdapat 19 dari 25 subjek yang dapat dievaluasi etiologinya. Etiologi yang ditemukan adalah disgenesis (16/19) dan dishormonogenesis (3/16). Tipe disgenesis terbanyak berturut-turut adalah hemiagenesis (6/16), athireosis (5/16), hipoplasia (4/16), dan ektopik (1/16). Nilai IQ pada kelompok hipoplasia adalah borderline, sedangkan kategori nilai IQ etiologi lainnya adalah disabilitas intelektual. Rerata nilai IQ 72,7(SD 30,3) untuk kelompok hipoplasia, 58,2 (SD 16) untuk agenesis, 52,5 (SD 16,5) untuk hemiagenesis, 37,3 (SD 8) untuk dishormonogenesis, dan nilai IQ 46 didapatkan pada anak dengan kelenjar tiroid ektopik.
Simpulan : Etiologi HK pada penelitian ini adalah disgenesis tiroid (16/19) dan dishormonogenesis (3/19). Hemiagenesis merupakan etiologi HK terbanyak (6/19). Hipoplasi tiroid merupakan kelompok dengan nilai IQ tertinggi (borderline) daripada kelompok lainnya (disabilitas intelektual).;Latar belakang : Congenital hypothyroidism (CH) is one of the most preventable cause of intellectual disability. Investigation for etiology of CH is not a routine procedure in Indonesia. Congenital hypothyroidism etiology is important for predict severity of hypothyroidism, L-thyroxine dose substitution, prognosis, and genetic counselling. Etiology of CH varies among countries. Current data about CH etiology in Indonesia is limited. This research is part of “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research that has been done in RSCM.
Tujuan : To evaluate etiology of primary congenital hypothyroidism.
Metode : A cross sectional study with total sampling of all participants in “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research. This research has been done since pass the ethics until November 2014.
Hasil : There were 19 of 25 participants that could be evaluate the CH etiology. The etiology are dysgenesis (16/19) and dyshormomogenesis (3/19). Types of dysgenesis are hemiagenesis (6/16), athireosis (5/16), hypoplasia (4/16), and ectopic (1/16). Mean of total IQ was 72,7 (SD 30,3) for hypoplasia, 58,2 (SD 16) for agenesis, 52,5 (SD 16,5) for hemiagenesis, 37,3 (SD 8) for dyshormonogenesis, and IQ score for ectopic thyroid is 46.
Simpulan : Etiology of Ch in this research is dysgenesis (16/19) and dyshormonogenesis (3/19). Hemiagenesis is the most common etiology in CH. Hypoplasia thyroid group has the highest IQ score (borderline) among other groups od etiology., Latar belakang : Congenital hypothyroidism (CH) is one of the most preventable cause of intellectual disability. Investigation for etiology of CH is not a routine procedure in Indonesia. Congenital hypothyroidism etiology is important for predict severity of hypothyroidism, L-thyroxine dose substitution, prognosis, and genetic counselling. Etiology of CH varies among countries. Current data about CH etiology in Indonesia is limited. This research is part of “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research that has been done in RSCM.
Tujuan : To evaluate etiology of primary congenital hypothyroidism.
Metode : A cross sectional study with total sampling of all participants in “Impact of delayed CH diagnosis: intellectual disability and quality of live” research. This research has been done since pass the ethics until November 2014.
Hasil : There were 19 of 25 participants that could be evaluate the CH etiology. The etiology are dysgenesis (16/19) and dyshormomogenesis (3/19). Types of dysgenesis are hemiagenesis (6/16), athireosis (5/16), hypoplasia (4/16), and ectopic (1/16). Mean of total IQ was 72,7 (SD 30,3) for hypoplasia, 58,2 (SD 16) for agenesis, 52,5 (SD 16,5) for hemiagenesis, 37,3 (SD 8) for dyshormonogenesis, and IQ score for ectopic thyroid is 46.
Simpulan : Etiology of Ch in this research is dysgenesis (16/19) and dyshormonogenesis (3/19). Hemiagenesis is the most common etiology in CH. Hypoplasia thyroid group has the highest IQ score (borderline) among other groups od etiology.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Parawina Larasati
"ABSTRACT
Angka penderita Thalasemia di Indonesia diprediksi akan meningkat setiap tahun dan penyakit genetik tersebut dapat menimbulkan dampak psikologis dan juga dampak finansial bagi penderita, keluarga, dan negara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi akan hambatan (PB) dan pertimbangan konsekuensi masa depan (CFC) terhadap intensi (BI) melakukan skrining/deteksi dini Thalasemia pada dewasa muda. Penelitian ini diikuti oleh 411 partisipan dewasa muda berusia 18 sampai 25 tahun (M = 20,47) yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Partisipan mengikuti penelitian dengan mengisi kuesioner daring dan menonton video animasi mengenai Thalasemia. Instrumen penelitian yang digunakan adalah alat ukur skala Preventive Health Behavior (Cronbachs α = ,71), alat ukur CFC-14 Scale (Cronbachs α = ,82), dan alat ukur BI dengan single-item. Hasil analisis regresi menggunakan PROCESS adalah: (1) Pb memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan BI (b1 = -2,019; p < 0,05), (2) CFC tidak memiliki hubungan signifikan dengan BI (b2 = -1,639; p > 0,05), (3) Interaksi antara PB dan CFC tidak memiliki hubungan signifikan dengan BI (b3 = -,808; p > 0,05),. Hasil temuan lain adalah self-efficacy yang dikontrol secara statistik terbukti memiliki hubungan dengan BI dan menjadi prediktor kuat terhadap intensi perilaku sehat, yaitu perilaku pencegahan Thalasemia melalui skrining.

ABSTRACT
Number of Thalassemia patients is predicted to increase every year in Indonesia and this genetic disease can cause psychological impacts as well as huge costs for patients, families and nurses, and also the government. The purpose of this study is to analyze the correlation of Perceived Barriers (PB) and Considerations Future Consequences (CFCs) and their interactions with Behavioral Intention (BI) to take Thalassemia screening as part of preventive health behaviors. Participants were 411 young adults, ranging from 18 to 25 years (M = 20.47) who lived in the Greater Jakarta area. Participants take steps through self-report online questionnaire and must watch a short animated video about Thalassemia. Measurements used in this study are adapted versions of the Preventive Health Behavior Scale (Cronbach's, = .71), CFC-14 Scale (Cronbach's  =, 82), and the BI Scale, with a single item size. The results using the PROCESS regression analysis showed that, (1) there were negative and significant results from PBto BI (b1 = -2,019; p <0.05), and (2) CFC had insignificant results on BI (b2 =
-1,639; p> 0.05), (3) PB and CFC interactions have insignificant results on BI (b3 = -808; p> 0.05). Other findings show that self-efficacy as a control variable is proven. has a significant correlation with BI and is a strong predictor of intentions to enforce preventive health behaviors in the form of thalassemia screening.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam
"ABSTRACT
Latarbelakang. Terapi yang adekuat pada penderita HAK diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK. Saat ini belum ada data mengenai profil pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK di Indonesia yang menjalani terapi.
Tujuan. Mengetahui profil pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK di Indonesia yang menjalani terapi.
Metode.Studideskriptifserial kasusterhadap14 kasus HAK yang memasukimasapubertas di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama bulan November 2012 hingga April 2013. Pada subjek dilakukan pencatatan data, berupa anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium dan radiologibone age.
Hasil penelitian. Hasil penelitian ini merupakanriset pendahuluan (preliminary research) terhadap 14 kasus HAK. Mayoritas penderita HAK di Jakarta yang menjalani terapi adalah perempuan, berusia di atas 8 tahun, HAK tipeSalt-Wasting (SW) dan terdiagnosis< 1 tahun. Tujuh dari 14 subjek mengalami obesitas. Penderita HAK yang menjalani terapi mengalami under treatment ditunjukkan dengan 11/14 subjek memiliki bone age accelerated dengan perhitungan tinggi badan dewasa yang pendek. Tiga belas subjek sudah pubertas dan 10/14 subjek mengalami pubertas prekoks. Dosis glukokortikoid yang diberikan pada subjek HAK masih dalam rentang dosis yang direkomendasikan (median 18,12 mg/m2/hari) dengan median durasiterapi 8,1 tahun. Kontrol metabolik penderita HAK dengan menggunakan parameter 17-OHP bervariasi dengan rentang 0,2-876 nmol/L (rerata 166,9 nmol/L).
Simpulan. Under treatment menyebabkan gangguan tumbuhkembang penderita HAK pada penelitian ini. Under treatment disebabkan karena ketidakteraturan terapi dan pemantauan terapi yang buruk. Edukasi berkala pada pasien HAK diperlukan untuk meningkatkan keteraturan terapi.

ABSTRACT
Background. Adequacy treatment can optimalize the puberty and linear growth in patient with congenital adrenal hyperplasia (CAH). Puberty and linear growth profile of CAH children in Indonesia is unknown.
Objective.To study the profile of puberty and linear growth in Indonesian children with CAH on therapy.
Methods. Descriptive study of 14 cases of CAH at Department of Child Health CiptoMangunkusumo Hospital during November 2012 to April 2013. Study included anamnesis, physical, laboratory, and bone age examination.
Results. This is preliminary research of 14 cases of CAH. Most of CAH subjects were girls, age more than 8 years old, salt wasting type, and diagnosed less than 1 years of age. Seven subjects were obesity. The CAH patients were undertreatment which 11/14 subjects have bone age accelerated and 10/14 subjects were precocious puberty. Dose of glucocorticoid based on recommendation (median dose of glucocorticoid was 18,12 mg/m2/day,duration of therapy was 8,1 years). Metabolic control of 17-OHP parameter showed variable level with range 0,2-876 nmol/L(mean 166,9 nmol/L).
Conclusions. Undertreatment can interfere linear growth and development (precocious puberty and short stature) of CAH patients in this study. Worst compliance and monitoring therapy will lead to undertreatment so that frequent education to CAH patients is needed for longterm treatment."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafi Ruhmina
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perancangan prototipe kuesiner pra skrining perkembangan (KPSP) berbasis elektronik di Puskesmas Cinere, Kecamatan Cinere, Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengembangan sistem RAD (Rapid Application Development). Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan metode wawancara kepada bidan Puskesmas Cinere ditemukan adanya keluhan bahwa pengisian KPSP kurang praktis. Hal ini dapat
mempengaruhi beban kerja tenaga kesehatan yang berakibat pula pada target pencapaian DDTK. Inilah yang menjadi peluang bagi peneliti merancang prototipe KPSP berbasis elektronik dengan harapan proses pencatatan dan pelaporan menjadi lebih mudah, praktis, dan cepat. Berdasarkan hal tersebut telah dikembangakan prototipe kuesioner pra skrining perkembangan berbasis elektronik. Rancangan prototipe tersebut telah disimulasikan pada bidan di Puskesmas Cinere dengan respon yang baik dari para bidan.
ABSTRACT
This thesis discusses the design of electronic-based developmental pre-screening questionnaire (KPSP) prototype in Cinere Health Center, Cinere District, Depok City. This research is a qualitative study with the method of developing RAD (Rapid Application Development) systems. Based on the results of data collection conducted by the interview method to the Cinere Puskesmas midwife, complaints were found that
KPSP filling was less practical. This can affect the workload of health workers which also results in the target of achieving early detection of under-fives. This is the opportunity for researchers to design electronic-based KPSP prototypes in the hope that the recording and reporting process becomes easier, practical, and faster. Based on this,
a prototype of electronic-based developmental pre-screening questionnaire has been developed. The design of the prototype was simulated in midwives at the Cinere Health Center with a good response from midwives."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Andriani Yusuf
"Hipotiroid kongenital didefisikan sebagai kurangnya hormon tiroid yang mempengaruhi anak sejak lahir (kongenital) disebabkan kegagalan perkembangan kelenjar tiroid atau ektopik sehingga berpengaruh bagi
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan otak yang normal Hipotiroid kongenital mempengaruhi perkembangan fisik, intelektual, dan juga emosi serta perilaku anak. Penelitian mengenai permasalahan fisik dan medis anak hipotiroid kongenital sudah banyak dilakukan namun penelitian pada aspek psikologi khususnya emosi dan perilakunya masih minim. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah emosi dan perilaku anak penderita hipotiroid kongenital yang dilakukan melalui metode observasi, wawancara, tes CBCL 4/18 dan AAMD- Adaptive Behaviour Scale Bagian II.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif Subjek penelitian diambil dari 3 pasien anak dengan diagnosa hipotiroid kongenital di bagian Endokrin RSCM, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah perilaku sosial, masalah atensi, perilaku agresif, dan reaksi buruk terhadap frustrasi anak penderita hipotiroid kongenital. Selanjutnya pada masing-masing anak terdapat variasi masalah emosi dan perilaku lainnya 1 subjek mengalami masalah perilaku menarik diri, keluhan somaris, mudah terganggu, masalah perilaku sosial, masalah atensi, perilaku soliter dan perilaku tidak menyenangkan.
Subjek lainnya mengalami masalah perilaku sosial, masalah atensi, perilaku tidak menyenangkan dan seorang subjek lagi mengalami keluhan somatis, masalah perilaku sosial dan masalah atensi. Hasil penelitian ini juga menemukan adanya perubahan perilaku sebelum dan sesudah pengobatan hipoliroid, yang awalnya pasif menjadi aktif dan lebih agresif."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Monica Wuryandita R
"Prevalensi paparan asap rokok yang tinggi di rumah di Indonesia semakin mengancam anak-anak sebagai pihak mayoritas yang secara sukarela terpapar. Studi ini menyelidiki hubungan antara paparan asap rokok pada masa prenatal dan usia dini dan hasil kognitif anak-anak berusia 7-12 tahun, menggunakan data dari Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) 2014. Dengan model regresi probit, hasilnya menunjukkan bahwa paparan asap rokok sangat penting dalam mempengaruhi hasil kognitif anak bahkan setelah dikendalikan oleh karakteristik keturunan, karakteristik anak-anak, dan karakteristik sosial ekonomi ibu. Status merokok ibu memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap hasil kognitif anak.

The high prevalence of secondhand smoke at home in Indonesia is increasingly threatening children as the majority party who voluntarily exposed. The study investigated the relation between exposure to secondhand smoke on prenatal and early childhood development and cognitive outcome of children aged 7-12 years, using data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) 2014. With probit regression model, the result indicates that exposure to secondhand smoke is significant in affecting children cognitive outcome even after controlled by heredity characteristic, children characteristics, and socioeconomic characteristics. Maternal smoking status has negatively significant impact on children cognitive outcome."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Anggun Lestari
"

Kanker nasofaring merupakan pertumbuhan sel secara abnormal yang berkembang di sekitar nasofaring. Kanker nasofaring menempati urutan keempat sebagai kanker dengan angka kejadian terbanyak di Indonesia. Pengobatan pada pasien kanker nasofaring meliputi kemoterapi, radioterapi, atau gabungan dari keduanya. Kedua pengobatan tersebut memiliki efek samping pada pasien yang dapat bersifat akut (kurang dari 3 bulan) ataupun kronik (lebih dari 3 bulan). Pada penelitian ini, akan difokuskan pada penyakit hipotiroid sebagai efek samping dari radioterapi pada pengobatan pasien penderita kanker nasofaring. Hipotiroid adalah kondisi ketika kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon tiroid yang cukup. Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang berasosiasi dengan penyakit hipotiroid dan mengetahui hubungan penyakit hipotiroid dengan kualitas hidup. Untuk mencapai tujuan pertama, akan digunakan metode classification tree dan regresi logistik. Classification tree digunakan untuk memperoleh variabel-variabel penting dalam pengklasifikasian kelas subjek. Kemudian, regresi logistik digunakan untuk mengkuantifikasi risiko dari variabel-variabel yang muncul pada classification tree, faktor-faktor risiko penyakit hipotiroid, dan faktor-faktor penanda penyakit hipotiroid. Berdasarkan analisis, diperoleh bahwa secara keseluruhan faktor-faktor yang berasosiasi pada penelitian ini adalah variabel symptom, physical sign, kebiasaan merokok, jenis kelamin, usia, IMT, hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dan fT4 (free tiroksin), serta semua item pada skor Zulewski, kecuali item delayed ankle reflex dan slow movements. Selanjutnya, untuk mencapai tujuan kedua, yaitu mengetahui hubungan penyakit hipotiroid dengan kualitas hidup pasien, akan digunakan metode regresi linear dan crosstab. Berdasarkan hasil dari analisis regresi linear, diperoleh bahwa penyakit hipotiroid cenderung sejalan dengan penurunan kualitas hidup. Pada data penelitian ini, penyakit hipotiroid cenderung memiliki efek terhadap domain fungsi sosial dan emosi, serta berdampak pada peningkatan beberapa gejala, seperti gejala kelelahan, nyeri, insomnia, dan konstipasi, serta meningkatkan masalah kesulitan finansial. Selanjutnya, berdasarkan analisis crosstab, diperoleh bahwa seseorang yang memiliki penyakit hipotiroid berisiko sekitar enam kali lebih besar untuk memiliki trend kualitas hidup yang turun dibandingkan seseorang yang normal.


Nasopharyngeal cancer is an abnormal cell growth that develops around the nasopharynx. Nasopharyngeal cancer is the fourth common cancer in Indonesia. Treatment of nasopharyngeal cancer patients includes chemotherapy, radiotherapy, or a combination of both. Both of these treatments have side effects in patients who can be acute (less than 3 months) or chronic (more than 3 months). In this study, we will focus on hypothyroidism as a side effect of radiotherapy in the treatment of patients with nasopharyngeal cancer. Hypothyroidism is a condition when the thyroid gland is unable to produce enough thyroid hormone. This study has two main objectives, namely identifying the factors associated with hypothyroidism and knowing the relationship of hypothyroidism with quality of life. To achieve the first objective, classification tree and logistic regression methods will be used. Classification tree is used to obtain important variables in the classification of subject classes. Then, logistic regression is used to quantify the risk of variables that appear in the classification tree, hypothyroidism risk factors, and hypothyroidism marker factors. Based on the analysis, it was found that overall the factors associated in this study were variable symptom, physical sign, smoking habits, sex, age, BMI, TSH (Thyroid Stimulating Hormone) and fT4 (free thyroxine) hormone, and also all items on Zulewski's score, except items delayed ankle reflex and slow movements. Furthermore, to achieve the second goal, linear regression and crosstab methods will be used. Based on the results of linear regression analysis, it was found that hypothyroidism tends to reduce quality of life. In this research data, hypothyroidism tends to have an effect on the domain of social and emotional functioning, and has an impact on improving several symptoms, such as symptoms of fatigue, pain, insomnia, and constipation, and also increasing the problem of financial difficulties. Furthermore, based on the crosstab analysis, it was found that someone who has hypothyroidism is about six times more likely to have a decreased quality of life trend than someone who is normal.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Widia Pangesti
"Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki asosiasi anatara usia pernikahan pada ibu terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 5 dengan menggunakan model regresi logistik biner. Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah anak yang telah berusia 25 tahun atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendidikan intergenerasi sebagai variabel tidak bebas dan usia pernikahan ibu sebagai variabel bebas utama. Variabel bebas lainnya yang digunakan adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan ibu berkorelasi positif dan berdampak secara siginifikan terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas memiliki pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang lahir dari ibu menikah pada saat usia 18 tahun atau kurang daripada pada anak dari ibu yang menikah pada usia lebih dari 18 tahun. Pengaruh yang sama ditunjukkan setelah dikontrol terhadap jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang berjenis kelamin perempuan, memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki rasio biaya pendidikan rumah tangga yang rendah, bertempat tinggal di pedesaan, serta berdomisili di Pulau Jawa.

This study investigated the association between maternal age at marriage and intergenerational education in Indonesia. This study used a binary logistic regression model with secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) wave 5 in 2014. The unit of analysis used in this study was children aged 25 years or older with. This study used intergenerational education as the dependent variable and maternal age of marriage as the main independent variable. Meanwhile, other independent variables used were gender, father's education, the ratio of education costs, place of residence, and region of residence. The results of the study showed that mother’s age at marriage age was positively correlated and significantly impacted intergenerational education in Indonesia. It shows that the probability of having a low intergenerational education was higher among children who were born to mothers who were married at child’s age (18 years or younger) than among children of mothers who were married at older than 18 years. The same effect was shown after controlling for gender, father's education, the ratio of education costs, place of living area, and place of residence. This study shows that the probability of low intergenerational education was higher for female children, had fathers with low levels of education, had a low ratio of household education expenditure, lived in rural areas, and lived in Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Putri
"ABSTRAK
Infeksi CMV merupakan penyebab infeksi kongenital tersering di dunia yang menyebabkan kematian maupun kecacatan permanen misalnya keterlambatan perkembangan, gangguan pendengaran dan penglihatan. Prevalensi CMV dipengaruhi oleh letak geografis, status sosial ekonomi dan etnis. Prevalensi CMV kongenital di Amerika berkisar 0,5-1 , sementara di Negara berkembang 0,6-6,1 . Di Indonesia belum terdapat data prevalensi CMV kongenital. Penelitian ini adalah penelitan potong lintang untuk mengetahui prevalensi infeksi CMV pada neonatus yang lahir di RSCM. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai April 2017. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik consecutive sampling tanpa randomisasi, mengikutsertakan semua neonatus berusia kurang dari 21 hari. Sampel urin dilakukan polymerase chain reaction PCR dan sequencing. Neonatus yang terinfeksi akan menjalani skrining kelainan fungsi pendengaran, penglihatan dan USG kepala serta pemantauan selama 6 bulan. Sebanyak 12 dari 205 5,9 subjek penelitian, terinfeksi CMV atas dasar pemeriksaan PCR dan sequencing CMV urin. Sebanyak 5 dari 12 bayi yang terinfeksi CMV menjalani perawatan dengan diagnosis sepsis dan prematuritas. Satu orang bayi yang terinfeksi CMV meninggal. Prevalensi infeksi CMV pada neonatus di RS Cipto Mangunkusumo adalah 5,9 . Sebanyak 2 subjek merupakan infeksi simtomatik, sementara 10 subjek asimtomatik. Manifestasi klinis yang terlihat adalah gejala sistemik berupa viral-like sepsis, kolestasis, trombositopenia, dan gejala neurologis berupa ventrikulomegali.

ABSTRACT
CMV infection is the commonest cause of congenital infection, causing death or permanent disability such as delayed growth, hearing and sight problems. Prevalence of CMV infection is influenced by geographical location, socio economic status, and ethnicity. Prevalence of CMV infection in the US is around 0.5 1 , while in the developing countries varies from 0.6 6.1 . In Indonesia the prevalence of congenital CMV infection is unknown. This study is a cross sectional study to determine the prevalence of congenital CMV infection among neonates in Cipto Mangunkusumo hospital, held from October 2016 to April 2017. Subjects were recruited through consecutive sampling without randomization, from all neonates below 21 days old. Urine sample are collected for polymerase chain reaction PCR and sequencing of CMV. Infected neonates were screened for hearing and sight problems, brain ultrasound, and given a follow up program for 6 months. Twelve out of 205 subjects 5.9 were infected with CMV according to urine PCR and sequencing results. Five of them underwent hospitalization in the NICU due to sepsis and prematurity. One died during follow up. Prevalence of congenital CMV infection in Cipto Mangunkusumo hospital is 5.9 . Two subjects were considered as symptomatic infection, while the other ten asymptomatic. Clinical manifestation were systemic symptoms such as viral like sepsis, cholestasis, thrombocytopenia, and ventriculomegaly."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noerfitri
"ABSTRAK
Tingginya angka insidens TB MDR di Indonesia, dibarengi dengan tingginya tingkatLost to Follow-up LTFU pada pengobatan pasien TB MDR. Pasien TB resisten obatmemiliki kemungkinan LTFU lebih besar dibandingkan pasien TB sensitif obatdikarenakan durasi pengobatan yang lebih lama. Selain itu, pasien TB MDR yang tidakmelanjutkan pengobatannya sampai tuntas memiliki peningkatan risiko kematian akibatTB. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rujuk balik dan tipe pasien terhadapkejadian LTFU pada pasien Multidrug-Resistant Tuberculosis TB MDR di Indonesia.Studi dilakukan pada Mei-Juni 2018 di Subdit TB ndash; Direktorat P2PML, Ditjen P2PKementerian Kesehatan RI. Desain studi yang digunakan adalah desain studi kohortretrospektif. Jumlah sampel pada studi ini adalah 961 pasien. Sampel diambil secaratotal sampling. Berdasarkan status rujuk baliknya, 86,3 pasien dilakukan rujuk balikdan 13,97 pasien tidak dirujuk balik. Berdasarkan kategori tipe pasien, 35,17 kasuskambuh, 5,52 pasien baru, 13,94 pasien pernah LTFU, 23,10 kasus gagalpengobatan kategori 1, 20,29 kasus gagal pengobatan kategori 2, 1,9 lain-lain pasien tidak diketahui riwayat pengobatan TB sebelumnya . Dari studi ini, diketahuibahwa proporsi kejadian LTFU sebesar 28,40 dengan kumulatif hazard LTFU sebesarsebesar 1,12 selama 39 bulan pengamatan, sehingga didapatkan hazard rate sebesar2,88/100 orang-bulan. Hasil analisis multivariabel dengan regresi cox time-dependentmenunjukkan bahwa rujuk balik menurunkan peluang terjadinya LTFU sebesar 46 HR 0,54; 95 CI 0,35-0,84 pada kondisi variabel tipe pasien dan umur sama adjusted . Untuk tipe pasien, tipe pernah LTFU, gagal pengobatan kategori 2 dan tidakdiketahui riwayat pengobatan TB sebelumnya meningkatkan peluang terjadinya LTFUmasing-masing sebesar 50 HR 2,02; 95 CI 1,18-3,45 , 53 HR 2,13; 95 CI1,240-3,66 , dan 74 HR 3,80; 95 CI 1,54-9,36 dibandingkan dengan tipe pasienkambuh baseline pada kondisi variabel rujuk balik, jenis kelamin, dan umur sama adjusted . Pada laki-laki, efek tipe gagal pengobatan kategori 2 lebih rendah 0,26 kalidibandingkan dengan pasien wanita dengan tipe gagal pengobatan kategori 2. Petugaskesehatan perlu meluangkan waktu yang lebih banyak untuk memberikan komunikasi,informasi, dan edukasi mengenai pengobatan TB serta mengenai manfaat rujuk balikkepada pasien TB MDR. Risiko LTFU meningkat pada pasien yang bertipe pernahLTFU, gagal pengobatan kategori 2, dan tidak diketahui riwayat pengobatan TBsebelumnya dibandingkan pasien dengan tipe kambuh, karena tipe kambuh sudah terujikepatuhannya terhadap pengobatan sebelumnya. Perlunya skrinning tipe pasien denganbaik untuk mengidentifikasi risiko LTFU berdasarkan tipe pasien sejak awal pasienmemulai pengobatan.Kata kunci: LTFU, rujuk balik, tipe pasien, TB MDR

ABSTRACT
The high incidence rate of MDR TB in Indonesia is accompanied by high rate of lost tofollow up LTFU in the treatment of MDR TB patients. Drug resistant TB patients havea greater risk of LTFU than drug sensitive TB patients due to longer treatmentduration. In addition, MDR TB patients who did not continue treatment completely hadan increased risk of dying from TB. The aims of this study were to determine thedecentralization influence and patient type on the incidence of LTFU in Multidrug Resistant Tuberculosis MDR TB patients in Indonesia. This study was conducted inMay June 2018 at Subdirectorate of TB Directorate of Prevention and CommunicableDisease Control, Directorate General of Prevention and Disease Control Ministry ofHealth of the Republic of Indonesia. The study design was retrospective cohort. Thenumber of samples in this study was 961 patients. Samples were taken in total sampling.Based on the decentralization status, 86.3 of patients were decentralized. Based onthe type of patient category, 35.17 of relapse, 5.52 of new, 13.94 of after LTFU,23.10 of failure category 1, 20.29 of failure category 2, 1.9 of other patients unknown history of previous TB treatment . The proportion of incidence of LTFU is28.40 with cumulative hazard of LTFU equal to 1.12 during 39 months ofobservation, so hazard rate is 2.88 100 person month. In multivariable analysis withcox regression time dependent revealed that decentralization reduced the probability ofLTFU up to 46 HR 0.54, 95 CI 0.35 0.84 after controlled by type of patient andage. For patient type, treatment after LTFU, failure category 2 and unknown history ofprevious TB treatment increased the probability of LTFU by 50 HR 2,02 95 CI1,18 3,45 , 53 HR 2,13 95 CI 1,240 3,66 , and 74 HR 3,80 95 CI 1,54 9,36 consecutively compared with the type of relapse patients baseline after controlled bythe decentralization, gender, and age. In male patients with failure treatment category2, the effect was 0.26 times lower compared with failure category 2 in female patients.Health workers need to spend more time in communicating, informing and educatingabout TB treatment and the benefits of decentralization to MDR TB patients. The risk ofLTFU increased in type of patient after LTFU, treatment failure category 2, andunknown history of previous TB treatment compared with patients with relapse types.The need for good patient type screening to identify the risk of LTFU by type of patientfrom the initial of treatment.Keywords LTFU, decentralization, type of patient, MDR TB"
2018
T49937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>