Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2336 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Solikhah Solikhah
"Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu daerah endemis malaria di
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Lonjakan jumlah kasus
malaria terjadi hampir dua kali lipat sejak tahun 2010 hingga bulan Agustus
2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis Plasmodium pada
penyakit malaria. Penelitian eksplorasi ini menggunakan desain studi cross
sectional. Diagnosis kasus malaria diperiksa menggunakan pemeriksaan
darah tebal secara mikroskopis dan untuk mengetahui faktor sosio-
demografi dilakukan wawancara menggunakan kuesioner. Populasi studi
adalah penduduk di wilayah Kabupaten Kulonprogo yang diambil secara
proporsional pada bulan Januari sampai bulan Juni 2012. Data dianalisis
secara univariat dalam bentuk grafik dan tabulasi. Hasil penelitian ini adalah
1,3% terinfeksi Plasmodium campuran. Ada 82,1% yang ditemukan
Plasmodium dalam bentuk ring, dan 0,6% ditemukan dalam bentuk gamet
dan 5,8% dalam bentuk Plasmodium campuran yaitu ring dan gamet. Pada
tahun 2012, kasus malaria di Kabupaten Kulonprogo berjumlah 156 kasus
dengan rincian 97,4% adalah kasus baru dan 2,6% kasus impor, penye-
baran terjadi di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo.
Kulonprogo District is one of area endemic malaria in Yogyakarta and
central Java. Malaria cases raised sharply two times from August 2010 to
2011. This aimed of study to know type in the malaria Plasmodium. This
research was exploratory research with a cross sectional design approach.
Diagnostic of malaria used a microscopic examination of blood thick and
conducted interviews with questionnaire to determined factors sosio-
demografi. The population was resident in the district in proportion
Kulonprogo taken in January to in June 2012. Analyze data used graphs
and univariate data tabulation. The results in this study was parasite of
Plasmodium found 1.3% was mixed Plasmodium infection. The parasite
found 82,1% was ring Plasmodium, and 0.6% was in the form of gametes
and 5.8% was in the form of a mixture of the ring and Plasmodium gametes.
In 2012, Malaria Cases in Kulonprogo District was 156 cases. The percen-
tage of detail cases were 97,4% new cases and 2,6% import cases. Malaria
disease spread in Kulonprogo District."
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elviera Gamelia
"Di dunia, malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama
di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Di Jawa Tengah, kasus mala-
ria terus memperlihatkan kecenderungan yang meningkat, salah satu
daerah endemis malaria di Banyumas adalah Puskesmas II Sumpiuh.
Berdasarkan survei pendahuluan masih banyak ditemukan perilaku berisiko
yang dapat mengakibatkan terjadi malaria. Penelitian ini bertujuan menge-
tahui persepsi masyarakat, kemungkinan aksi, dan informasi tentang mala-
ria yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan malaria di Puskesmas
Sumpiuh II Banyumas. Penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional ini dilakukan pada populasi kepala keluarga di Puskesmas II
Sumpiuh. Jumlah sampel sebanyak 95 kepala keluarga ditarik menggu-
nakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan metode
analisis univariat dengan statistik deskriptif, analisis bivariat dengan kai
kuadrat, serta analisis multivariat dengan regresi logistik. Persepsi masya-
rakat tentang kerentanan, persepsi tentang kegawatan, kemungkinan aksi
hambatan dan informasi tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan
malaria, kecuali kemungkinan aksi manfaat berhubungan dengan perilaku
pencegahan malaria. Variabel yang berpengaruh pada perilaku pencega-
han malaria adalah manfaat pencegahan malaria.
Malaria has still been a threatening of health problem in the world, particu-
larly in tropical countries including Indonesia. The malaria cases in Central
Java continued to increase. One of the Malaria endemic areas in Banyumas
is Sumpiuh Primary Health Care II. Based on preliminary survey, It was
found that there were risky behavior affecting the emerge of malaria. This
study aimed to find out the community perception, action probabilility and in-
formation about malaria which influenced to preventive behavior in Primary
Health Care II Sumpiuh.Cross sectional study was conducted to head of
household in primary health care II Sumpiuh. The number of sample that
was selected with simple random sampling method was 95 household
heads. Data analysis methods used in this study were univariate analysis
with descriptive statistic, bivariate with chi square and multivariate with
logistic regression. Community perceptions about vulnerability, seriousity of
disease, obstruction and perception about information did not relate to
preventive behavior of Malaria, except perception about the benefit related
to preventive behavior.The influenced variable for malaria preventive
behavior was prevention benefit taken by community."
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Arsunan Arsin
"Penyakit malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting di dunia. Di Indonesia, terutama di luar daerah Jawa dan Bali,
sampai kini angka kesakitan malaria masih tergolong tinggi. Di Puskesmas
Bunta Kabupaten Banggai, pada tahun 2008 Annual Malaria Incidence
(AMI) dilaporkan mencapai 109,9?. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan serta mengetahui hubungan gejala, tanda klinis, dan hasil
pemeriksaan mikroskopik malaria. Desain studi yang digunakan adalah
cross sectional. Pengumpulan data wawancara dan mengambil sediaan
darah dilakukan pada 150 penderita suspect malaria di puskesmas dan
rumah penduduk. Penderita malaria klinis dengan pemeriksaan mikros-
kopik malaria positif ditemukan sekitar 52%. Gejala dan tanda klinis malaria
yang berhubungan bermakna dengan pemeriksaan mikroskopik meliputi
menggigil (nilai p = 0,000); sakit kepala (nilai p = 0,007); nyeri otot/ tulang
(nilai p = 0,001); pusing (nilai p = 0,000); demam (nilai p = 0,003); anemia
(nilai p = 0,000); dan splenomegali (nilai p = 0,000). Berdasarkan analisis
multivariat ditemukan gejala dan tanda klinis yang paling dominan
berhubungan dengan pemeriksaan mikroskopik adalah menggigil (nilai p =
0,002; CI 95% = 1,593 _ 7,797) dan anemia (nilai p = 0,000; CI 95% = 2,265
_ 11,191) yang merupakan faktor prediksi terbaik untuk diagnosis dini,
skrining, dan surveilans malaria.
Malaria which morbidity still high is one of health problems in the world in-
cluding in Indonesia, mainly in outside Java and Bali island. In Bunta Public
Health Center Banggai Regency in 2008, the AMI was 109,9? still high.
The objective of this research is to compare and to know the relationship
between clinical malaria diagnosis and microscophic examination. The
methods used in research were observasional study with cross sectional
study by interviewing and taking blood stoke of malaria suspected among 150 respondents in Public Health Center and people residents. The data
was analyzed by SPSS program according to univariate, bivariat, and mul-
tivariate. The result showed that positive mycroscopic cases among clinical
malaria cases is 52%. The sign and symptomps of malaria is corelated to
positif microscophic examinated cases such as shiver (p value = 0,000);
headache (p value = 0,007); muscle/bones pain (p value = 0,001); dizzy-
ness (p value = 0,000); fever >37,5°C (p value = 0,003); anemia (p value =
0,000); and splenomegaly (p value = 0,000). Based on the multivariate test,
indicated that the sign and symptoms that related dominantly to micros-
cophic examination includes shiver symptom (p value = 0,002; CI 95% =
1,593 _ 7,797) and anemia (p value = 0,000; CI 95% = 2,265 _ 11,191).
Malaria clinical signs and symtomps is the alternative diagnosis of malaria
in endemic areas that have microscophic examination restictiveness."
Universitas Hasanuddin, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Epidemiologi, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Susy Sriwahyuni Sukiswo
"Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Kecamatan Arongan Lambalek merupakan daerah rawan malaria di Kabupaten Aceh Barat dengan kategori Medium Incidence Area dengan nilai Annual Parasite Incidence (API) 3,67 per 1000 penduduk masih di atas target API Nasional pada fase eliminasi API kurang dari 1 per 1000 penduduk tahun 2013. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik, sosial ekonomi, perilaku, dan kondisi lingkungan rumah yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol dengan metode penarikan sampel yaitu purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri 33 kasus dan 33 kontrol, kelompok kasus adalah orang yang dinyatakan positif malaria sedangkan kelompok kontrol orang yang dinyatakan negatif berdasarkan pemeriksaan mikroskopis/rapid diagnostic test tahun 2014. Analisis statistik yang digunakan analisis univariat, bivariat (kai kuadrat), dan multivariat (regresi logistik). Hasil analisis bivariat diketahui ada lima variabel yang berpengaruh, yaitu pekerjaan (p = 0,000, OR = 0,05), pengetahuan (p = 0,000; OR = 17,5), sikap (p = 0,001; OR = 7,43), tindakan (p = 0,000; OR = 9,8), dan lingkungan (p = 0,000; OR = 9,0). Berdasarkan hasil analisis multivariat, pengetahuan adalah determinan yang paling berpengaruh (p = 0,006; OR = 12,783, CI 95% = 2,045?79,893). Penyuluhan yang intensif mengenai malaria perlu dilakukan untuk lebih menambah pengetahuan dan informasi masyarakat.

Malaria is an infectious disease of global concern. The Subdistrict of Arongan Lambalek in West Aceh which belongs to the Medium Incidence Area category was a malaria endemic area with Annual Parasite Incidence (API) 3,67 at 1000 population in 2013. The API was higher than national API on elimination phage less than 1 at 1000 population. The objective of this research was to analyze the characteristic, socioeconomic, behavioral, home environment conditions to determine of malaria incidence in Arongan Lambalek Subdistrict, of West Aceh District. This research was analytic observational case control approach with purposive sampling method. The number of samples in this study comprised 33 cases and 33 controls, the cases are people who tested positive for malaria, while the control group of people who tested negative by examination microscopic/rapid diagnostic test in 2014. The statistical analysis used univariate, bivariate (chi-square), and multivariate (logistic regression). The results of the bivariate analysis are five variables known to affect malaria, they are job (p = 0.000, OR = 0.05), knowledge (p = 0.000; OR = 17.5), attitude (p = 0.001; OR = 7.43 ), action (p = 0.000; OR = 9.8), and the environment (p = 0.000; OR = 9.0). Based on the results of the multivariate analysis (logistic regression) knowledge is the most dominan determinan (p = 0.006; OR = 12.783, 95% CI = 2.045 to 79.893). Intensive counseling regarding malaria is needed, to make people know more knowledge and information about malaria.
"
[Place of publication not identified]: Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti
"Kasus frambusia yang tercatat di Puskesmas Bondo Kodi Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat dari 174 kasus tahun 2009 menjadi 327 kasus pada tahun 2010 dan 369 kasus pada tahun 2011. Pada tahun 2012, frambusia tertinggi terjadi di Desa Mali Iha di Kecamatan Bondo Kodi dengan 43 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan, perilaku, dan pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan kejadian penyakit frambusia pada anak-anak.
Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi kasus-kontrol, dengan kondisi sarana air bersih (SAB), perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia sebagai variabel bebas. Sampel penelitian adalah 30 orang anak yang menderita frambusia (kasus) dan 30 orang anak sehat (kontrol) yang diambil dengan metode purposive sampling. Data dan informasi mengenai SAB, praktik PHBS, dan pengetahuan masyarakat tentang frambusia didapatkan dengan observasi dan wawancara, kemudian dianalisis dengan uji kai kuadrat.
Ditemukan, secara statistik kejadian frambusia berhubungan bermakna dengan kondisi SAB (OR = 15,16 dan nilai p = 0,035) dan PHBS (OR = 7 dan nilai p = 0,048), tetapi tidak berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang frambusia (nilai p = 0,283). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kondisi SAB dan PHBS merupakan faktor risiko frambusia.

Frambusia cases recorded at Bondo Kodi Primary Health Care in Sumba Barat Daya District, East Nusa Tenggara (NTT) were continously increasing from 174 in 2009 to 327 in 2010 and 369 in 2011. In 2012, the highest frambusia occurred in Mali Iha Village with 43 cases. The present research was to define environmental, behavioural, and knowledge factors associated with the frambusia in children.
This observational study employed case-control design with condition of clean water source, practices of personal hygiene and health behavior, and community knowledge about frambusia as independent variables. Samples were 30 children with frambusia (cases) and 30 healthy children (control) who were selected using purposive sampling. Data and information on environmental condition, behavioral practices, and community knowledge were collected by interview and direct observation and were analyzed using chi-square test.
It was found that statistically the frambusia cases were associated significantly with the condition of clean water source (OR = 15.16, p value = 0.035) and personal hygiene and healthy behavior (OR = 7, p value = 0.048), but were not associated with community knowledge (p value = 0.283). It concludes that condition of clean water sources and personal hygiene and healthy behavior are risk factors of frambusia in children.
"
[place of publication not identified]: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Waris
"Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kalimantan Selatan dan merupakan reemerging disease di dunia. Spesies vektor malaria yang terpenting di pulau Kalimantan adalah An.subpicius Grassi, menjadi masalah karena sehubungan dengan terjadinya penebangan hutan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Pyriproxyfen terhadap pertumbuhan, perkembangan dan mortalitas larva An.subpictus.
Metode penelitian adalah eksperimen skala laboratorium dimana variabel dependen adalah konsentrasi Pyriproxyfen (ppm) dan variabel independen adalah pertumbuhan dan perkembangan larva dan pupa, mortalitas larva dan pupa, abnormalitas dari pra-dewasa dan nyamuk dewasa. Analisis statistik adalah correlation regression dilakukan untuk melihat hubungan korelasi antara variabel dependen dan variabel independen. Pemeriksaan mikroskop dilakukan untuk melihat perkembangan yang abnormal dan penyebab terjadinya kematian pada stadium pra-dewasa.
Hasil penelitian adalah Pyriproxyfen sebagai suatu alternatif IGR, memberikan dampak kematian dan pengaruh pertumbuhan terhadap stadium larva ke pupa dan stadium pupa ke nyamuk dewasa. Makin tinggi konsentrasi Pyriproxyfen, makin tinggi kematian larva (p=0,012), dan makin sedikit pupa yang terbentuk (p=0,007), dan makin sedikit pupa yang mati (p=0,015). Hasil analisis korelasi memperlihatkan hubungan positif antara Pyriproxyfen terhadap kematian larva (Kematian Larva=22,29+0,4*Konsentrasi), hubungan negatif antara Pyriproxyfen terhadap pembentukan pupa (Pembentukan Pupa=2,71-24*Konsentrasi), dan hubungan negatif antara Pyriproxyfen terhadap kematian pupa (Kematian Pupa=2,86-0,44*Konsentrasi). Dari penelitian ini tidak ada pupa yang berhasil menjadi nyamuk dewasa. Pengaruh Pyriproxyfen terhadap pertumbuhan larva dan pupa adalah menggagalkan proses ecdysis yang menyebabkan kematian pada larva dan pupa.
Malaria is still as a public health problem in Indonesia including South Kalimantan, and one of a reemerging disease. The important of species malaria vector in coastal area of Kalimantan is An. subpictus Grassi, this species become very important malaria vector due to an increasing deforestation of mangrove. The objective of this study is to describe the impact of Pyriproxyfen to the growth, development and mortality of An. subpictus larvae.
The study design is an experimental in laboratory scale, where dependent variable is Pyriproxyfen concentration (ppm) and the independent variables are larvae and pupae growth and development, mortality of larvae and pupae, an abnormality of immature and adult stages. Statistical analysis, correlation regression were used to describe a correlation between dependent and independent variables. Microscopic examinations were carried out to examined development and describe any anomaly or abnormalities, and caused of dead of the immature stages.
The results of this study showed that the Pyriproxyfen is very potential IGR, it were kill and hampered the development of larvae to pupae and also pupae to adults stages. The higher concentration of Pyriproxyfen, the higher rate of larva mortality (p=0,012), and as lower pupa formed (p=0,007), and lower rate of pupa mortality (p=0,015). The correlation analysis found that relation between Pyriproxyfen to larva mortality is positive (mortality of larva=22,29+0,4*concentration), relation between Pyriproxyfen to pupa formed is negative (pupa formed=2,71-24*concentration), and relation between Pyriproxyfen to pupa mortality is negative (mortality of pupa= 2,86-0,44*concentration). None of the pupa has been succeeds to emerged become adult stage (mosquito). The important effect of Pyriproxyfen is to the growth of larvae and pupae, it is hampered the ecdysis and at the end will cause death of larva and pupa.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawina Winita
"Latar Belakang
Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang yang beriklim tropis. Lebih dari 40 % ( 2 milyar) penduduk dunia mempunyai risiko menderita penyakit malaria dan tiap tahun terdapat 1-2 juta orang meninggal karena penyakit malaria (Who,1993).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit malaria juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih tinggi, terutama di daerah luar Jawa dan Bali. Di Indonesia Bagian Timur, prevalensinya masih cukup tinggi yaitu lebih dari 5% pada tahun 1984-1989 (Arbani, 1991). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit malaria di Indonesia, antara lain dengan pengendalian vektor malaria, pengobatan penderita dan perbaikan lingkungan (DepKes, 1991a).
Dalam program pengendalian vektor malaria, Cara yang umum dilakukan adalah penyemprotan rumah dengan insektisida (racun serangga) efek residu. Penyemprotan rumah dilakukan pada waktu-waktu tertentu oleh petugas penyemprot yang dikoordinasikan oleh pemerintah pusat (DepEes, 1991a). Di dalam aplikasinya di lapangan Cara ini membutuhkan peran berita yang aktif dari masyarakat karena penduduk harus mengizinkan petugas penyemprot rumah masuk ke dalam rumah mereka. Adanya keengganan penduduk untuk mengizinkan petugas penyemprot masuk ke dalam rumah mereka dapat merupakan penghambat bagi program ini. Hal lain yang dapat menjadi penghambat program penyemprotan rumah adalah adanya konstruksi rumah yang tidak cukup melindungi penghuninya dart gigitan nyamuk (DepKes,1991b). Oleh karena itu, diperlukan cara alternatif untuk penanggulangan vektor malaria, yang merupakan cara yang sederhana, mudah, efektif dan dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Penggunaan kelambu (mosquito bed nets) sebagai usaha perlindungan terhadap gigitan nyamuk dan serangga lainnya telah lama dilakukan oleh masyarakat karena kelambu dapat berperan sebagai sawar antara nyamuk atau serangga lainnya dengan manusia (Lindsay & Gibson,1988). Penelitian di Gambia (Forth & Boreham,1982) dan Papua New Guinea (Charlwood, 1986) menunjukkan bahwa penggunaan kelambu dapat menurunkan jumlah blood fed mosquitoes di dalam suatu ruangan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Maulidya
"Malaria merupakan penyebab utama dari kenaikkan angka individu yang sakit dan meninggal di banyak negara. Hal ini terjadi karena malaria adalah salah satu penyakit fatal yang disebabkan oleh nyamuk betina Anopheles dengan cara menyebarkan parasite Plasmodium yang hidup dan bereproduksi di dalam sel darah manusia lewat gigitan nyamuk terinfeksi. Di antara tahun 2019-2020, kasus kematian akibat malaria mengalami peningkatan karena adanya COVID-19. Beragam upaya pencegahan malaria telah dilakukan pemerintah, contohnya dengan Long-lasting insecticidal nets (LLIN) dan Indoor Residual Spraying (IRS) tetapi kedua upaya tersebut memiliki efek samping yang merugikan manusia. Terdapat upaya pencegahan malaria lainnya yang digunakan, yaitu pemakaian krim penolak nyamuk. Upaya tersebut dapat mengatasi ketertarikan nyamuk pada manusia yang terinfeksi malaria yang biasa disebut dengan efek vektor bias. Pada penulisan skripsi ini, dikonstruksi model penyebaran malaria dengan pengaruh vector bias dan penggunaan krim penolak nyamuk. Model matematika tersebut merupakan sistem persamaan diferensial nonlinier enam dimensi yang direduksi menjadi tiga dimensi dengan pendekatan Quasi-Steady State Approximation dan proses nondimensionalisasi. Kajian analitik yang dilakukan pada model dalam skripsi ini terdiri dari analisis eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan serta analisis Basic Reproduction Number (R_0). Simulasi numerik yang dilakukan pada skripsi ini terdiri dari analisis elastisitas dan sensitivitas R_0, dan simulasi autonomous. Berdasarkan kajian analitik dan simulasi numerik diperoleh bahwa penggunaan krim penolak nyamuk secara efektif dapat menyebabkan proporsi manusia dan nyamuk terinfeksi di suatu populasi dapat berkurang sehingga terdapat kemungkinan malaria dapat hilang dari suatu populasi. Sebaliknya, jika vektor bias bernilai semakin besar, maka proporsi nyamuk terinfeksi dan manusia terinfeksi di suatu populasi semakin bertambah yang artinya kemungkinan malaria untuk menetap di suatu populasi juga semakin besar.

Malaria is a major cause of increasing numbers of sick and dead individuals in many countries. This happens because malaria is a fatal disease caused by female Anopheles mosquitoes by spreading the Plasmodium parasite that lives and reproduces in human blood cells through the bite of an infected mosquito. Between 2019-2020, malaria deaths increased due to COVID-19. Various efforts to prevent malaria have been carried out by the government, for example with Long-lasting insecticidal nets (LLIN) and Indoor Residual Spraying (IRS), but both efforts have side effects that are detrimental to humans. There are other malaria prevention efforts that are used, namely the use of mosquito repellent creams. These efforts can overcome the attraction of mosquitoes to humans infected with malaria which is commonly known as the vector-bias effect. In writing this thesis, a malaria spread model was constructed with the influence of bias vectors and the use of mosquito repellent creams. The mathematical model is a six-dimensional nonlinear differential equation system which is reduced to three dimensions using a Quasi-Steady State Approximation approach and a nondimensionalization process. The analytical study carried out on the model in this thesis consists of an analysis of the existence and stability of the equilibrium point and the analysis of the Basic Reproduction Number (R_0). Numerical simulation carried out in this thesis consists of elasticity and sensitivity analysis R_0, and autonomous simulation. Based on analytical studies and numerical simulations, it was found that the effective use of mosquito repellent creams can reduce the proportion of infected humans and mosquitoes in a population so that there is a possibility that malaria can be eliminated from a population. On the other hand, if the value of the vector-bias increases, the proportion of infected"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lepa S.
"ABSTRAK
Gamma aminobutyric acid (GABA) reseptor merupakan situs target
insektisida dieldrin dan endosulfan, kelompok insektisida siklodien. Mutasi pada
gen pengkode reseptor GABA menyebabkan resistansi terhadap dieldrin (Rdl).
Resistansi ditandai dengan perubahan asam amino pada kodon A302G/S saluran
ion reseptor GABA. Mutasi tersebut telah ditemukan terhadap beberapa jenis
serangga, termasuk nyamuk anopheline dan dikaitkan dengan resistansi terhadap
insektisida siklodien. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan
mutan alel Rdl pada spesies Anopheles di Indonesia. Analisis molekuler dilakukan
pada sampel nyamuk Anopheles dari beberapa daerah di Indonesia (Aceh,
Sumatera Utara, Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara) untuk
mendeteksi keberadaan alel Rdl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% dari
154 total sampel Anopheles yang dianalisis mengalami mutasi. Mutasi A302S alel
Rdl ditemukan pada An. vagus (dari Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara
Barat), An. aconitus (dari Jawa Tengah), An. barbirostris (dari Jawa Tengah dan
Lampung), An. sundaicus (dari Sumatera Utara dan Lampung), An. nigerrimus
(dari Sumatera Utara), sedangkan mutasi alel A302G hanya ditemukan pada An.
farauti dari Maluku. Uji Kerentanan dilakukan dengan menggunakan prosedur
standar dari WHO, CDC dan modifikasi dari penelitian sebelumnya. Uji tersebut
menggunakan endosulfan (merk dagang Akodan 35 EC) dengan konsentrasi 0-
0.4% (g/L), dua kali ulangan terhadap 20-30 sampel larva dari Kecamatan
Katibung dan Rajabasa, Provinsi Lampung. Setelah bioasay dilanjutkan analisis
molekuler pengkodean subunit GABA. Nilai LC50 larva adalah 0.00893 (0.00332-
xiv
0.01697) dan 0.00904 (0.00401-0.01586) dari Kecamatan Katibung dan Rajabasa.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa seluruh larva membawa alel Rdl A302,
tipe normal. Adanya mutasi pada alel Rdl menunjukkan bahwa paparan
insektisida pada populasi Anopheles di daerah ini mungkin masih berlangsung
(meskipun tidak secara langsung terkait dengan program pengendalian malaria)
atau spesies yang membawa alel resistan dapat bersaing dengan spesies normal
pada populasi Anopheles sehingga bentuk mutan dari alel Rdl relatif stabil dalam
ketiadaan insektisida dieldrin yang sudah tidak digunakan lagi. Meskipun
demikian, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajemen hama terpadu
diperlukan pada daerah endemik malaria di mana insektisida juga digunakan
untuk keperluan lain seperti pertanian.

Abstract
The gamma-aminobutyric acid (GABA) receptor-chloride channel
complex is known to be the target site of dieldrin and endosulfan, a cyclodiene
insecticide. Mutation in the gene encoding the GABA-receptors, resistance to
dieldrin (Rdl), which renders amino acid substitutions at codon A302G/S in the
putative ion-channel lining region. The mutation has been found in a wide range
of insect including anopheline mosquitoes and confers resistance to cyclodiene
insecticide, such as dieldrin and picrotoxin. The present study aims to explore the
existence and frequency distribution of the Rdl mutant alleles among the
Anopheles species in Indonesia. Molecular analyses have been performed on
Anopheles mosquito samples collected from several areas across Indonesia (Aceh,
North Sumatra, Bangka Belitung, Lampung, Central Java, East Nusa Tenggara,
West Nusa Tenggara, West Sulawesi, Molucca and North Molucca) and the Rdl
gene was Polymerase-Chain Reaction (PCR) amplified and sequenced to detect
the existence of the Rdl mutant alleles. The results indicated that 11 % of the total
154 Anopheles samples examined carried the mutant Rdl alleles. The A302S allele
was observed in An. vagus (from Central Java, Lampung and West Nusa
Tenggara), An. aconitus (from Central Java), An. barbirostris (from Central Java
and Lampung), An. sundaicus (from North Sumatra and Lampung), An.
nigerrimus (from North Sumatra), whereas the A302G allele was only found in
An. farauti from Molucca. Susceptibility test were carried out using World Health
Organization (WHO), Centers Disease Control and Prevention (CDC) and
previously publish method with tight modification standard procedures. The test
using 0-0.4% (w/v) endosulfan concentrations (Akodan 35 EC trademark) with
two replicates and 20-30 larvae samples from the field of Katibung and Rajabasa
sub-district, Lampung Province and followed by molecular analyses of the gene
encoding the GABA subunit. The LC50 of the larvae were 0.00893 (0.00332-
0.01697) and 0.00904 (0.00401-0.01586) from Katibung and Rajabasa and all of
the larvae carried A302 Rdl allele. The existence of the Rdl mutant allele indicates
that, either insecticide pressure on the Anopheles population in these area might
still ongoing (though not directly associated with malaria control program) or that
the mutant form of the Rdl allele is relatively stable in the absence of insecticide.
Nonetheless, the finding suggests that integrated pest management is warranted in
malaria endemic areas where insecticides are widely used for other purposes."
2012
T31006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 1991
614.532 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>