Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indri Adriztina
"Tuberkulosis merupakan masalah yang serius di masyarakat. Pada tahun 2010, World Health Organization mencatat jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia menurun ke posisi empat dengan meningkatnya keberhasilan pengobatan obat antituberkulosis (OAT). Namun, pemberian OAT jangka panjang dapat menyebabkan efek samping ototoksik berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ototoksik pada penderita tuberkulosis paru dengan pemberian OAT di RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Analisis univariat dilakukan dengan tabel frekuensi distribusi sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji t dan Fisher?s exact test. Didapatkan 35 penderita tuberkulosis yang memenuhi kriteria inklusi, 22 orang dengan pengobatan tuberkulosis kategori 1 dan 13 orang tuberkulosis kategori 2. Dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dan tes keseimbangan. Tiga orang (33,3%) penderita tuberkulosis kategori 1 dan 6 orang (66,7%) penderita tuberkulosis kategori 2 mengalami gangguan pendengaran (p < 0,05).
Hasil tes keseimbangan menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu 7 orang (100%) tuberkulosis kategori 2 dengan positif tes Romberg dan 11 orang (100%) tuberkulosis kategori 2 positif tes tandem Romberg. Gangguan pendengaran dan keseimbangan pada penderita tuberkulosis paru dengan OAT ditemukan lebih tinggi pada kategori 2 dibandingkan dengan kategori 1 dengan perbedaan yang signifikan.

Tuberculosis remains a serious problem in the community. In 2010, World Health Organization report that Indonesia?s ranking decrease to fourth position due to success of antituberculosis treatment. But the long term administration of antituberculosis treatment may cause ototoxic effect like hearing and balance impairment. The aim of this study was to describe ototoxic effect of subjects who were given tuberculosis treatment in H. Adam Malik General Hospital.
This is a descriptive study with cross sectional approach. Univariat analysis was done by frequency distribution table, meanwhile bivariat analysis was done by t-test and Fisher?s exact test. Thirty five pulmonary tuberculosis patients met the inclusion criteria. Twenty two patients with 1st category, and 13 patients with 2nd category tuberculosis treatment. Pure tone audiometric and balance examination was evaluated. Three patients (33.3%) of 1st category tuberculosis and 6 (66.7%) patients of 2nd category tuberculosis have hearing loss with significant difference (p<0.05).
Balance test showed 7 people (100%) of 2nd category tuberculosis having positive Romberg test and 11 people (100%) of 2nd category tuberculosis having positive tandem Romberg test. Hearing and balance impairment found higher in patients with 2nd category antituberculosis treatment with significantly different."
Medan: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher FK USU,, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Mulya Fadli
"Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat kronis dan selalu
mengalami kekambuhan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan faktor keluarga dan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan
penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tahun
2012. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan ukuran
sampel adalah 50 responden dari keluarga penderita skizofrenia yang
berkunjung di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Tampan. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dengan korelasi, regresi linier
sederhana, dan uji t independen, multivariat dengan uji regresi linier gan-
da. Variabel yang berhubungan dengan frekuensi kekambuhan penderita
skizofrenia adalah pengetahuan keluarga dan ekspresi emosi keluarga.
Pengetahuan keluarga berpengaruh paling besar dengan koefisien beta
sebesar -0,461. Variabel confounding adalah sikap keluarga, dukungan
keluarga dan kepatuhan minum obat. Nilai R2 diketahui sekitar 68,7%.
Keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti
penyuluhan dan mengikuti proses keperawatan ketika penderita di rumah
sakit jiwa sehingga keluarga memperoleh informasi dalam menangani
pasien skizofrenia. Dengan menjaga ekspresi emosi keluarga yang tidak
berlebihan, frekuensi kekambuhan pada penderita skizofrenia berkurang.
Schizophrenia is a psychotic disorder that is chronic and always had a
relapse. This study aims to determine the factors associated with the
frequency of relapse in patients with schizophrenia in Mental Hospital
Tampan, Riau Province 2012. The research design was cross sectional
study, with 50 samples of Schizophrenia patient?s family who visited in
Polyclinic of Mental Hospital Tampan. Data analysis was performed by uni-
variate, bivariate with correlation, simple linear regression, and t-test, multi-
variate by multiple linear regression tests. The results obtained that the
Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta
Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia
Knowledge and Family Expressed Emotion and Schizophrenic Patients
Relapse Frequency
Surya Mulya Fadli, Mitra
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru
variables associated to the frequency of relapse in patients with schizo-
phrenia are family?s knowledge, family?s emotional expression. Family?s
knowledge has the biggest effect with beta coefficient is -0.461.
Confounding variable are family?s attitude, family?s support, and the obedi-
ence of taking medicine. R2 score is 68.7%. The family was suggested to
increase the knowledge by following the counseling and follow the caring
process while the patient in mental hospital, so that families get information
in dealing skizophrenia patient. Family emotional expression that is not
excessive, so the frequency of relapse in patients with schizophrenia was
decreased."
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jumali
"Kebisingan ruang mesin dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis prevalensi tuli akibat bising Noise Induced Hearing Loss (NIHL) dan faktor yang memengaruhi pada operator mesin kapal feri penyeberangan Ketapang-Gilimanuk. Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional ini menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara, pengukuran intensitas kebisingan ruang mesin dan pemeriksaan audiometri terhadap operator. Besar sampel adalah 66 operator dari 36 kapal feri yang memenuhi kriteria inklusi dipilih secara acak. Hasil studi menunjukkan 36% kapal memiliki intensitas kebisingan ≤ 85 dBA dan 64% > 85 dBA. Pemeriksaan audiometri dengan nada murni pada 66 operator didapatkan 34,85% responden mengalami NIHL. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan faktor dominan yang memengaruhi NIHL adalah usia dan lama paparan (p < 0,05). Hasil uji kai kuadrat didapatkan intensitas kebisingan berpengaruh signifikan terhadap NIHL setelah dikoreksi dengan umur dan lama paparan (p < 0,05). Disarankan untuk mengurangi waktu paparan terhadap operator yang terpajan kebisingan tinggi dan menjaga jarak antara operator dengan sumber kebisingan untuk meminimalkan pajanan bising.

Engine room noise can cause hearing loss. The objective of this research was to analyze the prevalence of Noise Induced Hearing Loss (NIHL) and its affecting factors on machinery ferry operators at Ketapang-Gilimanuk. This was an observational with cross sectional design, the techniques for collecting data were interviews, noise intensity measurements and audio-metric examination.The sample was 66 operators who were selected randomly after inclusion. The study results showed that 36% of ferry have noise intensity ≤ 85 dBA and 64% have > 85 dBA. The audiometric examination with pure tone result of the 66 operators showed that 34.85% of respondent had NIHL. The age and length of exposure affected NIHL incidence (p < 0.05). While the noise intensity affected the incidence of NIHL (p > 0.05) together with age and lenght of exposure. It is important to reduce exposure time of noisy operations on workers, automation of activities and increase the distance between workers and noisy equipment to minimise the noise exposure."
Universitas Airlangga, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Lingkungan, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dukungan berbagai pihak meliputi perubahan perilaku masyarakat dan
pemberdayakan masyarakat sangat diharapkan untuk penanggulangan
tuberkulosis (TB). Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ?Aisyiyah Provinsi
Lampung terpanggil untuk bergerak bersama dalam program penanggu-
langan penyakit TB agar keberhasilan penanggulangan TB dapat tercapai.
Penelitian ini bertujuan mengetahui berbagai faktor yang berhubungan de-
ngan perilaku kader dalam menemuan suspek TB di Kabupaten Lampung
Tengah. Penelitian dengan metode kuantitatif dan kualitatif ini menggu-
nakan desain potong lintang, data primer dikumpulkan dari sampel 72
kader TB ?Aisyiyah Kabupaten Lampung Tengah. Analisis dilakukan secara
univariat, bivariat dengan menggunakan metode kai kuadrat, dan multiva-
riat dengan regresi logistik. Penelitian ini menemukan lima variabel yang
meliputi pengetahuan, sikap, pelatihan, dukungan pemegang program dan
motivasi yang mendukung perilaku penemuan suspek. Tiga variabel yang
meliputi pendidikan, pendapatan dan pekerjaan tidak mendukung perilaku
penemuan suspek. Untuk meningkatkan penemuan suspek TB disarankan
untuk lebih meningkat dukungan pengelola program yang berkelanjutan.
The support of various parties, peoples behavior and empower communi-
ties in the implementation of TB countermeasures highly expected by
Muhammadiyah Central Executive and Aisyiyah Lampung Province omit to
move together in a tuberculosis prevention program for successful TB con-
trol can be achieved. This study aimed to determine the related factors of
behavior cadres to detect suspected tuberculosis in Lampung districy mid-
dle. The quantitative and qualitative with study design a cross sectional was
conducted using primary data on samples 72 Aisyiyah tuberculosis cadres
Lampung district middle. The statistical analyses were performed by chi-
square and logistic regression. The study results showed a significant five
variable (support program managers, knowledge of cadre, motivation of
cadre, attitude of cadre, training cadre) with the discovery suspected tuber-
culosis cases in Lampung Province. Logistic regression analysis found a
good support program holders associated with the case of suspected
tuberculosis. Program holders support is the most dominant factor of the dis-
covery of suspected tuberculosis cases. Therefore the need for tangible
support over again that the findings by the cadre suspected tuberculosis in-
creased.
"
Lampung: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif di Indonesia yang diperlukan untuk upaya pencegahan penyakit kardiovaskular sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian dilakukan di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah responden yaitu 220 orang eksekutif laki-laki dan 68 orang eksekutif wanita. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, analisis biokimia darah, analisis asupan makanan, pengukuran angka stres, dan pengukuran indeks aktivitas. Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa independen variabel dengan dependen variabel. Analisis ini menghasilkan indeks massa tubuh (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesitas, OR = 7,44) dan rasio total kolesterol/high density lipoprotein (HDL)-kolesterol (OR = 8,83) sebagai determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan profil lipid dan pengukuran antropometri sederhana yang teratur pada kelompok eksekutif penting dilakukan untuk mendeteksi risiko sindrom metabolik.

Available datas on metabolic syndrome among Indonesian executives are limited, despite the fact of the importance of these data for cardiovaskular prevention. The objective of this study was to assess prevalence of metabolic syndrome and its associations between anthropometric measures, lipid profiles, blood pressure, nutrient intakes, and life style in executive group. A cross sectional study was undertaken in some factories in Jakarta, using multistage random sampling. The respondents were 287 executives, 219 male and 68 female. Data were collected through anthropometric measurements, biochemical blood analysis, nutrient intake, stress score, and activity index assessment. Multiple logistic regression analysis used to assess associations between independent variables and metabolic syndrome. This study showed that body mass index (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesity, OR = 7,44) and ratio serum total cholesterol to high density lipoprotein (HDL)-cholesterol (OR = 8,83) were potential determinants of metabolic syndrome. This study shows the importance of routine check of lipid profile, blood pressure, and simple anthropometric assessment to detect the risk of metabolic syndrome in the elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Rina
"Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan jasa boga yang tinggi (31%) menjadi semakin penting dan perlu mendapat perhatian serius. Masyarakat yang
semakin sadar menuntut jaminan mutu dan keamanan pangan yang semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan menilai penerapan Sistem Manajemen Mutu pa-
da perusahaan jasa boga perusahaan yang diteliti. Metoda yang digunakan mengacu pada sistem manajemen PDCA ( Plan ? Do ? Check ? Action ), pe-
nerapan Sistem Manajemen Mutu ( ISO 9001) dan Sistem Keamanan Pangan ( HACCP dan ISO 22000). Sistem tersebut mencakup unsur-unsur pengen-
dalian bahaya potensial dan parameter kritis aktifitas penyediaan rantai makanan (food chain), kesesuaian produk dan jasa yang terintegrasi ke dalam
kegiatan operasional suatu perusahan jasa boga. Prinsip-prinsip tersebut disusun dalam suatu model Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ter-
padu kegiatan penyediaan makanan perusahaan Jasa Boga. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Sistem Manajemen Mutu perusahaan jasa boga pe-
rusahaan yang diteliti telah diterapkan dalam proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan. Penetapan dan pelaksanaan Hazard
Analysis Critical Control Point pada proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan belum diterapkan sesuai standar HACCP dan
ISO 22000. Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ( SM2KP) dapat diterapkan dengan efektif dan terpadu karena proses pengendalian yang di-
lakukan sesuai standar yang dapat diterima, diterapkan dan sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan bisnis.
The high frequency of food poisoning outbreak in catering service (31%) become more important and need more attention. People become more aware to
the food safety and demand for serious attention to the problem. The study objective is to evaluate the application of Quality Management System (QMS) in
food catering service. The method used in this study referred to PDCA(Plan?Do?Check?Action), application of QMS (ISO 9001) and food safety system (HAC-
CP and ISO 22000). The system includes components of potential hazard control and critical parameter of food chain supply, and the apropriateness of pro-
duct and services integrated to operational activity of catering service. The study reveals that QMS has been implemented in materials procurement, storage,
production, and service. However, HACCP and ISO 22000 had not been fully standardized in implementation. Control process is important to implement Food
Safety and Quality Management Syatem (SM2KP) in an effective and integrated way."
2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
"Keberhasilan metode amenore laktasi yang merupakan metode kontrasepsi efektif wanita menyusui tergantung pada pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Konseling postpartum diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi postpartum.
Tujuan penelitian ini untuk menilai hubungan konseling postpartum dan penerapan metode kontrasepsi amenore laktasi setelah mengendalikan pengaruh variabel paritas, status pekerjaan, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Penelitian observasional ini menggunakan rancangan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi usia 7 ? 12 bulan dan memberikan ASI eksklusif. Hubungan antara variabel penelitian dianalisis dengan regresi logistik multivariat dengan chi square, kekuatan hubungan dihitung dengan rasio prevalens dan 95% convidence interval odds ratio.
Ditemukan hubungan yang bermakna antara konseling postpartum dengan penerapan kontrasepsi metode amenore laktasi setelah mengontrol variabel paritas, status pekerjaan, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan keluarga. Konseling tersebut berkontribusi sekitar 24% pada penerapan kontrasepsi metode amenore laktasi. Responden mendapatkan konseling dan dukungan petugas kesehatan tentang ASI eksklusif, tetapi kontrasepsi dengan metode amenore laktasi belum disampaikan.

Lactation amenorrheal method (LAM) is an effective contraception method for women that give exclusive breastfeeding. Postpartum counseling is important in order to improve knowledge about LAM as postpartum contraception method.
The objective of this research is to measure the relationship between postpartum counseling and lactation amenorrheal method after being controlled parity, work status, health care staff support, and family support. This observational research using cross sectional design with quantitative and qualitative approach. Subject of the study were mother who has 7 ? 12 months infant breasfeeded exclusively. Association among variables were analyzed using chi square, strength association was measured using prevalence ratio of 95% convidence interval odds ratio. Multivariate analysis used logistic regression technique.
The result of logistic regression analysis showed there was significant association between postpartum counseling and LAM contraception with the control of variables of parity, occupational status, health staff support and the family that contributed 24% in the implementation of LAM contraception. The result of indepth interview showed that postpartum mother got counseling and support from health staff about exsclusive breastfeeding and is not knowledge about LAM as postpartum contraception method.
"
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran, Program Studi Diploma IV Kebidanan, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Irina Darmawan
"Secara nasional, konsumsi garam beryodium cukup adalah 62,3% dan di
Provinsi Jawa Barat adalah 58,3%. Cakupan konsumsi garam beryodium
tingkat rumah tangga di Kota Bekasi hanya sekitar 62,14%. Pemantauan
garam beryodium di tingkat rumah tangga oleh Dinas Kesehatan Kota
Bekasi tahun 2004 menunjukkan bahwa garam yang mengandung yodium
cukup adalah 51%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis fak-
tor demand dan supply terhadap konsumsi garam beryodium tingkat rumah
tangga di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bekasi Barat Kota Bekasi
dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi yang diteliti yaitu
110 orang ibu dengan menggunakan uji chi square. Pada faktor demand di-
dapatkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan dengan konsumsi ga-
ram beryodium tingkat rumah tangga. Namun, tidak ada hubungan antara
pendapatan dengan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga.
Pada faktor supply didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara ke-
tersediaan di pasar dan harga dengan konsumsi garam beryodium tingkat
rumah tangga. Untuk meningkatkan cakupan konsumsi garam beryodium
tingkat rumah tangga diperlukan kerja sama dari berbagai pihak.
Nasionaly, the consumption of iodized salt is 62,3% and in Province of West
Jawa is 58,3%. The coverage consumption of iodezed in household level
in Bekasi city only about 62,14%. The monitoring iodezed salt in household
level by district health departemen in 2004 showed that the enough iodezed
salt is 51%.This research was conducted to determine the factor analysis of
demand and supply of iodized salt consumption at household level in the
District of West Bekasi. This iodesed salt udy used cross sectional design.
The population that was studied was 110 mothers using chi square test. On
the demand factor, the result shows that there is a relationship between
knowledge and the consumption of iodized salt at household level. How-
ever, there is no relationship between the revenue and the consumption of iodized salt at household level. While in the supply factor, shows that there
is no relationship between availability and price in the market and the con-
sumption of iodized salt at household level. To improve the coverage of
iodized salt consumption at household level, it is required cooperation from
various parties."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Muhamad Ramdan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efikasi diri, pusat kendali,
dan persepsi tenaga kerja dapat dijadikan prediktor yang akurat untuk
memprediksi pencapaian prestasi kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
serta untuk menguji apakah model pencapaian prestasi K3 yang disusun
dengan melibatkan interaksi tenaga kerja dengan lingkungannya cukup
tepat. Dengan pendekatan cross sectional, penelitian dilakukan terhadap
200 orang responden pada perusahaan kayu di Kalimantan Timur. Variabel
bebas terdiri dari efikasi diri, pusat kendali, dan persepsi tenaga kerja.
Variabel tergantung yaitu prestasi K3, sedangkan variabel moderator
adalah lingkungan fisik dan kimia kerja. Analisis data menggunakan struc-
tural equation model (SEM). Hasil penelitian menunjukan efikasi diri dan
persepsi tenaga kerja berhubungan positif signifikan dengan prestasi K3,
merupakan prediktor yang paling akurat untuk memprediksi pencapaian
prestasi K3 (p=0,007 dan p=0,012). Kedua variabel ini memberi sumbangan
efektif terhadap prestasi K3 yaitu sebesar 20,2 % dan 17,3 %.
This research was focused on the relationship between worker?s behavior
with Occupational Health Safety (OHS) achievement.The purposes of the
research is to identify whether worker?s self-efficacy, locus of control and
perception can predict OHS achievement, and to examine whether the OHS
model engaging workers and work environment interaction are fit. This re-
search was cross sectionally conducted towards 200 respondents in one of
plywood plant in West Kalimantan. The independent variable were the work-
er?s self efficacy, locus of control and perception, while the dependent vari-
able was OHS performance. The moderator variables were physical and
chemical work environment. Data analysis used structural equation model.
Research findings showed that self efficacy and worker perception have sig-
nificantly positive relationship with worker?s OHS performance, and could be an accurate predictor to predict OHS performance achievement (p=0.007
and p=0.012), and provided effective contribution to OHS performance as
big as 20,2 % and 17,3 % as well."
Universitas Mulawarman, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yayi Suryo Prabandari
"Di Indonesia, sejak lebih dari dua dekade, terjadi transisi epidemiologi.
Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) meningkat menggeser penyakit
menular. Sejak tahun 2004, tiga perilaku hidup bersih sehat (PHBS) terkait
PTM, yang meliputi tidak merokok, aktivitas fisik, konsumsi tinggi serat
belum memenuhi target. Penelitian ini bertujuan mengetahui penggalian
riwayat dan nasihat gaya hidup sehat yang dilaporkan oleh pasien dan dok-
ter. Penelitian dilakukan dengan rancangan potong lintang pada 57 dokter
dan 251 pasien puskesmas. Data dikumpulkan dengan kuesioner terstruk-
tur dan wawancara di empat puskesmas di Kota Yogyakarta dan delapan
puskesmas di Kabupaten Sleman mulai September 2011 sampai dengan
Januari 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dokter
yang memberikan nasihat tentang gaya hidup sehat daripada menanyakan-
nya. Dokter lebih sering melakukan penggalian riwayat dan nasihat tentang
kebiasaan merokok daripada tentang olah raga dan pola makan.
Penggalian riwayat dan nasihat yang dilaporkan oleh dokter dan pasien
berbeda. Menurut pasien, dokter seharusnya bertanya dan memberi nasi-
hat gaya hidup sehat. Karakteristik dokter tidak berhubungan dengan peng-
galian riwayat dan nasihat gaya hidup sehat yang dilakukan. Penggalian
riwayat tentang hidup sehat menjadi prediktor kuat dalam memberikan nasi-
hat untuk melakukan gaya hidup sehat.
Epidemiological transition has been occurred in Indonesia in the last two
decades. The increasing prevalence of non communicable disease (NCD)
has shifted the communicable disease. This pattern has been predicted
since the 2004. National health survey reported that the Indonesian? clean
and healthy behavior (PHBS) related to NCD, namely, not smoking, exer-
cise and high fiber diet were still far from the target. The role of physician,
particularly primary health care is crucial to overcome those health prob-
lems. This cross sectional study aimed to assess history taking and advice
on healthy life style reported by patient and physician. Participants were 57
physicians and 251 patients of primary health care (Puskesmas). Data were
collected by structured questionnaires and interviews at 4 Puskesmas in
Yogyakarta City and at 8 Puskesmas in Sleman District, started between
September 2011 and January 2012. The results showed that physicians
more carried out health advice on healthy life style than ask about them.
Patients and physicians reported differently in the history taking and advice
on healthy life style. Physician was more asking and advice about smoking
habits than exercise and high fiber diet. Characteristics of physicians did not
correlate with history taking and advice of healthy lifestyle. History taking of
healthy life style was a strong predictor to conduct advice on healthy life
style."
Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>