Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paserang, Asri Pirade
"Jatropha is one of the many biodiesel plants developed in tropical countries. Efforts to increase its productivity can be done using various methods of breeding. One of the breeding methods is the introduction of genes into the Jatropha plant. The aim of this study is to assess the success of genetic transformation using the Inhibitor of Meristem Activity (IMA) gene in Jatropha curcas. The research procedures included inoculation of explants with Agrobacterium tumefaciens, callus induction, screening test of selection media, regeneration, and gene expression analysis using Polymerase Chain Reaction (PCR). IMA is one of the genes that controls flowering genes and ovule development. It was first isolated from tomato plants and has been successfully overexpressed in these plants using the Cauliflower Mosaic Virus (CaMV) 35S promoter. In this experiment, plant transformation was performed on J. curcas as the target. Explant callus formation in both the control and treated samples was good, but shoot formation decreased dramatically in the treated explants. PCR analysis indicated that IMA genes can be inserted into J. curcas with the size of the IMA gene is 500 bp.

Transformasi Gen Inhibitor of Meristem Activity ke Tanaman Jatropha curcas L. Jarak Pagar merupakan salah satu tanaman penghasil biodiesel yang banyak dikembangkan di beberapa negara tropis. Usaha peningkatan produktivitasnya terus ditingkatkan dengan berbagai metode pemuliaan. Salah satu metode pemuliaan tersebut adalah dengan menyisipkan gen-gen yang unggul ke tanaman Jarak Pagar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan transformasi genetik yang menggunakan gen IMA (Inhibitory Meristem Activity) ke dalam tanaman Jatropha curcas L. Tahapan penelitian meliputi inokulasi eksplan dengan Agrobacterium tumefaciens, induksi kalus, seleksi, regenerasi, dan analisis ekspresi gen IMA dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Gen IMA merupakan salah satu gen yang dapat mengontrol pembungaan dan perkembangan ovul. Gen ini diisolasi pertama kali dari tanaman tomat dan peningkatan ekspresi telah berhasil dilakukan pada tanaman tomat itu sendiri menggunakan promoter 35S Cauliflower Mosaic Virus (CaMV). Pada percobaan ini dilakukan transformasi gen ke dalam tanaman target J. curcas. Pembentukan kalus pada menunjukkan hasil yang baik eksplan kontrol dan eksplan yang mengalami perlakuan, tetapi pada eksplan perlakuan hasil sangat menurun pada tahap pembentukan tunas. Analisis dengan PCR mengindikasikan bahwa gen IMA dapat disisipkan ke J. curcas dengan ukuran gen IMA sebesar 500 bp."
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Plant Biology Graduate Program, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Nawfetrias
"The bunch size represented by the fruit number is the main parameter of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) yield. The
fruit number, which is determined during the initial phase of development, is related to various factors, including the
genetic properties of the trees. Trees that have more pistillate flowers have more fruit. The diversity of MADS-box
genes assumed can be used as a marker for trees that have a higher number of pistillate flowers. Therefore, the aims of
this research were to isolate and identify the MADS-box genes from flowers of tenera oil palm using PCR techniques.
The SQUAMOSA (SQUA) gene and the GLOBOSA (GLO) gene are members of the MADS-box genes family that are
responsible for sepal, petal and stamen organ development. The genomic DNA of the staminate flowers of trees that
have more staminate flowers (P1) and the genomic DNA of the pistillate flowers of trees that have more pistillate
flowers (P2) were isolated using the CTAB+ PVP method. The CTAB+PVP method was more efficient for isolating
pistillate flower genomic DNA than staminate flower genomic DNA. The genomic DNA of P1 and P2 was amplified
with two primers: BMS and BMG. The BMS primers gave a PCR product size of 1250 bp for the genomic DNA of P1
and P2. Meanwhile, the BMG primers gave a PCR product size of 1250 bp and 1300 bp for P1 and P2, respectively.
The PCR products were sequenced and analyzed for homology using the GenBank database. BLAST analysis showed
the PCR products have high homology with the SQUA1 gene and the GLO2 gene. Alignment analysis showed that the
DNA fragments amplified with the BMS primers of the P1 and P2 sequences have variations in the exons and introns,
and the variations were observed only in the introns of the DNA fragments amplified with the BMG primers.
Identifikasi Gen MADS-box pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Ukuran tandan yang dipresentasikan
dengan jumlah buah merupakan parameter utama pada produksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jumlah buah,
yang dapat diduga selama fase awal perkembangan tanaman, berkaitan dengan berbagai faktor, salah satunya adalah
properti genetik pohon. Pohon yang mempunyai bunga betina lebih banyak mempunyai buah lebih banyak. Keragaman
gen MADS-box diduga dapat digunakan sebagai marka untuk pohon yang mempunyai banyak bunga betina. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengisolasi dan mengidentifikasi gen MADS-box dari bunga kelapa sawit Tenera
menggunakan teknik PCR. Gen SQUAMOSA (SQUA) dan gen GLOBOSA (GLO) termasuk dalam famili gen MADSbox
yang berperan pada perkembangan organ sepal, petal dan stamen. DNA genom bunga jantan dari pohon yang
mempunyai bunga jantan lebih banyak (P1) dan DNA genom bunga betina dari pohon yang mempunyai bunga betina
lebih banyak (P2) diisolasi menggunakan metode CTAB+PVP. DNA genom P1 dan P2 diamplifikasi menggunakan dua
primer: BMS dan BMG. Primer BMS menghasilkan produk PCR berukuran 1250 bp untuk DNA genomP1 dan P2.
Primer BMG menghasilkan produk PCR berukuran 1250 bp dan 1300 bp untuk P1 dan P2. Produk PCR disekuensing
dan dianalisis homologinya menggunakan database GenBank. Analisis BLAST menunjukkan bahwa produk PCR
mempunyai homologi yang tinggi dengan gen SQUA1 dan gen GLO2. Analisis alignment menunjukkan fragmen DNA
yang teramplifikasi primer BMS dari sekuen P1 dan P2 mempunyai keragaman pada ekson dan intron, keragaman
hanya terdeteksi pada intron fragmen DNA yang teramplifikasi primer BMG."
Agency of Assessment and Application of Technology/BPPT, Jakarta, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Wulansari
"(+)-2,2?-Epicytoskyrin A, a bis-anthraquinone isolated from fungal endophyte Diaporthe sp. GNBP-10 associated with
Uncaria gambir Roxb., was investigated for its antifungal activity. The broth microdilution method was used to
determine the minimum inhibitory concentration (MIC) against 22 yeast strains and three filamentous fungi. The MICs
of (+)-2,2?-epicytoskyrin A ranged from 16 to 128 μg/mL, which exhibited lower activity than the antifungal nystatin.
A study of the mechanism of action revealed similar effects of (+)-2,2?-epicytoskyrin A and nystatin on Candida
tropicalis at their MICs (16 and 8 μg/mL, respectively) and 2 times of the MIC. Both compounds caused cytoplasmic
material and ion leakages on fungal cell, which were characterized by an increase in absorbance at 260 nm and 280 nm
as well as Ca2+ and K+ ion concentrations. The morphology of the fungal cells after (+)-2,2?-epicytoskyrin A treatment
was observed under a scanning electron microscope. The control cells, which were not treated with either (+)-2,2?-
epicytoskyrin A or nystatin, showed a smooth surface, while the cells treated with either (+)-2,2?-epicytoskyrin A or
nystatin shrank and displayed a donut-like shape. More shrinkage was observed in the 2 times MIC concentration and
even more in the cells exposed to nystatin. The action of (+)-2,2?-epicytoskyrin A was proposed through membrane
disruption.
Aktivitas Antijamur (+)-2,2?-Episitoskirin A dan Aksi Disrupsi Membran. (+)-2,2?-Episitoskirin A, suatu senyawa
bis-antrakuinon yang diisolasi dari jamur endofit Diaporthe sp. GNBP-10 yang berasosiasi dengan Uncaria gambier
Roxb., telah diuji aktivitas antifungi-nya. Metode mikrodilusi cair digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat
minimum (KHM) terhadap 22 strain khamir dan tiga strain kapang. KHM dari (+)-2,2?-episitoskirin A berkisar antara
16 hingga 128 μg/mL, menunjukkan aktivitas yang lebih rendah dibandingkan antijamur nistatin. Studi terhadap
mekanisme kerja dari senyawa uji menunjukkan bahwa (+)-2,2?-episitoskirin A dan nistatin memiliki efek yang serupa
terhadap Candida tropicalis pada konsentrasi KHM (16 dan 8 μg/mL) dan dua kali KHM-nya. Keduanya menyebabkan
terjadinya kebocoran material sitoplasmik dan ion pada sel khamir yang ditandai dengan meningkatnya absorban pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm, serta meningkatnya konsentrasi ion Ca2+ dan K+. Morfologi dari sel khamir
setelah diberi perlakuan diamati di bawah Scanning Electron Microscope. Sel kontrol yang tidak diberi perlakuan, baik
dengan (+)-2,2?-episitoskirin A maupun nistatin, menunjukkan permukaan yang halus, sementara sel yang diberi
perlakuan dengan (+)-2,2?-episitoskirin A dan nistatin masing-masing mengalami pengerutan dan berbentuk seperti
donat. Pengerutan sel ini bertambah pada konsentrasi 2 kali KHM dan semakin bertambah pada sel yang diberi
perlakuan dengan nistatin. Dari studi yang dilakukan, mekanisme kerja dari (+)-2,2?-episitoskirin A diduga melalui
perusakan pada membran sel."
Indonesian Institute of Sciences, Bogor. Research Center for Biology, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Genes related to starch synthesis and the metabolism contribute to a variety of physicochemical properties that
determine the eating/cooking qualities of rice. Our previous study suggested that a set of molecular markers was able to
estimate the eating quality of japonica rice. The present study reports the genetic diversity of 22 japonica rice varieties
based on markers corresponding to starch synthesizing genes. The mean of the polymorphic information content (PIC:
0.135) value and the diversity index (0.171) indicated a low genetic diversity in these varieties. The phylogenetic tree
clearly demonstrated three main clusters: 1) cluster I contained seven varieties with similar physicochemical properties;
2) cluster II only showed a Japanese variety, Koshihikari, and 3) cluster III included the most Korean varieties (14
varieties). This phylogenetic analysis did not completely represent the physicochemical properties differentiation of the
japonica varieties, although it did reveal an initial clue to the close relationship between Korean rice and the Japanese
and Chinese varieties. Notably, these markers were also able to identify a premium japonica rice. The molecular
markers and information concerning the genetic relationship would be useful in improving the japonica rice along with
its starch quality of in breeding program.
Keragaman Genetik Padi Japonica berdasarkan Marka terkait Gen Sintesis Pati. Gen terkait sintesis dan
metabolism pati berkontribusi pada berbagai sifat fisiko-kimia yang menentukan mutu rasa dan hasil masak (cooking)
beras. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa satu set marka molekuler mampu memprediksi mutu rasa beras
japonica. Pada studi ini dilaporka keragaman genetik 22 varietas padi japonica berdasarkan marka untuk gen-gen
pensintesis pati. Rata-rata nilai polymorphic information content (PIC:0,135) dan indeks keragaman (0,171)
menunjukkan keragaman genetik yang rendah dalam varietas padi ini. Pohon filogenetik menunjukkan tiga kelompok
utama yang dibentuk: 1) klaster I terdiri dari tujuh varietas dengan sifat fisikokimia yang mirip; 2) klaster II hanya
terdiri dari verietas premium Jepang, Koshihikari, dan 3) klaster III mengelompokkan sebagian besar varietas Korea (14
varietas). Analisis filogenetik ini belum sepenuhnya menggambarkan diferensiasi varietas japonica berdasarkan sifat
fisiko-kimia, namun hasil ini mengungkapkan petunjuk awal korelasi yang erat antara padi Korea dengan varietas
Jepang dan Cina. Marka-marka tersebut juga mampu mengidentifikasi beras premium japonica. Marka molekuler dan
informasi kekerabatan genetik ini akan berguna dalam membantu mengembangkan padi japonica terkait dengan mutu
pati dalam program pemuliaan"
Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development-IAARD, Bogor., 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nur Iskandar
"Vinblastine and vincristine are secondary metabolites from Madagascar periwinkles that have a very high economic
value as chemotherapy drugs. These compounds are naturally produced in a very low quantity in planta. One promising
alternative method for vinblastine and vincristine production is to use a treatment that can trigger plant stress response
in vitro. This study has been done to evaluate the effect of drought stress using polyethylene glycol (PEG) on vinblastine
and vincristine production in the C. roseus callus culture, which were grown on medium Zenk supplemented with plant
growth regulators (PGR) 1 μM NAA + 10 μM Kinetin to induce laticifer and idioblast differentiation. 13-week-old callus
cultures were then treated with 0%, 6%, 9%, and 12% (w/v) PEG4000 each for 0, 24, 48, and 72 hours. Biochemical analysis
was performed using HPLC to determine the levels of vinblastine and vincristine, while the presence of differentiated cells
(idioblasts and laticifers) was determined using a histochemical method. Protein profiles of the culture were determined by
SDS-Page. The results showed that drought treatment with PEG4000, until the concentration was 12% (w/v), did not
significantly affect the production of vinblastine and vincristine, but might affect terpenoid production. Histochemical
analysis confirmed the presence of idioblasts, non-elongated laticifers, and laticifers that were producing and accumulating
terpenoids highest in the 12% PEG treatment. PEG treatments also did not change the protein profile of callus.
Produksi Senyawa Viblastin dan Vincristin pada Kultur Kalus Tanaman Tapak Dara (Catharanthus roseus (L.) G.
Don) dengan Pemberian Cekaman Menggunakan Polietilena Glikol (PEG). Vinblastin dan vincristine merupakan
senyawa metabolit sekunder dari tanaman Tapak Dara yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai obat kemoterapi
kanker. Kedua senyawa ini hanya diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit pada tumbuhan. Salah satu metode
alternatif yang menjanjikan untuk meningkatkan produksinya adalah dengan pemberian cekaman pada kultur in vitro.
Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan pengaruh pemberian cekaman kekeringan menggunakan
polyethylene glycol (PEG) terhadap produksi senyawa vinblastin dan vincristine pada kultur agregat C. roseus yang ditanam
pada medium Zenk dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) NAA 1 μM + Kinetin 10 μM untuk menginduksi
pembentukan kelenjar latisifer dan sel idioblas. Kalus yang berusia 13 minggu kemudian diberi perlakuan cekaman
kekeringan menggunakan PEG4000 0%, 6%, 9%, dan 12% (w/v) masing-masing selama 0, 24, 48, dan 72 jam. Analisis
dilakukan secara histokimia untuk menguji keberadaan latisifer pada kalus dan biokimiawi untuk menentukan kadar
vinblastin dan vincristine dengan menggunakan HPLC. Selain itu dilakukan pula analisis profil protein dengan SDSPage.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian cekaman kekeringan dengan menggunakan PEG4000 hingga
konsentrasi 12% (w/v) tidak berdampak signifikan terhadap produksi senyawa vinblastin dan vincristine namun diduga
berdampak pada pembentukan senyawa terpenoid. Sel idioblas dan latisifer yang mengandung terpenoid dalam jumlah
relatif banyak ditemukan pada perlakuan PEG 12%. Perlakuan dengan PEG juga tidak berdampak pada perubahan
profil protein kalus. Analisis protein menunjukkan bahwa seluruh perlakuan memiliki profil protein yang sama."
Institut Teknologi Bandung, School of Life Sciences and Technology, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Andy Pradana
"Rumah cerdas adalah rumah yang dapat memberikan layanan kepada penghuninya sesuai dengan konteks yang sedang berlangsung saat ini. Salah satu konteks yang dijadikan acuan oleh rumah cerdas untuk memberikan layanan kepada penghuninya adalah konteks lokasi penghuni dan perangkat. Dalam beberapa penelitian rumah cerdas di Fasilkom UI, belum diimplementasikan modul yang memiliki fungsi untuk memahami konteks lokasi tersebut. Penelitian ini akan mengimplementasikan modul yang berfungsi untuk mengidentifikasi lokasi penghuni dan perangkat dengan menggunakan projective transformation yang meliputi perspective grid dan pendeteksian manusia pada citra video. Dari lokasi penghuni dan perangkat tersebut dapat diturunkan informasi lain seperti perangkat-perangkat terdekat dengan penghuni dan jaraknya dengan penghuni.

Smart home is a home that can provide services to it’s occupants according to the current ongoing context. One of the contexts that is used as reference, by the smart home to give services to it’s occupants, is the occupants location and devices location. There were some study about smart home in Fasilkom UI, but none of them implemented a module that has functionality for understanding the location context. This study will implement a module that will identify the location of occupants and devices using perspective grid on the image from video. Based on the occupant location and devices location, we can derive the other information such as the closest devices to the occupant dan the distance between them."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Casti, John L.
New York: William Morrow, 2000
500 CAS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy, Willard J.
New Jersey: Prentice-Hall, 1965
525 POP e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington D.C.: Harper & Row, 1963
R 503 HAR II (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Horstmann, Alexander
"Walau merupakan kajian yang relatif baru, para ahli antropologi semakin menyadari bahwa perbatasan merupakan laboratorium perubahan sosial dan kebudayaan yang penting. Tidak ada kawasan lain tempat berlangsungnya kontradiksi yang tajam dalam hal representasi komuniti lokal. Seperti di kawasan perbatasanlah ditemukan kelompok-kelompok minoritas. Para ahli antropologi yang mempelajari perbatasan, termasuk di Borneo dan Laut Sulu, sangat menaruh perhatian pada proses inkorporasi komuniti-komuniti perbatasan itu kedalam negara-bangsa, dan masyarakat-global. Tulisan ini bermaksud mendiskusikan sebuah konsep yang koheren tentang batas dan daerah perbatasan, serta mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan penelitian dan agenda studi perbatasan di masa depan. Penulis mengemukakan sebuah argumentasi bahwa masa depan dari studi perbatasan bertumpu pada kajian tentang sejarah komuniti-komuniti yang terpinggirkan, misalnya masyarakat Iban, Bugis, dan Orang Laut. Diulas pula cara komuniti-komuniti perbatasan itu memberikan makna dan bentuk pada transformasi ruang di kawasan perbatasan. Dimensi kesejarahan dan sejarah lisan perlu pula memperoleh perhatian dalam studi komuniti-komuniti perbatasan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>