Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atikah Chalida Barasila
"ABSTRAK
Sampai saat ini, walaupun terapi akupunktur telah diakui, namun pertanyaantentang bagaimana rangsang pada titik akupunktur dapat menimbulkan efek terapimasih belum dapat dijawab secara lengkap dan memuaskan. Para ahli di duniaberbeda pendapat mengenai hal tersebut. Kim Bong Han adalah yang pertama kalimelaporkan telah menemukan bahwa ada struktur khusus yang terlibat dalammenghantarkan rangsang akupunktur, dan struktur yang dimaksud bukanlahpembuluh arteri, vena, limf, maupun saraf, namun merupakan struktur anatomibaru, yang diyakini sebagai jejaring meridian. Struktur tersebut kemudian diberinama Sistem Bong Han. Empat puluh tahun setelah Kim Bong Han menghilang,Kwang Sup Soh dkk. berhasil melakukan penelitian untuk menemukan kembaliapa yang telah ditemukan Kim Bong Han dan memberi nama baru menjadi SistemPrimo-Vaskular SPV .Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa benar ada struktur SPV padapermukaan organ interna tikus. Berbeda dengan berbagai-penelitian terdahulu,penelitian ini mengambil sampel dari tikus yang sudah dibunuh. Penelitian inimerupakan penelitian desktiptif menggunakan hewan coba 3 ekor tikus Wistar.Keberadaan SPV dideteksi secara makroskopis dengan menyemprotkan TrypanBlue pada permukaan organ interna tikus. Struktur seperti benangterwarna biruyang merupakan ciri khas SPV ditemukan pada permukaan hati dan lambung.Setelah dibuat sediaan histologi dan diwarnai dengan H E terlihat strukturpembuluh berlumen, yang berisi struktur seperti serat/ pembuluh kecil dan unsursel. Gambaran histologi seperti ini berbeda dengan pembuluh arteri, vena, limf,maupun serat saraf, sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur khusus yangberbeda itu memang ada. Karena itu, diperlukan penelitian lanjutan yang lebihdetil untuk mengeksplorasi berbagai unsur penyusun maupun fungsi strukturtersebut.
"
"
"ABSTRACT
"
Until recently when acupuncture has already been used widely, the questionsabout how does acupuncture produce therapeutic effect cannot be answeredclearly. There are still dissenting opinions about it. Kim Bong Han was the first todeclare the existence of special new anatomical structures that were differentfrom arteries, veins, lymphs, and nerve fibers, which corresponded to theacupuncture meridian system. The structure was then called the Bong HanSystem. Forty years after the disappearance of Kim Bong Han, Kwang Sup Soh etall began the research to rediscover the Bong Han System. They succeeded tofind the structures and changed the name into Primo Vascular System PVS .This research was conducted to discover and prove the existence of PVS oninternal organ surface of rats. Different from previous reports, this research used3 scarificed Wistar rats. The existence of PVS in rats was detected by sprayingTrypan Blue on internal organ surface. Thread like structures in blue colorappeared on the organ surface of liver and stomach of two rats. The thread likestructures showed specific macroscopic characteristics of PVS. After beingprocessed into histological specimen and stained with H E, we could observethe histological appearance of vessels with fibers or small ducts and cells insidethe lumen. These appearances were different from arteries, veins, lymph vessels,and nerve fibers. In conclusion, the PVS does exist and needs further researchwith a specific design to identify the composition and function of the PVS."
2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kwang-Sup Soh, editor
"Proceedings from the first International Symposium on Primo Vascular System 2010 (ISPS 2010) with special topics on cancer and regeneration was held in Jecheon, Korea during September 17-18, 2010. Includes coverage of new study results that have better revealed the functional aspects of PVS, including its roles in the areas of regenerative medicine and cancer."
New York: [, Springer], 2012
e20417681
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adya Firmansha Dilmy
"Latar Belakang: Spektrum Plasenta Akreta (SPA) merupakan salah satu komplikasi obstetri dengan tingkat morbiditas yang tinggi. 3D Power Doppler telah banyak digunakan untuk meningkatkan diagnosis SPA, seperti menggunakan Plasenta Akreta Indeks, tetapi hanya mengukur secara kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan kuantitatif indeks vaskularisasi plasenta terhadap temuan makroskopik, grading histopatologi, dan perdarahan intraoperatif pada kasus SPA.
Tujuan: Mengetahui hubungan indeks vaskular (vascular index / VI), indeks aliran (flow index / FI), dan indeks aliran vaskular (vascular flow Index / VFI) dengan diagnosis klinis, jumlah perdarahan dan temuan histopatologi SPA di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Metode: Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada 34 wanita, yang secara klinis didiagnosis dengan SPA. Power Doppler 3D yang dikombinasikan dengan perangkat lunak VOCAL II digunakan untuk mengukur tingkat indeks vaskularisasi (VI), indeks aliran (FI), dan indeks aliran vaskularisasi (VFI). Gambaran gross anatomy dan hasil histopatologi yang dikategorikan sebagai akreta, inkreta, dan perkreta. Tingkat kehilangan darah intra-operatif diukur dan diklasifikasikan sebagai perdarahan masif diatas 1500 ml. Data kemudian dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 25.
Hasil: Median (min-max) untuk semua indeks vaskularisasi sebagai berikut: VI = 44,2 (23,7-74,9), FI = 35,4 (24,9-57), dan VFI = 15,3 (8,5-41,7). Nilai FI ditemukan signifikan dalam membandingkan tahap makroskopis (p =0,015) dan memiliki korelasi positif sedang dalam kaitannya dengan perdarahan (r =0,449). hasil analisa AUC of ROC VI, FI, dan VFI nilai batas terbukti sangat terkait dengan kehilangan darah 1500cc yaitu dengan hasil FI dengan nilai AUC of ROC 0.784, nilai cut off ≥38.9, OR: 10.00 (IK95% [1.58-63.09], p =0.014),
VI dengan nilai AUC of ROC 0.712, nilai cut off ≥60.4, OR: 7.00 (IK95% [1.23-39.56], p =0.031), dan
VFI dengan nilai AUC of ROC 0.779, nilai cut off ≥23.2, OR: 9.16 (IK95% [1.53-54.59], p =0.015).
Kesimpulan. Indeks Vaskularisasi Plasenta (FI) yang diukur dengan Power Doppler 3 dimensi dapat menjadi pemeriksaan tambahan Diagnostik SPA yang berpotensi dapat memprediksi kedalaman invasi SPA secara intra-pembedahan, jumlah perdarahan dan kemungkinan akan didapatkannya perdarahan masif pada pembedahan SPA
Kata Kunci. Plasenta akreta, 3D Power Doppler, indeks vaskular, indeks aliran, indeks aliran vaskular, perdarahan intraoperasi, histologi akreta

Background: Placenta Accreta Spectrum (PAS) is an obstetrical complication with a high level of morbidity. The 3D Power Doppler method has been widely used to improve the PAS diagnosis, such as using Placenta Accreta Index, but it only measures qualitative features. Therefore, this study aims to understand the relationship of quantitative placental vascular indices towards macroscopic findings, histopathological grading, and intra-operative blood loss in cases of PAS disorder.
Objectives: Knowing the relationship between vascular index (VI), flow index (FI), and vascular flow index (VFI) with clinical diagnosis, amount of bleeding and histopathological findings of SPA at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: A cross-sectional study was conducted in 34 women, who were clinically diagnosed with PAS. The 3D Power Doppler in combination with VOCAL II software was used to measure the level of vascularization index (VI), flow index (FI), and vascularization flow index (VFI). Gross anatomical appearance and histopathology results were categorized as accreta, increta, and percreta. Intra-operative blood loss level was measured and classified as massive hemorrhage if it was≥1500 ml. Data were then analyzed using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 25.
Results: The median (min-max) for all vascularity indexes as follows: VI = 44.2 (23.7-74.9), FI = 35.4 (24.9-57), and VFI = 15.3 (8.5-41.7). FI value was found to be significant in comparing gross pathological stages (p=0.015) and had a moderate positive correlation in relation to blood loss (r= 0.449). the results of the AUC of ROC VI, FI, and VFI analysis above the cut-off values were shown to be strongly associated with blood loss ≥1500cc the results obtained:
FI with AUC of ROC value of 0.784, cut off value 38.9, OR: 10.00 (IK95% [1.58-63.09], p = 0.014),
VI with AUC of ROC value of 0.712, cut off value 60.4, OR: 7.00 (IK95% [1.23-39.56], p = 0.031), and
VFI with AUC of ROC value of 0.779, cut off value 23.2, OR: 9.16 (CI95% [1.53-54.59], p = 0.015).
Conclusion: Flow index (FI) value from 3D Power Doppler ultrasound may become a potential diagnostic marker to predict the depth of PAS invasion prior to surgery, along with the level of blood loss intra-operatively.
Keywords: Placenta accreta spectrum (PAS), Ultrasound markers, Vascularization, Macroscopic, Histopathology, Blood loss, 3D Power Doppler Biopsy, Vascular Index, Flow Index, Vascular Flow Index
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendria Arsyan Labde
"Dalam penyembuhan jaringan yang rusak dalam tubuh manusia, sebuah teknik bernama tissue engineering digunakan sebagai “jalur” yang di implantasikan kedalam tubuh sebagai jalur untuk regenerasi. Ini disebut dengan scaffold. Dalam bidang tissue engineering, sebuah metode bernama Organ Printing dikembangkan oleh Dr. Gabor Forgasc. Organ printing adalah sebuah teknik yang dikembangkan untuk mencetak sel baru yang dapat diimplantasikan ke dalam tubuh manusia untuk menggantikan fungsi jaringan organ yang rusak. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mencetak organ dengan material hydrogel gelatin. Sebuah system esktrusi dibuat untuk mencetak scaffold berbahan gelatin. Gelatin yang terekstrusi di karakterisasi dengan mengatur kecepatan dan konsentrasinya. Hasil yang optimal didapat pada kecepatan 800 mm/min dan konsentrasi 25%. Setelah itu, parameter yang optimal tersebut digunakan untuk memfabrikasi scaffold 2 dimensi dengan pola heksagonal dan kuadratik.Lebar garis dan ketebalan yang didapatkan adalah 364 μm dan 8.83 μm.

In the healing of damaged tissue in humans, a technique called tissue engineering uses a "track" that is implanted in the body as a pathway for regenerating. This “track” is called scaffold. In the field of tissue engineering, a method called Organ Printing was developed by Dr. Gabor Forgasc. Organ printing is a technique that was developed to print new cells that can be implanted inside human body to replace the function of the damaged organ tissue. The main purpose of this research is to print organs with gelatin hydrogel material. An extrusion system is realized to print gelatin scaffold. The extruded gelatin is characterized by modifying its speed and concentration. An optimal result is achieved at the speed of 800 mm/min and 25% concentration. Moreover, the optimal parameter is used to fabricate a 2-dimensional scaffold with hexagonal and quadratic patterns. The line width and thickness that is achieved are 364 !m and 8.83 !m respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonard Andreas Wiyadharma
"ABSTRAK
Salah satu pengawet yang sering digunakan adalah formalin, untuk mengawetkan jaringan dan kadaver. Secara materi fiksatif, formalin terbukti berfungsi dengan baik, tetapi juga bersifat volatil, iritatif, toksik, serta karsinogenik. Oleh karena itu, teknik pengawetan kadaver lain perlu dikembangkan. Studi eksperimental ini dilakukan untuk membandingkan dua larutan (CaCl2 dan gliserin) bebas formalin sebagai pengawet lanjutan untuk jaringan hati tikus Sprague Dawley dengan larutan pengawet standar berformalin. Pengamatan yang dilakukan berupa pengamatan makroskopik, yaitu konsistensi organ dan keberadaan jamur serta mikroskopik untuk mengetahui jaringan nekrosis dan abnormalitas. Hasil studi menunjukkan hati yang diawetkan dengan larutan CaCl2 berakhir dengan konsistensi yang jelek. Hati yang diawetkan dengan larutan pengawet standar dan larutan gliserin menunjukkan konsistensi yang baik. Pada permukaan larutan CaCl2 ditemukan jamur, tetapi tidak dalam larutan dan hati yang terendam. Pada larutan gliserin dan larutan pengawet standar tidak ditemukan jamur. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran abnormal pada hati yang diawetkan dengan larutan gliserin maupun larutan pengawet standar. Kesimpulan dari studi ini adalah larutan CaCl2 memiliki efek pengawet yang lebih buruk dibandingkan dengan formalin dan larutan gliserin memiliki efek pengawet yang sebanding dengan larutan standar berformalin.

ABSTRACT
Formaldehyde is one of the preservative materials that are commonly used for tissues, organs, and cadavers. Even though it has excellent fixative characteristic, formaldehyde is also volatile, irritative, toxic, and carcinogenic. Due to such reason, new formaldehyde-free preservative materials should be developed. This study aimed to compare formaldehyde-free solutions (CaCl2 and glycerine) as advance preservative materials to formaldehyde-based preservative (standard preservative solution), using liver tissues were extracted from Sprague Dawley rats as the preserved materials. Observations done in this research were macroscopic observation, which composed of consistency and presence of fungi, and microscopic observation that swas done to detect any necrotic or abnormal structure in cellular level. This study showed that livers preserved using CaCl2 has bad consistency compared to Standard Preservative solution as the control. Liver tissues preserved in standard preservative solution and glycerine solution showed good result. Microscopic results showed that all of the livers preserved in both glycerine and standard preservative solution have abnormal cellular structure. Presence of fungi was only positive on the surface of the CaCl2 solutions. Fungi were not found on surface of both solution preserved in glycerine solution and standard preservative solution. In conclusion, this study demonstrated that CaCl2 solution provide worse preservative effect compared to formaldehyde, while highly concentrated glycerine has similar preservative effect compared to formaldehyde-based solution"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Khorazon
"ABSTRAK
Formalin telah digunakan sebagai larutan pengawet untuk kadaver dan organ-organnya untuk waktu yang lama karena efektifitasnya dalam mempertahankan struktur kadaver, selain juga bersifat sebagai disinfektan. Namun, larutan formalin bersifat berbahaya terhadap orang-orang terkait, misalnya staf pengajar, mahasiswa, dan laboran karena sifat iritatifnya yang sangat kuat dan beracun. Karena itu, studi ini dilaksanakan untuk mencari larutan pengawet alternatif berkemampuan sebanding dalam mengawetkan, tetapi dengan efek berbahaya yang lebih rendah atau tidak ada. Larutan pengawet alternatif yang digunakan adalah CaCl2 dan gliserin. Paru diambil dari 36 tikus Sprague-Dawley berusia 6 minggu, setelah mereka di anesthesia dan di injeksi formalin (10% atau 25%) sebagai pengawet primer. Paru yang diambil kemudian diproses lanjut dengan pengawet lanjutan, yaitu larutan standard Departemen Anatomi FKUI sebagai kontrol, CaCl2 15% dan 20%, dan gliserin 70% + timol 0.1%. Organ yang telah diawetkan diobservasi struktur makroskopis (konsistensi) dan struktur mikroskopis. Paru yang diawetkan dengan CaCl2 15% dan CaCl2 20% konsistensinya menurun. Sedangkan paru yang diawetkan dengan larutan standard anatomi dan gliserin 70% + timol 0.1% berhasil dipertahankan konsistensinya atau bahkan lebih keras. Derajat abnormalitas struktur mikroskopis paru yang diawetkan dengan gliserin 70% + timol 0.1% lebih tinggi daripada yang diawetkan dengan larutan standard. CaCl2 terbukti tidak efektif untuk mengawetkan paru. Meskipun paru yang diawetkan dengan gliserin mempunyai struktur mikroskopis yang kurang baik dibandingkan dengan larutan standar, tetapi struktur makroskopisnya bagus.

ABSTRACT
Formalin has been used as a preservative solution for cadavers and organs for a long time due to its effectiveness in maintaining the structure and disinfectant properties. However, formalin solution tends to be harmful towards the surrounding people, such as teaching staff, students, and lab assistants due to its very irritable and toxic content. Therefore, this study is conducted to find alternative preservative solution with equal preservative effectiveness yet with lesser or even no harmful effects. The selected alternative solution were CaCl2 and glycerine. Lungs organ from a total of 36 six-week-old Sprague-Dawley rats were extracted after the mice were anesthetized and injected with formalin (10% or 25%) for primary preservative purpose. The extracted lungs organs were continued to be preserved in standard solution of Department of Anatomy Faculty of Medicine Universitas Indonesia as control, CaCl2 15% and 20%, and Glycerine 70% + Thymol 0.1%. The preserved organs were observed for macroscopic consistency and microscopic structure. Lungs organs that were preserved with both CaCl2 15% and CaCl2 20% turned out to have weaker consistency than the original. Meanwhile, lung organs which were preserved with standard anatomy preservative solution and glycerine 70% + thymol 0.1% managed to either maintain their original consistency or more solid, In glycerine 70% + thymol 0.1% solution, the microscopic tissue abnormality were higher than the ones preserved in standard anatomy solution. In conclusion, CaCl2 proved to be an ineffective solution for lungs organ preservation. Even though the microscopic results were not better than formalin solution, lungs organ preserved with glycerine turned to be able to yield good macroscopic results."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Varian Marcevianto
"Latar Belakang: Sebanyak 86% pasien dengan administrasi cairan mengalami akumulasi cairan positif hingga menyebabkan 35% dari seluruh pasien ICU tahun 2009-2012 mengalami volume cairan berlebih. Efek terburuk akibat hal ini adalah kegagalan multi sistem organ tubuh. Sehingga, salah satu penanganan volume cairan berlebih adalah intervensi diuresis untuk menyelesaikan masalah fisiologis. Masih belum dibuktikan melalui penelitian mengenai manfaat penyelesaian disfungsi sistem organ dari diuresis furosemid untuk menurunkan balans cairan di saat pasien justru mengalami hipoperfusi organ serta berbagai efek samping dari furosemid tersebut.
Tujuan: Atas dasar itu, dilakukan penelitian berupa analisis hubungan antara perubahan status disfungsi sistem organ berdasarkan skor MSOFA dengan penggunaan furosemid, beserta analisis data demografik dan klinik pasien volume cairan berlebih di perawatan intensif.
Metode: Desain penelitian merupakan kohort retrospektif dengan pengambilan data dari 194 sampel rekam medik yang didapatkan secara consecutive sampling. Data penggunaan furosemid dan perubahan skor MSOFA pada pasien fluid overload dimasukkan dalam tabel 2x2, kemudian dianalisis menggunakan metode chi square.
Hasil: Hasil membuktikan bahwa terdapat hubungan signifikan antara perubahan status disfungsi sistem organ dengan penggunaan furosemid pada pasien perawatan intensif (p<0,05). Nilai risiko relatif menunjukkan bahwa penggunaan furosemide justru menghasilkan nilai MSOFA yang lebih tinggi sebanyak 1,271 kali daripada pasien yang tidak menggunakan furosemide (95% IK 1,108 - 1,458).
Diskusi: Penggunaan furosemid memperburuk disfungsi organ berdasarkan skor MSOFA. Hal ini dapat terjadi akibat efek iatrogenik kekurangan balans cairan dan efek samping. Data klinis yang berkorelasi signifikan dan perlu dianalisa lebih lanjut, mencakup: balans cairan sebelum dan sesudah terapi, faktor risiko, dan komponen disfungsi sistem organ.

Background: Eighty-six percent of patients were administrated with IV Fluid resuscitation had positive fluid accumulation that results in fluid overload in 35% of all ICU patients in 2009-2012. The worst consequence of this situation is multi organs failures. Thus, one of the fluid overload treatment is pharmacological diuresis to solve the physiological problems. Despite of its adverse effects and fluid balance decrement on the hypoperfusion organ, the organ failure resolution of furosemide usage has not been proven through any research. Hence, a research which analyzed the correlation of organ system failure status based on modified sequential organ failure assessment score with furosemide usage on intensive care patient and their demographics data has been conducted.
Method: The research design was a retrospective cohort which analyzed 194 subjects from Cipto Mangunkusumo Hospital ICU medical records selected by consecutive sampling method. Data of furosemide usage and MSOFA Score changes were recorded to the 2x2 table, then they were analyzed by chi square method.
Results: The result proves that there is significant association between worsening organ system failure with furosemide usage on critically ill patients (p<0,05), especially in cardiovascular and central venous system. The relative risk result shows that furosemide usage resulted in higher MSOFA score 1,271 times more than those patients with no furosemide diuresis usage (95% CI 1,108 - 1,458).
Conclusions: The furosemide usage worsens the organ failure based on MSOFA score. These can be resulted by iatrogenic effect of too negative fluid balance and furosemide's adverse effects in the patients. There are clinical data which have significant correlation and can be analysed further, including: fluid balance before and after therapy, risk factors, and organ failure components.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Ima
"Saat ini terdapat berbagai metode penyembuhan dari cedera saraf perifer. Namun, berbagai metode tersebut mempunyai keterbatasan yaitu masih dalam kategori lambat. Pada PRP terdapat kandungan Growth Factor yang penting untuk meningkatkan proses regenerasi saraf. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran PRP terhadap regenerasi cedera nervus ischiadicus. Kelompok perlakuan dibagi menjadi hari ke 7 dan hari ke 42. PRP sebanyak 0.2 ml diberikan pada cedera nervus ischiadicus melalui absorbable gelatine sponge. Pengamatan analisis fungsional gaya berjalan dilakukan dengan menghitung nilai SFI, TOA, dan Q1-Q4. Pengamatan gambaran mikroskopis dilakukan untuk melihat diameter akson, densitas akson, diameter akson + mielin, dan ketebalan mielin. Hasil penelitian, nilai SFI kelompok PRP membaik pada hari ke 21 dan 35. Nilai Q1-Q4 pada kelompok PRP memiliki nilai perbaikan sudut mendekati normal yang lebih stabil pada hari ke 7 dibandingkan pada kelompok skiatika tanpa pemberian PRP yang baru mengalami perbaikan pada hari ke 21. Sedangkan pada pengamatan gambaran mikroskopis, kelompok skiatika dengan pemberian PRP memberikan pengaruh terhadap peningkatan diameter akson dengan hasil yang signifikan baik pada hari ke 7 maupun hari ke 42. Oleh karena itu, pemberian PRP pada tikus model skiatika mampu memaksimalkan percepatan fungsi berjalan pada proses regenerasi saraf pasca terjadinya cedera melalui regenerasi akson.

Currently there are various methods of healing from peripheral nerve injuries. However, these various methods have limitations, namely they are still in the slow category. PRP contains Growth Factor which is important for enhancing the process of nerve regeneration. This study aims to see the role of PRP in the regeneration of injured sciatic nerves. The treatment group was divided into day 7 and day 42. 0.2 ml of PRP was administered to the injured sciatic nerve via an absorbable gelatine sponge. Observation of gait functional analysis was carried out by calculating SFI, TOA, and Q1-Q4 values. Microscopic observation was carried out to see axon diameter, axon density, axon + myelin diameter, and myelin thickness. The results of the study, the PRP group's SFI scores improved on days 21 and 35. The Q1-Q4 values in the PRP group had an angle improvement value close to normal which was more stable on day 7 than in the sciatica group without PRP which only improved on day 21 Whereas in the observation of microscopic images, the sciatica group with PRP administration had an effect on increasing axon diameter with significant results both on day 7 and day 42. Therefore, giving PRP to sciatica model rats was able to maximize the acceleration of walking function in the regeneration process post-injury nerves through axon regeneration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriati Siti Pratiwi
"Siklus penerimaan dan pengeluaran kas merupakan siklus yang crucial bagi suatu perusahaan. Akan tetapi, sebagai perusahaan yang baru berdiri, PT SMS belum menjalankan sistem pengendalian internal terkait kedua siklus ini dengan baik. Oleh karena itu, pada laporan magang ini akan dibahas mengenai dampak lemahnya sistem pengendalian internal, perbaikan yang sudah mulai dilakukan, serta saran untuk perbaikan sistem pengendalian internal di PT SMS berdasarkan teori yang penulis peroleh selama masa perkuliahan.

Revenue and expenditure cycle is a crucial cycle for a company. However, as a new established company, PT SMS has yet properly practicing internal control system of these two cycles. Therefore, this internship report is going to discuss the impact that results from the weakness of intenal control system, the progresses that have been undertaken, and several suggestions to improve the internal control system according to theories that the author has learned throughout study in accounting."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S54650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kusuma Al Arif
"Kebutuhan masyarakat terhadap pemahaman intensitas curah hujan serta distribusi secara spasial dan temporal penting terhadap kewaspadaan kebencanaan. Pengamatan curah hujan yang real-time yang disertai prakiraan dapat menjadi dasar yang kuat untuk membangun sistem peringatan dini, khususnya banjir bandang, di mana dapat diamati dari curah hujan yang sangat tinggi dengan rentang waktu pendek. Sistem pengamatan permukaan untuk unsur curah hujan secara otomatis sudah diterapkan di Indonesia menggunakan tipping bucket. Citra satelit Himawari 9 dapat memberikan gambaran curah hujan secara spasial. Informasi peringatan dini potensi membutuhkan sistem pengiriman dan penerimaan data yang andal menggunakan basis pengiriman data melalui internet dengan berbagai protokol MQTT. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang sistem akuisisi data monitoring curah hujan realtime dari penakar hujan otomatis serta merancang sisem peringatan dini cuaca dengan penimbang citra satelit dalam bentuk website. Penelitian ini mampu memonitor curah hujan secara realtime per sepuluh menit dengan ketersediaan data 94,45% dan dapat meningkat hingga 99,0% dan dapat memberikan peringatan dini dengan tingkat kepercayaan sangat tinggi sebesar 73,59% dan tingkat kepercayaan tinggi sebesar 20,77%. Terdapat peringatan dini dengan tingkat kepercayaan rendah sebesar 4,45% yang diakibatkan oleh hujan lokal dengan skala spasial kurang dari 5x5 km2. Peringatan dini yang dihasilkan ditampilkan dalam antarmuka website.

The community's need to understand rainfall intensity and its spatial and temporal distribution is important for disaster awareness. Real-time rainfall observations accompanied by forecasts can be a strong basis for building an early warning system, especially for flash floods, where very high rainfall can be observed over a short time span. An automatic surface observation system for rainfall elements has been implemented in Indonesia using a tipping bucket. Himawari 9 satellite imagery can provide a spatial overview of rainfall. Potential early warning information requires a reliable data sending and receiving system using a data transmission base via the internet with various MQTT protocols. The aim of this research is to design a real-time rainfall monitoring data acquisition system from an automatic rain gauge and design a weather early warning system by weighing satellite images in the form of a website. This research is able to monitor rainfall in real time every ten minutes with data availability of 94.45% and can increase to 99.0% and can provide early warning with a very high level of confidence of 73.59% and a high level of confidence of 20.77% . There is an early warning with a low confidence level of 4.45% which is caused by local rain with a spatial scale of less than 5x5 km2. The resulting early warning is displayed in the website interface."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>