Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Septiyanti
"Data mengenai luluh paru LP sangat terbatas mencakup karakteristik demografi, status hipertensi pulmoner HP , fungsi paru, kapasitas latihan, akivitas fisis dan kejadian rawat inap berulang. Penelitian ini memiliki desain potong lintang dengan 54 subjek. Echokardiografi dilakukan untuk menyingkirkan terdapatnya kelainan jantung dan menentukan status HP. Subjek kemudian akan menjalani serangkaian prosedur antara lain wawancara, pemeriksaan fisis, uji jalan 6 menit 6MWT , uji fungsi paru dan pemeriksaan darah. Hipertensi pulmoner ditemukan pada 63 subjek dengan mPAP 29,13 13,07 sedangkan 55,9 diantaranya mengalami PH yang berat. Rawat inap berulang terjadi pada 44,4 , sesak napas mMRC >1 , aktivitas fisis, rawat inap berulang, luas lesi, CRP dan tekanan oksigen arteri memiliki hubungan bermakna terhadap status HP. Kadar CRP dan 6MWT merupakan variabel yang paling berhubungan dengan kejadian rawat inap berulang pada LP-HP yang dianalisis dengan analisis multivariat. Echokardiografi sebaiknya dilakukan pada pasien LP. Pasien LP-HP mengalami sesak yang lebih berat, rawat inap berulang, lesi yang lebih luas, kadar CRP lebih tinggi, aktivitas fisis, uji fungsi paru, PaO2 dan indeks massa tubuh yang lebih rendah. Hasil spirometri dan kadar CRPmerupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian rawat inap berulang pada pasien LP-HP melalui analisis multivariat.

We investigated and provided datas about demographyc and clinical characteristics. We also found out the influencing factors of re hospitalization in destroyed lung with pulmonary hypertension patients. This is a cross sectional study involving 54 DL subjects. Echocardiography was performed to rule out cardiac abnormality and to establish their PH status. Subjects performed several procedures such as interview, physical examination, 6 minutes walking test 6MWT , lung function test, and blood tests to obtain all the neede data. Pulmonary hypertension was found in 63 of subjects with mPAP was 29,13 13,07 while 55,9 of DL PH subjects had severe PH. Re hospitalization occured in 44,44 subjects. We analyzed using chi square for categorical data and student t test and found a significant association of PH status in DL subjects with breathlessness by mMRC scale 1, physical activity, re hospitalization, body mass index, FVC, FEV1, FEV1 FVC, spirometry result, extend of lesion, CRP and arterial oxygen pressure. Level of CRP, VEP1 dan 6MWT had the strongest association for DL having PH and rehospitalization by multivariate analysis. Echocardiography should be performed among DL patients. Patients DL who got PH have more breathlessness, re hospitalization and extend of lesion, higher CRP level, lower physical activity, worse lung function test, lower PaO2 and lower BMI. Spirometri result, and CRP level had the strongest association for DL having PH and rehospitalization by multivariate analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T57629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Bahri
"Latar Belakang: Tuberkulosis dan HIV merupakan beban utama penyakit menular di negara-negara dengan keterbatasan sumber daya. Di sisi lain, hipertensi pulmoner yang merupakan komplikasi akibat TB-HIV sering terabaikan meskipun angka kematiannya tinggi karena gejala tidak khas. Hipertensi pulmoner pada pasien TB dan bekas TB dengan HIV berhubungan dengan kerusakan parenkim paru dan inflamasi sistemik kronik yang mengakibatkan remodeling vaskular pulmoner. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi probabilitas hipertensi pulmoner pada pasien TB dan bekas TB dengan HIV secara ekokardiografik.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional pada pasien TB dan bekas TB dengan HIV yang berobat di RSUP Persahabatan. Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan di poliklinik Jantung RSUP Persahabatan. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dari Mei hingga Agustus 2023.
Hasil: Terdapat 54 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini, 9 subjek dieksklusi sehingga tersisa 45 subjek. Jenis kelamin subjek mayoritas laki-laki sebanyak 86,7%, usia terbanyak adalah 18-45 tahun sebanyak 77,8%, status TB terbanyak adalah TB klinis sebanyak 42,2% dan lama menderita HIV terbanyak adalah kurang dari atau sama dengan 1 tahun sebanyak 51,1%. Proporsi probabilitas hipertensi pulmoner secara ekokardiografik didapatkan probabilitas rendah sebesar 91,1% dan probabilitas sedang- tinggi sebesar 8,9%. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara demografik dan karakteristik klinis subjek dengan probabilitas hipertensi pulmoner.
Kesimpulan: Proporsi probabilitas hipertensi pulmoner secara ekokardiografik pada pasien TB dan bekas TB dengan HIV sebesar 91,1% untuk probabilitas rendah dan 8,9% untuk probabilitas sedang-tinggi.

Background: Tuberculosis and HIV represent the main burden of infectious diseases in resource-limited countries. On the other hand, pulmonary hypertension, which is a complication of TB-HIV, is often overlooked even though the death rate is high because the symptoms are not typical. Pulmonary hypertension in TB and former TB patients with HIV is associated with lung parenchymal damage and chronic systemic inflammation which results in pulmonary vascular remodeling. The aim of this study was to determine the proportion of echocardiographic probability of pulmonary hypertension in TB and former TB patients with HIV.
Method: The method used in this study was cross sectional on TB and former TB patients with HIV who were treated at Persahabatan Central General Hospital. Echocardiography examination was carried out at the Cardiology polyclinic of Persahabatan Central General Hospital. Sampling was carried out by consecutive sampling from May to August 2023.
Results: There were 54 subjects who met the inclusion criteria in this study, 9 subjects were excluded, leaving 45 subjects. The majority of subjects‘ gender was male at 86.7%, the majority age was 18-45 years at 77.8%, the highest TB status was clinically TB at 42.2% and the majority had suffered from HIV for less than or equal to 1 year at 51.1%. The proportion of echocardiographic probability of pulmonary hypertension showed a low probability of 91.1% and a medium-high probability of 8.9%. There was no significant relationship between the demographic and clinical characteristics of the subjects and the probability of pulmonary hypertension.
Conclucion: The proportion of echocardiographic probability of pulmonary hypertension in TB and former TB patients with HIV was 91.1% for low probability and 8.9% for medium-high probability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulansari Rumanda
"Latar Belakang : Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas dengan fungsi bersihan mukosilier yang menurun, maka itu bentuk matur dari spora Aspergillus fumigatus bisa tumbuh dan membuat sensitisasi Aspergillus yang merupakan kondisi awal aspergillosis paru pada asma dan dapat berkembang menjadi Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA). Penegakkan diagnosis aspergillosis paru didapatkan jika reaksi hipersensitisasi terhadap antigen A.fumigatus positif.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada 86 pasien asma yang berobat ke RSUP Persahabatan dengan nilai Asthma Control Test (ACT) ≤ 24. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok berdasarkan sensitisasi Aspergillus. Penilaian aspergillosis paru menggunakan pemeriksaan Imunoglobulin E (IgE) spesifik A.fumigatus. Kriteria diagnosis ABPA yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kriteria International Society of Human and Animal Mycology (ISHAM) yaitu dua kriteria obligatory (IgE spesifik A.fumigatus dan IgE total) serta 3 kriteria tambahan (IgG spesifik A.fumigatus, eosinofil total, gambaran foto toraks). Pemeriksaan fungsi paru dilakukan pada penelitian ini termasuk spirometri, kapasitas difusi paru karbon monoksida (DLCO) dan nitrit oksida udara ekspirasi (FeNO).
Hasil : Proporsi pasien asma tidak terkontrol yang memiliki aspergillosis paru didapatkan 3,5% (3/86) sedangkan proporsi ABPA didapatkan 1,1% (1/86). Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi aspergillosis paru pada asma tidak terkontrol, diantaranya adalah nilai IMT (p=0,77), riwayat merokok (p=0,86) dan riwayat TB paru (p=0,03).. Karakteristik imunologi didapatkan nilai median IgE total pada subjek dengan aspergillosis paru 465(22-1690) IU/ml dan nilai median hitung total eosinofil 380 (0-770) sel/µl. Dari penilaian spirometri pada subjek aspergillosis paru didapatkan nilai median KVP 1630(950-2150) ml, nilai rerata KVP%prediksi 70±33,71%, nilai VEP1 1150(470-1240) ml, nilai median VEP1% prediksi 54(24-76)%, nilai rerata VEP1/KVP 59,33±14,57)% serta nilai rerata DLCO 84,67±24,66%. Nilai median FeNO pada asma tidak terkontrol dengan aspergillosis paru pada penelitian ini didapatkan 32 (12-45) ppb.
Kesimpulan : Penegakkan diagnosis aspergillosis paru pada pasien asma tidak terkontrol harus dilakukan sejak awal, terutama pada pasien dengan riwayat TB  paru. Hal tersebut dapat mencegah aspergillosis paru pada asma tidak terkontrol berkembang menjadi penyakit ABPA serta kerusakan paru yang permanen.

Background: Asthma is a chronic airway inflammation with decrease of mucocilliary clearance. The mature form of Aspergillus fumigatus spores could grow in this condition and caused an Aspergillus sensitization as an early progression to allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA). Pulmonary aspergillosis could be diagnosed from a hypersensitivity reaction to the A. fumigatus antigen.
Methods : This cross-sectional study included 86 asthma patients with Asthma Control Test ACT score ≤ 24 and treated at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia. Pulmonary aspergillosis was examined using specific immunoglobulin E (IgE) assay of A. fumigatus. The ABPA diagnostic in this study used the International Society of Human and Animal Mycology (ISHAM) criteria, which included two obligatory criteria (A. fumigatus-specific IgE and total IgE) and three additional criteria (A. fumigatus-specific IgG, blood eosinophil count, and thoracic x-ray). Lung function were examined using spirometry, diffusing capacity for carbon monoxide (DLCO), and fraction of exhaled nitric oxide (FeNO).
Results: Uncontrolled asthma patients who had pulmonary aspergillosis was 3.5% (3/86) while the proportion of ABPA was 1.1% (1/86).  A history of prior pulmonary tuberculosis (TB) was correlated with aspergillosis in uncontrolled asthma patients (p=0.03). The median value of total IgE and blood eosinophil count in pulmonary aspergillosis subjects was 465 (22-1690) IU/mL and 380 (0-770) cells/µL, respectively. Spirometry results of pulmonary aspergillosis subjects were median FVC 1630 (950-2150) ml, mean predicted FVC% predicted value 70±33.71%, mean FEV1 1150 (470-1240) ml, median predicted FEV1% 54 (24-24)%, mean FEV1/FVC 59.33±14.57%, and mean DLCO 84.67±24.66%. The median FeNO in uncontrolled asthma with pulmonary aspergillosis in this study was 32 (12-45) ppb.
Conclusion: Diagnosis of pulmonary aspergillosis in patients with uncontrolled asthma should be carried out early, especially in patients with a history of pulmonary TB. This would prevent pulmonary aspergillosis in uncontrolled asthma from developing into ABPA disease and permanent lung damage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adianto Dwi Prasetio Zailani
"Latar belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit baru. Infeksi saluran napas akibat virus yang disertai infeksi bakteri akan meningkatkan derajat keparahan dan angka mortalitas. Insidens ventilator associated pneumonia (VAP) pada kelompok COVID-19 yaitu 21-64%. Kasus VAP dapat menjadi penyebab tingginya mortalitas pada pasien COVID-19 terintubasi.
Metode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian retrospektif di RS Persahabatan. Seluruh sampel yang digunakan adalah kelompok pasien COVID- 19 terintubasi >48 jam dalam periode tahun 2020-2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian : Penelitian ini meliputi 196 data penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Proporsi laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan dan hanya 29% adalah populasi usia lanjut. Proporsi VAP pada COVID-19 terintubasi pada tahun 2020-2022 mencapai 60% dengan VAP rates 92,56. Terdapat dua faktor bermakna terhadap VAP pada pasien COVID-19 terintubasi yaitu penggunaan azitromisin (OR 2,92; IK95% 1,29-6,65; nilai-p 0,01) dan komorbid penyakit jantung. (OR 0.38; IK95% 0,17-0,87; nilai-p 0,023). Proporsi terbesar biakan mikroorganisme aspirat endotrakeal adalah Acinetobacter baumannii (44%), Klebsiella pneumoniae (23%), Escherichia coli (9%).
Kesimpulan : Proporsi VAP pada COVID-19 terintubasi adalah 60%. Terdapat hubungan bermakna pada penggunaan azitromisin dan komorbid penyakit jantung sedangkan usia lanjut dan penggunaan steroid tidak memiliki hubungan bermakna terhadap VAP pada pasien COVID-19 terintubasi.

Background : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is a novel disease. Viral respiratory infection following bacterial infection could increase the severity and mortality of the disease. The incidence of Ventilator (VAP) in COVID-19 group is 21-64%. VAP might be the leading cause of high mortality in intubated COVID-19 patient.
Methods : This research is a retrospective study at Persahabatan hospital. The collected samples is a group of COVID-19 patient intubated for >48 hours in the period of 2020 to 2022 that meet the inclusion and exclusion criteria.
Results : This study consist of 196 data fulfilling the inclusion criteria. Male proportion much greater than female and only 29% is an elderly population. The proportion of VAP in the period of 2020-2022 is 60% with the VAP rates 92,56. There are two factors significantly affected VAP in intubated COVID-19 patient which are the usage of azitromisin (OR 2,92; CI95% 1,29-6,65; p-value 0,01) and cardiovascular disease comorbidity(OR 0.38; CI95% 0,17-0,87; p-value 0,023). The most abundance proportion of endotracheal aspirate microorganism culture are Acinetobacter baumannii (44%), Klebsiella pneumoniae (23%), and Eschrichia coli (9%).
Conclusion : The proportion of VAP in intubated COVID-19 is 60%. There are significant association of azitromicin usage and cardiovascular comorbidity while elderly and the usage of steroid are not significantly associated to VAP in intubated COVID-19 patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luhur Dewantoro
"Latar belakang : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) saat ini menjadi penyebab kematian nomor tiga didunia. Penyebab kematian paling sering pada pasien PPOK berkaitan dengan kelainan sistem kardiovaskular. Hipertensi merupakan komorbid yang paling sering ditemukan pada pasien PPOK. Pada pasien PPOK terjadi inflamasi sistemik yang dapat menyebabkan peningkatan kekakuan pembuluh darah dan terjadi hipertensi. Pasien PPOK dengan komorbid penyakit kardiovaskular/hipertensi memiliki angka morbiditas, mortalitas, kualitas hidup yang buruk, intoleransi latihan dan risiko rawat inap yang lebih tinggi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di RSUP Persahabatan periode Maret 2023. Subjek penelitian didapatkan dari pasien PPOK stabil yang datang ke poliklinik asma dan PPOK RSUP Persahabatan. Setelah memenuhi kriteria, dilakukan pengumpulan data klinis, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan spirometri dan DLCO. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan 84 subjek penelitian. Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi hipertensi pada pasien PPOK stabil sebesar 60,7%. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai faal paru pasien PPOK (derajat GOLD), derajat beratnya PPOK klinis (grup A, B, C dan D), merokok (indeks brinkman) dan usia pasien PPOK dengan hipertensi. Sedangkan lama menderita PPOK dan nilai DLCO tidak didapatkan hubungan yang bermakna. Kesimpulan : Proporsi hipertensi pada pasien PPOK stabil di RSUP Persahabatan sebesar 60,7%. Terdapat hubungan yang bermakna antara nilai faal paru pasien PPOK (derajat GOLD), derajat beratnya PPOK klinis (grup A, B, C dan D), merokok (indeks brinkman) dan usia pasien PPOK dengan hipertensi.

Background : Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) currently is the third leading cause of death in the world. The most frequent cause of death in COPD patients is cardiovascular disease. Hypertension is a comorbid that is often found in COPD patients. In COPD patients, systemic inflammation occurs which can lead to increased vascular stiffness and hypertension. COPD patients with comorbid cardiovascular disease/hypertension have higher rates of morbidity, mortality, poor quality of life, exercise intolerance and risk of hospitalization. Methods : This research is a cross-sectional study conducted at National Respiratory Center Persahabatan Hospital in March 2023. The study subject were stable COPD patient and admitted to asthma and COPD clinic of Persahabatan Hospital. Clinical data, vital signs, spirometry and DLCO tests were collected. Results : There were 84 subjects participating in this study. The results of this study found that the proportion of hypertension in stable COPD patients in RSUP Persahabatan was 60.7%. There was a significant relationship between the lung function of COPD patients (GOLD degree), severity of clinical COPD (groups A, B, C and D), smoking (brinkman index), and age with hypertension. While there was no relationship between how long COPD diagnose, and DLCO. Conclusion : This study found that the proportion of hypertension in stable COPD patients is 60.7%. There was a significant relationship between the lung function of COPD patients (GOLD degree), severity of clinical COPD (groups A, B, C and D), smoking (brinkman index), and age with hypertension."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Perwira
"Infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan dunia saat ini termasuk di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2009 dilaporkan 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang (CFR 0,89%). Tingginya jumlah rawat inap di rumah sakit ini juga menjadi beban yang cukup besar.
Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada pasien yang terinfeksi virus dengue di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.
Metode: Menggunakan desain potong lintang (cross-sectional).
Hasil: Jumlah kasus infeksi dengue di RSUP Persahabatan tahun 2010 adalah 2168. Didapatkan subjek 450 orang dari total 633 subjek yang tercatat selama 1 Januari - 31 Juni 2010. Berdasarkan hasil analisis multivariat diperoleh 4 variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan lama rawat inap pasien yang terinfeksi virus dengue yaitu lama sakit sebelum masuk RS (p=0.000, OR=0.229, 95% CI 0.134-0.392), penyulit (p=0.003, OR = 2.050, CI 95% : 1.276 ? 3.293),jumlah trombosit (p=0.013, OR=2.585, 95% CI 1.220-5.478) dan jumlah leukosit (p=0.024, OR=1.624, 95% CI 1.065-2.475). Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan lama rawat inap adalah jumlah trombosit. Dari hasil tersebut disarankan agar klinisi dan akademisi perlu meningkatkan standar pelayanan penyakit yang lebih efektif dan efisien pada pasien yang terinfeksi virus dengue.

Background: Dengue fever remains as health problem in the world, especially in tropic and sub-tropic zone include Indonesia. DKI Jakarta province in 2009 was reported 158.912 cases with mortality rate 1.420 cases (CFR 0,89%). Very high of hospitalization rate in the hospital due to dengue infection increase the burden for the government and community.
Objective: to find out factors affect to the hospitalization days in patients with dengue virus infection in Persahabatan Hospital, East Jakarta
Method: This study was implemented using cross-sectional design.
Result: There was 450 subject from total 633 cases reported during 1 January - 31 June 2010. Based on bivariate analysis there is 4 variable which has significant correlation with hospitalization days in patients with dengue virus infection in Persahabatan Hospital. They are days of sick before hospitalized (p=0.000, OR=0.229, 95% CI 0.134-0.392), complication (p=0.003, OR = 2.050, CI 95% : 1.276 ? 3.293), trombocyte (p=0.013, OR=2.585, 95% CI 1.220-5.478), leucocyte (p=0.024, OR=1.624, 95% CI 1.065-2.475). Dominant variable which has significant correlation with hospitalization days is trombocyte. From those result, suggestion for clinician and academician are to increase services standart to be more effective and efficient for patients with dengue virus infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T28623
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hari Anggraini
"ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Gangguan elektrolit merupakan salah satu efek samping yang spaling sering ditemukan pada pasien tuberkulosis multidrug-resistant TB MDR yang mendapatkan obat anti tuberkulosis OAT mengandung obat suntik lini kedua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi gangguan elektrolit pada pasien yang mendapatkan OAT suntik lini kedua serta faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tersebut.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, retrospektif, berbasis rekam medis pada pasien TB MDR di RSUP Persahabatan selama pengobatan fase intensif dari Juli 2015-Juni 2016 dan mendapatkan OAT dengan regimen kanamisin ataukapreomisin, pirazinamid, etambutol, levofloksacin,sikloserin dan etionamid. Hasil: Sebanyak 121 pasien ikut pada penelitian ini. Gangguan elektrolit didapatkan pada 114 pasien 94,2. Rerata waktu terjadinya gangguan elektrolit setelah pengobatan adalah 2,0 bulan. Hipokalemia merupakan jenis gangguan elektrolit yang paling banyak ditemukan 57,9. Hipokalemia berhubungan dengan jenis kelamin dan jenis OAT suntik yang digunakan. Insidens hipokalemia lebih banyak ditemukan pada pasien perempuan 72 dibandingkan dengan laki-laki 47,9 dengan OR 2,8 KI 95 : 1,3-6,1 dan pada pasien yang mendapatkan kapreomisin 68,5 dibandingkan yang mendapatkan kanamisin 49,2 dengan OR 2,2 KI 95 : 1,1-4,7 . Hasil ini bermakna secara statistik. Faktor usia, status gizi, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal dan infeksi HIV tidak berhubungan dengan hipokalemia pada penelitian ini. Kesimpulan: Hipokalemia merupakan gangguan elektrolit yang paling sering terjadi pada pasien TB MDR yang mendapatkan OAT MDR mengandung obat suntik lini kedua. Jenis kelamin perempuan dan kapreomisin merupakan faktor risiko terjadinya hipokalemia namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor risiko lainnya yang dapat mempengaruhi kejadian hipokalemia pada pasin TB MDR.

ABSTRACT<>br>
Background: Electrolyte imbalance is one of the adverse reactions mostly found in patients with multidrugs resistant tuberculosis MDR TB who treated by injectable agent. The aim of this study is to know the proportion of electrolyte imbalance in MDR TB patients receiving second line injection of antituberculosis drugs and the contributing factors. Methods: This study is a cross sectional, retrospective, medical record based study among MDR TB patients in Persahabatan Hospital during intensive phase from July 2015 to June 2016 who received intensive phase treatment consist of kanamycin or capreomycin, pirazinamid, ethambutol, levofloxacin, cycloserine and ethionamide.Results One hundred and twenty one patients were included in this study. The proportion of electrolyte imbalance was found in 114 patients 94.2. The mean duration of therapy at the time incidence of electrolyte imbalance was 2.0 months. Hypokalemia 57,9 were the most electrolyte imbalance frequently found. Hypokalemia was associated with gender and type of antituberculosis injection drugs. The incidence of hypokalemia significantly high among female 72.0 patients than male 47.9 with OR 2.8 CI 95 1.3 6.1 and also in patients receiving capreomysin 68.5 than kanamycin 49.2 with OR 2.2 CI 95 1.1 4.7. Age, nutrition status, diabetes melitus, renal disfunction and HIV have no association with hypokalemiain our study. Conclusion: Hypokalemia was the most frequent electrolyte imbalance found among patient receiving MDR antituberculosis regimen. Female gender and capreomycin injection using were associated with the incidence of hypokalemia. However, more clinical researchs are needed to identify other risk factors contributing of hypokalemia state in MDR TB patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanzil, Ricky Effendi
"Memasuki era perdagangan dan investasi bebas baik dalam kerangka AFTA maupun APEC, semua Rumah Sakit di Indonesia harus meningkatkan efisiensi pelayanannya kepada masyarakat untuk memenangkan persaingan. Salah satu parameter efisiensi pelayanan rumah sakit selain BOR dan TOI adalah LHR (lama hari rawat) yang penting bagi manajemen RS untuk kualitas pelayanan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah salah Satu penyakit degeneratif yang makin banyak terdapat akhir-akhir ini, sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, meningkatnya pencemaran udara akibat industrialisasi, meningkatnya mobilisasi, serta perubahan gaya hidup masyarakat. RSUP Persahabatan Jakarta yang merupakan pusat rujukan paru nasional dan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana, mencoba menerapkan delapan strategi manajemen diantaranya dengan lebih mempersingkat lagi lama hari rawat rata-rata. Masalahnya selama 1 tahun terakhir (1 Desember 1994 sampai dengan 30 November 1995), di Ruang Rawat Soka RSUP Persahabatan Jakarta, masih terdapat sebanyak 20 kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronik atau 40% dari sebanyak 50 pasien yang pulang hidup, mempunyai LHR lebih lama dari 14 hari sesuai standar rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan LHR PPOK yang diperkenankan pulang setelah dirawat di Ruang Rawat Soka RSUP Persahabatan Jakarta selama 1 tahun penuh ( 1 Desember 1994 s/d 30 Desember 1995 ) dan menganalisa hubungannya. Disain penelitian adalah cross sectional memakai data sekunder dari rekam medis, deskriptif statistik memakai tabel distribusi frekuensi dan areal isa statistik memakai tabulasi silang dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor-faktor internal rumah sakit tidak ada yang mempunyai hubungan dengan LHR PPOK, sedang dari faktor-faktor eksternal rumah sakit, hanya faktor- kelas perawatan yang dipilih pasien mempunyai hubungan dengan LHR PPOK. DisimpuIkan, penelitian ini tidak menjawab sebagian besar faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan LHR PPOK, serta disarankan agar diadakan penelitian lanjutan dengan memakai disain penelitian kohort, sehingga dapat menerangkan hubungan sebab akibat.

Following to the AFTA and APEC era in the near future, support hospital management concern in Indonesia to improve their efficiency, effectiveness of the service. Inpatient's Length of Stay in a hospital is one of the hospital efficiency indicators as well as Bed Occupancy Rate and Turn Over Interval, and it is important to the hospital management to indicate the quality of service. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the increased degenerating diseases following to social economic condition such as life expectancy rates, air pollution due to industrialization, public mobilization and changing in the way of life. Persahabatan General Hospital is a centre of excellent in pulmonary disease, and a partially self financing hospital since 1492, apply the eight strategic management policy to improve it efficiency, and one of these strategic is shortening the Average Length Of Stay. The problem is, there are 20 cases or 40% of all allowed discharged COPD cases in Persahabatan General Hospital, have Length Of Stay more longer than the hospital's standard for the last one year. The aims of the research is to describe and to analyze factors which is be estimated relating to Length Of Stay of all allowed discharged COPD cases for last one year in Persahabatan General Hospital. The methodology of this research is a cross sectional study of allowed discharged COPD cases for one year period and research sample used data is secondary data which given by medical record department. Statistical analysis use tables of frequency, distribution and descriptive statistic for univariate analysis and chi square test for bivariate analysis. The results is, only one variable of the external factors have a statistically significance related to Length Of Stay, but the other variables show non significances. The conclusions is, the research concept actually cannot prove allowed discharged COPD's most relating factors to Length Of Stay in Persahabatan General Hospital as reported by references or prior researchers and suggest to follow through this research by difference concept to know other variables relating to Length Of Stay of allowed discharged COED, and developed another research to explore causes factors such as kohort study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rizkie Wijayanti
"ABSTRAK
Latar Belakang:Penelitian ini merupakan studi awal untuk menetapkan proporsi pneumonitis radiasi pada pasien kanker paru yang mendapat radiasi di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospektif pada pasien kanker paru yang mendapat radiasi di RSUP Persahabatan antara Juni 2013-Juli 2015. Pengambilan data melalui rekam medik dan dilakukan evaluasi ulang foto toraks 1 bulan pasca radiasi.
Hasil: Terdapat 33 pasien kanker paru yang memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik subyek meliputi usia ≥51 tahun (63,6%), laki-laki (66,7%), riwayat merokok (75,8%), IB sedang (60%), dosis radiasi 300-4000 (60,6%), fraksi radiasi 10-19 (60,6%), tidak mempunyai riwayat kemoterapi (54,5%), kanker paru jenis adenokarsinoma (66,7%) dan stage IV (84,84%). Proporsi pneumonitis radiasi berdasarkan foto toraks sebesar 39,4% yang terdiri dari gambaran hazy ground glass opacities, hazy ground glass opacities dan fibrosis serta fibrosis. Ditemukan perbedaan bermakna antara usia, dosis radiasi dan riwayat kemoterapi dengan kejadian pneumonitis radiasi (p<0,05).
Kesimpulan: Proporsi pneumonitis radiasi berdasarkan foto toraks sebesar 39,4%. Terdapat perbedaan bermakna antara usia, dosis radiasi dan riwayat kemoterapi dengan kejadian pneumonitis radiasi.

ABSTRACT
Introduction: This is a preliminary study to determine proportion radiation pneumonitis in lung cancer patients who got radiaton in Persahabatan Hospital.
Method: This was a retrospective study in lung cancer patients who got radiation in Persahabatan Hospital between June 2013 ? July 2015. Interpretation data were from medical record and did reevaluation chest x ray 1 month after radiation.
Result: There were 33 lung cancer patients were filled inclusion criteria. Subjects characteristic were age ≥51 years (63,6%), male (66,7%), history of smoking (75,8%), moderate IB (60%), radiation doses 3000-4000 (60,6%), radiation fractions 10-19 (60,6%), had no history of chemotheraphy (54,5%), adenocarcinoma (66,7%) and stage IV (84,84%). Proportion radiation pneumonitis based on chest x ray were 39,4% that include hazy ground glass opacities, hazy ground glass opacitiesand fibrosis and only fibrosis. There were significant differences between age, radiation doses and history of chemotheraphy with proportion radiation pneumonitis (p<0,05).
Conclusion: Proportion radiation pneumonitis based on chest x ray are 39,4%. There are significant differences between age, radiation doses and history of chemotheraphy with proportion radiation pneumonitis (p<0,05)."
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Putriana
"Geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu. Pemantauan terapi obat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan dari dilaksanakannya Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah untuk meningkatkan efektivitas dari terapi obat dan meminimalisir resiko adanya Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara cepat/mendadak dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible, diikuti kegagalan ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme dengan/atau tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Terapi hipertensi pada pasien CKD dengan eksresi albumin urine > 30 mg/24 jam direkomendasikan menggunakan obat-obatan antihipertensi golongan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau menggunakan golongan Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Udema (ALO) merupakan penumpukan cairan secara berlebihan diruang interstisial dan alveolus paru secara mendadak yang terjadi karena adanya tekanan hidrostatik kapiler meningkat dan penurunan tekanan koloid osmotik serta terjadinya kerusakan dinding kapiler sehingga menyebabkan kebocoran di kapiler ke ruang interstisial dan menjadi edema alveolar. Pengobatan yang diterima sudah sesuai indikasi namun terdapat beberapa permasalahan seperti beberapa interaksi obat yang dapat menimbulkan efek samping, dosis yang tidak sesuai serta pemberian beberapa obat yang tidak sesuai interval dan regimen pemberian.

Geriatrics are elderly patients with multiple diseases and/or disorders due to decreased organ, psychological, social, economic and environmental function who require integrated health services. Monitoring drug therapy is an activity carried out to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients. The aim of implementing Drug Therapy Monitoring (PTO) is to increase the effectiveness of drug therapy and minimize the risk of Undesirable Drug Reactions (ROTD). Acute Kidney Injury (AKI) is a condition that affects the structure and function of the kidneys which is characterized by a rapid/sudden decline in kidney function and glomerular filtration rate (GFR) which is generally reversible, followed by failure of the kidneys to excrete metabolic waste with/or without interference. fluid and electrolyte balance. Hypertension therapy in CKD patients with urinary albumin excretion > 30 mg/24 hours is recommended using antihypertensive drugs in the Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) group or using Angiotensin Receptor Blockers (ARB). Acute Lung Oedema (ALO) is a sudden accumulation of excessive fluid in the interstitial space and alveoli of the lungs which occurs due to increased capillary hydrostatic pressure and decreased colloid osmotic pressure as well as damage to the capillary walls, causing leakage in the capillaries into the interstitial space and becoming alveolar edema. The treatment received was according to the indications, but there were several problems such as several drug interactions that could cause side effects, inappropriate doses and the administration of several drugs that did not match the interval and administration regimen.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>