Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196658 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ameria Paramita
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan age-related macular degeneration AMD pada penduduk usia 50 tahun ke atas di provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian berbasis populasi dengan menggunakan metode kasus kontrol. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua responden yang turut serta dalam survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness RAAB DKI Jakarta tahun 2015. Kriteria inklusi kelompok kasus adalah responden yang didiagnosa AMD pada survei RAAB DKI Jakarta 2015 dan kriteria eksklusi adalah pada pemeriksaan validasi diagnostik tidak ditemukan AMD pada kedua mata. Kriteria inklusi kelompok kontrol adalah responden yang tidak didiagnosa AMD pada survei RAAB DKI Jakarta 2015 dan kriteria eksklusi adalah pada pemeriksaan validasi diagnostik ditemukan AMD pada salah satu mata. Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan terhadap responden lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah, glukosa darah sewaktu, kolesterol total darah, berat badan dan tinggi badan. Wawancara terpimpin dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosiodemografi, riwayat merokok dan riwayat penggunaan obat-obatan. Jumlah total sampel adalah 87 orang dalam kelompok kasus dan 89 orang dalam kelompok kontrol. Pada analisis multivariat diperoleh faktor risiko untuk AMD adalah diabetes mellitus OR 3,691; 95 CI 1,116-12,208 , hiperkolesterolemia OR 3,206, 95 CI 1,669-6,517 , dan merokok OR 1.987; 95 CI 1,027 ndash; 3,884 . Faktor usia, hipertensi, serta obesitas tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik terhadap AMD.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the socio demographic characteristics and risk factors associated with age related macular degeneration AMD in population aged 50 years and above in the Province of DKI Jakarta. Population based case control study was performed. The accessible population in this study was all respondents who participated in the Rapid Assessment of Avoidable Blindness RAAB survey DKI Jakarta 2015. Inclusion criteria for case group was respondents who are diagnosed with AMD in the RAAB survey DKI Jakarta 2015 and the exclusion criteria was no signs of AMD in both eyes at diagnostic validation examination. The inclusion criteria for control group was respondents who are not diagnosed with AMD in RAAB survey DKI Jakarta 2015 and the exclusion criteria was signs of AMD found in either eye. Direct funduscopy examination conducted on the respondent and then followed by blood pressure, blood glucose, and total blood cholesterol checks, and also weight and height measurement. Guided interviews conducted to determine the socio demographic characteristics, smoking history and a history of drugs consumed. The total number of samples was 87 people in the case group and 89 in the control group. On multivariate analysis, risk factors for AMD are diabetes mellitus OR 3.691 95 CI 1.116 to 12.208 , hypercholesterolemia OR 3.206, 95 CI 1.669 to 6.517 , and smoking OR 1,987 95 CI 1.027 to 3.884 while age, hypertension, and obesity were not significant related against AMD. Keywords age related macular degeneration, risk factors"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Ferderika Nggie
"Prevalensi dan Karakteristik Faktor Risiko pada Kejadian
Age-related Macular Degeneration diJakarta Timur Jakarta Urban-Eye Health Study
Tujuan: Untuk mengetabui prevalensi dan kontribusi beberapa faktor risiko pada kejadian Agerelated Macular Degeneration di Jakarta Timur.
Metode:
Jakarta Urban-Eye Health Study merupakan penelitian potong lintang berbasis populasi yang menggunakan metode multistage cluster random sampling pada penduduk berusia 40 tahun atau lebih di daerah Jakarta Timur. Semua respondn penelitian dilakukan pemeriksaan di Puskesmas. Diagnosis AMD ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fundus dengan menggunakan foto fundus.
Basil: Dari 1259 responden yang ikut dalam penelittian ini telah dilakukan pemeriksaan foto fundus untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda dari AMD. Prevalensi dry dan weI AMD didapatkan pada 52 orang (4,1%) and 3 orang (0,2%). Prevalensi AMD didapatkan semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dimana 3,4% pada kelompok usia 40-49 tabun, 4,8% pada kelompok usia 50-59 tahun, dan 7,4% pada usia ~ 70 yahun.
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan bahwa prevalensi AMD di Jakarta Timur lebih tinggi dari prevalensi yang didapatkan di daerah Y ogyakarta. Dengan semakin bertambahnya usia, prevalensi AMD juga menjadi semakin meningkat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herardita Cahyaning Wulan
"Age-related macular degeneration (AMD) adalah penyakit degeneratif pada makula yang menyebabkan gangguan penglihatan sentral pada orang lanjut usia. Secara global, orang yang didiagnosis mengalami AMD mencapai 170 juta orang. Pada 2018, AMD menjadi penyebab kebutaan terbesar ketiga di Indonesia, setelah katarak dan gangguan refraksi. Salah satu pendekatan teknologi dalam bidang kedokteran adalah menggunakan sains data dan deep learning untuk mendeteksi dan mendiagnosis penyakit mata. Salah satu metode deep learning yang paling efektif untuk memahami data berbasis citra adalah Convolutionl Neural Network (CNN). Di antara arsitektur CNN yang dikembangkan, arsitektur EfficientNet merupakan salah satu yang paling efektif untuk mencapai akurasi terbaik pada tugas klasifikasi gambar serta efisien secara komputasional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra fundus retina yang bersumber dari empat open source database. Terdapat dua kelas yang akan diklasifikasi yaitu Normal dan AMD. Dengan penggabungan beberapa dataset muncul beberapa masalah yaitu terdapat perbedaan dimensi dan kontras pada citra. Sebelum dataset digunakan untuk melatih model, dilakukan preprocessing dengan centered crop, resize, dan Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE). Masalah lain yang muncul adalah ukuran dataset yang kecil karena sulitnya mendapatkan data medis pasien. Salah satu metode yang dapat menjadi solusi adalah Generative Adversarial Network (GAN) yang digunakan untuk menghasilkan data citra sintetis. Penelitian ini diajukan untuk menerapkan metode GAN guna meningkatkan kinerja model EfficientNet dalam mendeteksi AMD. Untuk melakukan hal tersebut dibuat tiga skenario untuk membandingkan kinerja EfficientNet. Skenario A yaitu melakukan klasifikasi dengan dataset asli, tanpa preprocessing CLAHE dan tanpa augmentasi GAN. Skenario B melakukan klasifikasi dengan dataset yang sudah diaugmentasi dengan GAN. Sedangkan, skenario C melakukan klasifikasi dengan dataset yang diaugmentasi dengan GAN dan melalui preprocessing CLAHE. Metrik evaluasi yang digunakan untuk mengukukur kinerja adalah akurasi, sensitivity, dan specifity. Pada skenario A dengan rasio splitting data 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 89,01% dan 88,52%. Sedangkan, pada skenario B dengan rasio 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 87,10% dan 89,86%. Pada Skenario C dengan rasio 70:15:15 dan 80:10:10 didapat rata-rata akurasi sebesar 88,97% dan 91,27%. Skenario terbaik adalah skenario C dengan rasio 80:10:10 dengan nilai akurasi tertinggi 92,96%, sensitivity tertinggi mencapai 93,55%, dan specifity tertinggi mencapai 95,00%.

Age-related macular degeneration (AMD) is a degenerative disease of the macula that causes central vision impairment in the elderly. Globally, the number of people diagnosed with AMD reaches 170 million. In 2018, AMD became the third leading cause of blindness in Indonesia, following cataracts and refractive errors. One technological approach in the field of medicine is utilizing data science and deep learning to detect and diagnose eye diseases. One of the most effective deep learning methods for understanding image-based data is the Convolutional Neural Network (CNN). Among the developed CNN architectures, EfficientNet is one of the most effective in achieving the best accuracy in image classification tasks while being computationally efficient. The data used in this research consists of fundus retinal images sourced from four open source databases. There are two classes: Normal and AMD. Combining multiple datasets presents several issues, such as differences in image dimensions and contrast. Before the dataset is used to train the model, preprocessing is conducted using centered crop, resize, and Contrast Limited Adaptive Histogram Equalization (CLAHE). Another emerging issue is the small dataset size due to the difficulty of obtaining patient medical data. One method that can provide a solution is the Generative Adversarial Network (GAN), which is used to generate synthetic image data. This study proposes to implement GAN to enhance the performance of the EfficientNet model in detecting AMD. To achieve this, three scenarios were created to compare the performance of EfficientNet. Scenario A involves classification with the original dataset, without CLAHE preprocessing and without GAN augmentation. Scenario B involves classification with the dataset augmented by GAN. Scenario C involves classification with the dataset augmented by GAN and processed through CLAHE preprocessing. The evaluation metrics used to measure performance are accuracy, sensitivity, and specificity. In Scenario A, with data splitting ratios of 70:15:15 and 80:10:10, the average accuracy obtained was 89.01% and 88.52%, respectively. In Scenario B, with the same data splitting ratios, the average accuracy obtained was 87.10% and 89.86%, respectively. In Scenario C, with data splitting ratios of 70:15:15 and 80:10:10, the average accuracy obtained was 88.97% and 91.27%, respectively. The best scenario is Scenario C with a ratio of 80:10:10, achieving the highest accuracy of 92.96%, the highest sensitivity of 93.55%, and the highest specificity of 95.00%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athia Asparini
"Degenerasi makula yang berhubungan dengan penuaan (age-related macular degeneration: AMD) adalah kelainan degeneratif pada makula yang ditandai oleh satu atau lebih dari beberapa gejala berikut, yaitu pembentukan drusen, kelainan epitel pigmen retina yang berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, atrofi geografik epitel pigmen retina dan koriokapiler yang melibatkan bagian sentral fovea, makulopati neovaskular (eksudatif). AMD terbagi menjadi 2 tipe, dry AMD dengan angka kejadian mencapai 80-90% kasus AMD, dan sisanya adalah tipe kedua yaitu wet AMD. Pengobatan dry AMD sendiri, hingga saat ini belum menunjukkan hasil efektif dalam mencegah progresifitasnya. Dry AMD sampai saat ini belum memiliki pengobatan standar, disebabkan oleh patofisiologi penyakit yang belum terlalu jelas, oleh karena itu penelitian untuk menemukan terapi untuk dry AMD terus dilakukan. Akupunktur terbukti dapat mengurangi gejala dry AMD, meningkatkan visus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Elektroakupunktur merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur menggunakan aliran listrik. Dibandingkan dengan akupunktur manual, elektroakupunktur memiliki kelebihan seperti stimulasi yang dihasilkan lebih intensif, terukur dan konstan. Penelitian ini menilai efek elektroakupunktur terhadap perubahan gambaran foto fundus makula dan perubahan visus pada pasien dry AMD. Tiga puluh empat pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok elektroakupunktur (n = 17) dan kelompok elektroakupunktur sham (n = 17). Kedua kelompok menerima sesi elektroakupunktur yang sama, 2 kali/minggu selama 6 minggu. Penilaian gambaran foto fundus makula dan penilaian visus dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada perubahan foto fundus makula (p=0,001, CI 95%) dan perubahan visus (p=0,001, CI 95%) antara kelompok elektroakupunktur dan kelompok elektroakupunktur sham sebelum dan sesudah sesi terapi. Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi elektroakupunktur memberikan efek yang baik terhadap gejala klinis dan visus pasien dry AMD.

Age-related macular degeneration or known as AMD is a macular degeneration that posts certain symptoms such drusens, hypopigmentation or hyperpigmentation on retinal pigment epithelium, geographic atrophy and choroidal capillary that affects fovea centralis, and neovascular maculopathy (exudative). Two types of AMD are dry AMD that covers 80-90% cases of AMD and wet AMD. Until now, dry AMD treatment has not been effective to prevent its progression. Since the pathophysiology has been cleared, the research to cure dry AMD must be conducted. Acupuncture is proven to prevent the symptoms of dry AMD, increase the visual acuity, and patients life quality. Electroacupuncture is a form of intervention that stimulates the point using electric current. Compared to manual acupuncture, electroacupuncture can produce more intensive, measurable and constant. This research assesses the changes in the macular fundus photography and visual acuity on dry AMD patient. Thirty-four patients are divided into two groups; Electroacupuncture group (n=17) and sham group (n=17). Both groups receive the same amount of electroacupuncture session which is twice a week for six weeks. Assessment towards the macular fundus photography and visual acuity will be conducted before and after a session. The result shows differences in macular fundus photography (p=0,001, CI 95%) and visual acuity (p=0,001, CI 95%) between electroacupuncture group and sham group before and after sessions. The findings show that electroacupuncture gives positive results towards symptoms in fundus photography and visual acuity of dry AMD patients."
2019: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57668
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwin Tjandra
"Dry Age-related Macular Degeneration merupakan degenerasi makula yang terjadi pada usia 50 tahun dengan karakteristik terbentuknya drusen, disfungsi epitel pigmen retina, degenerasi fotoreseptor yang mengakibatkan penurunan fungsi penglihatan dan kualitas hidup pasien. Optical coherence tomography merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat gambaran perubahan lapisan retina dan gambaran drusen. Skor kuisioner NEI-VFQ 25merupakan instrumen yang banyak digunakan dalam menilai kualitas hidup pasien. Rekomendasi AREDS merupakan pilihan terapi pada dry AMD, namun terapi tersebut masih belum efektif dan masih terjadi progesifitas. Terapi akupunktur secara signifikan dapat menurunkan ketebalan makula sentral dan peningkatan fungsi penglihatan dengan memperbaiki perubahan fisiologis pada fotoreseptor, sel epitel pigmen retina, membran bruchs, dan koroidal. Elektroakupunktur adalah stimulasi listrik di titik akupuntur melalui penusukan jarum akupunktur. Dibandingkan dengan akupunktur manual, elektroakupunktur memiliki berbagai kelebihan seperti stimulasi yang dihasilkan lebih intensif, stabil, konstan dan terukur. Penelitian ini menilai efek elektroakupunktur terhadap perubahan gambaran OCT makula dan skor kuisioner NEI-VFQ 25 pada pasien dry AMD. Tiga puluh empat pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok elektroakupunktur (n = 17) dan kelompok elektroakupunktur sham (n = 17). Kedua kelompok menerima sesi elektroakupunktur yang sama, 2 kali/minggu selama 6 minggu. Pemeriksaan OCT dan penilaian skor kuisioner NEI-VFQ 25 dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada gambaran OCT makula (p=0,001, CI 95%) dan skor kuisioner NEI-VFQ 25 (p=0,000, CI 95%) antara kelompok elektroakupunktur dengan kelompok elektroakupunktur em>sham. Hasil tersebut menunjukkan bahwa elektroakupunktur memberikan efek yang baik terhadap gambaran OCT makula dan kualitas hidup pasien dry AMD. Dry Age-related Macular Degeneration is macular degeneration that occurs at the age of over 50 years with the characteristics of drusen formation, retinal pigment epithelium dysfunction, photoreceptor degeneration which results in decreased visual function and quality of life in patients. Optical coherence tomography is an examination to see an imaging of retinal layers changes and drusen description. The NEI-VFQ 25 questionnaire is an instrument that is widely used in evaluating the quality of life of patients. AREDSs recommendations are a therapeutic choice for dry AMD, but the therapy is still not effective and progressivity still occurs. Acupuncture therapy can significantly reduce central macular thickness and increase visual function by improving physiological changes in photoreceptors, retinal pigment epithelium cells, bruchs membrane, and chorid. Electroacupuncture is electrical stimulation at the acupuncture point through needle puncture. Compared to manual acupuncture, electroacupuncture has various advantages such as stimulation that is produced more intensive, stable, constant and measurable. This study assessed the effect of electroacupuncture on changes in imaging of macular OCT and NEI-VFQ 25 questionnaire scores in dry AMD patients. Thirty-four patients were divided randomly into two groups, the electroacupuncture group (n = 17) and the sham electroacupuncture group (n = 17). Both groups received the same electroacupuncture session, 2 times/week for 6 weeks. OCT examination and NEI-VFQ 25 questionnaire score were assessed before and after the treatment course. The result shows there is a statiscally significant difference on imaging of macular OCT (p = 0.001, CI 95%) and NEI-VFQ 25 questionnaire score (p = 0,000, CI 95%) between the electroacupuncture group and the sham electroacupuncture group. These findings suggest that electroacupuncture has good effect on imaging of macular OCT and the quality of life in dry AMD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
lansia untuk menerima perubahan penampilan fisik di RW 03 Kelurahan
Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, pada tanggal 26-28 Desember
2001. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif eksploratif dengan total sample yaitu 26 orang.
Berdasarkan hasil analisa dengan cara perhitungan mean diperoleh faktor yang
paling dominan mempengaruhi lansia untuk menerirna perubahan penampilan
fisiknya yaitu dukungan keluarga dengan nilai mean 4,1 dan standar deviasi 0,3.
Tetapi secara umum semua faktor dapat mempengaruhi lansia untuk menerima
perubahan fisiknya. Hal tersebut karena peneliti membatasi responden yaitu hanya
mereka yang termasuk usia pertengahan (45-59 tahun). Untuk penelitian
mendatang diharapkan dapat menggunakan metode analisa data dengan model
yang Iain dan perlu menyusun instrumen untuk setiap variabel yang akan diteliti
secara spesifik sehingga dapat memberikan hasil yang Iebih baik."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5005
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Lanjut usia (lansia) mengalami perubahan fisiologis, kognitif, psikososial dan
spiritual .Serta memiliki tugas perkembangan yaitu penyesuaian terhadap dampak
perubahan yang terjadi, diantaranya penurunan kemampuan mendengar, melihat,
mengingat, pergerakan, mobilisasi dan emosional sehingga mempengaruhi lansia
dalam memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan penelitian ini adaIah : mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemampuan lansia memenuhi kebutuhan dasar. Penelitian dilakukan di
PSTW Budi Mulya Pasar Rebo Jakarta Timur dengan responden sebanyak 50 orang.
Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bersifat Cross sectional. Rata-
rata usia responden adalah 65,92 tahun, semuanya beragama islam dan sebagian
besar (60 %) berpendidikan SD. Lama tinggal di PSTW sebagian besar (60 %)
selama 3-4 tahun. Sebcmyak 70 % berstatus janda/duda dan 74 % tidak memiliki
pekerjaan. Rata-rara Iingkaf pemenzrhan kebuiuhan dasar pada lansfa adaiah 3, 339
yang dikategorikan baik. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara
semua komponen karakteristik lansia dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan
dasar pada a = 0, 05.
Penelitian ini memiliki keterbartasan dari aspek metodologi sehingga
direkomendasikan untuk mengambil sampel pada beberapa PSTW dan melakukan uji
statistik yang Iebih baik."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5247
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Soni Akhmad Nulhaqim
"Peningkatan jumlah penduduk lansia disatu sisi menggembirakan yaitu mencerminkan meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, namun pada sisi lain menimbulkan permasalahan bagi lansia berupa permasalahan umum, permasalahan fisik, psikologis dan sosial ekonomi, juga bagi pemerintah yaitu berkaitan dengan penyediaan berbagai pelayanan. Keluarga diharapkan dapat menjadi lingkungan utama dalam pelayanan lansia. Dengan demikian, program-program pelayanan lansia yang berbasiskan pada keluarga merupakan program yang perlu dikembangkan.
Penelitian ini berupaya untuk mengkaji sistem pelayanan BKL di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimana keadaan kelompok BKL sebagai sistem pelaksana perubahan; (2) bagaimana keadaan sistem kegiatan kelompok BKL; (3) bagaimana keadaan sistem sasaran kelompok BKL dan; (4) bagaimana keadaan sistem klien kelompok BKL. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif Berdasarkan hal tersebut, maka jenis penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sistem pelayanan kelompok BKL Bougenville di Kelurahan Batununggal Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Populasi penelitian adalah para pengurus 18 orang dan para anggota kelompok BKL sebanyak 92 orang. Dengan menggunakan teknik sensus maka keseluruhan responden diambil dalam penelitian ini, sedangkan key person untuk wawancara mendalam digunakan teknik purposive sampling sebanyak tiga orang.
Kerangka teori utama yang digunakan adalah sistem dasar praktek pekerjaan sosial. Kerangka ini mengacu pada pendekatan pekerjaan sosial yaitu dualistic aproach maksudnya pekerja sosial berusaha melakukan perubahan terhadap masalah yang dihadapi oleh klien, juga melakukan usaha perubahan terhadap lingkungan sosial klien tersebut. Dengan demikian, suatu usaha perubahan yang dilakukan oleh pekerja sosial memunculkan sub-sub sistem dalam sistem dasar praktek pekerjaan sosial yaitu sistem pelaksana perubahan, sistem kegiatan, sistem sasaran, dan sistem klien. Kerangka analisis penunjang menggunakan pelayanan sosial dan teori tentang lansia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok BKL merupakan kelompok sosial yang berada di dalam iingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL adalah kegiatan agama, kegiatan kesehatan, kegiatan olah raga, kegiatan keterampilan dan kegiatan usaha, kegiatan anjang sana, serta kegiatan pertemuan lansia. Kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang diangggap berkompeten dalam bidangnya. Sistem sasaran BKL mengacu pada kelompok-kelompok yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kelompok BKL, sedangkan sistem kliennya adalah orang-orang yang menjadi anggota BKL.
Dilihat dari sistem dasar praktek pekerjaan sosial, maka kelompok BKL dianggap: (a) sebagai sistem pelaksana perubahan yaitu kelompok yang berada dilingkungan RW yang berusaha mengadakan perubahan dalam meningkatkan kepedulian dan peran serta keluarga dalam mewujudkan kesejahteraan lansia; (b) sistem kegiatan kelompok BKL adalah orang-orang yang dianggap ahli dalam bidangnya masih terbatas pada kegiatan tertentu saja; (c) sistem sasaran seharusnya adalah keluarga bukan kelompok-kelompok yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya; dan (d) sistem klien seharusnya adalah lansia bukan semua orang yang menjadi peserta BKL.
Saran yang dirumuskan meliputi saran akademik adalah perlunya penelitian pekerjaan sosial dengan menggunakan perspektif pekerjaan sosial, sedangkan saran praktis ditujukan bagi pengembangan pelayanan sosial bagi lansia meliputi pengembangan pelayanan bagi keluarga lansia dengan menggunakan pendekatan sistem dasar praktek pekerjaan sosial, dan pendekatan budaya berupa sosialisasi nilai-nilai kepada anggota keluarga dan pelayanan sosial bagi lansia secara umum berupa pemberdayaan lembaga panti werda baik yang bersifat komersial maupun non komersial, sedangkan penciptaan pelayanan sosial yang baru yaitu mengupayakan pelayanan baru terutama pelayanan yang ditujukan untuk menunjang aktivitas lansia misalnya penyediaan fasilitas umum."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T5081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nedia Fia Indriana
"Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif kedua yang paling umum dan menyerang sekitar 2-3% populasi di atas 65 tahun di seluruh dunia. Salah satu gejala yang sering muncul pada penderita Parkinson adalah depresi. Depresi terjadi pada sekitar 40 - 50% penderita Parkinson dan sangat umum terjadi pada tahap awal perkembangan Penyakit Parkinson. Terdapat berbagai perbedaan dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko depresi dalam berbagai studi yang telah dilakukan dan belum diketahui mekanisme depresi secara rinci pada Penyakit Parkinson. Oleh karena itu, akan dilakukan identifikasi faktor-faktor risiko depresi dengan metode klasifikasi, yaitu metode Decision Tree dan regresi logistik. Namun, depresi sangat umum terjadi pada Penyakit Parkinson stadium awal sehingga dapat menimbulkan masalah data yang tidak seimbang, yaitu proporsi kelas tidak depresi yang terlalu kecil dibandingkan dengan proporsi kelas depresi. Hal ini mengakibatkan model klasifikasi yang dihasilkan memiliki tingkat kepekaan yang minimum terhadap kelas minoritas. Salah satu strategi rebalancing untuk mengatasi masalah kelas data tidak seimbang adalah SMOTE (Synthetic Minority Over-sampling TEchnique). Pada tugas akhir ini, akan dilakukan analisis data mengenai depresi pada penderita Parkinson stadium awal dengan metode decision tree, dimana data tidak seimbang akan diatasi dengan metode SMOTE. Kuantifikasi risiko untuk setiap faktor teridentifikasi akan dilakukan dengan regresi logistik. Performa model diukur dari nilai precision, recall, AUC, dan F1-score . Data sejumlah 257 penderita Parkinson stadium awal pada database Parkinson’s Progression Markers Initiative (PPMI) digunakan pada tugas akhir ini. Berdasarkan analisis, diperoleh secara keseluruhan faktor-faktor risiko penting yang berasosiasi dengan depresi pada penderita Parkinson stadium awal adalah kadar alpha synuclein (α-syn), jenis kelamin, skor SEADL (Schwab & England – Activities on Daily Living), skor STAI-State, binding ratio putamen pada bagian kiri otak, skor RBDSQ (REM Sleep Behavior Disorder-Questionnaire), dan umur saat terdiagnosis Parkinson. Model classification tree dengan rebalancing menggunakan SMOTE memberikan nilai akurasi, precision, recall, AUC dan F1-score masing – masing sebesar 95.18%, 0.9215, 0.9412, 0.949, dan 0.9312. Peningkatan kadar alpha synuclein (α-syn), perempuan, penurunan skor SEADL, penurunan skor STAI-State, penurunan binding ratio putamen pada bagian kiri otak, peningkatan skor RBDSQ, dan usia lebih tua saat terdiagnosis Parkinson secara rata-rata memiliki risiko lebih tinggi untuk terdiagnosis depresi pada Penderita Parkinson

Parkinson's disease is the second-most common neurodegenerative disease and affects about 2-3% of the population over 65 years worldwide. One of the symptoms that often occurs in patients with Parkinson's is depression. Depression occurs in about 40-50% of Parkinson's sufferers and is very common in early stages of the development of Parkinson's Disease. Various difference in identifying risk factors for depression in various studies that have been conducted and the mechanism of depression is not yet known in detail in Parkinson's Disease. This study identifies risk factors for depression using decision tree and logistic regression methods. However, depression is common in early-stage Parkinson's disease causing unbalanced data problems, that is the proportion of non-depressed classes is too small compared to the proportion of depressed classes. This resulted in classification model having a minimum level of sensitivity to the minority class. One of rebalancing strategy to overcome the problem of unbalanced data classes is SMOTE (Synthetic Minority Over-sampling TEchnique). In this final project, data analysis on depression in patients with early stage Parkinson's was conducted using decision tree method, with SMOTE to handle imbalanced data. Risk quantification for each of the identified factors was carried out using logistic regression. Model performance is measured by the values of precision, recall, AUC, and F1-score. Data on 257 patients with early stage Parkinson's in the Parkinson's Progression Markers Initiative (PPMI) database were used in this final project. Based on the analysis, the overall important risk factors associated with depression in patients with early-stage Parkinson's are alpha synuclein (α-syn) levels, gender, SEADL (Schwab & England - Activities on Daily Living) scores, STAI-State scores , putamen binding ratio on the left side of the brain, RBDSQ (REM Sleep Behavior Disorder-Questionnaire) score, and age at diagnosis of Parkinson's. Classification tree model with rebalancing using SMOTE produced the accuracy, precision, recall, AUC and F1-score of 95.18%, 0.9215, 0.9412, 0.949, and 0.9312, respectively. Increased levels of alpha synuclein (α-syn), women, decreased SEADL scores, decreased STAI-State scores, decreased putamen binding ratio on the left side of the brain, increased RBDSQ score, and older age when diagnosed with Parkinson's on average have a higher risk for being diagnosed with depression in Parkinson's sufferers"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nachita Putri
"Lansia dapat mengalami penurunan fungsi kognitf akibat dari proses penuaan. Penurunan fungsi kognitif membuat lansia kurang sensitif terhadap lingkungan sehingga dapat menyebabkan jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan risiko jatuh pada lansia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi kognitif berhubungan signifikan dengan risiko jatuh dengan nilai p = 0,000. Pihak panti werdha sebaiknya meningkatkan intervensi untuk memperbaiki fungsi kognitif lansia sebagai upaya menurunkan risiko jatuh.

Elderly may experience decreased cognitive function due to aging process. Decreased cognitive function makes elderly less sensitive to the environment that can cause the incident of fall. This study aims to determine the relationship of cognitive function with the risk for fall in the elderly. The design of this study is cross sectional with sampling technique is proportional random sampling.
The results showed that cognitive function was significantly correlated with risk for fall with p 0,000. Nursing home parties should increase interventions to improve elderly cognitive functioning as an effort to reduce the risk of fall.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>