Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167924 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Anna Mira
"ABSTRAK
Latar Belakang: Muatan besi berlebih akibat transfusi darah dan peningkatan serapan besi di saluran cerna, masih merupakan isu penting pada Thalasemia Intermedia TI , dan dikaitkan dengan berbagai komplikasi yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pemeriksaan MRI T2 hati sebagai pemeriksaaan yang tervalidasi dalam menilai Liver Iron Concentration LIC , merupakan pemeriksaan yang mahal dan tidak tersedia secara merata di Indonesia.Tujuan: Mengetahui gambaran muatan besi berlebih darah dan hati pada pasien thalasemia intermedia dewasa dan korelasi antara saturasi transferin, feritin serum, MRI T2 hati, dan LIC yang dinilai dengan pemeriksaan MRI T2 hati dengan nilai elastografi hati.Metode: Penelitian potong lintang pada pasien thalasemia intermedia dewasa dengan transfusi darah dan dengan atau tanpa kelasi besi di RSUPNCM dr. Cipto Mangunkusumo mulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2016, dengan total subyek penelitian sebanyak 45 orang. Dilakukan pemeriksaan saturasi transferin, feritin serum, elastografi hati, dan MRI T2 hati. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman.Hasil: Sebanyak 64,4 subyek penelitian adalah Thalasemia ?-Hb E, dengan median RIK umur 33 22 tahun. Sebanyak 84,4 subyek penelitian mendapatkan transfusi darah secara reguler. Seluruh subyek penelitian mengalami komplikasi hemosiderosis hati melalui pemeriksaan MRI T2 hati. Sebanyak 48,9 mengalami hemosiderosis hati berat, dengan nilai median MRI T2 hati 1,6 ms. rerata feritin serum adalah 2831 1828 ng/mL, dengan nilai median saturasi transferin 66 . Nilai rerata LIC melalui pemeriksaan MRI T2 adalah 15,36 7,37 mg besi/gr berat kering hati dan nilai rerata elastografi hati adalah 7,7 3,8 Kpa. Uji korelasi didaptakan terdapat korelasi nilai elastografi hati dan rerata feritin serum r = 0,651; p = 0,000 , nilai elastografi hati dan LIC r = 0,433; p = 0,003 dan korelasi negatif nilai elastografi hati dan MRI T2 hati r = -0,357; p = 0,016 .Simpulan: Terdapat korelasi antara muatan besi berlebih feritin serum dan LIC dengan nilai elastografi hati. Terdapat korelasi negatif nilai elastografi hati dengan MRI T2 hati pada pasien thalasemia intermedia dewasa.

ABSTRACT
Background Iron overload is a common feature of thalassemia intermedia due to regular blood transfusion and increase gastrointestinal iron absorption. Early detection and adequate iron chelator can significantly decrease related morbidities and mortality due to complication from iron overload. Liver Iron Concentration LIC is the best way to measure body iron stores. MRI T2 as a validated test to identify LIC, is expensive and currently not available in all medical services in Indonesia.Objective To identify liver iron overload and correlation of transferrin saturation, serum ferritin, liver MRI T2 , and LIC with transient liver elastography in adult thalassemia intermedia patient.Methods We conducted a cross sectional study enrolling 45 patients with thalassemia intermedia with blood transfusion and with and without iron chelator therapy. The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital from August 2016 through October 2016. We performed measurements of transferrin saturation, serum ferritin level, transient liver elastography and liver MRI T2 . The Pearson and Spearman correlation test were used to evaluate the correlation transient liver elastography with transferrin saturation, serum ferritin, Liver MRI T2 , and LIC.Results As much as 64,4 of study subject are Hb E Thalasemia Intermedia with median IQR age is 33 22 years old. As much as 84,4 of study subject have regular blood transfusion. On the basis of liver MRI T2 , all studi subject suffered from liver iron overload, with 48,9 had severe liver iron overload. The median value of Liver MRI T2 was 1,6 ms. The mean serum ferritin was 2831 1828 ng mL, with median value of transferrin saturation was 66 . The mean of LIC corresponding to Liver MRI T2 and mean liver stiffness measurement was 15,36 7,37 mg Fe gr dry weight and 7,7 3,8 Kpa respectively. Liver Stiffness correlated with serum ferritin r 0,651 p 0,000 , Liver MRI T2 r 0,357 p 0,016 , and LIC r 0,433 p 0,003 . No correlation was found between liver elastography and transferrin saturation r 0,204 p 0,178 .Conclusions Serum ferritin, Liver MRI T2 , and LIC correlated with liver elastography. No correlation was found between transferin saturation and liver elastography. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Intan Russianna
"ABSTRAK
Latar Belakang: Muatan besi berlebih yang diduga dapat menyebabkan peningkatan stres oksidatif malondialdehyde merupakan masalah utama pada pasien thalasemia beta mayor dan intermedia, baik TDT maupun NTDT. Transfusi darah dan kelasi besi merupakan terapi utama thalasemia. Kadar malondialdehyde MDA plasma belum diteliti mendalam di Indonesia, terutamapada pemberian transfusi serta korelasinya dengan muatan besi berlebih.Tujuan: mendapatkan profil kadar MDA pada pasien thalasemia dewasa; membandingkan kadarnya antara sebelum dan setelah transfusi antara pasien TDT dan NTDT serta mendapatkan korelasinya dengan feritin serum FS dan saturasi transferin ST .Metode: Penelitian potong lintang serta pre dan post study pada penderita dewasa thalasemia beta yang mendapatkan transfusi darah serta dengan/atau tanpa kelasi besi. Sampel darah diambil sesaat sebelum transfusi dan satu hari setelah transfusi. Kadar MDA plasma diperiksa berdasarkan metode Wills.Hasil: Sebanyak 63 orang pasien dilibatkan dalam studi, terdiri dari 51 TDT dan 12 NTDT. Median kadar MDA adalah 0,49 0,21-1,33 ?mol/L. Kadar tersebut tidak berbeda bermakna antara sebelum dan setelah transfusi, antara pasien TDT dan NTDT. Didapatkan korelasi lemah antara FS dengankadar MDA sebelum transfusi sedangkan tidak ada korelasi antara FS dengan kadar MDA setelah transfusi dan antara ST dengan kadar MDA.Simpulan: Median kadar MDA plasma pada pasien dewasa dengan thalasemia beta mayor dan intermedia sebelum transfusi 0,49?mol/L.Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar MDA sebelum dan setelah transfusi dan antara pasien TDT dan NTDT. Terdapat korelasi lemah antara FS dengan MDA sebelum transfusi dan tidak terdapat korelasi FS dengan MDA setelah transfusidan ST dengan kadar MDA.

ABSTRACT
Abstract Background Iron overload is a major problem in thalassemic patients, either in TDT or NTDT. Iron overload may increase oxidative stress malondialdehyde MDA . Blood transfusion and chelating iron are the main therapy for beta thalassemia major TDT. However, plasma MDA levels have not been well studied in Indonesia, especially its correlation with iron overload.Objective This study aimed to profile MDA levels in adult thalassemic patients to compare its level between before and after transfusion and between TDT and NTDT patients and to obtains its correlation with serum ferritin SF and transferrin saturation TS .Method A cross sectional as well as pre and post study in adult patients with thalassemia major and intermedia who received blood transfusion with or without chelating iron.Blood samples were withdrawn immediately before transfusion and one day after transfusion. Plasma MDA levels were assayed according to Wills method. Results Total of 63 patients were enrolled, consisting 51 TDT and 12 NTDT patients. Median MDA level was 0.49 0,21 1,33 mol L. The level was not significantly different between before and after transfusion, between TDT and NTDT patients. Weak correlation was observed between SF and MDA levels before transfusion and there is no correlation was observed between SF and MDA levels before transfusion and also between TS and MDA levels.Conclusion Median plasma MDA levels in adult patients with beta thalassemia major and intermedia before transfusion 0,49 mol L. No significant different is found between MDA before and after transfusion and between TDT and NTDT patients as well. Plasma MDA levels have weak correlation with serum feritin levels before blood transfusion."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Faizal Drissa
"Pendahuluan : Muatan besi berlebih merupakan masalah utama pada pasien thalassemia beta bergantung transfusi karena menyebabkan toksisitas pada jaringan atau organ. Laporan mengenai korelasi antara muatan besi berlebih dengan fungsi endokrin pada pasien dewasa TDT beta yang mengalami retardasi pertumbuhan di Indonesia belum pernah dilaporkan.
Tujuan: Mendapatkan profil muatan besi dengan fungsi endokrin pada pasien dewasa TDT beta yang mengalami retardasi pertumbuhan.Metode: Dilakukan studi potong lintang pada pasien thalassemia beta mayor homozigot dan beta HbE usia dewasa yang mendapat transfusi darah di Poliklinik Thalassemia RSCM Jakarta pada Desember 2017. Muatan besi berlebih diwakili oleh feritin serum FS dan saturasi transferin ST, fungsi endokrin yang diperiksa adalah TSHs, fT4, dan IGF-1. FS, fT4 dan TSHs diperiksa dengan metode ELISA. IGF-1 diperiksa berdasarkan metode Solid-Phase ECLIA.
Hasil: Proporsi hipotiroid subklinis sebesar 32,7 , kadar IGF-1 rendah pada 79,3 subjek penelitian. Terdapat korelasi negatif lemah FS dengan fT4 r = -0,361; p=0,003 , dan IGF-1 r=-0,313; p=0,008 , tidak terdapat korelasi FS dengan kadar TSHs r=0,074; p=0,29 . Tidak terdapat korelasi ST dengan TSHs r =0,003; p=0,492 , fT4 r=0,018; p=0,448 , dan IGF-1 r=-0,142; p=0,143.
Simpulan: Terdapat korelasi negatif antara muatan besi berlebih yang dinilai dari feritin serum dengan fungsi endokrin yang dinilai dengan fT4 dan IGF-1.

Introduction. Iron overload is a major problem in patients with transfusion dependent beta thalassemia, because it causes toxicity to tissues or organs. The correlation between iron overload and endocrine function in adult TDT beta patients in Indonesia have not been reported.
This study aims to obtain a profile of iron load and endocrine function of adult TDT beta patients with growth retardation.Methods Cross sectional study was performed on beta homozygous beta and adult HbE beta patients receiving blood transfusions at the Thalassemia Kiara RSCM Jakarta Clinic, December 2017. Iron overload was represented by serum ferritin FS and transferrin saturation ST, and the endocrine functions are TSHs, fT4 by ELISA method and IGF 1 by the Solid Phase ECLIA method.
Results Subclinical hypothyroid proportion was 32,7 and low IGF 1 level was found in 79.3 of subjects. There is a weak negative correlation between FS and fT4 r 0.361 p 0.003, and IGF 1 r 0.313 p 0.008 . No correlation was found between ST with TSHs r 0,003 p 0,492, fT4 r 0,018 p 0,448, and IGF 1 r 0,142 p 0,143.
Conclusion There was negative correlation between iron overload based on serum ferritin with endocrine function based on fT4 and IGF 1."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ralph Girson Manuel Dirgagunarsa
"Latar Belakang: Thalassemia adalah penyakit herediter, dan anemia berat adalah salah satu fenotip utama pada thalassemia mayor, sehingga transfusi sel darah merah adalah modalitas utama tatalaksana. Transfusi sel darah merah diberikan sebanyak 1-2 kali setiap bulan akan meningkatkan kesintasan, tetapi dapat meningkatkan risiko infeksi dan menyebabkan muatan besi berlebih, terutama pada penderita thalassemia bergantung transfusi/transfusion dependent thalassemia TDT. Infeksi adalah penyebab kematian kedua pada TDT, setelah gagal jantung. Risiko infeksi meningkat pada transfusi berulang, hal ini terjadi karena adanya infeksi akibat transfusi, dan perubahan respon imun. Perubahan respon imun terjadi karena adanya aloimunisasi dan muatan besi berlebih.Perubahan respon imun dalam TDT dapat terjadi baik dalam respon imun inat maupun imun spesifik. Dalam studi sebelumnya terdapat korelasi ferritin serum dengan jumlah CD4, tetapi hal ini belum diteliti di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan korelasi antara muatan besi berlebih ferritin serum dan saturasi transferin dengan imuitas selular CD4 pada penderita dewasa thalassemia beta bergantung transfusi.Metode: Penelitian ini adalah studi potong lintang. Pengambilan sampel secara konsekutif pada TDT dewasa. Jumlah subjek adalah 64 orang. Subjek melakukan ronsen toraks dan pemeriksaan laboratorium darah. Pemeriksaan HBsAg, anti HCV, anti HIV diperiksa dengan menggunakan metode Electroimmunoassay ELISA . Serum feritin, dan saturasi transferin diperiksa menggunakan metode Electrocheminulescentimmunoassay ECLIA . Limfosit subset diperiksa menggunakan flowcytometer. Uji korelasi dengan menggunakan korelasi Spearman`s.
Hasil: Pada penelitian ini mendapatkan proporsi Hepatitis B sebanyak 4,7 , Hepatitis C positif sebanyak 10,9 , tidak ditemukan anti HIV dan ditemukan 4 dari 41 subjek yang mengalami TB paru. Hasil uji Spearman menunjukkan korelasi negatif lemah dan tidak bermakna antara ferritin serum dengan CD4 p= 0,75, r= -0,04 , dan korelasi positif lemah dan tidak bermakna antara saturasi transferin dengan CD4 p= 0,133, r= 0,19 .Simpulan: Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara muatan besi ferritin serum dan saturasi transferin dengan imunitas seluler CD4.

Background Thalassemia is a hereditary disease and severe anemia is main phenotype in major thalassemia, therefore red cell transfusion is main modality in major thalassemia management. Transfusion which are given 1 2 times every month will improve prognosis and survival, but both higher risk infections and iron overload are found in thalassemia, especially in transfusion dependent thalassemia TDT. Infections are second cause of death in adult TDT, after heart failure. Higher risk infections are caused by multiple transfusions, which can cause alter in immune response due to alloimunization, transfusion related infections and iron overload. Iron overload in TDT can altered immune response, both innate immune and specific immune. Some studies showed correlation between ferritin and CD4, but these were not yet studied in Indonesia
Objective. Objectives in this study were to determine correlations between iron overload serum ferritin and transferrin saturation and immune cellular specific CD4 Methods This were cross sectional study. Subjects were examined consecutively with chest x ray and serum blood collections. Total subjects were 64 subjects. HBsAg, anti HCV, anti HIV, were tested using ELISA. Serum Ferritin, and transferin saturation were tested using ECLISA. lymphocyte subsets were analyzed using flowcytometer. Correlations tests used Spearman rsquo s test.
Results We found proportion HBsAg 4,9 positive, Anti HCV positive 10,7 , no subjects with positive for anti HIV, and there was 4 41 subjects with lung tuberculosa from chest X ray. There were weak negative correlation and not significant between serum ferritin with CD4 p 0,75, r 0,04 , and weak positive correlation and not significant between transferrin saturation with CD4 p 0,133, r 0,19 .Conclusions There were no correlations between iron overload ferritin and cellular immunity CD4 in adult transfusion dependent thalassemia."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffry Beta Tenggara
"ABSTRAK
Latar Belakang: Muatan besi berlebih adalah kondisi yang akan terjadi pada penderita thalassemia yang bergantung transfusi. Muatan besi berlebih yang terjadi progresif akan menimbulkan kerusakan organ akibat toksisitas besi. Banyak ditemukan kelainan tulang pada penderita thalassemia seperti perawakan pendek, facies cooley atau fraktur spontan, tetapi sampai saat ini hanya sedikit penelitian yang secara khusus mencari efek toksisitas besi di tulang pada penderita thalassemia dewasa.Tujuan: Mengetahui peran toksisitas besi pada penurunan densitas tulang penderita thalassemia dewasa yang bergantung transfusiMetode: Studi potong lintang dilakukan terhadap penderita thalassemia mayor dan intermedia dewasa yang mendapat transfusi rutin di RSUPNCM Jakarta dari Agustus sampai Oktober 2016. Dilakukan pemeriksaan kadar besi yaitu saturasi transferrin ST dan ferritin serum, pemeriksaan Dual X-ray Absorbtiometry DXA untuk menilai densitas masa tulang BMD dan rontgen pelvis untuk menilai indeks femoral Singh. Analisis dilakukan untuk mengetahui korelasi antara ST atau ferritin dengan nilai BMD, korelasi antara indeks femoral Singh dengan BMD dan pencarian titik potong ST atau ferritin untuk membedakan densitas tulang rendah dan normal pada penderita thalassemia mayor dan intermedia dewasa dengan menggunakan receiver operating curve ROC .Hasil: Sebanyak 60 penderita usia 18-68 tahun, 32 adalah penderita thalassemia mayor dan 68 adalah penderita intermedia dewasa yang mendapat transfusi minimal sekali tiap bulan dengan rerata Hb pre-transfusi sebesar 8.08mg/dL. Sebanyak 68 penderita memiliki densitas tulang rendah. Didapatkan nilai median ST 86 20-112 , median dari rerata nilai ferritin setahun yaitu 3881 ng/mL 645-15437ng/mL , median nilai BMD terendah -1.1 -5.7- -2.6 . Didapatkan korelasi negatif secara bermakna antara ST dengan nilai BMD r=-0.329, nilai p=0.01 , namun tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara ferritin dengan nilai BMD r=-0.088, nilai p=0.504 serta tidak ditemukan korelasi yang bermakna antara indeks femoral Singh dengan BMD r=0.273, nilai p= 0.038 . Kurva ROC, nilai ST didapatkan area dibawah kurva AUC 0.727 dengan titik potong ST 89.5 untuk membedakan densitas tulang rendah dan normal Kesimpulan: Kejadian densitas tulang rendah pada penderita thalassemia adalah sebesar 68 . Terdapat korelasi terbalik yang signifikan antara ST dan nilai BMD dengan nilai titik potong ST 89.5 untuk membedakan densitas tulang rendah dan normal pada thalassemia dewasa
"
"
"ABSTRACT
"Background Iron overload is a complication experienced by transfusion dependent thalassemia TDT patients. Progressive iron accumulation results in tissue damage referred as iron toxicity. Bone deformities complication such as short stature, cooley rsquo s face and fracture are also commonly found among TDT patients but only few studies has been conducted to evaluate the effect of direct iron toxicity in bone among such population.Objective To determine the role of iron toxicity in low bone mass density among transfusion dependent thalassemia patients.Methods Cross sectional study conducted among major and intermedia thalassemia patients whom regularly received blood transfusion in CiptoMangunkusumo Central Hospital Jakarta between August to October 2016. Level of transferrin saturation TS and ferritin were measured as indicator of body iron level while dual x ray absorptiometry were measured to evaluate bone mass density BMD and pelvic X ray to evaluate Singh femoral index. Statistical analysis were conducted to evaluate correlation between TS or ferritin to BMD, correlation between Singh index and BMD and to determine the best cutoff value of TS or ferritin to differentiate between normal to low bone mass density among TDT patients using receiver operating curve ROC Results Total of 60 patients between 18 68 years old, 32 were thalassemia major patients, 68 were transfusion dependent thalassemia intermedia patients. Mean pre transfusion HB were 8.08mg dL, and as much as 68 subjects had low bone density. Median value of TS was 86 20 112 , median value of ferritin was 3881ng mL 645 15437ng mL , median value of the lowest BMD score was 1.1 5.7 2.6 . Significant reverse correlation between BMD score and TS was found r 0.329 p value 0.01 but no correlation with ferritin r 0.088, p value 0.504 nor correlation to Singh femoral index r 0.273, p value 0.038 . ROC curve analysis showed with area under the curve AUC 0,727, the best cutoff TS to differentiate normal to low bone density was 89.5 Conclusion Low bone mass density is a common complication of thalassemia major and transfusion dependent thalassemia intermedia. Reverse correlation between BMD score and TS with cutoff value of TS 89.5 to to differentiate normal to low bone density"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Sandra
"Latar belakang. Hiperurisemia merupakan salah satu parameter metabolik yang diperkirakan mempunyai peranan dalam perjalanan non-alcoholic liver disease NAFLD . Studi mengenai peranan asam urat dalam progresivitas penyakit hati masih terbatas.Tujuan. Mengetahui korelasi antara kadar asam urat dengan nilai Elastografi Transien ET dan Controlled Attenuation Parameter CAP pasien NAFLD.Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang melibatkan 113 pasien NAFLD dewasa. Dilakukan uji korelasi antara kadar asam urat dengan nilai ET dan nilai CAP. Lalu dilakukan analisis tambahan dengan membagi pasien menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai ET dan CAP. Nilai titik potong ET untuk fibrosis signifikan sebesar ge; 7 kPa dan nilai CAP ge; 285 dB/m digunakan untuk membedakan steatosis ringan dan steatosis sedangberat. Faktor metabolik yang mempengaruhi derajat steatosis dan fibrosis dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan dilakukan analisis regresi logistik.Hasil. Terdapat 45 pasien dengan steatosis sedang-berat dan 34 pasien yang mengalami fibrosis signifikan. Tidak terdapat korelasi antara kadar asam urat dengan nilai CAP koefisien korelasi r = 0,2 dan p=0,026 maupun nilai ET r = 0,151 dan p = 0,110 . Terdapat perbedaan rerata kadar asam urat antara kelompok steatosis ringan dibandingkan steatosis sedang-berat 6,31 1,44 mg/dL vs 6,94 1,62 mg/dL, p = 0,03 . Tidak terdapat hubungan independen antara hiperurisemia dan derajat steatosis. Sedangkan faktor yang berhubungan secara independen dengan derajat fibrosis signifikan adalah hiperurisemia OR 2,450; 95 IK 1,054- 5,697 dan kenaikan kadar glukosa puasa OR 3,988 1,105-14,389 . Kelompok fibrosis signifikan mempunyai nilai rerata kadar asam urat yang lebih tinggi 6,89 1,60 mg/dL vs 6,42 1,50 mg/dL walau tidak bermakna secara statistik nilai p = 0,145 .Kesimpulan. Tidak terdapat korelasi antara kadar asam urat dengan nilai ET dan CAP

Background. Hyperuricemia is one of metabolic parameter which has been considered to play an important role in NAFLD. There is still lack of studies or evidence about correlation between serum uric acid level with liver disease progression.Aim of the study. To know the correlation between serum uric acid level and the steatosis and fibrosis degree of non alcoholic fatty liver disease evaluated using Controlled Attenuation Parameter CAP Transient Elastography TE examination.Methods. This study is a cross sectional study using secondary data of 113 NAFLD. Correlation between uric acid level and the degree of steatosis and fibrosis were also evaluated. Cutoff value for significant liver fibrosis ge 7 kPa. Mild and moderate severe steatosis diagnosed with a cutoff value of ge 285 dB m. Each metabolic factors were analyzed using chi square test. Univariate and multivariate analysis were performed using logistic regression test.Results. Of 113 NAFLD patients, there were 45 patients with moderate severe steatosis and 34 patients with significant fibrosis. There was no correlation between uric acid level and CAP correlation coefficient 0.2, P 0.026 and ET correlation coefficient 0.151, P 1,110 value were found. The difference of uric acid level mean value was found between mild steatosis and moderate severe steatosis 6.31 1.44 mg dL vs. 6.94 162 mg dL, P 0,03 . Hyperuricemia was not independent risk factor of moderate severe steatosis. High level of fasting blood glucose OR 3.98, 95 CI 1.105 14.389 and hyperuricemia OR 2.501, 95 CI 1.095 5.714 were found to be independent risk factors for significant liver fibrosis. Significant liver fibrosis group tends to have a higher mean value of uric acid level 6.89 1.60 mg dL vs. 6.42 1,50 mg dL with a p value 0,145.Conclusion. There was no correlation between uric acid an CAP TE value"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharon Sandra
"Latar belakang. Hiperurisemia merupakan salah satu parameter metabolik yang diperkirakan mempunyai peranan dalam perjalanan non-alcoholic liver disease NAFLD . Studi mengenai peranan asam urat dalam progresivitas penyakit hati masih terbatas.
Tujuan. Mengetahui korelasi antara kadar asam urat dengan nilai Elastografi Transien ET dan Controlled Attenuation Parameter CAP pasien NAFLD.
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang melibatkan 113 pasien NAFLD dewasa. Dilakukan uji korelasi antara kadar asam urat dengan nilai ET dan nilai CAP. Lalu dilakukan analisis tambahan dengan membagi pasien menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai ET dan CAP. Nilai titik potong ET untuk fibrosis signifikan sebesar ge; 7 kPa dan nilai CAP ge; 285 dB/m digunakan untuk membedakan steatosis ringan dan steatosis sedangberat. Faktor metabolik yang mempengaruhi derajat steatosis dan fibrosis dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan dilakukan analisis regresi logistik.
Hasil. Terdapat 45 pasien dengan steatosis sedang-berat dan 34 pasien yang mengalami fibrosis signifikan. Tidak terdapat korelasi antara kadar asam urat dengan nilai CAP koefisien korelasi r = 0,2 dan p=0,026 maupun nilai ET r = 0,151 dan p = 0,110 . Terdapat perbedaan rerata kadar asam urat antara kelompok steatosis ringan dibandingkan steatosis sedang-berat 6,31 1,44 mg/dL vs 6,94 1,62 mg/dL, p = 0,03 . Tidak terdapat hubungan independen antara hiperurisemia dan derajat steatosis. Sedangkan faktor yang berhubungan secara independen dengan derajat fibrosis signifikan adalah hiperurisemia OR 2,450; 95 IK 1,054- 5,697 dan kenaikan kadar glukosa puasa OR 3,988 1,105-14,389 . Kelompok fibrosis signifikan mempunyai nilai rerata kadar asam urat yang lebih tinggi 6,89 1,60 mg/dL vs 6,42 1,50 mg/dL walau tidak bermakna secara statistik nilai p = 0,145.
Kesimpulan. Tidak terdapat korelasi antara kadar asam urat dengan nilai ET dan CAP.

Background. Hyperuricemia is one of metabolic parameter which has been considered to play an important role in NAFLD. There is still lack of studies or evidence about correlation between serum uric acid level with liver disease progression.
Aim of the study. To know the correlation between serum uric acid level and the steatosis and fibrosis degree of non alcoholic fatty liver disease evaluated using Controlled Attenuation Parameter CAP Transient Elastography TE examination.
Methods. This study is a cross sectional study using secondary data of 113 NAFLD. Correlation between uric acid level and the degree of steatosis and fibrosis were also evaluated. Cutoff value for significant liver fibrosis ge 7 kPa. Mild and moderate severe steatosis diagnosed with a cutoff value of ge 285 dB m. Each metabolic factors were analyzed using chi square test. Univariate and multivariate analysis were performed using logistic regression test.
Results. Of 113 NAFLD patients, there were 45 patients with moderate severe steatosis and 34 patients with significant fibrosis. There was no correlation between uric acid level and CAP correlation coefficient 0.2, P 0.026 and ET correlation coefficient 0.151, P 1,110 value were found. The difference of uric acid level mean value was found between mild steatosis and moderate severe steatosis 6.31 1.44 mg dL vs. 6.94 162 mg dL, P 0,03 . Hyperuricemia was not independent risk factor of moderate severe steatosis. High level of fasting blood glucose OR 3.98, 95 CI 1.105 14.389 and hyperuricemia OR 2.501, 95 CI 1.095 5.714 were found to be independent risk factors for significant liver fibrosis. Significant liver fibrosis group tends to have a higher mean value of uric acid level 6.89 1.60 mg dL vs. 6.42 1,50 mg dL with a p value 0,145.
Conclusion. There was no correlation between uric acid an CAP TE value.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perlita Kamilia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan subjektif mata kering dan gangguan komponen air mata (lipid, akuos, mucin) pada pasien thalassemia mayor dengan riwayat transfusi darah jangka panjang, serta menganalisis hubungan antara kadar feritin serum, durasi, dan frekuensi transfusi darah dengan masing-masing parameter penilaian komponen lapisan air mata. Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional) pada pasien thalassemia mayor yang sudah berusia dan mengalami transfusi darah selama minimal 10 tahun. Penilaian mata kering terdiri dari pengisian kuesioner OSDI untuk menilai keluhan subjektif, pemeriksaan biomikroskopi lampu celah dan nilai tear break up time (TBUT) untuk menilai tingkat keparahan mata kering, pemeriksaan Schirmer basal, Ferning, dan sitologi impressi konjungtiva untuk menghitung jumlah sel goblet. Data perhitungan tingkat keparahan mata kering, nilai uji Schirmer basal, TBUT, dan jumlah sel goblet dianalisis dan dicari hubungannya dengan kadar feritin serum, durasi dan frekuensi transfusi. Pada 77 subyek, mata kering terjadi sebanyak 14.3%, penurunan nilai TBUT (39%), nilai Schirmer basal (37.7%), nilai Ferning (24.7%), dan jumlah sel goblet (45.5%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat keparahan mata kering, nilai TBUT, nilai Schirmer basal, nilai Ferning, dan jumlah sel goblet dengan kadar feritin serum, durasi, dan frekuensi transfusi. Namun, terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan mata kering dan usia (p = 0.014), serta nilai TBUT (p = 0.012) dan Schirmer (p = 0.014) dengan jenis kelamin. Penelitian ini memperlihatkan 14.3% subyek thalassemia mayor mengalami mata kering berdasarkan kriteria DEWS 2007. Kejadian mata kering pada thalassemia mayor tidak dipengaruhi oleh faktor transfusi dan kadar feritin serum, melainkan dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin.

This study is aimed to understand subjective complaints for dry eyes and disruption of component of tear fluid (lipid, aqueous, mucin) in patients with major thalassemia with a history of long-term blood transfusions and to analyse the correlation between serum ferritin level, duration and frequency of blood transfusion. This study is a cross-sectional study. The subject of this study is patients with major thalassemia age minimum of 10 years old and have had blood transfusion for at least 10 years. OSDI questionnaire, slit-lamp biomicroscopy examination, tear break up time (TBUT), and basal Schirmer test was used to assess dry eyes severity. Ferning and conjunctiva impression cytology examination was used to assess mucin quality and count the amount of goblet cells. The correlation analysis between the result of these assessments and serum ferritin level and duration and frequency of blood transfusion was done. In 77 subjects, the prevalence of dry eyes is 14.3%. There is a decrease in TBUT (39%), basal Schirmer (37.7%), Ferning (24.7%), and goblet cells (45.5%). There is no significant correlation between dry eyes severity and TBUT, basal Schirmer, Ferning, and the amount of goblet cells with serum ferritin level, duration, and frequency of blood transfusion. There is a significant correlation between dry eyes severity and patient s age (p = 0.014); TBUT (p = 0.012), as well as, Schirmer (p = 0.014) with sex. This study showed that 14.3% of patients with major thalassemia suffer from dry eyes with severity level grade 2 according to DEWS 2007. The incidence of dry eyes is not influenced by transfusion and serum ferritin level but is influenced by age and sex."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masbimoro Waliyy Edisworo
"Latar Belakang: Penyakit thalassemia tinggi prevalensinya di Indonesia. Modalitas MRI digunakan pasien transfusion-dependent thalassemia (TDT) yang menjalani transfusi darah berkesinambungan untuk menilai tingkat zat besi di organ hati. Pemeriksan ini memerlukan biaya tinggi dan hanya tersedia di dua kota besar di Indonesia. Kandungan zat besi yang tinggi dalam waktu yang lama di hati dapat berakibat pada kerusakan hati. Modalitas yang lebih terjangkau dari segi lokasi dan biaya diperlukan dalam menilai tingkat zat besi di organ hati pada kelompok pasien ini.
Tujuan : Mengetahui kekuatan korelasi antara nilai shear wave velocity (SWV) acoustic radiation force impulse (ARFI) dengan nilai T2* MRI dalam menilai zat besi organ hati.
Metode : Data primer SWV ARFI dan nilai T2* MRI dari 29 pasien TDT dikumpulkan lalu dianalisis dengan SPSS untuk mengukur korelasi.
Hasil : Penelitian ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan yang moderat antara nilai SWV ARFI dan nilai T2* MRI hati (R = -0,383) yang bermakna secara statistik (Spearman P = 0,040).
Kesimpulan : ARFI merupakan pemeriksaan yang memiliki korelasi dengan pemeriksaan MRI dalam menilai kandungan zat besi organ hati pasien TDT. Namun demikian, penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang kuat, dan oleh sebab itu mungkin dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Background : Thalassemia has a high prevalence in Indonesia. MRI modalities used by patients with transfusion-dependent thalassemia (TDT) who undergo continuous blood transfusions to assess iron levels in the liver. This examination require high cost and is only available in two major cities in Indonesia. High iron content over a long time in the liver can result in liver damage. More affordable modalities in terms of location and cost are needed to assess iron levels in the liver in this group of patients.
Objective: Determine the correlation strength between acoustic radiation force impulse (ARFI) shear wave velocity and T2* MRI values in assessing liver iron.
Methods: ARFI SWV primary data and T2* MRI values of 29 TDT patients were collected and then analyzed with SPSS to measure correlation.
Results: This study showed negative correlation with moderate strength between ARFI SWV values and liver T2* MRI values (R = -0,383) which was statistically significant (Spearman P = 0.040).
Conclusion: ARFI has a correlation with MRI examination in assessing the iron content of TDT patients liver organs. However, the correlation is not strong and further studies might be needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Masbimoro Waliyy Edisworo
"Latar Belakang: Penyakit thalassemia tinggi prevalensinya di Indonesia. Modalitas MRI digunakan pasien transfusion-dependent thalassemia (TDT) yang menjalani transfusi darah berkesinambungan untuk menilai tingkat zat besi di organ hati. Pemeriksan ini memerlukan biaya tinggi dan hanya tersedia di dua kota besar di Indonesia. Kandungan zat besi yang tinggi dalam waktu yang lama di hati dapat berakibat pada kerusakan hati. Modalitas yang lebih terjangkau dari segi lokasi dan biaya diperlukan dalam menilai tingkat zat besi di organ hati pada kelompok pasien ini.
Tujuan: Mengetahui kekuatan korelasi antara nilai shear wave velocity (SWV) acoustic radiation force impulse (ARFI) dengan nilai T2* MRI dalam menilai zat besi organ hati.
Metode: Data primer SWV ARFI dan nilai T2* MRI dari 29 pasien TDT dikumpulkan lalu dianalisis dengan SPSS untuk mengukur korelasi.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan korelasi negatif dengan kekuatan yang moderat antara nilai SWV ARFI dan nilai T2* MRI hati (R = -0,383) yang bermakna secara statistik (Spearman P = 0,040).
Kesimpulan: ARFI merupakan pemeriksaan yang memiliki korelasi dengan pemeriksaan MRI dalam menilai kandungan zat besi organ hati pasien TDT. Namun demikian, penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang kuat, dan oleh sebab itu mungkin dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Background: Thalassemia has a high prevalence in Indonesia. MRI modalities used by patients with transfusion-dependent thalassemia (TDT) who undergo continuous blood transfusions to assess iron levels in the liver. This examination require high cost and is only available in two major cities in Indonesia. High iron content over a long time in the liver can result in liver damage. More affordable modalities in terms of location and cost are needed to assess iron levels in the liver in this group of patients.
Objective: Determine the correlation strength between acoustic radiation force impulse (ARFI) shear wave velocity and T2* MRI values in assessing liver iron.
Methods: ARFI SWV primary data and T2* MRI values of 29 TDT patients were collected and then analyzed with SPSS to measure correlation.
Results: This study showed negative correlation with moderate strength between ARFI SWV values and liver T2* MRI values (R = -0,383) which was statistically significant (Spearman P = 0.040).
Conclusion: ARFI has a correlation with MRI examination in assessing the iron content of TDT patients liver organs. However, the correlation is not strong and further studies might be needed.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>