Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny Achmad Prayoga
"ABSTRAK
Objektif: Untuk mengevaluasi ketahanan hidup pasien kanker kandung kemih invasif ke otot yang dilakukan terapi operasi maupun radioterapi di Rumah Sakit Sardjito.Bahan dan cara: Dari tahun 2004-2010, dilakukan pendataan pasien dengan kanker kandung kemih invasif ke otot yang dilakukan tindakan sistektomi maupun radioterapi di RS Sardjito . Data yang dipelajari adalah usia saat diagnosis, jenis kelamin, status TNM, gambaran histopatologi, grading histopatologi, jenis tindakan operasi dan status pada saat follow up. Dievaluasi ketahanan hidup dari masing-masing pasien hingga 5 tahun pasca tindakan. Dilakukan analisa bivariat untuk menilai hubungan ketahanan hidup dengan status T, N, M, grading histopatologi, stadium klinis dan jenis penatalaksanaan. Digunakan kurva Kaplan Meier untuk menilai gambaran ketahanan hidup pasien kanker kandung kemih invasi ke otot.Hasil: Ada 37 Pasien dengan Tumor Buli yang terdiri dari perempuan 3 orang 8.1 dan laki-laki 34 orang 91.9 . Lima orang dilakukan Radikal Sistektomi, empat orang dilakukan parsial sistektomi dan 28 pasien dilakukan TUR-BT dan Radioterapi. Tidak dijumpai hubungan bermakna antara ketahanan hidup pasien kanker kandung kemih invasif ke otot dengan jenis kelamin, usia, stadium, staging T, N, M, grading histopatologi maupun jenis penatalaksanaan p>0.05 . Berdasarkan kurva Kaplan Meier diketahui ketahanan hidup lebih baik pada stadium I, Staging T1, N0, M0 dan grading histopatologi G1. Sedangkan berdasarkan jenis tindakan, pasien yang dilakukan parsial sistektomi memiliki angka ketahanan hidup lebih baik daripada hanya dilakukan TUR-BT dan Radioterapi.Kesimpulan: Tindakan operasi parsial sistektomi memiliki angka ketahanan hidup lebih baik daripada TUR-BT dan Radioterapi.

ABSTRACT
Objectives To evaluate survival analysis of muscle invasive bladder cancer who had radical cytectomy, partial cystectomy nor radiotherapy at Sardjito Hospital. Methods From year 2004 until 2010, we collected patients with muscle invasive bladder cancer who had radical cystectomy, partial cystectomy and radiotherapy at Sardjito Hospital. The clinical factors that studied were age, sex, the TNM staging, clinical staging, histopathology findings, histopathology grading, therapy and survival status. We evaluate their survival up to five year after the therapy. Correlation between survival status with the TNM staging, clinical staging, histopathology grading and the therapy were analyzed using Fisher Exact Test. The Kaplan Meier survival analysis was used to calculate survival. Result There are 37 patients of muscle invasive bladder cancer which conist of 3 female 8.1 and 34 male 91.9 . 5 Patients had radical cytectomy, 4 patients had partial cystectomy, and 28 patients had TUR BT and Radiotherapy. There are no correlation between survival status with age, sex, TNM staging, clinical staging, histopathology grading and the therapy P 0.05 . Based on Kaplan Meier survival analysis, their survival were better on stadium I, T1, N0, M0 staging and G1 histopathology grading. While according to the therapy, patients who had partial cystectomy were having better survival rather than patients who had TUR BT and Radiotherapy. Conclusion Patients who had partial cystectomy had better survival rather than those who had TUR BT and Radiotherapy."
2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
David Ralph Lienhardt Ringoringo
"Pendahuluan dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan pasien di balik penolakan radikal sistektomi pada kanker kandung kemih
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Adam Malik dalam rentang periode Juli 2014 hingga Agustus 2020. Family meeting ataupun wawancara dilakukan untuk menjelaskan risiko dan manfaat dari operasi dan mendapatkan persetujuan atau penolakan (dan alasan penolakan) dari prosedur tersebut. Analisis bivariat menilai signifikansi semua variabel dependen sebagai prediktor penolakan radikal sistektomi. Variabel yang signifikan akan dimasukkan dalam analisis regresi multivariat.
Hasil: Sebanyak 51 pasien kanker kandung kemih yang baru terdiagnosis dan dindikasikan untuk radikal sistektomi diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan rata- rata usia 51,73±8,73 tahun; 34 (66,67%) diantaranya berusia <55 tahun. Ada 42 pasien laki-laki (82,4%) dalam penelitian ini. 15 (29,4%) pasien menolak radikal sistektomi. 81,25% pasien stadium awal setuju untuk menjalani radikal sistektomi. Rasio prevalensi pasien stadium III-IV yang menolak menjalani radikal sistektomi adalah 1,544 (95% CI, 0,977-2,440). Hanya enam pasien (35,3%) berusia ≥55 tahun yang menyetujui prosedur, dengan rasio prevalensi pasien berusia ≥55 tahun yang menolak prosedur sebesar 2.500 (95% CI, 1.298–4.814).
Kesimpulan: Usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan stadium III-IV menjadi faktor penentu penolakan radikal sistektomi. Odds rasio penolakan adalah 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), dan 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) masing-masing untuk usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan tahap III-IV.

Introduction: This study aimed to describe the reasons behind patient’s radical cystectomy refusal for bladder cancer
Methods: This study was conducted at Adam Malik General Hospital between July 2014 and August 2020 were recruited in this study. A family conference or interview was taken to explain the risk and benefit of the surgery and get the approval or rejection (and refusal reason) of the procedure. The bivariate analysis assessed all dependent variables’significance as a predictor of radical cystectomy refusal. Significant variables will be included in the multivariate regression analysis.
Results: A total of 51 newly diagnosed bladder cancer patients indicated for radical cystectomy were included in this study, with an average of 51.73±8.73 years old; 34 (66.67%) of those were aged <55 years old. There were 42 male patients (82.4%) in this study. 15 (29.4%) patients refused the radical cystectomy. 81.25% of early-stage patients agreed to undergo radical cystectomy. The prevalence ratio of stage III–IV patients refused to undergo radical cystectomy was 1.544 (95% CI, 0.977–2.440). Only six patients (35.3%) aged ≥55 years agreed to the procedure, with a prevalence ratio of patients ≥55 years of age to refuse to the procedure of 2.500 (95% CI, 1.298–4.814). Conclusion: Age ≥55 years, low education level, and stage III-IV were the determining factors in the rejection of radical cystectomy. The odds ratios for refusal were 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), and 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) for ages ≥55 years, low education level, and stages III-IV, respectively.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Muhamat Gozali Arif
"Pendahuluan dan tujuan: Peradangan yang berasal dari batu buli dapat dikaitkan dengan tumor buli. Meskipun infeksi saluran kemih dan batu buli sebelumnya dianggap sebagai faktor risiko terjadinya tumor buli, hingga saat ini hubungan antara batu buli dan tumor masih belum jelas. Sehingga studi ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor resiko apa saja yang mempengaruhi terjadinya tumor buli pada penderita batu buli.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan Study Crossectional Analitik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian kanker buli pada pasien Batu Buli di RSUP H. Adam Malik Medan. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 s/d 2018 dan pasien diambil secara total sampling berdasarkan data registrasi pasien batu buli yang dilakukan biopsi dasar batu pada periode trsebut. Jumlah pasien yang diperoleh sebanyak 32 pasien. Tes korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan perbaikan fungsi ginjal dengan faktor-faktor terukur. Dilakukan analisa multivariat dengan regersi linier untuk memperoleh faktor mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap pencetus terjadinya kanker. Data yang diperoleh diolah menggunakan SPSS 23.0 dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil: pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang, atau 96,9% berbanding 1 pasien perempuan hanya 1 pasien (3,1%). Keseluruhan rata-rata usia pasien adalah 43,72 (±16,79) tahun. Karsinoma sel skuamosa 15 sampel (46,9%), sel radang 10 sampel (31,3%), dysplasia 3 sampel (9,4%), karsinoma sel transisional 2 sampel (6,3%), dan metaplasia skuamosa 2 sampel (6,3%). Rata-rata ukuran batu buli adalah 5,88 (±2,00) cm. Batu tunggal yang dijumpai pada 27 sampel (84,4%), sedangkan untuk batu multipel pada 5 sampel (15,6%). Infeksi saluran kemih dijumpai pada 12 sampel (37,5%). Lebih dari setengah sampel memiliki riwayat merokok, yaitu pada 20 pasien (62,5%). Tidak terdapat hubungan antara infeksi saluran kemih dengan tumor buli (p = 0,314), terdapat perbedaan yang signifikan (p = 0,001) antara pasien dengan riwayat merokok dengan kejadian kanker buli, tidak terdapat hubungan bermakna antara jumlah batu dengan kanker buli (p = 0,737). Pada kelompok dengan kanker buli, rerata dari ukuran batunya adalah 6,65 (±2,09) cm berbanding pada kelompok tanpa kanker buli dengan nilai rerata 5,00 (±1,51) cm.
Kesimpulan: Pasien dengan batu buli memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena tumor buli dan terdapat hubungan yang bermakna antara tumor buli dan riwayat merokok.

Introduction and purpose: Inflammation of bladder origin can be associated with bladder tumors. Although urinary tract infections and bladder stones were previously considered a risk factor for bladder tumors, the relationship between bladder stones and tumors is still unclear. So this study aims to analyze what risk factors influence the occurrence of bladder tumors in patients with bladder stones.
Methods: This research is an analytical study with an analytical cross-sectional study design to determine what factors influence the incidence of bladder cancer in patients with bladder stones at H. Adam Malik Hospital, Medan. The affordable population in this study were patients who were hospitalized at H. Adam Malik Hospital Medan from 2014 to 2018 and patients were taken by total sampling based on the registration data of bladder stone patients who underwent a stone base biopsy during that period. The number of patients obtained were 32 patients. Correlation test was used to determine the relationship between improvement in kidney function and measurable factors. Multivariate analysis was performed with linear regression to obtain which factors had the greatest influence on the originator of cancer. The data obtained were processed using SPSS 23.0 and presented in the form of tables and narratives.
Results: 31 male patients, or 96.9% compared to 1 female patient, only 1 patient (3.1%). The overall mean age of the patients was 43.72 (±16.79) years. Squamous cell carcinoma 15 samples (46.9%), inflammatory cell 10 samples (31.3%), dysplasia 3 samples (9.4%), transitional cell carcinoma 2 samples (6.3%), and squamous metaplasia 2 samples (6.3%). The average bladder size is 5.88 (±2.00) cm. Single stones were found in 27 samples (84.4%), while for multiple stones in 5 samples (15.6%). Urinary tract infection was found in 12 samples (37.5%). More than half of the sample had a history of smoking, namely in 20 patients (62.5%). There was no relationship between urinary tract infections and bladder tumors (p = 0.314), there was a significant difference (p = 0.001) between patients with a history of smoking and the incidence of bladder cancer, there was no significant relationship between the number of stones and bladder cancer (p = 0.737) . In the group with bladder cancer, the mean stone size was 6.65 (±2.09) cm compared to the group without bladder cancer with a mean value of 5.00 (±1.51) cm.
Conclusion: Patients with bladder stones have a greater risk of developing bladder tumors and there is a significant relationship between bladder tumors and smoking history
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Kelvianto
"Kuantitas dan kualitas asupan protein belum sepenuhnya diketahui perannya terhadap kualitas hidup. Prognostic Nutritional Index (PNI) juga belum diketahui dapat mencerminkan kualitas hidup dan apakah bisa ditingkatkan dengan asupan protein. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan protein dengan PNI dan kualitas hidup serta korelasi PNI dengan kualitas hidup pada pasien kanker kepala leher dengan radioterapi di Departemen Radioterapi Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebanyak 61 subjek didapatkan dari consecutive sampling. Rerata usia subjek adalah 46,3 ± 12,4 dan 65,6% subjek berada pada kanker stadium IV dan mendapatkan terapi kemoradiasi. Sebanyak 32,8% subjek yang memiliki status gizi kurang. Median asupan protein adalah 1,42 (0,26-4,11) g/kg/hari. Nilai PNI pada subjek penelitian memiliki median 45,9 (29,4-54,2). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi bermakna antara kuantitas asupan protein berdasarkan Food Frequency Questionnaire (FFQ) semikuantitatif dan beberapa aspek gejala pada kualitas hidup yaitu pada aspek pain (head and neck) (r=-0,32; p=0,01), swallowing (r=-0,37;p=0,004), social eating (r=-0,29; p=0,02), dry mouth (r=-0,41; p=0,001), sticky saliva (r=-0,32; p=0,01), fatigue (r=-0,28; p=0,03), nausea and vomiting (r=-0,26; p=0,04) dan appetite loss (r=-0,3; p=0,01). Kualitas asupan protein tidak berkorelasi bermakna dengan kualitas hidup. PNI berkorelasi bermakna terhadap 1 aspek fungsional yaitu physical function (r=0,378; p=0,003) dan 2 aspek gejala yaitu opening mouth (r=-0,325; p=0,01) dan dyspnea (r=-0,257; p=0,045). Meskipun tidak signifikan secara statistik, namun PNI memiliki arah korelasi yang positif terhadap aspek fungsional lainnya dan memiliki arah korelasi negatif terhadap aspek gejala lainnya yang berarti semakin tinggi PNI maka aspek fungsional semakin baik dan gejala semakin ringan. Studi ini tidak menemukan adanya korelasi bermakna antara asupan protein, baik kualitas maupun kuantitasnya, terhadap PNI. Hasil ini diduga berkaitan dengan penemuan bahwa sebagian besar penderita masih memiliki pola asupan yang mampu mencukupi kebutuhan kalori dan protein harian. Diperlukan studi prospektif yang menelusuri aspek prognostik kanker kepala leher dari segi kualitas hidup untuk mengetahui apakah PNI dapat memprediksi aspek kualitas hidup dengan lebih rinci.

Quality and quantity of protein intake has not been well understood that it can affect quality of life. Moreover, Prognostic Nutritional Index (PNI) also has not been well studied upon its usage to reflect quality of life of head and neck cancer patients undergoing radiotherapy. This cross sectional study was aimed to determine the correlation between protein intake and PNI and also the correlation between PNI and quality of life in head and neck cancer patients undergoing radiotherapy at Radiotherapy Department, dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta. Total of 61 subjects were recruited with consecutive sampling method with mean age of 46,3 ± 12,4 years old and 65,6% subjects were on stage IV cancer and were getting a combination of chemo and radiotherapy. Only 32,8% subjects were on low nutritional status. Median of total protein intake was 1,42 (0,26-4,11) g/kg/day. Median of PNI was 45,9 (29,4-54,2) among subjects. The result of the study showed a significant correlations between quanitity of protein intake based on semiquantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) with several aspects of quality of life, that were pain (head and neck) (r=-0,32; p=0,01), swallowing (r=-0,37; p=0,004), social eating (r=-0,29; p=0,02), dry mouth (r=-0,41; p=0,001), sticky saliva (r=-0,32; p=0,01), fatigue (r=-0,28; p=0,03), nausea and vomiting (r=-0,26; p=0,04) dan appetite loss (r=-0,3; p=0,01). This aspects were all symptomatics. PNI was significantly correlated with 1 functional aspect, which was Physical function (r=0.378; p=0,003) and 2 symptomp aspects, which were opening mouth (r=-0,325; p=0,01) dan dyspnea (r=-0,257; p=0,045). Although not statistically significant, but there were positive direction of correlation with other functional aspects and negative direction of correlation with other symptomps aspects. This implicates that the higher the PNI, the lower the symptoms and the better the functional status of head and neck cancer patients undergoing radiotherapy. This study did not show a significant correlation between quality and quantity of protein intake with PNI. An adequate intake of calorie and protein in most subjects were found in this study which might explain the result. More studies, preferably prospective one, may be needed to show the usage of PNI to reflect quality of life, especially involving quality of life progresivity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy
"Latar Belakang Radikal sistektomi (radical cystectomy / RC) merupakan standar pengobatan untuk muscle-invasive bladder carcinoma. Diperlukan faktor prediksi untuk pendekatan agresif karena dapat menyebabkan pengobatan berlebihan. Hitung darah tepi (BCC) dilaporkan memiliki hubungan yang signifikan dengan beberapa jenis keganasan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan BCC sebagai faktor prediktor terhadap tingkat keselamatan umum (OS) pada pasien karsinoma kandung kemih (BC) setelah menjalani RC.
Metode Studi kohort retrospektif dibuat terhadap 26 pasien yang menjalani RC. Karakteristik demografis dan BCC seperti hemoglobin (Hb), NLR, PLR, dan rasio limfosit/monosit (LMR). Analisis kesintasan Kaplan-Meier dilakukan untuk menentukan overall survival (OS) pada penanda pemeriksaan hitung darah. Hubungan antara karakteristik pasien dengan kesintasan satu tahun juga dilakukan dengan menggunakan metode Mantel-Cox (Log-rank).
Hasil Dari 26 pasien, usia rata-rata adalah 55,6 ± 12,9 tahun. Pada analisis univariat, tidak ada karakteristik demografis yang ditemukan sebagai prediktor signifikan dari kelangsungan hidup satu tahun dan keseluruhan (p>0,05). Hb, NLR, PLR, dan LMR tidak menjadi prediktor signifikan dari kelangsungan hidup satu tahun dan OS (p>0,05).
Kesimpulan BCC bukan merupakan faktor prediktor yang signifikan terhadap kelangsungan hidup pada pasien dengan kanker kandung kemih setelah menjalani radikal sistektomi.

Background
Radical cystectomy (RC) is the gold standard treatment for muscle-invasive bladder carcinoma. A predictive factor is needed for the aggressive approach as it could lead to overtreatment. Elevated blood cell count (BCC) markers are reported to have a significant association with poor outcomes in several types of malignancy. Neutrophil-to-lymphocyte-ratio (NLR) and platelet-to-lymphocyte ratio (PLR) are a well-known inexpensive and effective representative marker of inflammatory condition. This study aims to determine the BCC as a predictor factor of overall survival (OS) in bladder carcinoma (BC) after RC patients
Methods
A retrospective cohort study was designed to investigate 26 patients undergone RC. The demographic characteristics and BCC such as hemoglobin (Hb). NLR, PLR and lymphocyte/monocyte ratio (LMR) were collected. The patients were categorized based on the CBC markers value (≥Median and
Results
Among the 26 patients, the mean age was 55.6 ± 12.9 years. On univariate analysis, none of the demographic characteristics were found as a significant predictor of one year and overall survival (p>0.05). Hb, NLR, PLR and LMR were not a significant predictor of one year survival and OS (p>0.05).
Conclusions
The BCC was not a significant predictor factor survival in patients with bladder cancer after radical cystectomy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Saudi
"Malnutrisi (underweight) merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara asupan dan kebutuhan nutrisi yang dapat mengakibatkan defisit energi, protein, atau mikronutrien. Status gizi yang buruk akan memiliki toleransi perawatan yang buruk selama pengobatan dan selama anak hidup. Gizi buruk selalu identik dengan penurunan berat badan, hal ini merupakan tanda buruk pada pasien yang menunjukkan perkembangan penyakit. Tujuan penulisan Karya Ilmia Akhir Spesialis ini untuk memberikan gambaran penerapan model konservasi menurut Levine dalam asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang memiliki masalah nutrisi. Model konservasi yang dikembangkan Levine dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan pada anak kanker yang memiliki masalah nutrisi. Penerapakan model teori konservasi yang memandang bahwa lingkungan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan adaptasi individu, dan akan terus berupaya untuk mempertahankan keutuhan mereka. Empat domain yang menjadi fokus dalam melakukan asuhan keperawatan menurut teori konservasi Levine. Empat konservasi tersebut adalah konservasi energi, integritas struktural, integritas personal, integritas sosial. Konsep adaptasi dan empat domain konservasi sangat relevan konservasi energi sangat penting untuk penyembuhan anak dengan kanker yang memiliki masalah nutrisi. Hasil pelaksanaan evidence based nursing practice validasi SCAN versi Indonesia pada anak dengan kanker yang memilki masalah nutrisi menunjukkan bahwa instrumen SCAN ini valid dan bisa digunakan untuk menilai status nutrisi anak dengan kanker

Malnutrition (underweight) is a condition of imbalance between intake and nutritional needs which can result in energy, protein or micronutrient deficits. The poor nutritional status will have to tolerate bad treatment during treatment and the childs life. Malnutrition is always identical with weight loss that is a bad sign for patients who show the development of the disease. The purpose is to provide an overview of the Application of Levine's conservation models in nursing care to children with cancer who had nutritional disorders. The conservation model developed by Levine can be applied in nursing care for cancer children who had nutritional problems. The application of a conservation theory model that views the environment as one of the factors that influence changes in individual adaptation, and will continue to strive to maintain their integrity. Four domains are the focus of nursing care according to Levines conservation theory. The four conservation areas are energy conservation, structural integrity, personal integrity, social integrity. The concept of adaptation and the four conservation domains are very relevant for energy conservation is very important for healing children with cancer who had nutritional problems. The results of the implementation of the evidence-based nursing practice validation of the Indonesian version of SCAN in children with cancer who had the Nursi disorders indicate that the SCAN instrument is valid and can be used to assess the nutritional status of children with cancer."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Wandasari Singgih
"Infeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Sejak awal abad ke 21 peningkatan jumlah kasus semakin mencemaskan di Indonesia. Penyebaran infeksi HIV biasanya terjadi pada perilaku seksual, tetapi beberapa tahun belakangan ini resiko penularan lebih banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan 164 sampel dan dilakukan selama juli-september 2012 yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cara penularan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS di RS Kanker Dharmais Jakarta Tahun 2003-2011 setelah dikontrol oleh variabel lain, dengan faktor confounding yaitu jumlah CD4, infeksi oportunistik, jenis kelamin, usia, status pernikahan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal. Data penelitian diperoleh melalui data rekam medis RS. Data dianalisis dengan menggunakan analisis survival metode kaplan meier dan dilanjutkan dengan analisis multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif ketahanan hidup secara umum pada pasien HIV/AIDS cukup baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar CD4 terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,03) dan infeksi oportunistik terhadap ketahanan hidup (nilai p=0,00. Faktor infeksi oportunistik dan jumlah CD4 memiliki hubungan dengan cara penularan untuk mempengaruhi ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS dan terbukti sebagai faktor confounding. Sedangkan faktor counfounding lain tidak menunjukkan adanya hubungan terhadap ketahanan hidup 9 tahun pasien HIV/AIDS.
Hal yang disarankan adalah menekankan penatalaksanaan yang lebih intensif terhadap pencegahan infeksi oportunistik pada pasien yang sudah positif HIV.

HIV and AIDS infection has been a pandemic health problem. Since the beginning of 21 century, case increasing in Indonesia has so disquiet. Infection transmission of HIV commonly happen to sexual activity, but the risk of transmission in drug user become more increase recently years.
This research use cohort retrospective design with 164 samples as long july until novemver 2012 which have purpose for knowing the relationship between transmission way to 9 years survival of HIV/AIDS patient at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta 2003-2011 after adjustment with other variables. And also will discuss about CD4, opportunistic infection, other treatment history, sex, age, marriage state, type of occupations, education level, and domicile. Research data get from hospital medical record. Analized data use Kaplan meier survival analysis until multivariate test.
Research result show that survival cumulative probability of HIV/AIDS patients in generally is good. And also, there is a significant relation between CD4 to survival (Pvalue =0.03) and opportunistic infection to survival (Pvalue = 0.001). Opportunistic infection and CD4 proved as confounding factor between transmission way to survival. While, the other confounding factors haven’t significant relationship to 9 years survival of HIV/AIDS patients.
Recommended suggestion is to accentuating management for opportunistic infection prevention.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Neli Mariani
"Salah satu tindakan diagnostik dan intervensi pada pasien dengan penyakit jantung koroner adalah coronary angiography. Tindakan tersebut dapat menimbulkan respon psikologis berupa kecemasan. Kecemasan yang tidak diatasi dengan baik dapat berdampak terhadap status kesehatan pasien itu sendiri sehingga beresiko menimbulkan berbagai komplikasi seperti gangguan hemodinamik, rasa ingin pingsan, nyeri dada, gangguan pencernaan, kejadian iskemik berulang dan aritmia. Sehingga dibutuhkan peran perawat untuk mencegah terjadinya komplikasi tersebut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan dengan menggunakan non farmakoterapi atau terapi komplementer yaitu terapi relaksasi Benson pada pasien yang akan dilakukan tindakan coronary angiography elektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimen one grup dengan pre dan post design dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel yang diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil uji ini didapatkan gambaran hasil penurunan tingkat kecemasan berat sebanyak 80% sebelum diberikan terapi menjadi kecemasan sedang sebanyak 75% setelah diberikan terapi relaksasi Benson, dengan hasi penurunan hasil rerata tekanan darah sistolik/diastolik, nadi, pernafasan menggunakan uji paired sample test didapatkan hasil yang signifikan nilai p<0,0

One of the diagnostic and intervention measure in patients with coronary angiography. These actions can cause psychosocial responses in the form on anxiety. Anxiety that is not handles properly can have an impact on the patient’s own health status so that it is it is at risk of causing various complications such as hemodynamic disturbances, feeling faint, chest pain, digestive disorders, recurrent ischemic events and arrhytmias. Therefore it takes the role of nurses to prevent these complications. One of the efforts that can be made to reduce anxiety by using non-pharmacotherapy or complememntary therapy is Benson’s relaxation therapy for patients who are undergoing elective coronary angiography. This study used a quas0 experimental approach with a total sample of 20 respondens taken by using pusposive sampling method. The results of this test show an overview of the results of a decrease in the level of severe anxiety by 80% beore being given therapy to moderate anxiety by 75%, with the resul of the mean systolic and dyastilic blood pressure, pulse, respiration rate using the paired sample test obtained significant results p value < 0,05"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maysya Fadella
"ABSTRAK
Revolusi atau Arab Springs adalah rangkaian protes atau unjuk rasa dan gelombang demonstrasi di seluruh Timur Tengah dan kawasan Afrika atau dikenal juga dengan Kebangkitan atau Pemberontakan Arab. Peristiwa ini diawali dengan unjuk rasa yang terjadi di Tunisia pada 2010 yaitu protes seorang pedagang yang bernama Mohammad Bouazizi yang membakar dirinya sendiri karena hak-haknya merasa dirampas oleh pemerintah. Aksinya ini mampu meledakkan sumbu-sumbu yang ada di kawasan Timur Tengah lainnya seperti Mesir, Libya, Yaman, Suriah hingga Bahrain. Unjuk rasa yang paling parah dan memakan banyak korban adalah di Libya ketika Libya dipimpin oleh Muammar Qaddafi. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Qaddafi banyak diwarnai oleh kejahatan dan kekejaman yang membuat rakyat Libya semakin memberontak dan ingin melakukan perubahan. Rakyat Libya begitu marah sehingga mereka terus melakukan unjuk rasa. Puncaknya adalah ketika rakyat Libya berhasil menurunkan Muammar Qaddafi sekaligus membunuhnya. Metodologi penelitian ini menggunakan studi kepustakaan yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, karangan ilmiah, dan sumber-sumber tertulis baik cetak maupun elektronik.Hasil dari penelitian ini adalah gerakan pemberontakan dan kejahatan-kejahatan yang dilakukan rakyat Libya terhadap pemerintahan Muammar Qaddafi 1969-2011 di Libya dan juga kejahatan-kejahatan yang dilakukan Muammar Qaddafi selama memerintah Libya.

ABSTRACT
Arab springs was a range of protest and wave demonstration in The Middle East and around Africa, known as Arab resurgence. Started as a rally that happened in Tunisia on 2010, a trader named Mohammad Bouazizi that rip himself because he felt government had seized his right. His action can blowing up the countries around them such as Mesir, Libya, Yaman, Suriah and Bahrein. The worst rally was happened in Libya, and got so many victim, was lead by Muammar Qaddafi. All the policies by him colored by harm and wickedness and made the Libyans to make a changes. The Libyans was mad and always make a rally. The highest achievement by Libiyan was to mend and kill Muammar Qaddafi. These methodology research are using scientific books, journal, scientific written, and written source and electronic source. The result of this research is a movement of rebellion and crimes committed by the Libyan people against the government of Muammar Qaddafi 1969 2011 in Libya and also the crimes committed Muammar Qaddafi during the rule of Libya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>