Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kintan Lestari
"ABSTRAK
Setelah Oei Tiong Ham meninggal dunia, Oei Tiong Ham Concern diwariskan
kepada dua putranya, yaitu Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Tidak begitu
lama memimpin, Oei Tjong Swan kemudian mundur dari perusahaan sehingga
menjadikan Oei Tjong Hauw sebagai pemimpin tunggal Oei Tiong Ham Concern.
Aktivitas utama perusahaan ini sebelumnya bergerak dibidang perdagangan gula,
kemudian datangnya depresi ekonomi pada tahun 1930-an mempengaruhi bisnis
gula perusahaan ini. Perdagangan gula menjadi fluktuatif sehingga untuk
meminimalkan kerugian perusahaan ini memasuki bisnis baru, yakni pengolahan
karet. Berhasil bertahan melewati masa depresi, perusahaan ini kembali mendapat
tantangan pada masa pendudukan Jepang. Kontrol pemerintah Jepang membuat
Oei Tiong Ham Concern hanya dapat bertindak sebagai agen perdagangan saja.
Depresi ekonomi dan masa pendudukan Jepang memperlihatkan bagaimana Oei
Tiong Ham Concern mampu bertahan ditengah situasi yang berubah.

ABSTRACT
After Oei Tiong Ham died, Oei Tiong Ham Concern passed on to his two sons,
Oei Tjong Swan dan Oei Tjong Hauw. Not long preside, Oei Tjong Swan then
retreated from the company making Oei Tjong Hauw as the sole leader of Oei
Tiong Ham Concern. The prominent activities from this company previously
engaged in the sugar trade, then the arrival of the economic depression in the
1930s affect the company?s sugar business. The sugar trade became volatile so to
minimize the losses the company entering new business, i.e. rubber processing.
Managed to survived through a depression, the company again received a
challenge during the Japanese occupation. Japanese government controls make
Oei Tiong Ham Concern can only act as a trading agent alone. The economic
depression and Japanese occupation shows how Oei Tiong Ham Concern able to
survive amid the changing situations."
2017
S65857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Ramli Sasmita
"Penelitian ini membahas pengaruh kebijakan Oorlogwinstbelasting (pajak perang) terhadap perusahaan gula di Hindia Belanda, khususnya perusahaan Oei Tiong Ham Concern. Kebijakan pajak tersebut muncul karena menyusutnya keuangan Pemerintah Belanda yang disebabkan oleh Perang Dunia I yang terjadi di Eropa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahap heuristik untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Kemudian verifikasi untuk mengkritisi sumber yang telah diperoleh melalui kritik internal maupun eksternal. Selanjutnya interpretasi untuk menganalisis data yang akan menghasilkan sintesis, dan terakhir historiografi agar menghasilkan karya tulis yang relevan dan objektif. Penelitian ini menemukan bahwa kebijakan pajak perang telah memicu pungutan pajak yang sangat tinggi bagi perusahaan gula di Hindia Belanda, termasuk perusahaan OTHC. Dalam praktiknya pun terjadi penyimpangan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, seperti pungutan pajak berganda atau pajak yang dipungut sebanyak dua kali pada tahun yang sama dan melonjaknya pungutan progresif terhadap komoditas gula. Pungutan pajak perusahaan dalam kebijakan pajak perang pun dilimpahkan kepada pemilik perusahaan yang dalam kasus ini merupaan Oei Tiong Ham. Oleh sebab itu Oei Tiong Ham memutuskan hubungannya dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda agar dapat menghindari beban pajak yang dikenakan kepadanya.

This study discusses the influence of war tax policy on sugar companies in the Dutch East Indies, especially the Oei Tiong Ham Concern company. The tax policy arose because of the shrinking of the Dutch government's finances caused by World War I that occurred in Europe. The method used in this study is a historical method with a heuristic stage to collect as many sources as possible. Then verification to criticize the sources that have been obtained through internal and external criticism. Furthermore, interpretation is to analyze the data that will produce a synthesis, and the last is historiography to produce relevant and objective writings. This study finds that the war tax policy has triggered very high tax levies for sugar companies in the Dutch East Indies, including OTHC companies. In practice there were also deviations by the Dutch East Indies colonial government, such as double taxation or taxes levied twice in the same year and increasing progressive levies on sugar commodities. The corporate tax levy in the war tax policy was also delegated to the owner of the company, which in this case was Oei Tiong Ham. Therefore, Oei Tiong Ham broke his relationship with the Dutch East Indies colonial government in order to avoid the tax burden imposed on him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Susanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perusahaan milik etnis Cina di Indonesia yang
dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda yakni Oei Tiong Ham Concern.
Bisnis utama perusahaan ini adalah di bidang gula. Setelah proklamasi
kemerdekaan pada Agustus 1945, Oei Tiong Ham Concern menghadapi berbagai
masalah akibat kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang berubah setelah
proklamasi kemerdekaan. Selama periode 1950-an, berbagai upaya dilakukan oleh
perusahaan guna beradaptasi terhadap perubahan zaman. Di tengah upayanya
tersebut, Oei Tiong Ham Concern harus menghadapi tuntutan hukum yang
diajukan oleh pemerintah Indonesia terkait pelanggaran devisa yang berujung
pada penyitaan dan perubahan besar terhadap perusahaan pada tahun 1964.
Skripsi ini diteliti menggunakan metode penelitian sejarah yang berdasarkan
sumber primer (seperti dokumen dan surat kabar sezaman) dan sekunder (jurnal,
buku, dll.).

ABSTRACT
This study is focusing on Oei Tiong Ham Concern, a company owned by Chinese.
This company was established during the Dutch colonial period with sugar as
their main commodity. After the proclamation of Indonesian independence in
August 1945, Oei Tiong Ham Concern encountered several problems due unstable
political and economic conditions. The company tried to adjust with Indonesia?s
policy, especially during the 1950s but their attempt was vain. Oei Tiong Ham
Concern had to face lawsuit filed by the Indonesian government related to foreign
exchange violations that led to confiscation of company?s asset and also enforce a
major changes at the company in 1964. This research based on archival source as
primary sources (e.g. documents, contemporary newspaper) and secondary
sources (e.g. journals, books, etc.).This study based on historical methods."
2017
S65856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ningrum Apriliawati
"ABSTRAK
Oei Tiong Ham terlahir sebagai Cina peranakan di Semarang, bisnis gula yan ia rintis di kota kelahirannya itu, berhasil membawanya menjadi pengusaha terkaya atau multimilyuner terutama pada kurun tahun 1894_1924. Gula produksinya berhasil memasok 60% kebutuhan di Hindia Belanda pada masa itu. Jingga akhirnya Oei Tiong Ham mendapat julukan orang terkaya di antara Shanghai dan Australia, serta disebut juga sebagai Raja Gula dari Jawa. Lima pabrik gulanya yang tersebar di Pulau Jawa, banyak menyerap tenaga kerja pribumi, baik laki - laki maupun perempuan, bahkan anak _ anak untuk dipekerjakan sebagai buruh. Dipabrik dan perkebunan tebunya, tanah pribumi pun banyak pula yang disewanya. Dengan kata lain, perusahaan Oei Tiong Ham tidak sedikit memberikan pengaruh bagi kehidupan dan penghidupan rakyat pribumi pada masa itu.

Abstract
Oei Tiong Ham was born as an Indonesian born Chinese in Semarang. The sugar business that he developed in his hometown has successfully turned him to be the richest slash multibillionaire businessman especially in 1894-1924. His sugar has fulfilled the need of sugar in Hindia Belanda as much as 60 %. Later, Oei Tiong Ham was considered as the richest man in Shanghai and Australia, and won the title as the sugar tycoon from Java. At that time, 5 of his sugar factory spread throughout Java Island. The business absorbed many local workers. Men, women, and even children were working as laborer in his sugar factories and estates. Not only that, he also rented local people's land. In short, his company gave a quite big contribution to the life and livehood of local people at that time."
2010
S12521
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1991
920.965 01 KON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks cerita Tionghoa (penyunting belum bisa memastikan judulnya), diceritakan peperangan antara Senapati Lo Dong melawan Dewi Tas Yan Tong. Lo Dong kalah, karena dapat dijerat dengan jimat yang berupa rajut, lalu dibawa ke pesanggrahan Dewi Tas Yan Tong. Senapati Tik San membela senapati Lo Dong, tetapi akhirnya kalah, dapat ditangkap dan dijadikan satu dengan Lo Dong. Pada saat itu Dewi Tas Yan Tong jatuh cinta pada Tik San, tetapi Tik San tidak menanggapinya, malah masih tetap menganggapnya sebagai musuh. Karena cintanya ditolak, Dewi Tas Yan Tong memerintahkan kepada bala tentaranya untuk membunuh Lo Dong dan Tik San. Tersebutlah, ketika Tik San akan dibunuh, sebagian bala tentaranya berhasil meloloskan diri dan memberitahukan kepada adik Tik San yang bernama Dewi Kan Kiem, bahwa Tik San akan dibunuh. Dewi Kan Kiem sangat marah, dan ingin membela kakaknya, tetapi dilarang oleh ibunya, bernama Dewi Lim. Sebaliknya Dewi Kan Kiem disuruh membujuk kakaknya agar menuruti kemauan Dewi Tas Yan Tong. Teks diakhiri dengan peperangan antara prajurit Tong Tya melawan Wa Lyong hingga kisah wafatnya Raja Tong Tya, yang kemudian digantikan oleh putra mahkota. Keterangan penyalinan tidak diterhukan dalam naskah ini, namun melihat jenis kertas dan gaya penulisan, diperkirakan naskah dibuat pada sekitar awal abad ke-20. Keterangan selanjutnya lihat MSB/L.409, L.410 dan FSUI/CT.10-13. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) mijil; (3) pangkur; (4) asmarandana; (5) durma; (6) megatruh; (7) asmarandana; (8) dhandhanggula; (9) pucung; (10) pangkur; (11) dhandhanggula; (12) maskumambang; (13) pangkur; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) asmarandana; (17) sinom; (18) mijil; (19) dhandhanggula; (20) kinanthi; (21) sinom; (22) pucung; (23) dhandhanggula; (24) asmarandana; (25) kinanthi; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) durma; (29) megatruh; (30) pangkur; (31) dhandhanggula; (32) asmarandana; (33) kinanthi; (34) durma; (35) sinom; (36) pangkur; (37) asmarandana; (38) maskumambang; (39) dhandhanggula; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) mijil; (43) kinanthi; (44) asmarandana; (45) megatruh; (46) pangkur; (47) durma; (48) asmarandana; (49) maskumambang; (50) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.2-NR 530
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan saduran dari ceritera wayang thithi yang dipergelarkan di rumah seorang bupati yang beralamat di Pringgasantan, Yogyakarta. Penyalinan (maupun penulisan teks asli?) dilakukan oleh Li Ca Gwong di tempat yang sama pada tahun 1898 dan 1907. Pada naskah ini memuat empat teks lakon, yaitu:Cariyos Negara Ngindhu, Cariyos Wyang Ca Kun, Cariyos Sam Pek Eng Tay, dan Cariyos Tong Tya: Naskah ini dihiasi beberapa gambar (lihat Gbr. 28 & 29 pada h.384 & 394 jilid ini.) Adapun mengenai ceriteranya seperti di bawah ini. Teks pertama menceriterakan keadaan negeri Ngindu dengan rajanya bernama Sayit Ngumar Ngus Magribi yang mempunyai putri cantik yang dipersunting oleh Raja Muda. Sang Raja mengutus anak menantunya untuk menggempur seorang prajurit bernama Murthado yang telah lama tidak menghadap sang Raja. Selama melaksanakan tugas ini, Raja Muda menerima laporan dari seorang prajurit bernama Ulo bahwa permaisuri telah menyeleweng dengan bala tentara Ngindu. Atas kebijaksanaan Raja Muda, permaisuri yang sedang mengandung diusir dari negerinya. Permaisuri hidup mengembara di hutan dan ditemani oleh seekor menjangan putih yang mencarikan makanan setiap hari. Sesudah beberapa lama Raja Muda bertukar pikiran dengan adiknya bernama Dhingdhar, yang menjadi raja di negara Malebar, maka diputuskan untuk mencari permaisuri. Berjumpalah Raja Muda dengan istrinya yang telah melahirkan anaknya dan dibawa kembali ke kerajaan. Ceritera diakhiri dengan kisah dua orang warga Ngindu yang berpetualang pergi ke negeri Cina dan Mekah. Setelah berhasil mereka kembali ke Ngindu. Naskah bagian ini selesai disalin pada tanggal 17 Mei 1907. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) maskumambang; (3) sinom; (4) asmarandana; (5) megatruh; (6) kinanthi; (7) dhandhanggula. Cariyosipun Wyang Ca Kun menceriterakan Wyang Ca Kun, anak Raja Wyang Tyo di negara Tat Syu yang sangat cantik dan sakti. Pada suatu ketika raja dari negara Ta Hen yang bernama Pa Ong Tehan bermimpi ketemu dengan Wyang Ca Kun, sehingga sang Raja itu menyuruh seorang patihnya bernama Ma Tyag Syu. Sesampainya di Tat Syu, Ma Tyag Syu gagal meminang Wang Ca Kun karena keahlian Wyang Ca Kun mengelabuhi Ma Tyag Syu. Ceritera diakhiri dengan Wyang Ca Kun berpesta minum arak, serta bersemedi mendekatkan diri pada Hyang Widhi. Pada teks ini juga diceriterakan tentang pertanda orang mimpi, mimpi baik maupun buruk. Naskah disalin antara 22 Mei-26 Juni 1907. Daftar pupuh: (8) dhandhanggula; (9) mijil; (10) pucung; (11) pangkur; (12) asmarandana; (13) maskumambang; (14) sinom; (15) maskumambang; (16) kinanthi; (17) durma; (18) dhandhanggula; (19) pangkur; (20) durma; (21) gambuh; (22) asmarandana; (23) sinom; (24) dhandhanggula; (25) kinanthi; (26) pangkur; (27) pucung; (28) maskumambang; (29) sal; (30) megatruh; (31) dhandhanggula; (32) pangkur. Cariyosipun Sam Pek Eng Tay mengisahkan percintaan dua remaja yang bernama Sam Pek dari Bu Chu dan Eng Tay (anak dari Ni Cukong dari negara Wat Cyu), hubungan asmara ini tidak disetujui oleh orang tua Eng Tay, karena Eng Tay sudah dijodohkan dengan Mac Tyu (Ma Mun Cay). Mendengar hal tersebut Sam Pek menderita sakit dan meninggal. Eng Tay menyusul Sam Pek dengan bunuh diri masuk ke dalam liang kubur Sam Pek. Naskah bagian ini selesai disalin pada tanggal 14 Juli 1907. Daftar pupuh: (33) asmarandana; (34) kinanthi; (35) sinom; (36) gambuh; (37) pucung; (38) kinanthi; (39) mijil; (40) megatruh; (41) maskumambang; (42) pangkur; (43) durma; (44) sal. Sedangkan pada Cariyos Tong Tya, tersebutlah negara Tong Tya dengan rajanya bernama Li Si Bin. Li Si Bin memerintah dengan sangat adil dan makmur. Di negara Tong Tya ini ada beberapa pendekar perang seperti Li Tong Cong, Seh Jin Kwi, dan Cin Hwa Gyok, tetapi pendekar yang terkenal adalah Seh Jin Kwi dan Cin Hwa Gyok. Pada suatu ketika terjadi konflik dalam negeri yaitu ketika Seh Jin Kwi oleh Li Tong Cong dituduh membunuh anak menantu Li Si Bin dan Seh Jin Kwi dipenjara. Ceritera diakhiri dengan peperangan antara negara Tong Tya dengan negara Sang Hyang Sang. Karena negara Tong Tya tidak ada pendekar-pendekar perang, maka Seh Jin Kwi oleh sang raja dikeluarkan dari penjara untuk berperang melawan tentara negara Sang Hyang Sang yang dipimpin oleh Sa Po Tong. Peperangan ini dimenangkan oleh negara Tong Tya yang dipimpin oleh pendekar perang Seh Jin Kwi dan Cin Hwa Gyok. Dalam peperangan ini kedua belah pihak telah banyak menggunakan jimat-jimat kesaktiannya masing-masing. Cin Hwa Gyok gugur dalam perang ini terkena pedangnya sendiri, begitu juga para pendekar-pendekar dari negara Sang Hyang Sang banyak yang gugur di medan perang. Bagian naskah ini lebih tua daripada bagian-bagian depan, karena disalin pada bulan November 1898. Daftar pupuh: (45) asmarandana; (46) dhandhanggula; (47) pangkur; (48) maskumambang; (49) kinanthi; (50) megatruh; (51) sinom; (52) pucung; (53) pangkur; (54) mijil; (55) dhandhanggula; (56) asmarandana; (57) kinanthi; (58) pangkur; (59) durma; (60) dhandhanggula; (61) pangkur; (62) megatruh; (63) mijil; (64) dhandhanggula; (65) asmarandana; (66) maskumambang; (67) kinanthi; (68) dhandhanggula; (69) pangkur; (70) asmarandana; (71) megatruh. Pada halaman-halaman bagian depan naskah ini terdapat pengetan mengenai teriadinya lindu dan gerhana bulan yang disaksikan oleh penyalin naskah ini pada tahun 1909,1912, 1921, 1933."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.9-NR 340
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Dzulkifli Abdul Razak
Pulau Pinang: Universiti Sains Malaysia, 2005
362.296 DZU v I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid pertama dari empat jilid kumpulan cerita Tiong Hwa. Jilid pertama ini berisi teks cerita yang dimulai dari kisah raja Li Si Bin memerintahkan Tumenggung saudara Jin untuk membuat patung dari perunggu dan berkahir dengan cerita pernikahan Tis Tyang Tong dengan Ting San. Keterangan pada halaman depan menyebutkan tarikh penulisan yaitu pada hari Selasa Wage tanggal 15 Ruwah tahun Jimawal. Keterangan bibliografi lihat pada Serat Babad Li Si Bin dan Serat Tong Tya pada MSB/L.409,410. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) pangkur; (4) maskumambang; (5) kinanthi; (6) megatruh; (7) sinom; (8) pucung; (9) pangkur; (10) mijil; (11) dhandhanggula; (12) asmarandana; (13) kinanthi; (14) pangkur; (15) durma; (16) dhandhanggula; (17) pangkur; (18) megatruh; (19) durma; (20) dhandhanggula; (21) asmarandana; (22) maskumambang; (23) kinanthi; (24) dhandhanggula; (25) pangkur; (26) asmarandana; (27) megatruh; (28) sinom; (29) dhandhanggula; (30) mijil; (31) pangkur; (32) asmarandana; (33) durma; (34) megatruh."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.10-NR 358a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kedua dari seri 4 jitid Serat Tong Tya ini berisi peperangan antara kerajaan Tong Tya melawan So Hyong. Diawali dengan kisah gugurnya senapati Lo Dong, kemudian Dyak Akim dan senapati Sik Ting San dapat merebut benteng kembali. So Hyong menyuruh senapati wanita bernama Kim Tya Sing Bo dengan dibekali senjata Klinthing untuk melawan Tong Tya, namun belum juga mampu mengalahkannya. Keterangan lebih lanjut lihat FSUI/CT.10. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) pucung; (4) pangkur; (5) dhandhanggula; (6) maskumambang; (7) pangkur; (8) dhandhanggula; (9) durma; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) mijil; (13) dhandhanggula; (14) kinanthi; (15) sinom; (16) pucung; (17) dhandhanggula; (18) asmarandana; (19) kinanthi; (20) pangkur; (21) maskumambang; (22) durma; (23) megatruh; (24) pangkur; (25) dhandhanggula; (26) asmarandana; (27) kinanthi; (28) durma; (29) sinom; (30) durma; (31) asmarandana; (32) pucung; (33) dhandhanggula; (34) asmarandana; (35) sinom; (36) mijil."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.11-NR 358b
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>