Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13430 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin Nobel kurniawan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses sosialisasi nilai toleransi beragama siswa melalui peran kurikulum terselubung. Pendidikan toleransi dibutuhkan untuk menjawab persoalan radikalisme yang sedang berkembang di masyarakat dan lembaga pendidikan Indonesia. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan mixed method dalam mengumpulkan data. Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi siswa yang toleran dibentuk melalui kurikulum terselubung, melalui aspek formal dan informal. Toleransi masih menyisakan ruang bagi kekerasan simbolik. Pendidikan multikultural adalah sebuah proses yang inklusif. Selain struktur formal, agensi relasional melibatkan partisipasi individu untuk membangun komunitas multireligius sekolah yang inklusif.

ABSTRACT
This study describes the socialisation of religious tolerance through the hidden curriculum. Tolerance education is necessary to answer the spread of religious radicalism in the society and institution of education. This research applies the qualitative approach, strategised with mixed method. The result shows that students rsquo perspective on religious tolerance is socialised formally and informally by the hidden curriculum. Despite that, this study discovers that tolerance has reserved a vulnerable room for symbolic violence. Multicultural education is a continual process of inclusion. Besides the school rsquo s formal structure, relational agency can be exercised through the school rsquo s informal culture to build an inclusive multireligious community."
2017
S65587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Zamzami
"Di tengah intoleransi yang sedang berkembang di Tasikmalaya, Jawa-Barat, yang sedang berkembang, mulai muncul penanaman nilai-nilai toleransi. Beberapa studi sebelumnya menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya peran institusi negara, kurikulum formal dalam institusi pendidikan, dan peran dari guru dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada peserta didik. Namun, kami melihat bahwa toleransi itu juga ditanamkan oleh lembaga pendidikan berbasis Islam (pesantren) kepada peserta didik (santri) melalui kurikulum terselubung. Kurikulum terselubung yang diterapkan yaitu ajaran tanbih yang merupakan pedoman pesantren yang mengajarkan nilai-nilai luhur hidup rukun antar sesama umat manusia. Tanbih disebarkan melalui saluran pendidikan kepada para santri dan sekolah rintisan pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa dalam berbagai kasus tertentu, dalam institusi pendidikan berbasis agama seperti pesantren, nilai-nilai toleransi diajarkan melalui kurikulum terselubung. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, studi pustaka, dan wawancara mendalam dengan pimpinan pesantren, guru, peserta didik, dan santri dari salah satu pesantren yang memiliki pengaruh cukup penting di Tasikmalaya, pada Pondok Pesantren Suryalaya. Berdasarkan temuan data di lapangan bahwa penanaman tanbih kepada peserta didik masih menemukan keragaman dampak terhadap sikap toleransi. Secara analisis teoritik melalui kurikulum terselubung, penanaman nilai-nilai tanbih di lingkungan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Suryalaya perlu dioptimalkan kembali karena pada dasarnya terdapat kondisi nilai-nilai tradisional yang melekat kuat pada komunitas agama di Tasikmalaya dan secara umum di Indonesia.

In the midst of the growing intolerance in Tasikmalaya, West Java, the values of tolerance are beginning to emerge. Several previous studies explained that this was due to the role of state institutions, the formal curriculum in educational institutions, and the role of teachers in instilling values of tolerance in students. However, we see that tolerance is also instilled by Islamic-based educational institutions (pesantren) in students (santri) through a hidden curriculum. The hidden curriculum that is implemented is the tanbih teaching which is the guideline for Islamic boarding schools that teach the noble values of living in harmony among human beings. Tanbih is disseminated through educational channels to students and pesantren pilot schools. This study aims to explain that in certain cases, in religion-based educational institutions such as Pesantren, the values of tolerance are taught through a hidden curriculum. The data in this study were obtained through observation, literature study, and in-depth interviews with pesantren leaders, teachers, students, and students from one of the Islamic boarding schools that have a significant influence in Tasikmalaya, at Pondok Pesantren Suryalaya. Based on the findings of data in the field, planting tanbih for students still found a variety of impacts on tolerance. In theoretical analysis through a hidden curriculum, the cultivation of tanbih values within the Suryalaya Islamic Boarding School Education Foundation needs to be re-optimized because basically there are conditions for traditional values that are strongly attached to the religious community in Tasikmalaya and general in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Eka Pratiwi
"ABSTRAK
Sistem pendidikan dan sekolah memiliki kontribusi besar untuk mendorong toleransi beragama siswa. Salah satu cara termudah untuk mendorong toleransi beragama adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai kepercayaan dan keragaman. Di Indonesia, nilai keragaman dan toleransi diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Idealnya, semakin baik nilai PKn seorang siswa, semakin baik pula probabilitas siswa menunjukkan toleransi beragama. Namun, ketika menyangkut sikap, pengaruh lingkungan dan nilai-nilai yang dianut subjek juga patut dipertimbangkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti-bukti tentang bagaimana sikap yang ditanamkan di rumah dan sekolah berkontribusi pada sikap siswa. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya intellectual humility sebagai virtue untuk mendorong sikap positif seperti toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peran nilai PKn, toleransi beragama orang tua, toleransi beragama guru, dan intellectual humility dalam memprediksi toleransi beragama siswa. Penelitian ini dilakukan pada 182 partisipan siswa SMA, 182 orang tua siswa, dan 62 guru. Penelitian ini menggunakan alat ukur Toleransi Beragama untuk mengukur variabel sikap toleransi beragama siswa, orang tua, dan guru, serta menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) untuk mengukur variabel IH. Pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode convenience sampling. Data dianalisis menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel secara bersama-sama dapat memprediksi toleransi beragama siswa SMA (F(4, 177) = 15,05, p < 0,000), R2 = 0,254. Namun, ketika dilakukan regresi parsial, hanya toleransi agama orang tua dan intellectual humility yang signifikan memprediksi toleransi beragama sampel. Ini menyiratkan bahwa sikap orang tua lebih berperan daripada kontribusi sekolah. Namun, fakta bahwa intellectual humility berkontribusi secara signifikan dapat dianggap sebagai peluang bagi sekolah atau institusi pendidikan lainnya untuk menerapkan virtue ini ke dalam sistem. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendorong siswa agar memiliki virtue dan sikap positif, terutama intellectual humility dan toleransi beragama. Keterbatasan yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya penolakan yang terjadi terkait pengukuran toleransi beragama yang disebabkan oleh karakteristik budaya partisipan.

ABSTRACT
The education and school system have a major contribution to encourage religious tolerance of students. One of the easiest ways to encourage religious tolerance is to provide sufficient information regarding beliefs and diversity. In Indonesia, the value of diversity and tolerance is well introduced in civic education. Ideally, the better the subject's performance score, the better the probability of students showing religious tolerance. However, in terms of attitudes, the influence of the community and the virtues of the subjects are also worth considering. Previous research has shown numerous evidence of how shared attitudes at home and school contributes to student attitudes. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to see how much civic education performance, parents' religious tolerance, teachers' religious tolerance, and intellectual humility can predict students' religious tolerance. This research was conducted on 182 participants of high school students, 182 parents, and 62 teachers. This study uses the Religious Tolerance measurement to measure the variable of religious tolerance of students, parents, and teachers, wereas using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) to measure the IH variable. Sampling method used by this study was convenience sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that all variables together can predict the religious tolerance of high school students (F (4, 177) = 15.05, p <0.000), R2 = 0.254. Interestingly, the partial regression analysis shows that only parents' religious tolerance and intellectual humility can significantly predict the sample's religious tolerance. This implies that parents' attitudes matter more than school contributions. However, the fact that intellectual humility contributes significantly can be seen as the opportunity for schools to implement the virtue into their systems. This study provides some implications for schools or educational institutions about virtue and positive attitude encouragement, especially regarding intellectual humility and religious tolerance. A few limitations found in this study is including the refusal that occurs related to the measurement of religious tolerance caused by the cultural characteristics of the participants."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roslily Hanna
"Diskriminasi berbasis agama kerap menjadi isu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Masyarakat Indonesia, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Tulisan ini mengangkat cerita tentang narasi toleransi dan diskriminasi berbasis agama yang terjadi di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tangerang Selatan. Bagaimana diskriminasi berbasis agama terjadi di sekolah tidak terlepas dari figure of hegemony yang ada di sekolah, terutama sebagian guru dan otoritas sekolah. Diskriminasi berbasis agama yang terjadi di sekolah juga hadir dengan berbagai bentuk yang bervariasi. Mulai dari larangan melakukan perayaan acara Natal di sekolah, sulitnya perizinan untuk menggunakan ruang kelas untuk beribadah, bias dalam mengatur aturan berpakaian di sekolah, serta menerapkan aturan-aturan tertentu dalam kegiatan dan ruang belajar di sekolah. Hegemony dalam beragama yang terjadi di sekolah tentunya juga tidak terlepas dari counter-hegemony. Pada bagian keempat tulisan ini akan spesifik menceritakan proses counter-hegemony yang terjadi di sekolah. Terutama melalui peranan guru di kelas memberikan informasi kepada siswa terkait dengan sudut pandang lain dalam melihat narasi toleransi selain dari sudut pandang hegemony, kegiatan OSIS, dan juga diskusi lintas agama antara guru dan siswa.

Religious discrimination has long been an issue that seems near inseparable from Indonesian society, the education system being a sphere that is not exempt from that very fact. This paper aims to discuss how religious discrimination takes hold at a public high school in the city of Tangerang Selatan. Diving into how religious discrimination are inextricably linked to figures of hegemony at school, as such teachers and other school authorities. Religious discrimination at school also takes shape in a multitude of forms. From banning Christmas celebrations at school, to the difficulty of receiving permits from school authorities to use classrooms for religious prayer, biases in school dress codes, and other select rules that applied certain religious identities. Although, this religious hegemony has not stood without resistance from counter-hegemony. Counter-hegemony in this case refers to the role of teachers in the classroom informing students on different perspective to see religious discrimination other than the hegemonic point of view, student council events, and interfaith dialogue between teachers and students."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Nurul Mufidah
"ABSTRAK
Penelitian ini mengamati hubungan antara konformitas dan perilaku prososial
terhadap toleransi beragama remaja muslim di wilayah DKI Jakarta. Penelitian
bersifat kuantitatif dengan metode pendekatan survei kuesioner yang dianalisis
dengan menggunakan teknik Analisa Regresi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner adaptasi Socio-Religious Tolerance, konstruk alat ukur Konformitas, dan kuesioner adaptasi Prosocial Tendencies Measure-Revised. Sampel penelitian adalah remaja muslim yang mengikuti kegiatan organisasi masyarakat yaitu Jama'ah Tabligh, FPI, dan Kelompok Tarbiyah. Pemilihan responden menggunakan teknik non probability dan convenience sampling dari tiga organisasi masyarakat di DKI Jakarta. Data primer yang diperoleh dari 300 responden (n=300) berusia 16-18 tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2018. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yaitu konformitas dan perilaku prososial dengan uji F berpengaruh terhadap toleransi beragama. Hasil secara parsial dengan uji t menunjukkan bahwa, variabel konformitas dan perilaku prososial berpengaruh secara parsial terhadap toleransi beragama dengan tingkat
signifikansi 10,23% dan 15,07%.

ABSTRACT
This research observing the relationship between conformity and behavior prososial against one form of religious tolerance muslim teens in jakarta area. Quantitative methods of research with a questionnaire that survey analyzed by using a technique regression analysis. The questionnaires used is the questionnaire adaptation socioreligious tolerance, construct a measuring instrument conformity, and questionnaires adaptation prosocial measure-revised tendencies. The research sample is muslim teens who follow community organizations Jama' ah Tabligh, FPI, and clusters of preacher. The selection of respondents had to use the technique of non probability and convenience of sampling of three community organization in Jakarta. Primary
data obtained from 300 respondents ( n = 300 ) aged 16-18 years. The research was done in october to november 2018. The results of the study simultaneously shows that variables independent namely conformity and behavior prososial by test f impact on form of religious tolerance. The result in partial by test t shows that, variable conformity and behavior prososial influential in partial to form of religious tolerance with a significance 10,23 % and 15,07 %."
2019
T52513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dearni Thalia
"Mempraktikkan toleransi beragama masih menjadi masalah di Kota Depok. Toleransi beragama sendiri dapat dipahami sebagai perilaku menghormati atau menghargai individu lain yang memiliki kepercayaan berbeda, serta tidak menghalangi penganut kepercayaan lain dalam menjalankan agamanya. Penelitian terdahulu menemukan bahwa kerendahan hati intelektual sebagai suatu kebajikan berkaitan dengan toleransi beragama. Akan tetapi, belum mempertimbangkan keberagaman agama dalam penelitian yang dilakukan. Kerendahan hati intelektual tersebut dapat dipahami sebagai kesadaran individu bahwa dirinya bisa saja salah tanpa merasa terserang oleh pendapat-pendapat lain yang berbeda dengannya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerendahan hati intelektual dengan toleransi beragama pada emerging adult yang menjalani pendidikan di Kota Depok. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adult berusia 18–25 tahun (M = 21.33 dan SD = 1.26) yang pernah atau sedang menjalani pendidikan di Kota Depok dengan lingkungan yang terdiri dari keberagaman agama (N = 146). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) dan Religious Tolerance Measurement. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed. Implikasi penelitian ini adalah institusi pendidikan diharapkan dapat lebih mempromosikan kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama karena tidak hanya memungkinkan pelajar untuk dapat terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru, namun juga dapat menghindari konflik-konflik interpersonal dalam lingkungan yang terdiri dari keberagaman dan perbedaan.

Practicing religious tolerance still becomes an issue in Depok. Religious tolerance itself can be understood as respectful behaviours and attitudes toward individuals from different beliefs and does not interfere with their religious practices. Previous research found intellectual humility as a virtue related to religious tolerance. However, they have not considered religious diversity in their research. Intellectual humility can be understood as one's non-threatening awareness of their intellectual fallibility. This study aims to determine the relationship between intellectual humility and religious tolerance in emerging adults who have attended education in Depok. Participants in this study were emerging adults aged 18–25 years old (M = 21.33 and SD = 1.26) who had or are currently studying in Depok with an environment consisting of religious diversity (N = 146). The research instruments used were the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) and the Religious Tolerance Measurement. The result shows that there is a positive and significant relationship between intellectual humility and religious tolerance r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed.. This research implies that educational institutions are expected to promote intellectual humility because not only does it allow students to be open to new knowledge, but also to avoid interpersonal conflicts in an environment consisting of diversity and differences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rafidhiya Nugraha
"Manusia telah berevolusi sedemikian rupa dan menjadi makhluk yang mampu berpikir secara berkelanjutan. Hal ini membuat spesies kami mampu bertahan hidup secara bebas, sehat, serta manusiawi. Namun, manusia tidak dapat bergerak di tempat jika kita ingin berharap masa depan yang lebih baik. Sebuah hubungan yang harmonis dengan alam patut dibangun untuk menciptakan relasi manusia dan lingkungannya terus sehat. Tidak hanya dengan alam, tetapi juga sesama manusia, sesama jiwa, sesama pikiran. Indonesia merupakan negara yang selama ini selalu mengedepankan keberagaman yang bersatu. Bahkan, itu merupakan bagian dari ideologi berbangsa negara kami. Sebenarnya, apa yang diimpi-impikan oleh bangsa Indonesia merupakan mimpi bagi seluruh kebaikan umat manusia. Sebuah komunitas makhluk yang mampu menerima perbedaan, tidak semerta-merta menjadi satu entitas, melainkan mampu mempertahankan identitas serta keunikan yang berada dalam satu untaian persatuan dan perdamaian. Toleransi keberagamaan di Indonesia mungkin terlihat mudah dan halus dari luar. Kenyataannya, banyak sekali hal-hal serta penyetaraan yang dilakukan untuk menggapai titik keharmonisan baik antar manusia maupun dengan alam. Sebagai pemikir dan perancang untuk masa depan, layaknya mempersiapkan diri untuk terus berpikir secara luas, visioner, namun tidak jumawa serta rasa menghargai. Arsitektur lalu hadir dalam menciptakan monument kebanggaan dengan memanifetasi toleransi umat beragama di Indonesia menggunakan perilaku dinamis, reflektif, serta aliran air.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nicky Chairani Isa Chamidi
"ABSTRACT
Dalam beberapa tahun belakangan, sikap yang mengarah pada intoleransi beragama pada guru di Indonesia cenderung meningkat. Studi-studi sebelumnya hanya menjadikan faktor ekonomi dan tingkat pendidikan sebagai faktor utama yang dapat membentuk sikap toleransi maupun intoleransi beragama dalam diri individu. Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, argumentasi dalam tulisan ini adalah jaringan sosial dan lingkungan keluarga sebagai faktor lain yang juga dapat berperan dalam membentuk sikap toleransi-intoleransi beragama pada guru. Studi ini secara khusus menggambarkan sikap toleransi-intoleransi beragama pada guru di Kota Tangerang dan faktor yang melatarbelakangi sikap tersebut. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam.

ABSTRACT
In recent decades, teachers attitudes that lead to religious intolerance tended to be increased in Indonesia. Previous studies show that the economic factor and the level of education are the main factors that can shape religious tolerance or intolerance attitudes. In contrast with the previous studies, the argumentation on this paper are social network and family environment as another factors those play important roles in shaping religious tolerance intolerance attitudes of teachers. This study specifically illustrates the case of teachers religious tolerance intolerance attitudes in Tangerang City and the factors that shaping their attitude. This study uses qualitative method with the data collection conducted through in depth interview. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhattati Fuad
"Sebagai bangsa majemuk, budaya damai merupakan hal niscaya yang harus dibangun dan dikembangkan untuk menciptakan keamanan lokal, nasional, regional, maupun global. Dalam rangka itu, program toleransi beragama menduduki peran penting, strategis, dan determinatif. Keberhasilan pengembangan budaya damai dan keamanan-yang menjadi prakondisi program pembangunan nasional-secara sosio-politik, ditentukan oleh sejauh mana tingkat keberhasilan program penguatan toleransi beragama dalam masyarakat. Artikel ini, mencoba menggambarkan bagaimana urgensi toleransi beragama dalam konstelasi penguatan budaya damai, keamanan nasional, dalam rangka penguatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bermartabat. Dalam analisisnya, digarisbawahi bahwa toleransi beragama bagi masyarakat Indonesia merupakan prasyarat kemapanan NKRI dan efektivitas pembangunan yang tengah berlangsung. Untuk itu, penanaman nilai-nilai toleransi beragama, sebagai implikasinya, menjadi penting untuk diintensifikasikan melalui pendidikan keluarga."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2015
SODE 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Saleh H F S
"Sekolah dengan kapasitasnya sebagai sebuah institusi sosial berfungsi sebagai agen sosialisasi dan sekaligus agen kontrol sosial. Dalam fungsinya tersebut misalnya membentuk perilaku seseorang, tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan pelajaran-pelajaran formal saja, diperlukan adanya perbuatan nyata, yang jika dalam lingkup sekolah bisa dicontoh melalui segala bentuk interaksi antara aktor-aktor di sekolah. Hal inilah yang dinamakan dengan kurikulum terselubung (hidden curriculum) yang sudah barang tentu terdapat di setiap sekolah. Seperti yang dilakukan oleh SMA Negeri "X" Jakarta yang mana salah satu visi-misi-tujuannya adalah ingin mewujudkan sikap/perilaku siswanya menjadi demokratis. Penelitian ini ingin mencoba melihat hubungan antara kurikulum terselubung terhadap pembentukan perilaku demokratis siswa.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan kurikulum terselubung memiliki peranan/pengaruh dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi pada siswa. Terdapat hubungan yang cukup/sedang dan arah yang positif antara variabel kurikulum terselubung dengan variabel perilaku demokratis siswa. Lebih jauh lagi, telah dibuktikan dalam penelitian ini tentang pentingnya penanaman nilai-nilai demokrasi melalui penerapan kurikulum terselubung yang cukup efektif.

School with it's capacity as a social institution has a function to become an agents of socialization and social control. Its function for example to form a person's behavior, not enough just to rely on any formal lessons, concrete action is needed, that if within the scope of the school can be emulated by all forms of interaction among actors in the school. This is called the hidden curriculum (hidden curriculum), which of course contained in each school. As performed by SMA Negeri "X" Jakarta where one of the vision-mission-goal is to establish the democratic attitude/behavior of students. This study try to see the relationship between the hidden curriculum to formation of student democratic behavior.
The results of this study empirically indicate that application of the hidden curriculum has a role/influence in internalize democratic values in students. There is a moderate relationship and positive direction between hidden curriculum variable with student's democratic behavior variable. Furthermore, it has been proved in this study on the importance of cultivation of democratic values through the application of the hidden curriculum is quite effective.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>