Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aidha Dwi Anggraeni
"ABSTRAK
Centella asiatica merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat medis, sehingga menjadi salah satu bahan baku penting dalam industri jamu, obat herbal dan kosmetik. Akan tetapi, hampir seluruh pemenuhan kebutuhan C. asiatica sebagai bahan baku industri tersebut diambil secara langsung dari alam, sehingga memiliki berbagai risiko dan ancaman. Oleh karena itu, usaha peningkatan teknologi perbanyakan C. asiatica secara in vitro, salah satunya melalui teknik regenerasi dari kalus dapat menjadi alternatif solusi yang menjanjikan. Dengan demikan, telah dilakukan penelitian induksi kalus dari eksplan lamina dan petiolus C. asiatica pada medium MS yang mengandung 2 dan 4 mgl-1 2,4-D atau Dikamba dengan penambahan kasein hidrolisat 0,1,3,5 gl-1 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium yang mengandung auksin tunggal yaitu Dik2CH0 dan Dik4CH0 yang mengandung dikamba 2 atau 4 mgl-1 tanpa penambahan kasein hidrolisat, dapat lebih baik untuk menginduksi kalus remah dari kedua jenis eksplan dalam penelitian ini. Sementara itu, penambahan kasein hidrolisat diketahui tidak dapat mengoptimalkan induksi dan proliferasi kalus C. asiatica. Pertumbuhan kalus justru semakin terhambat atau menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi kasein hidrolisat yang ditambahkan ke dalam medium.

ABSTRACT
Centella asiatica, one of herbaceous plants possessing many medical benefits is one of the important raw material for the herbal medicine and cosmetics industry. Unfortunately, almost the entire C. asiatica used as an industrial raw material is directly taken from nature. Such exploitation of C. asiatica can threaten the extinction in nature and consequently no guarantee of the stability for the supply and quality of raw materials. In vitro propagation of C. asiatica through callus regeneration is expected to be a promising method to overcome this problem. Therefor, a research on the induction of callus derived from lamina and petiolus explants of C. asiatica was conducted on MS medium containing 2 and 4 mgl 1 2,4 D or dicamba with addition of casein hydrolysate 0,1,3,5 gl 1 . The results showed that medium containing single auxin Dik2CH0 and Dik4CH0 containing 2 and 4 mgl 1 Dicamba, gave a better result in inducing fryable callus from both types of explants, in this research. Meanwhile, addition of casein hydrolysate could not optimize callus induction of C. asiatica, since callus growth was inhibited or decreased with increasing concentration of casein hydrolyzate which added into the medium."
2017
S66755
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respon kalus Centella
asiatica (L.) Urban (pegagan) terhadap medium optimalisasi. Penelitian
dilakukan di Lab. Fisiologi Tumbuhan Dept. Biologi, FMIPA UI, Depok (Maret-
-September 2007). Kalus diinduksi dari tangkai daun bagian atas urutan
ke-1, menggunakan medium Murashige & Skoog (1962) dengan
penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D dan 1 mgl-1 kinetin. Kalus yang telah terbentuk
beserta eksplan dipindahkan ke medium optimalisasi (Murashige & Skoog
1962) dengan penambahan 2,5 mgl-1 2,4-D atau NAA, yang dikombinasikan
dengan 0; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 mgl-1 kinetin. Kultur dipelihara pada kondisi
terang kontinu (2 minggu untuk induksi kalus dan 4 minggu untuk optimalisasi
kalus). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa seluruh eksplan mampu
membentuk kalus pada medium induksi. Secara umum, kalus hasil induksi
berwarna hijau. Namun, setelah disubkultur ke medium optimalisasi,
sebagian besar sampel pada tiap perlakuan mengalami pencokelatan.
Sebagian besar kalus hasil induksi maupun optimalisasi bertekstur kompak.
Sampel yang ditanam pada medium M9 (MS + 2,5 mgl-1 NAA + 0,75 mgl-1
kinetin) menunjukkan persentase kehidupan sampel paling tinggi (50%).
Dengan demikian, medium M9 merupakan medium yang paling mampu
menunjang pertumbuhan kalus dibandingkan kesembilan medium lainnya."
Universitas Indonesia, 2007
S31466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai optimalisasi kalus remah tangkai
daun urutan ke-1 Centella asiatica (L.) Urban (pegagan) pada medium
Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan delapan variasi auksin
dan sitokinin. Delapan variasi tersebut adalah 2,4-D 0,5 mgl
-1
+ BAP
0,5 mgl
-1
(M1), 2,4-D 0,5 mgl
-1
+ Kinetin 0,5 mgl
-1
(M2), 2,4-D 1 mgl
-1
+ Kinetin
0,5 mgl
-1
(M3), 2,4-D 2,5 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
(M4), NAA 0,2 mgl
-1
+ BAP
2 mgl
-1
(M5), NAA 0,5 mgl
-1
+ BAP 0,5 mgl
-1
 (M6), NAA 1 mgl
-1
+ Kinetin
0,5 mgl
-1
(M7), dan NAA 2 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
(M8). Untuk menginduksi
kalus dilakukan penanaman potongan tangkai daun dalam medium
Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan penambahan 2,4-D
2,5 mgl
-1
+ Kinetin 1 mgl
-1
. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok (April 2007--September
2007). Untuk induksi dan optimalisasi kalus, dilakukan pemeliharaan selama
delapan minggu dengan pencahayaan kontinu. Semua eksplan yang
ditanam pada medium induksi kalus membentuk kalus remah. Kalus remah
yang terbentuk pada medium tersebut kemudian disubkultur ke dalam
delapan medium optimalisasi kalus. Setelah ± empat minggu disubkultur ke
medium optimalisasi kalus, tampak bahwa terjadi keragaman tekstur dan
warna kalus yang tergantung pada macam dan konsentrasi ZPT yang
digunakan. Jumlah kalus remah yang terbentuk pada medium optimalisasi
iii
berturut-turut dalam medium M1 (40%), M2 (80%), M3 (66,67%), dan M4
(33,33%) dengan warna kalus sebagian besar abu-abu muda, hartal, hingga
cokelat. Sementara itu, medium M5--M8 cenderung membentuk kalus
kompak dan campuran (remah dan kompak), dengan warna kalus sebagian
besar hijau. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi terdapat pada
medium M7 masing-masing (750,7 ± 357) mg dan (69,1 ± 32,3) mg,
sedangkan berat basah dan berat kering terendah terdapat pada medium M4
masing-masing (363,3 ± 230,9) mg dan (29,6 ± 21,1) mg. Secara umum,
medium M2 dapat dinyatakan sebagai variasi auksin dan sitokinin yang baik
untuk optimalisasi kalus remah tangkai daun C. asiatica."
Universitas Indonesia, 2007
S31476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui respons eksplan tangkai
daun Centella asiatica (L.) Urban (pegagan) urutan ke-1 (T1), ke-2 (T2), dan
ke-3 (T3) terhadap medium B5 modifikasi dengan kadar sukrosa yang
bervariasi, yaitu 20 gl-1 (S1), 30 gl-1 (S2), 40 gl-1 (S3), dan 50 gl-1 (S4).
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen
Biologi, FMIPA UI, Depok. Kultur dipelihara selama 60 hari dengan
pemberian cahaya kontinu. Secara umum, semua eksplan tangkai daun
mampu merespons medium induksi kalus dengan membentuk kalus. Warna
kalus yang dihasilkan bervariasi, yaitu hijau, hijau keputihan, hjau
kecokelatan, dan cokelat. Semua kalus mempunyai tekstur yang kompak.
Berdasarkan data kualitatif, eksplan tangkai daun ke-1 yang ditanam pada
medium B5 modifikasi dengan kadar sukrosa 40 gl-1 cenderung lebih baik
dalam membentuk kalus. Berdasarkan persentase tumbuh kalus, perlakuan
T1S3 memiliki nilai persentase tertinggi (100%), sedangkan nilai terendah
dimiliki perlakuan (T3S4) (30%). Berdasarkan rata-rata hari tumbuh kalus,
perlakuan T1S3 memiliki rata-rata hari tumbuh kalus tercepat (11,7 hari)
sedangkan yang terlama (16 hari) dimiliki perlakuan T3 S3. Berdasarkan
ukuran kalus diperoleh kategorisasi kalus (+) hingga (++++)."
Universitas Indonesia, 2006
S31414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Induksi kalus daun Centella asiatica (L.) Urban telah banyak dilakukan,
namun, tidak terdapat informasi mengenai urutan daun yang digunakan.
Penelitian bertujuan mengetahui respons daun urutan ke-1 (D1), ke-2 (D2)
dan ke-3 (D3) yang ditanam pada medium Murashige & Skoog 1962, dengan
empat macam kombinasi auksin dan sitokinin. Kombinasi tersebut adalah
2,4-D 0,5 mgl-1 + BA 0,5 mgl-1 (M1), 2,4-D 0,5 mgl-1 + Kinetin 0,5 mgl-1 (M2),
NAA 0,5 mgl-1 + BA 0,5 mgl-1 (M3) dan NAA 4 mgl-1 + Kinetin 2 mgl-1 (M4).
Eksplan dikultur dengan fotoperiodisitas 16 jam. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI Depok
(Oktober 2005--Maret 2006). Baik D1, D2 maupun D3 mampu membentuk
kalus, namun D1 dan D2 memiliki persentase lebih besar dan hari inisiasi
lebih awal. Medium dengan kombinasi zat pengatur tumbuh M1, M2, M3 dan
M4 dapat mendukung pembentukan kalus. Kalus pada medium dengan
kombinasi M1 dan M2 memiliki kategori sedikit hingga cukup banyak. Pada
medium dengan kombinasi M3 dan M4 kategori kalus yang diperoleh cukup
banyak hingga sangat banyak dan pada kalus tersebut tumbuh akar. Kalus
yang terbentuk memiliki tekstur dan warna bervariasi."
Universitas Indonesia, 2006
S31417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahma Bakti
"Pemanfaatan herbal di Indonesia telah lama dilakukan baik untuk penyembuhan penyakit, salah satunya pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai penyembuh luka dan mencegah terbentuknya keloid dengan zat aktif asiatikosid yang diaplikasikan secara topikal. Oleh karena asiatikosid memiliki berat molekul yang besar, kelarutan dalam air dan lipid yang buruk, sehingga susah untuk berpenetrasi melewati kulit, untuk itu dibuat dalam sistem pembawa liposom.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat liposom dengan menganalisis pengaruh penambahan konsentrasi fosfatidilkolin terhadap stabilitas liposom dan mengetahui daya penetrasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis, analisis kuantitatif kadar penjerapan asiatikosid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri dan uji penetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz. Ada empat formula yang digunakan sesuai dengan perbandingan fosfatidilkolin dan kolesterol, di mana konsentrasi kolesterol tetap, hanya fosfatidilkolin yang mengalami penambahan.
Hasil menunjukkan adanya peningkatan efisiensi penjerapan terhadap zat aktif asiatikosid; memperkecil distribusi ukuran partikel melalui pengukuran Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscope (TEM); dan peningkatan jumlah kumulatif, fluks, serta persentase jumlah asiatikosid yang terpenetrasi berdasarkan uji penetrasi in vitro selama 8 jam.

The use of herbs in Indonesia has been carried out long time ago for healing the disease, one of which gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) as wound healing and prevent the formation of keloids with asiaticoside active substance applied topically. However, asiaticoside has a large molecular weight, poor solubility in water and lipid, so difficult to penetrate through the skin. Therefore, it needs such a carrier system called liposome, which is the major constituent of lipid components, namely phosphatidylcholine and cholesterol.
The aims of this study is to analyze the effect of addition on phosphatidylcholine concentration for the stability of liposomes and its penetration. This study is using a thin layer hidration method to make liposom, entrapment levels of asiaticoside analyzed quantitatively by Thin Layer Chromatography (TLC) densitometry and in vitro penetration test with Franz diffusion cell. There are four formulas were used in accordance with the ratio of phosphatidylcholine and cholesterol, where cholesterol concentration was constant.
The results showed there was increase in efficiency of entrapment the active substance and reduce the particle size distribution. The results also showed there was increase in the cumulative number penetration, flux, and the percentage amount of asiaticoside that penetrated based on Franz diffusion cell test for 8 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43656
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Oktaviani
"Pegagan (Centella asiatica L.) merupakan tanaman obat yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Pegagan mengandung asiatikosid yang berkhasiat terhadap gangguan kulit seperti selulit, bekas luka, bahkan dapat mengobati luka terbuka. Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengaruh penambahan propilenglikol terhadap penetrasi in vitro menggunakan sel difusi Franz. Pada penelitian ini dibuat gel yang mengandung ekstrak etanol pegagan sebanyak tiga formula. Dua formula dengan penambahan propilenglikol 5% (formula 1) dan 10% (formula 2), sedangkan formula 3 sebagai kontrol tidak mengandung propilenglikol.
Evaluasi fisik dilakukan terhadap ketiga formula gel yang meliputi uji organoleptis, sineresis, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik, selain itu dilakukan penentuan kadar zat aktif, dan uji penetrasi secara in vitro menggunakan sel difusi Franz.
Hasil penelitian ini menunjukkan ketiga gel bersifat homogen, berwarna coklat dan tidak terjadi sineresis dan. Kadar zat aktif dalam ketiga formula gel yang diukur dengan metode kromatografi lapis tipis menunjukkan 88,06 - 89,92%. Secara keseluruhan ketiga formula gel memenuhi persyaratan secara fisik, akan tetapi untuk penetrasi secara in vitro tidak dapat dideteksi, karena asiatikosid tidak larut di dalam buffer fosfat pH 7,4 dan pH 5,6. Dapat disimpulkan secara fisik gel yang dihasilkan memenuhi persyaratan akan tetapi sukar berpenetrasi pada kulit.

Pegagan (Centella asiatica L.) is a medicinal plant which familiar to Indonesian people. Pegagan contains asiaticoside which efficacious against skin disorders such as cellulite, scars, and even to treat open wounds. The purpose of this study was to observe the effect of propylene glycol addition against in vitro penetration using Franz diffusion cells. In this research, ​​gel containing ethanolic extract of Pegagan was made into three formulas. Two formula contained propyilene glycol, 5% (formula 1) and 10% (formula 2), while the third as a control formula which was not containing propylene glycol.
Physical evaluation performed on all gel formula that included organoleptic test, syneresis, viscosity, consistency, and physical stability, besides that also performed determination of the levels of the active substance and in vitro penetration test using Franz diffusion cells.
The results of this study suggest that all gel formula is homogeneous, brown, and no syneresis. Levels of the active substance in the three gel formula that measured by thin layer chromatography method showed 88.06 to 89.92%. Overall, gel formula meets the physical requirements, but for the in vitro penetration can not be detected, because asiaticoside was insoluble in phosphate buffer pH 7.4 and pH 5.6. It could be concluded that all gel physically qualified but difficult to penetrating the skin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>