Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firli Marcelia
"Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja telah berimplikasi pada peningkatan dual-earner couple di Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan di negara lain, seperti Australia dan Amerika, menemukan bahwa dual-earner couple berisiko mengalami berbagai tekanan yang dapat membuat mereka mengalami marital burnout lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan marital burnout antara dual-earner couple dengan single-earner couple, dan perbandingan suami atau istri dari dual-earner couple dengan suami atau istri dari single-earner couple, serta perbandingan marital burnout antara suami dan istri dari dual-earner couple. Terdapat 382 responden yang terdiri atas 191 suami, dan 191 istri yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan single-earner couple, suami dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan suami dari single-earner couple; dan istri dari dual-earner couple memiliki marital burnout yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan istri dari single-earner couple. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik dari responden dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Increase in women rsquo s labor force participation has been implicated in the increase in dual earner couple in Indonesia. Several studies conducted in other countries, such as Australia and America, found that dual earner couple at risk of developing a variety of pressures that can make them experience higher marital burnout than single earner couple. This research is aimed to compare the marital burnout among dual earner couple with a single earner couple, and a comparison of the husband or wife of a dual earner couple with the husband or wife of a single earner couple, as well as marital burnout comparison between a husband and wife from dual earner couple. There were 382 respondents consisted of 191 husbands and 191 wives who participated in this study. The results of this study indicate that marital burnout in dual earner couple was not higher than single earner couple, marital burnout in husband in dual earner couple is not higher than husband in single earner couple and marital burnout in wife in dual earner couple was not higher than wife in single earner couple. This could be due to the characteristics of participants and other factors that may affect the results of this study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Maghfirah Faisal
"Setiap tahun jumlah wanita yang bekerja terus meningkat sedangkan jumlah wanita yang mengurus rumah tangga semakin menurun. Hal ini membuat jumlah pasangan suami istri pencari nafkah ganda juga meningkat. Pada tahun 2014, jumlah pasangan pencari nafkah ganda di Indonesia ialah sebanyak 51,2%, sementara jumlah pasangan pencari nafkah tunggal ialah sebanyak 39,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kepuasan pernikahan antara suami/istri dari pasangan pencari nafkah ganda dan suami/istri dari pasangan pencari nafkah tunggal, serta perbandingan kepuasan pernikahan antara suami dan istri pada pasangan pencari nafkah ganda dan tunggal. Sebanyak 368 orang suami/istri berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara suami/istri dari pasangan pencari nafkah ganda dan pencari nafkah tunggal; dan tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara suami dan istri baik pada pasangan pencari nafkah ganda maupun tunggal. Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa status pekerjaan istri tidak berdampak pada kepuasan pernikahan. Selain itu, secara umum skor rata-rata kepuasan pernikahan partisipan berada di level yang tinggi. Hal ini terjadi karena budaya kolektivis di Indonesia serta berbagai faktor yang menguntungkan kedua kelompok partisipan, seperti kesamaan latar belakang dengan pasangan, usia pernikahan, dan jumlah anak.

Every year, the number of working woman increases, meanwhile the number of housewife decreases. This condition caused the increase in the number of dual-earner couple. In 2014, the number of dual-earner couple in Indonesia is 51,2%, while the number of single-earner couple is 39,9%. This research is aimed to investigate the comparison of marital satisfaction between husband/wife from dual-earner and single-earner couples; as well as comparison of marital satisfaction between husband and wife from dual- and single-earner couples. There are 368 husbands/wives who participated in this research. The results show that there is no significant difference in marital satisfaction between husband/wife from dual-earner and single-earner couples; and there is no significant difference in marital satisfaction between husband and wife in dual-earner and single-earner couples. Hence, we can conclude that wife’s working status does not affect marital satisfaction. In general, mean score of marital satisfaction among all participants is high. This condition occurred because of collectivism in Indonesia as well as various factors that is beneficial for both groups of participant, such as background similarity with couple, length of marriage, and number of children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Nur Fatihah
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara gaya resolusi konflik dan kepuasan perkawinan pada keluarga single-earner (hanya suami yang bekerja) dan dual-earner (suami dan istri sama-sama bekerja). Gaya resolusi konflik, menurut Kurdek (1994) terbagi menjadi empat gaya yaitu positive problem solving, compliance, conflict engagement, dan withdrawal. Sebanyak 672 partisipan (82 laki-laki, 590 perempuan) diminta untuk mengisi kuesioner (terdiri dari alat ukur kepuasan perkawinan, gaya resolusi konflik, human value, dan marital characteristics) secara tatap muka dan online (via Google Form). Hasil menunjukkan bahwa positive problem solving berkorelasi secara positif dengan kepuasan perkawinan pada kedua kelompok. Sebaliknya, compliance, conflict engagement, dan withdrawal berkorelasi secara negatif dengan kepuasan perkawinan pada kedua kelompok. Hanya gaya positive problem solving, conflict engagement, dan withdrawal yang dapat memprediksi kepuasan perkawinan partisipan pada kedua kelompok. Selain itu, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan perkawinan di antara keluarga single-earner dan dual-earner.

This study aims to examine the relationship between conflict resolution style and marital satisfaction in the context of single-earner (only the husband work) and dual-earner family (both husband and wife work). According to Kurdek (1994), conflict resolution style is divided into four styles, which are positive problem solving, compliance, conflict engagement, and withdrawal. A total of 672 participants (82 male, 590 female) filled out offline and online questionnaires (via Google Form). The questionnaire consisted of marital satisfaction, conflict resolution styles, human value, and marital characteristics measuring instrument. Result shows that positive problem solving is positively correlated with marital satisfaction in both groups. On the contrary, compliance, conflict engagement, and withdrawal are negatively correlated with marital satisfaction on both group. Only positive problem solving, conflict engagement, and withdrawal that could predict marital satisfaction of the two groups. Furthermore, this study found that there are no difference in marital satisfaction between single-earner and dual-earner."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Rina Jericho
"Jumlah tenaga kerja perempuan di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Hal ini mulai menggeser peran gender tradisional menjadi egaliter sehingga memunculkan struktur keluarga baru, yaitu dual earner. Pasangan dual earner merupakan suami dan istri yang bekerja keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah common dyadic coping dapat memoderasi hubungan stres internal dan stres eksternal. Partisipan penelitian merupakan 164 individu dari pasangan dual earner yang berusia di atas 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Analisis data menggunakan analisis korelasi dan regresi untuk melihat efek moderasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal (r=0.742, p<0.01, one tailed). Selain itu, hubungan keduanya dimoderasi oleh common dyadic coping secara signifikan (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). Hasil ini dapat dijadikan acuan intervensi mengenai common dyadic coping untuk meminimalisasi tingkat stres eksternal dan internal pada pasangan dual earner.

The number of female workers in Indonesia continues to increase every year. This has begun the shift of traditional gender role to egalitarian gender role which gives a rise to a new family structure, namely the dual earner. Dual earner couples are husband and wife who both work. The aim of this study is to assess whether there is a significant positive relationship between external stress and internal stress. Aside from that, this study aims to the role of common dyadic coping in moderating the relationship between external stress and internal stress. Participants of this study are 164 individuals of dual earner couple aged above 20 years. Measuring instruments in this study are Multidimensional Stress Questionnaire For Couples (MSF-P) dan Dyadic Coping Inventory (DCI). The datas were analyzed using correlation analysis and regression analysis to assess the moderation effect. Results indicated that there is a significant positive relationship between external stress and internal stress (r=0.742, p<0.01, one tailed). Furthermore, that relationship is moderated by common dyadic coping significantly (b = 0.11, 95% CI [0.02, 0.19], t = 2.55, p<0.05). These results can be used as a reference for interventions regarding common dyadic coping to minimize external stress and internal stress levels in dual earner couple."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Rahmadini
"Meningkatnya jumlah wanita yang bekerja dapat mengarah kepada kondisi dual-earner family, di mana suami dan istri sama-sama bekerja. Istri dalam dual-earner family menghadapi konflik peran yang disebut dengan Work-Family Conflict. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Work-Family Conflict dengan kepuasan pernikahan pada istri dalam dual-earner family. Variabel Work-Family Conflict dan kepuasan pernikahan diukur dengan menggunakan Work-Family Conflict Scale WFCS dan Couple-Satisfaction Index-16 CSI-16 . Terdapat 181 partisipan wanita di dalam penelitian ini dengan kriteria; berusia 20 hingga 60 tahun, pendidikan minimal SMA, telah bekerja di tempat yang sama selama minimal 1 tahun dan merupakan pegawai yang bekerja secara penuh, memiliki suami yang juga bekerja, serta bekerja di wilayah Jabodetabek. Analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa Work-Family Conflict berhubungan negatif secara signifikan dengan kepuasan pernikahan r = -0.346.

The increasing number of working women may lead to a dual earner family condition, where both husband and wife are working. Wives from dual earner families face a role conflict called Work Family Conflict. This research was conducted to examine the relationship between Work Family Conflict and and wives rsquo marital satisfaction in dual earner families. Work Family Conflict and marital satisfaction variable were measured using Work Family Conflict Scale and Couple Satisfaction Index 16, respectively. There were 181 female participants in this study with these following characteristics 20 60 years, at least a high school graduate, working in the same place at least for 1 year as a full time employee, having a working husband, and working in Jabodetabek area. Pearson correlation analysis showed that Work Family Conflict was significantly correlated with marital satisfaction r 0.346."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Restu Wardhani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Pines' Couple Burnout
Questionnaire and Measurement Alai ini dibuat oleh Pines, seorang psikolog dan konselor
pernikahan, yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya bumout dalam suatu hubungan interpersonal. Pines memberi istilah couple burnout untuk menyebut fenomena tersebut, yaitu suatu keadaan menyakitkan yang menimpa orang-orang, yang berharap cinta romantis akan memberi arti dalam hidup mereka (Pines, 1996).
Pines juga membuat sebuah model untuk menjelaskan bagaimana terjadinya burnout dan apakah hai itu dapat dihindari. Model tersebut terdiri dari dua lajur, yang sama-sama dimulai dengan lahap jatuh cinta, namun jalur yang satu berakhir dengan bumout dan lajur yang lain
berakhir dengan roots dan wings. Burnout dapat terjadi oleh karena adanya ketidaksesuaian antara harapan yang ada dengan kenyataan sehari-hari. Terjadinya burnout dalam suatu pernikahan merupakan proees yang terjadi secara berlahap. Adanya perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang ada, ditambah dengan stres eehari-hari, dapat membuat keintiman dan cinta semakin menghilang.
Pemilihan wanita, sebagai subyek dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat yang menyalakan bahwa bagi wanita pernikahan adalah suatu hai yang panting sebagai alat untuk
mendapatkan kehidupan yang menjamin adanya rasa aman. Dengan keyakinan tersebut, wanita
akan memasuki suatu pemikahan dengan harapan bahwa ia akan mendapaikan cinta, rasa aman
dan kehahagiaan dari pasangan maupun dari pernikahannya. Bila harapan ini tidak eesuai dengan kenyataan yang ada maka akan terjadi pengikisan cinta dan komitmen sehingga menjadi burnout.
Tujuan dari penelitian ini adaiah untuk mendapatkan gambaran skor burnout pada wanita
dewasa yang menikah dan memiliki anak. Seiain itu iuga untuk mendapatkan gambaran masalah-
masalah yang dihadapi wanita dalam pernikahannya, cara coping yang digunakan serta bagaimana pereepsi tentang cinta romantis.
Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan pendekatan
kualitatif dilakukan dengan wawancara pada subyek yang memiliki skor burnout rendah dan
subyek dengan skor tinggi untuk mendapatkan ilustrasi terjadinya bumout serta roots and wings.
Subyek penelitian ini adalah wanita bekerja yang menikah dan memiliki anak, dengan
menggunakan teknik incidental sampling untuk pengambilan sampelnya.
Hasil dari penelilian ini adalah ssbanyak 80% dari keseluruhan wanita dalam penelitian ini
memiliki pernikahan yang baik-baik saja. Sedangkan 20% sisanya memiliki pernikhan yang hampir burnout dan ada yang sudah mengalami burnout. Sedangkan masalah-masalah dalam hubungan pernikahan yang terungkap dalam penelitian ini berkisar antara sifat, sikap maupun tingkah laku suami, misalnya egois, kurang komunikasi, atau kurang perhatian.
Ada perbedaan dalam cara coping yang digunakan oleh subyek dengan skor burnout rendah dengan subyek dengan skor tinggi. Pada kelompok burnout rendah, cara coping yang
digunakan adalah optimism action, dengan cara berdiskusi alau kompromi dangan suami.
Sedangkan pada kelompok bumout tinggi, cara coping yang digunakan adalah rabbnmizatrbn-
resignation, yaitu dengan mendiamkan hingga waklu yang akan menyelesaikan serta berusaha
mencari kesibukan lain agar dapat melupakan masalah. Selain itu ada beberapa cara coping lain yang digunakan yaitu mengingatkan pasangan, memberi pengertian, menasehati, serta mengambil inisiatif dan keputusan sendiri.
Saran-saran diberikan untuk memberi masukan pada penelitian salaniutnya agar alat ini
dapat benar-benar membantu untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya burnout dalam
pernikahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Kurniati
"ABSTRAK
Meskipun pernikahan diketahui memberikan berbagai dampak positif bagi individu, kenyataan yang terjadi saat ini ialah meningginya tingkat kasus perceraian. Survei menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah ketidaksesuaian antara relationship beliefs individu dengan kenyataan. Akibatnya, individu cenderung mengalami burnout pernikahan dan lebih lanjut dapat berujung pada perceraian. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan menunjukkan adanya perbedaan hasil. Selain itu, peneliti berniat mengetahui peran relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hasil penelitian yang dilakukan kepada 162 pasangan suami-istri menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan yang dialami pasangan suami-istri. Selain itu, diketahui tidak terdapat moderasi relationship beliefs pasangan terhadap hubungan antara relationship beliefs dan burnout pernikahan individu. Hal ini terjadi karena pengaruh tingkat pendidikan istri dan ideologi peran gender yang dianut oleh individu serta peran faktor lain yang turut memengaruhi hasil penelitian.

ABSTRACT
Despite the positive effects that marriage gives, the divorce rate is increasing. This is caused by the incongruency between individual‟s relationship beliefs and reality, resulting marital burnout. This research aimed to investigate deeper about the correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple owing to different results of the previous researches. Moreover, it also aimed to analyze the role of spouse‟s relationship beliefs to the correlation between individual relationship beliefs and marital burnout. Data from 162 marital couples shows a positive and significant correlation between relationship beliefs and marital burnout among married couple but shows no moderation of spouse‟s relationship beliefs to the correlation. It‟s explained by wives‟ educational background and individual gender role ideology as well as other various factors contributing to this result."
2016
S64295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Woro Astuti
"Kepuasan pernikahan menjadi salah satu hal penting dalam pernikahan, tak terkecuali pada istri yang menjalani dual-earner family. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi prediktif yang bertujuan untuk melihat peran work-family balance terhadap kepuasan pernikahan pada istri yang menjalani dual-earner family. Work-family balance diukur dengan Work-Family Balance Scale. Sementara kepuasan pernikahan diukur dengan Couple Satisfaction Index CSI. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 181 istri yang menjalani dual-earner family di Jabodetabek. Multiple regression digunakan sebagai metode dalam melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa work-family balance memiliki peran yang signifikan dalam memprediksi kepuasan pernikahan ?=0,299, R2=8,9.

Marital satisfaction is one of the most important things in marriage, which also includes wife from dual earner family. This research is a predictive correlational study that aims to see the role of work family balance in marital satisfaction among wife from dual earner family. Work family balance is measured using Work Family Balance Scale WFBS, while marital satisfaction is measured using Couple Satisfaction Index CSI. The participants of this study were 181 wives from dual earner family living in Jabodetabek. Multiple regression is used to examine the hypothesis. The results of this study shows that work family balance has a significant role to predict marital satisfaction 0,299, R2 8,9."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ribka Uli Feodora
"Pada masa pandemi Covid-19, kurir diduga rentan mengalami burnout. Berdasarkan teori Job Demands-Resources (JD-R), burnout disebabkan oleh berbagai macam tuntutan kerja, salah satunya tuntutan kerja emosional. Sebaliknya, modal psikologis dapat menurunkan tingkat burnout. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tuntutan kerja emosional dan burnout, serta hubungan antara modal psikologis dan burnout pada kurir. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tipe korelasional. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling pada 251 partisipan kurir yang memiliki rentang usia 18-55 tahun dengan kriteria waktu bekerja minimal satu tahun dan pernah melayani pelanggan dengan sistem COD. Adapun, alat ukur yang digunakan bagian IQWiQ untuk mengukur burnout, bagian COPSOQ-II untuk mengukur tuntutan kerja emosional, dan PCQ-12 untuk mengukur modal psikologis. Hasil analisis Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa tuntutan kerja emosional memiliki hubungan positif yang signifikan dengan burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. Selain itu, ditemukan pula bahwa modal psikologis memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Dengan demikian, temuan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan jasa pengiriman untuk memberikan coaching dan dukungan sosial serta membantu kurir untuk mengembangkan modal psikologisnya secara mandiri.

During the Covid-19 pandemic, couriers were presumed to be susceptible to burnout. According to the Job Demands-Resources (JD-R) theory, burnout is caused by various job demands, including emotional job demands. In contrast, psychological capital can reduce burnout levels. This study aims to examine the relationship between emotional job demands and burnout, as well as the relationship between psychological capital and burnout among couriers. This research was quantitative research with a correlational design. The convenience sampling method was used to collect data from 251 couriers as participants aged 18 to 55, with experience servicing clients using the COD system and working for at least a year. Meanwhile, the measurement tools used were part of IQWiQ to measure burnout, part of the COPSOQ-II to measure emotional job demands, and PCQ- 12 to measure psychological capital. Pearson's Correlation analysis results showed that emotional job demands have a significant positive relationship with burnout r(251) = 0.48, p< 0.05. On the other hand, a significant negative relationship was discovered between psychological capital and burnout r(251) = -0.43, p< 0.05. Thus, these findings are expected to be used as evaluation materials for delivery companies to provide coaching and social support and help couriers develop psychological capital independently."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danastri Dwi Rismarinni
"Tingginya tuntutan kerja saat ini mengakibatkan mudahnya karyawan mengalami burnout yang dapat berpengaruh terhadap kinerja-tugas karyawan. Maka dari itu diperlukan pencegahan dengan menyediakan sumber daya kerja, salah satunya adalah harapan dan optimisme yang merupakan modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah burnout dapat memediasi hubungan antara optimisme dan harapan dengan kinerja-tugas. Penelitian merupakan penelitian korelasional yang melibatkan 312 partisipan yang merupakan karyawan di Indonesia yang berusia 18-40 tahun dan telah bekerja selama minimal 1 tahun. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah In-role Performance measures, Psychological Capital Questionnaire (PCQ-12) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis mediasi burnout dalam hubungan harapan dan kinerja-tugas yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat indirect effect (B = .05, p < .05) dan direct effect (B= 0.51, p<0.05) yang signifikan, yang mengindikasikan bahwa burnout dapat memediasi hubungan antara harapan dan burnout secara parsial. Selain itu, hasil mediasi burnout dalam hubungan optimisme dan kinerja-tugas juga menunjukkan adanya indirect effect (B = .07, p < .05) dan direct effect (B = 0.42, p < .05) yang signifikan, yang artinya burnout dapat memediasi hubungan antara optimisme dan kinerja-tugas secara parsial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harapan dan optimisme dapat melewati burnout untuk mempengaruhi kinerja-tugas, namun juga dapat mempengaruhi kinerja-tugas secara langsung.

Today’s high job demands makes employees more likely to experience burnout, which can affect employee’s task-performance. Therefore, prevention is needed by providing job resources, one of which is hope and optimism which are psychological capitals. This study aims to see whether burnout can mediate the relationship between optimism and hope with task-performance. This research is a correlational study involving 312 participants who are employees in Indonesia aged 18-40 years and have worked for at least 1 year. The instruments used to measure the research variables are In-role Performance measures, Psychological Capital Questionnaire (PCQ-12) and Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). The results of the mediation analysis of burnout in the relationship of hope and task-performance that were carried out showed that there was a significant indirect effect (B = .05, p < .05) and direct effect (B = 0.51, p<0.05), which indicated that burnout could partially mediate the relationship between hope and task-performance. In addition, the results of the mediation of burnout in the relationship between optimism and task-performance also showed a significant indirect effect (B = .07, p < .05) and direct effect (B = 0.42, p < .05), which means that burnout can partially mediate the relationship between optimism and task-performance. Thus, it can be concluded that hope and optimism can pass through burnout to affect task-performance, but can also affect task-performance directly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>