Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201417 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Abi Herdanu
"Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan terutama kepada operator yang bekerja selama 8 jam sehari di area mesin produksi. Dari hasil observasi lapangan, diperoleh Noise Mapping dan Noise Contour area produksi Vial Mesin Spami kebisingannya berkisar 80,7 dBA sampai dengan 87,2 dBA. Hasil pengukuran pajanan bising personal dengan menggunakan Noise Dosimeter didapatkan bahwa dari 24 operator yang bekerja pada area tersebut, 11 pekerja menerima Dosis Pajanan Bising diatas 100% (85 dBA). Salah satu usaha untuk mengurangi dampak kebisingan pada pekerja dengan menggunakan APT Ear Plug dengan NRR 25 dBA. Dosis Pajanan Bising Efektif dengan penggunaan APT pada keseluruhan operator dapat mencapai dibawah 100% (85 dBA). Keseluruhan pekerja sebanyak 24 orang memiliki fungsi pendengaran normal.

Noise is a disorder that can affect comfort and health, especially to the operators who work for 8 hours a day in the machine at production area. Result from observation with Noise Mapping and Noise Countour shows that the noise range at area Vial Production Spami Machine is 80,7 dBA until 87,2 dBA. Results of Personal noise exposure measurement by using Noise Dosimeter found that of the 24 operators working in the area, 11 workers received a Noise Dose Exposure above 100% (85 dBA). One of the actions to reduce the noise risk to workers by using PPE, Ear Plug with NRR 25 dBA. Effective Noise Dose Exposure while use in Earplug on the overall operator can reach below 100% (85 dBA). All of the workers as much as 24 workers have Normal Hearing Functionality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66488
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nuraini
"Kebisingan merupakan suatu bahaya fisik yang masih menjadi masalah di dunia industri. Pajanan bising intensitas tinggi dapat mempengaruhi fungsi pendengaran dan non pendengaran pekerja. PT. X merupakan suatu industri semen yang memiliki bahaya bising di area produksi, khususnya area raw mill, pembakaran, dan finish mill. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pajanan bising, serta melihat gambaran fungsi pendengaran dan keluhan subjektif non pendengaran yang dirasakan oleh pekerja. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional, dengan subjek penelitian adalah seluruh pekerja patrol untuk area raw mill, pembakaran, dan finish mill sebanyak 20 orang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan area produksi (raw mill, pembakaran, dan finish mill) secara keseluruhan berkisar antara 75,4-108,2 dBA, pajanan bising yang diterima pekerja berkisar antara 81,5 ? 92,8 dBA. Terdapat 2 orang (10%) pekerja mengalami tuli ringan berdasarkan Permenakertrans No. 25 Tahun 2008 dari hasil rata-rata frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz, dan terdapat 2 orang (10%) mengalami NIHL berdasarkan frekuensi 4000 Hz. Faktor yang berkontribusi pada kejadian gangguan pendengaran pada pekerja antara lain, usia, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga yang tidak disiplin dan penggunaannya tidak tepat, riwayat pekerjaan dan perilaku merokok. Keluhan subjektif non pendengaran terkait bising yang paling banyak dirasakan oleh pekerja yaitu, perasaan tidak nyaman (85%).

Noise is a physical hazard which still a problem in the industrialized world. Exposure to high intensity of noise can affect hearing function and non-hearing function. PT. X is a cement industry possessing the noise hazard in the production area, especially at raw mill, kiln and finish mill area. The purpose of this study is to provide an overview of the noise exposure, as well as the auditory function and subjective complaints of non auditory perceived by workers. This study was conducted by cross sectional method, and the subjects of this study were all patroler workers for raw mill, kiln and mill finish area, which all 20 subjects participated in the study.
The results showed that overall noise level at production area (raw mill, kiln and mill finish) ranged from 75.4 to 108.2 dBA, noise exposure to workers ranged from 81,5 ? 92,8 dBA. There are 2 workers (10%) suffering mild deafness from the calculation of the average frequency of 500, 1000, 2000 and 4000 Hz based on Permenakertrans No. 25 Tahun 2008, and there are two workers (10%) suffering NIHL based on frequency of 4000 Hz. Factors contributing to the incidence of hearing loss in workers are age, working period, undisciplined and improper use of ear protection, work history and smoking behavior. The majority subjective complaints of non auditory related noise perceived by workers is annoyance (85%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapta Viva Wibowo
"Gangguan pendengaran pada pekerja minyak dan gas bumi merupakan penyakit akibat kerja utama sampai saat ini. Gangguan pendengaran antara lain disebabkan oleh pajanan bahaya fisik berupa bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pajanan bising dan fungsi pendengaran pada pekerja di Platform KE-5 Kodeco Energy. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yaitu meneliti sekaligus variabel independen, variabel dependen, dan vaiabel perancu pada waktu yang bersamaan. Analisis data adalah tabel dengan menggunakan analisis data univariat.
Didapatkan gambaran tingkat bising di platform KE-5 yang melebihi NAB yaitu pada rentang 81 dBA sampai dengan 103 dBA, dan tingkat pajanan bising di platform KE-5 melebihi NAB dengan dosis pajanan bising yang diterima pekerja terdapat di bawah NAB yaitu pada rentang 70,4 dBA sampai dengan 77,5 dBA, serta didapatkan tujuh pekerja dengan gangguan fungsi pendengaran.

Hearing impairment in oil and gas workers is the main occupational diseases. Hearing impairment, among others caused by exposure to physical hazards of noise. This study aims to know the description of noise exposure and hearing impairment in workers at KE-5 Kodeco Energy Platform. The type of research is observational with cross sectional design which examined as well as the independent variable, dependent variable, and confounding variable at the same time.
Obtained noise level at KE-5 Platform which exceeds the TLV is in the range of 81 dBA to 103 dBA, noise dose of exposure that received by workers are still under the TLV is still in range of 70.4 dBA to 77.5 dBA, the level of noise exposure in KE-5 Platform exceeds the TLV by noise dose exposure that received by workers less than the TLV and obtained seven workers with impaired hearing function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T29467
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Sulistiyorini
"Pajanan bising merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran atau noise-induced hearing loss (NIHL). Pada bagian assembling PT Suzuki Indomobil Motor Plant Cakung 1 terdapat bahaya bising yang berasal dari mesin dan peralatan. Penelitian dilakukan secara cross-sectional atau potong lintang terhadap pajanan bising harian dan keluhan gangguan pendengaran dengan melihat faktor perancu berupa masa kerja, usia, pemakaian alat pelindung telinga (APT), perilaku merokok, dan hobi yang dimiliki pekerja (menembak mendengarkan musik atau radio dengan menggunakan headset atau headphone mengunjungi diskotik (dugem), dan menonton pertunjukkan konser musik rock) dengan cara mengukur pajanan dosis bising harian dan pengisian kuesioner.
Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara pajanan bising harian dengan keluhan gangguan pendengaran. Selain itu juga tidak ditemukan perbedaan bermakna pada variabel perancu dengan kejadian keluhan gangguan pendengaran yang ditunjukkan dengan nilai p-value <0.05.. Perlu dilaksanakan beberapa elemen dari program, HLPP (hearing loss prevention program) terutama pemeriksaan audiometri untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran.

Exposure to noise is one factor that affects hearing loss or noise - induced hearing loss ( NIHL ) . On the assembling 4W unit of PT Indomobil Suzuki Motor Plant Cakung 1 there is a hazard that noise coming from the engine and equipments. The study was conducted as a cross - sectional of the daily noise exposure and hearing loss complaints to see confounding factors such as length of service, age , use of ear protective devices (APT), smoking behavior, and worker -owned hobby (shooting listening to music or radio with a headset or headphones visiting discotheques (clubbing), and watch a rock concert performance) by measuring the daily noise exposure dose and questionnaires.
Based on bivariate analysis found no significant difference between the daily noise exposure with hearing complaints. It also found no significant differences in the incidence of confounding variables with complaints of hearing loss as indicated by the value of p-value of <0.05. It should be implemented some elements of the program, HLPP (hearing loss prevention program) primarily audiometric examination for early detection of hearing loss.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Lise
"Salah satu physical hazard di dunia industri adalah kehisingan. Dan hingga saat ini kebisingan adalah masalah yang paling sering ditemukan di sebagian besar industri. Kebisingan ditempat kerja akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan karyawan dan lingkungan, khususnya terhadap penurunan fungsi pendengaran. Karyawan adalah salah satu asset penting bagi perusahaan dan merupakan kewajiban bagi setiap perusahaan untuk melindungi, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan produktifitas karyawan sesuai dengan kebijakan dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tingginya angka kejadian penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising memperlihatkan adanya hubungan antara karakteristik lingkungan kerja yang bising dengan dampak tersebut. Namun demikian terjadinya penurunan fungsi pendengaran tidak hanya diakibatkan oleh pajanan bising, melainkan adanya faktor - faktor lain yang ikut berpengaruh terbadap penurunan fungsi pendengaran, seperti faktor usia, masa kerja, riwayat pekerjaan lain, status kesehatan dan hobi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepajanan bising dan penurunan fungsi pendengaran pada karyawan yang terpajan bising di area finishing dan dyeing PT. Coats rejo, Bogor, melalui pendekatan cross-sectional. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistik univariat, bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisa multivariat dengan uji regresi logistik. Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 117 karyawan yang sudah dilakukan pemeriksaan audiometri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan ada sebanyak 13 karyawan ( 11,1 %) yang mengalami Sensori Neural Hearing Loss, dan seluruh karyawan yang diteliti (117). Setelah dilakukan analisa secara statistik, didapatkan faktor-faktor yang secara dominan mempengaruhi penurunan fungsi pendengaran di kalangan karyawan, yaitu riwayat status kesehatan, usia, dan masa kerja. Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan saran dan masukan kepada manajemen PT.Coats Rejo Bogor untuk menerapkan Program Konservasi Pendengaran secara terpadu dengan melibatkan manajemen dan karyawan, sehingga bahaya bising yang ada di lingkungan kerja dapat dikendalikan agar tidak memberi dampak yang negatifbagi kesehatan karyawan, khususnya terbadap penurunan fungsi pendengaran.

Noise is a physical hazard that exist in any industrial activities. Noise in the workplaces has a negative effects to the health and safety of employees in their daily occupations, especially hearing loss. Employees are one of the most company assets . therefore, the company should protect their employees from exposure to noise and promote employees health in accordance with the standard and company policy. Increasing of the hearing loss cases in the workplace, showed that work environment characterized by the relationship with the risks of noise exposures. Eventhough the hearing loss can be caused by noise exposures, it can also be influenced by other factors such as ages, length of work, history of work with noisy environment, history of health and hobbies.
The purpose of this research is to better understand the factors associated with the noise exposure and hearing loss to the employees at finishing and dyeing areas of PT.Coats Rejo Bogor. This research has been conducted with a cross-sectional approach, and life event scale technique that carried out through questionnaires that are distributed to the respondens. The sample of this research are covering all workers who have been examinated by the audiometric test. There were 117 respondens, and the research statistics analyze data using the techniques of univariate and bivariate through the Chi-Square test, together with the multivariate through the logistic regression test.
The results of this research showed 11,1% of respondens have experienced sensori-neural hearing loss. History of health, age, and length of work are stastistically significant value and dominating influence on the sensori-neural hearing loss related noise exposures in the workplace. This research can hopefully lead to recommendations that will help the company in developing management of hearing conservation programs in the workplace in order to reduce hearing loss.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Delfina
"Kebisingan merupakan salah satu permasalahan di dunia industri. Kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan gangguan pendengaran. PT.X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perbaikan dan distribusi alat berat. Beberapa proses kerja di PT.X memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Selain itu, hasil tes audiometri menunjukan bahwa beberapa pekerja di PT. X mengalami gangguan pendengaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi antara pajanan bising dan faktor risiko yang ada dengan kejadian gangguan pendengaran pada pekerja di PT.X tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner, observasi, pengukuran kebisingan dengan sound level meter (SLM), serta menganalisis hasil audiometri pekerja tahun 2013. Pekerja yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 46 orang.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 pekerja (10.9%) yang mengalami gangguan pendengaran ringan. Hasil pengukuran kebisingan lingkungan berkisar antara 73-103.6 dBA. Selain itu, pajanan bising efektif (L equivalent efektif) yang diterima pekerja masih dibawah NAB berkisar antara 71 - 83.2 dBA. Dari 5 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran, seluruhnya memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Terdapat 30.4% pekerja yang mengalami NIHL.Tidak ada hubungan yang signifikan pada setiap variabel, namun alat pelindung telinga mempengaruhi kejadian gangguan pendengaran dan NIHL.

Noise is one of the problems in the industrial world. Noise can cause health problems and impaired hearing. PT.X is a company which business engaged in the reconditioning and distribution of heavy equipment. There are several work processes in PT.X which have high noise level. Besides, the result of audiometric test indicates that some of the workers in PT. X suffer hearing loss.
The purpose of this study is to analyze the correlation between noise exposure and the existing risk factors with the incidence of hearing loss in workers PT.X in year 2014. This study uses cross sectional study design by filling out questionnaires by the workers, observation, measuring the noise level with a sound level meter (SLM ), and analyzing the results of audiometric test in 2013. There are 46 workers taken as samples in this study.
The results of this study shows there are 5 workers (10.9%) who suffered a mild hearing loss. The results of environmental noise measurements between 73-103.6 dBA. Besides that, effective noise exposure (Effective L equivalent) received by workers is still below the TWA between 71 - 83.2 dBA. 5 workers with hearing loss have a working period of more than 5 years. There are 30.4% of workers who suffered NIHL (Noise Induced Hearing Loss). There are no correlation at all the variables, but ear protection devices influencing the occurrence of hearing loss and NIHL.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizuli Akbar
"Bising merupakan bahaya yang sulit dipisahkan dari dunia industri. Keberadaannya dalam dunia industri memberikan suatu ancaman bagi pekerja berupa penurunan daya dengar. CDC menyatakan bahwa 14% penyakit akibat kerja adalah penurunan pendengaran atau NIHL (CDC, 2007). Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan bahaya bising dengan penurunan pendengaran.
Dari berbagai penelitian tersebut didapatkan bahwa prevalenssi kejadian penurunan pendengaran pada pekerja akibat pajanan bising sangat tinggi, yaitu mencapai 31.81%. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan bising dengan penurunan pendengaran pada pekerja divisi produksi PT. Master Wavenindo Label.
Disain penelitian yang digunakan adalah metoda analitik cross sectional. Uji statistic yang digunakan untuk melihat hubungan variabel ini adalah uji chi square. Penelitian di PT. Master Wavenindo Label divisi produksi ini dilakukan pada bulan Desember 2011.
Hasil yang didapatkan adalah sebanyak 63.1% pekerja mengalami penurunan pendengaran. Dosis pajanan bising yang diterima pekerja berkisar antara 64.5 ? 95.6 dBA. Dalam penelitian ini, tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara pajanan bising pada pekerja dengan penurunan pendengaran.

Noise is a danger that hard to separate from the industry. Its presence in the industry as a threat hearing loss to workers. CDC stated that 14% of the occupational disease is NIHL (2007). Many studies are conducted to see the connection with a hearing loss of noise hazards.
From various studies it was found that the prevalence hearing loss in workers due to exposure to noise is very high, reaching 31.81%. This study was conducted to examine the relationship between noise exposures with hearing loss in workers' production division of PT. Wavenindo Master Label.
The design of the study is a cross sectional analytic method. Statistical test used to look at the relationship of this variable is the chi square test. This research had conducted in December 2011.
The result is hearing loss in workers is very high, reaching 63.1%. Dose of noise in workers between 64.5 - 95.6 dBA. Noise exposure has no significant association with hearing loss of workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edifar Yunus
"Kebisingan adalah merupakan salah satu potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja di area produksi PKS 1 PT. X, dimana hampir seluruh line produksi mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dBA. Kondisi lingkungan kerja seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja, yakni terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penelitian ini berjudul "Hubungan Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit 1 PT. X Tahun 2014". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran pada pekerja. Faktor yang berhubungan dengan kebisingan yang diteliti adalah intensitas bising, dan faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu yakni: umur pekerja, masa kerja, jumlah jam kerja perhari. Untuk faktor intensitas bising didapat dengan melakukan pengukuran pada area produksi diamana pekerja beraktifitas, sementara faktor yang berkaitan dengan individu tentang umur pekerja, masa kerja, lama pajanan perhari, dan pemakaian APT di peroleh dari hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada waktu yang sama dengan tujuan menganalisis hubungan antara kebisingan terhadap penurunan fungsi pendengaran pada pekerja PKS 1 PT. X tahun 2014. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 55,17% responden bekerja di area dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, 82,76% responden berumur kurang dari 40 tahun, 70,11% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, dan 75,86 bekerja12 jam perhari. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan 54,0% responden mengalami ketulian sensorineural. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat pada peneitian ini penulis menyimpulkan faktor-faktor intensitas bising, umur pekerja, masa kerja, dan jumlah jam kerja perhari berhubungan erat dengan penurunan fungsi pendengaran. Hubungan pemakaian APT dengan penurunan fungsi pendengaran tak dapat dinilai karena seluruh pekerja tidak memakai APT.

Noise is one of the risk factors at POM 1 production site environment of PT. X where most of its production lines retain noise intensity above 85 dBA. This noise intensive jobsite is a risk factor that could give rise to hearing loss as occupational disease among workers. ?The Correlation of Noise and Hearing Loss among Workers at Palm Oil Mill 1 (POM 1) of PT. X. in The Year of 2014? is the title of this study. The aim of this study is to analyse the correlation of noise and evidence of hearing loss among workers. Noise intensity is noise related factor; meanwhile age, length of service, and number of working hours per day are worker?s individual characteristics in this study. Noise intensity factor is obtained by noise measuring at production site where employees use to work, while worker?s individual factors such as age, length of service, number of working hours per day, and use of personal protective equipment (PPE) are acquired by questionnaire. This is a cross-sectional analyses study design where all the variables are measured once at the same time to enable noise and hearing loss correlation analyses on workers at POM 1 of PT X in the year of 2014. This study involved as many as 55.17% respondents who worked at jobsite with noise intensity more than 85 dBA, 72,8% aged less than 40 years, 70.11% with length of service less than 5 years, and 75.86% worked 12 hours per day. Measurement results revealed that 54.0% respondents developed sensor-neural hearing loss. Upon univariate and bivariate analyses done on this study, the researcher concludes that noise intensity, worker?s age, length of service, and number of working hours per day are factors that have close correlation to hearing loss among workers. The use of PPE is the factor that could not be analysed because none the workers wear any PPE. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Suherwin
"Keberadaan kereta api di daerah perkotaan selain dapat menjadi sarana transportasi yang murah, cepat dan masal, dapat pula menimbulkan masalah bagi kesehatan masyarakat, terutama karena suara bising yang ditimbulkannya. Dampak bising kereta api dapat menyebabkan gangguan kesehatan non auditorik, yaitu gangguan kesehatan selain gangguan pada indera pendengaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gangguan kesehatan non auditorik pada masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur kereta api yang meliputi gangguan komunikasi, gangguan fisiologis yang terdiri dari peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, melambatkan fungsi organ pencernaan, serta timbulnya gangguan psikologis. Disamping itu ingin pula diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan kesehatan non auditorik tersebut.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi penelitian masyarakat yang tinggal disepanjang jalur kereta api di Kelurahan Jembatan Besi Kecamatan Tambora. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang berumur 17 tahun keatas yang paling sering tinggal di rumah, yang berjumlah 100 orang dan diambil dengan metode random sampling. Data diambil dengan wawancara, observasi dan melakukan pengukuran. Data-data yang terkumpul diolah dengan tahapan data coding, data editing, data structure, data the, data entry dan data cleaning. Selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariate, menggunakan SPSS for Windows.
Diketahui intensitas kebisingan rata-rata 70,7 dB pada umumnya bersumber dari kereta api. Umur responden rata-rata 45,3 tahun, responden terbanyak adalah wanita, lama tinggal rata-rata 30,9 tahun. jarak tempat tinggal dengan jalur kereta rata-rata 24,4 meter, waktu bising yang paling mengganggu umumnya Siang hari, suhu udara rata-rata 30,8°C dan kelembaban rata-rata 33%. Gangguan kesehatan non auditorik yang timbul terdiri dari gangguan komunikasi 53%, peningkatan tekanan darah 40% (lebih tinggi dari prevalensi hipertensi di Kelurahan Jembatan Besi dan Kecamatan Tambora), gangguan pencernaan 51%, gangguan psikologis 59%. Sedangkan peningkatan detak jantung tidak terjadi. Secara umum responden yang mengalami gangguan non auditorik sebanyak 79%.
Pada analisa bivariat ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara gangguan kesehatan non auditorik dengan jarak tempat tinggal dengan sumber bising, sumber bising dan intensitas kebisingan. Sedangkan variabel lainnya seperti umur, jenis kelamin, lama tinggal, waktu bising, suhu dan kelembaban tidak menunjukan adanya hubungan dengan gangguan kesehatan non auditorik.
Pada analisis multivariat diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kesehatan non auditorik adalah jarak tempat tinggal dengan sumber bising, serta sumber bising. Yang berpeluang lebih besar adalah sumber bising (4,96 kali), sedangkan jarak tempat tinggal dengan sumber bising berpeluang 1,14 kali.
Selanjutnya untuk memastikan adanya hubungan sebab akibat perlu dilakukan penelitian sejenis dengan disain kasus kontrol atau kohort, serta meningkatkan jumlah variabel yang diteliti sehingga dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Daftar bacaan : 26 (1971- 2003)

Non Auditory Health Effect of Noise Exposure at Community Who Live Alongside the Railway in Jembatan Besi Sub-District, Tambora, West Jakarta, 2004The existence of train in urban area is a cheap, quick and mass transportation, on the other hand it can causes a lot of problems in community health , especially because of its noise. Noisy impact of train can cause non auditory health effect, which is health effect besides hearing system.
The aim of this research is to know health effect proportion of non auditory on community who live alongside the railway consist of communications trouble, physiological trouble such as increasing blood pressure, increasing heartbeat, slowing down digestive organ function, and also the incidence of psychological trouble. Besides that, would also like to know the factors influencing non auditory health effect.
The design of the research is cross sectional with population research is community who live alongside the railway in Sub-District of Jembatan Besi District of Tambora. The samples in this research are adult who is in the age of more than 17 years old and live in house frequently. The involving samples in this research are 100 respondents and taken with sampling random method. Data are taken by interview, observation and do measurement. The collected data are processed by step coding, editing, structuring, filing, entering and cleaning. Followed by data analysis of univariat, bivariat and multivariate with SPSS for Windows.
It is known that noise intensity in average is 70.7 dB. It is generally caused by train. The average age of respondent is 45.3 years old, most of respondent are woman, the average length of stay is 30.9 years, the average of residential distance with railways is 24.4 meters, noisy time which bother most is generally daytime, the average of temperature is 30.8°C and humidity is 33%. The arising non auditory effect consists of communications trouble 53%, increasing blood pressure 40% (is higher than hypertension prevalence in Sub-District of Jembatan Besi and District of Tambora), digestive trouble 51%, psychological trouble 59%. While increasing of heartbeat does not happen. Generally respondent suffering from non auditory trouble is 79%.
Bivariate analysis shows that there is a significant correlation between health effects on non auditory and the distance of residence, source of noise, and intensity of noise. While other variables like age, gender, length of stay, noisy time, humidity and temperature do not have significant correlation with health effects on non auditory.
Multivariat analysis shows that most influencing factors on the occurrence of health effects on non auditory are the distance of residence and also the source of noise. Variable having bigger opportunity is the source of noise (4.96 times), while the distance of residence has opportunity 1.14 times.
Furthermore, in order to ascertain the existence of causality need to be conducted by similar research with the design of case control or kohort, and also improve the amount of accurate variable so it that can describe the real condition.
References : 26 (1971 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Brilliant Sunarno
"Hubungan Karakteristik Bising dan Faktor-Faktor Determinan yangBerkontribusi dengan Gangguan Pendengaran Pada Pekerja TerpajanBising di Area Produksi Perusahaan Daerah Air Minum PT XTingkat kebisingan di Instalasi Pengolahan Air IPA cukup tinggi. Meningkatnyakebutuhan air bersih seiring dengan bertambahnya populasi penduduk, membuatPerusahaan Daerah Air Minum PDAM dituntut untuk meningkatkan kapasitasproduksi. Terdapat alat-alat dan proses produksi yang memiliki karakteristikberbeda dibanding jenis industri lain. Terdapat 306 PDAM di seluruh Indonesia,potensi jumlah pekerja yang terpajan bising sangat besar, maka perlu diteliti lebihlanjut mengenai hubungan karakteristik bising serta faktor-faktor determinannyaterhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PDAM untuk memperoleh bentukpengendalian yang paling tepat.
Penelitian ini menggunakan desain studi potonglintang. Tahapan penelitian ini yaitu mengukur tingkat kebisingan sertamemberikan kuesioner sebagai data primer, menganalisis hasil audiometri pekerjasebagai data sekunder dan menggunakan uji statistika Chi Square dan analisis multideterminan untuk mengetahui hubungan di antara variabel independen dandependen.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sumber bising di instalasi pengolahanair adalah pompa, exhaust fan, kompresor, blower, vacuum dan terjunan air.Sebanyak 84.4 pekerja di area produksi terpajan bising > 85 dBA. Sebanyak15.6 pekerja mengalami gangguan pendengaran.
Diperoleh kesimpulan bahwapekerja yang terpajan bising di atas 85 dBA yang memiliki frekuensi bisingdominan > 2000 Hz dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi pendengarandan diperparah apabila pekerja berusia > 40 tahun dan memiliki masa kerja > 14tahun.

Relation of Noise Characteristic and Determinant Factors that Contribute toHearing Loss on Workers Exposed by Noise at Production Area in Water SupplyCompany PT XNoise level in Water Treatment Plant WTP is high enough. Increasing the needfor clean water in line with the increasing population, making the Water SupplyCompany PDAM is required to increase production capacity. There are machinesand production processes that have different characteristics than other types ofindustries. There are 306 PDAMs throughout Indonesia, the potential number ofworkers exposed to noise is very large, it is necessary to further investigate therelationship between noise characteristics and its determinants to hearing loss toPDAM workers to obtain the most appropriate form of control.
This study used across sectional study design. The stages of this study are to measure the noise leveland provide questionnaires as primary data, analyzing the worker audiometricresults as secondary data and using Chi Square statistical test and multi determinantanalysis to find out the relationship between independent and dependent variables.
The results obtained that the source of noise in water treatment plants are pumps,exhaust fan, compressor, blower, vacuum and waterfall. About 84.4 of workersin the production area exposed to noise 85 dBA. About 15.6 of workers havehearing loss.
It is concluded that exposure workers over 85 dBA with dominantnoise frequency 2000 Hz can cause hearing impairment and aggravate if workersare 40 years old and have a working life 14 years.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>