Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syahrial Akbar
"ABSTRAK
Hidrogen banyak diproduksi oleh teknologi modern seperti steam reforming, oksidasi parsial dan metode gasifikasi batubara. Namun, proses ini memanfaatkan bahan bakar fosil sebagai bahan baku mereka, yang dapat menyebabkan penipisan pada bahan bakar fosil secara global. Dari situasi ini, permintaan untuk menciptakan metode alternatif dalam memproduksi hidrogen menjadi meningkat. Siklus termokimia sulfur-iodin S-I adalah salah satu metode alternatif untuk memproduksi hidrogen. Ini adalah metode yang menarik untuk menghasilkan hidrogen tanpa menggunakan bahan bakar fosil sebagai bahan baku dan memproduksi emisi gas rumah kaca. Pada siklus termokimia S-I, bagian dekomposisi HI memiliki sistem dinamis yang kompleks karena suhu proses yang tinggi yang terlibat dan adanya molekul azeotrop homogen dalam fase Hix. Dalam penelitian ini, simulasi dinamika melalui strategi Model Predictive Control diimplementasikan untuk mengontrol proses siklus termokimia S-I. Kemudian, kinerja Model Predictive Control diperiksa dan dibandingkan dengan strategi Proportional Integral Derivative dalam hal set point tracking dan disturbance rejection. Berdasarkan hasil, strategi Model Predictive Control menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan strategi kontrol Proportional Integral Derivative.

ABSTRACT
Hydrogen is widely produced by advanced technologies such as steam reforming, partial oxidation and coal gasification method. However, these processes utilize fossil fuels as their feedstock, which can cause the depletion on fossil fuels globally. From this situation, the demand for creating alternative methods of producing hydrogen has been emphasized. The sulfur iodine S I thermochemical cycle is one of the alternative methods for producing hydrogen. It is an attractive method to produce hydrogen without using fossil fuels as the feedstock and producing emission of any greenhouse gas. In the S I thermochemical cycle, HI decomposition section has complex dynamic systems due to the high process temperature involved and the presence of a homogenous azeotrope in the HIx phase. In this research, the dynamic simulation through the design of Model Predictive Control strategy were implemented to control the process of S I thermochemical cycle. Then, the performance of the Model Predictive Control was examined and compared with the Proportional Integral Derivative control strategy in terms of set point tracking and disturbance rejections. Based on the results, Model Predictive Control strategy has presented better performance as compared to the Proportional Integral Derivative control strategy."
2016
S66737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadette Athalia Cleo Jokris
"Aditif pelumas merupakan komponen utama dari pelumas. Aditif memiliki sifat anti-aus dan tahan pada tekanan tinggi. Pembuatan aditif dilakukan dengan proses sulfurisasi minyak biji kapuk randu dengan gas H2S. Proses sulfurisasi dimodifikasi dengan tambahan metode sirkulasi H2S yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan H2S. Radiasi sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm juga digunakan untuk mempercepat proses sulfurisasi. Proses sulfurisasi dinyatakan berhasil karena ada ikatan C-S pada hasil spektrum FTIR di puncak 581,25 cm-1. Hal ini diperkuat dengan hasıl kandungan sulfur tertinggi yang didapatkan pada sampel minyak biji kapuk randu tersulfurisasi 20 jam sebesar 32.682 ppm dengan viskositas 72,17 cSt dan densities 0,92 g/cm2. Pengujian performa aditif dilakukan dengan uji four-ball untuk melihat performa ketahanan anti-aus pada aditif. Pengujian performa dilakukan dengan mencampurkan minyak mineral sebagai minyak dasar dan aditif. Hasil uji keausan terbaik terdapat pada formulasi minyak mineral dan 10% aditif tersulfurisasi selama 20 jam yang meningkatkan performa keausan hingga 98% dan memiliki rasio sulfur sebesar 3.268 ppm. Rasio sulfur ini sudah sebanding dengan rasio aditif ZDDP yang umum digunakan sebesar 3.393 ppm. Selanjutnya dilakukan pengujian korosifitas pada formulasi minyak mineral dan aditif tersulfurisasi selama 20 jam dan dihasilkan bahwa formulasi tersebut sangat rendah terhadap korosi dan aman digunakan pada mesin kendaraan

Lubricant additives are the main components of lubricants. These additives possess anti-wear properties and can withstand high pressure. The production of additives is carried out through the sulfurization process of kapok seed oil using H2S gas. The sulfurization process is modified with an additional H2S circulation method to enhance the efficiency of H2S usage. UV radiation with a wavelength of 254 nm is also used to accelerate the sulfurization process. The sulfurization process is deemed successful due to the presence of C-S bonds in the FTIR spectrum at the peak of 581.25 cm-1. This is further supported by the highest sulphur content found in the kapok seed oil sample sulfurized for 20 hours, which was 32,682 ppm with a viscosity of 72.17 cSt and a density of 0.92 g/cm2. Performance testing of the additive was also conducted using a four-ball test to evaluate the anti-wear performance of the additive. The performance test was carried out by mixing mineral oil as the base oil and the additive. The best wear test results were obtained from the formulation of mineral oil and 10% additive sulfurized for 20 hours, which improved wear performance by up to 98% and had a sulphur ratio of 3,268 ppm. This sulphur ratio is comparable to the commonly used ZDDP additive ratio of 3,393 ppm. Additionally, a corrosiveness test was conducted on the formulation of mineral oil and the additive sulfurized for 20 hours, and it was found that this formulation is very low in corrosion and safe for use in vehicle engines."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Octavia Purnomo
"ABSTRAK
Sel QD-CdS-SSC termodifikasi terdiri dari dua zona yaitu zona QD-CdS-SSC dan zona katalitik. Zona QD-CdS-SSC berfungsi sebagai penangkap sinar, sedangkan zona katalitik merupakan tempat terjadinya reaksi katalitik untuk produksi hidrogen. Zona QD-CdS-SSC terdiri dari semikonduktor TiO2 yang disensitasi dengan CdS, larutan elektrolit polisulfida dan counter elektroda platina yang dilapiskan pada permukaan gelas berpenghantar dan transparan yaitu FTO Flour Tin Oxide . Plat titanium digunakan sebagai template untuk TiO2 nanotubes. Pada zona katalitik, untuk kepentingan reduksi H menjadi H2, platina dideposisikan pada permukan titanium. Pengujian produksi hidrogen dilakukan dengan irradiasi sinar visible pada zona QD-CdS-SSC dan counter elektroda BiVO4. Intensias lampu visible yang digunakan adalah 110 mW/cm2 dan 90 mW/cm2. Counter elektroda dengan zona QD-CdS-SSC dihubungkan dengan kawat tembaga. Larutan yang digunakan pada zona katalisis adalah 12,5 metanol dalam air. BiVO4 yang digunakan sebagai counter elektroda dalam sistem QD-CdS-SSC mampu menghasilkan hidrogen pada intensitas 110 mW/cm2 dan 90 mW/cm2 masing-masing sebesar 320,734 mol dan 20,872 mol.

ABSTRACT
Modified QD CdS SSC has been successfully applied for hydrogen production. Modified QD CdS SSC cell consists of two zones there are QD CdS SSC and catalytic zone. QD CdS SSC zone serves to absorb light, while the catalytic zone is operate as the catalytic reaction site for hydrogen production. QD CdS SSC zone consists of TiO2 nanotubes sensitized by CdS immobilized on Ti plate, polysulfide electrolyte solution and platinum as counter electrode that is coated on the surface of FTO glass. Reduction of H to H2 occur on the platinum coated titanium at catalytic zone. Hydrogen production was performed by visible light irradiation on the QD CdS SSC zone and the counter electrode BiVO4 as well. The intensity of the visible light used was 110 mW cm2 and 90 mW cm2. Counter electrode and QD CdS SSC zone were connected by copper wire. The solution used in the catalytic zone in this study was 12.5 methanol in water. QD CdS SSC is able to produce hydrogen at an intensity of 110 mW cm2 and 90 mW cm2. Total hydrogen production at an intensity of 110 W cm2 and 90 mW cm2 were 320.734 mol and 20.872 mol respectively."
2017
T48293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Breslow, David S.
New York: Interscience, 1966
547.59 BRE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ariefatul Rachmawati
"ABSTRAK
Proses hidrodesulfurisasi menggunakan katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 2 variasi kandungan fosfor yaitu katalis NiMo/ γ-Al 2O3 dengan 0,5% fosfor dan katalis NiMo/ γ-Al 2 O 3 dengan 2% fosfor. Aktivitas katalis diuji dalam flow reactor pada suhu 285-330 o C dan LHSV 4-6 h -1 dengan lube base oil ditambah senyawa dibenzothiophene sebagai feed atau umpan. Katalis dikarakterisasi menggunakan XRD yang menunjukkan bahwa kristal yang terbentuk adalah γ-Al 2 O 3 . Karakterisasi menggunakan XRF menunjukkan perbedaan kandungan Ni dan Mo. Pada katalis dengan 2% fosfor kandungan Ni dan Mo lebih tinggi dibandingkan dengan 0,5% fosfor. Karakterisasi menggunakan metode BET menunjukkan adanya penurunan luas permukaan dengan kandungan fosfor yang lebih tinggi.
Uji kekuatan mekanik katalis, semakin tinggi kandungan fosfor pada katalis kekuatan mekaniknya menurun. Produk reaksi hidrodesulfurisasi dianalisa menggunakan GC-Sulfur Breakdown, GC-MS, dan GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Kinetika reaksi hidrodesulfurisasi merupakan pseudo orde 1. Energi aktivasi reaksi hidrodesulfurisasi pada katalis dengan 0,5% fosfor sebesar 16,66 kJ/mol dan katalis dengan 2% fosfor sebesar 38,550 kJ/mol.

ABSTRACT
Hydrodesulfurization process using a catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with two variations, namely phosphorus content of the catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 w ith 0.5% phosphorus and catalyst NiMo/ γ-Al 2 O 3 with 2% phosphorus. The catalyst activity was tested in a flow reactor at a temperature of 285-330 o C and LHSV of 4-6 h -1 with a lube base oil plus dibenzothiophene compound as a feed. The catalyst was characterized using XRD indicating that crystals formed are γ-Al 2 O 3 .
Characterization using XRF showed differences in the content of Ni and Mo. At 2% phosphorus catalyst with Ni and Mo content higher than 0.5% phosphorus. Characterization using the BET method showed a decrease in the surface area with higher phosphorus content. Test the mechanical strength of the catalyst, the higher the content of phosphorus in the catalyst mechanical strength decreases Hydrodesulfurization reaction products were analyzed using GC-Sulfur Breakdown, GC-MS and GC-SIMDIS (Simulated Distilation). Hydrodesulfurization reaction kinetics is a pseudo first order. The activation energy hydrodesulfurization reaction on the catalyst with 0.5% phosphorus amounted to 16,667 kJ/mol and a catalyst with 2% phosphorus by 38.550 kJ/mol.
"
2017
S69996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Permintaan sulfur dalam negeri semakin meningkat hingga 220 ribu ton pada 2014 atau setara dengan 72 juta US dollar. 70% sulfur yang ada saat ini merupakan by product dari minyak bumi. Seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dunia dan juga terbatasnya eksplorasi untuk penambangan sulfur menjadi pertimbangan untuk meningkatkan produksi sulfur dalam negeri. Proses pemurnian sulfur alam dengan sistem kontiniu dan tekanan tinggi yang telah ada, proses Frasch, membutuhkan modal dan biaya operasional yang besar. Proses Frasch membutuhkan air hingga 57 m3 untuk setiap ton sulfur yang dihasilkan dan juga biaya yang mahal. Pada penelitian sebelumnya dilakukan modifikasi proses produksi sulfur menggunakan autoclave dengan sistem batch untuk mereduksi biaya operasional dan dapat dilakukan pada skala kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proses ini dapat memurnikan batuan dengan kemurnian tinggi tetapi yield yang dihasilkan kurang optimum Pada penelitian ini dilakukan injeksi gas karbondioksida ke dalam sistem sebagai media transfer panas tambahan. Karbondioksida juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan difusifitas uap air untuk penetrasi ke dalam formasi batuan yang membantu untuk melelehkan sulfur sehingga meningkatkan yield sulfur yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi untuk proses pemurnian adalah pada suhu 140oC, tekanan injeksi karbondioksida sebesar 30 psi, rasio air dan batuan sebesar 10ml/g, serta lama waktu operasi 6 menit dengan yield dan kemurnian yang didapatkan masing-masing sebesar 86,8% dan 99,82%.

Demand of sulfur in Indonesia is increasing throughout the years reaching 220 thousand tones equivalent with 72 millio US Dollar in 2014. Nowadays, 70% of sulfur is coming from byproduct of petroleum industry. As long as the depletion of oil and gas resoources and the limited of exploration of sulfur mining as the consideration to enrich the production of sulfur in domestic.The existing sulfur purification process with continue system and high pressure, Frasch process, requires high capital and operational cost. Frasch process needs water up to 57 m3 in order to get one tone of sulfur. On the previous research, modified sulfur production process used autoclave in batch system to reduce the operational cost in order to use by small industry. The result is that process can purify sulfur with high purity but, the yield itself is not optimal. In this research, carbondioxyde is injected as an addition of heat transfer. In addition, carbon dioxide has an ability to enrich the diffusivity of steam to penetrate rock formations. The injection of carbon dioxide in this system can help in melting sulfur faster in order to increase the yield itself. Based on this research, the operation condition to purify sulfur is 140 oC of temperature, 30 psi of CO2 injection, 10 ml/g of ratio between water and native sulfur ore with 6 minutes of process. The result of yield and purity are 86,8% and 99,82%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Ahmad Zulkarnain
"Penggunaan gas hidrogen sebagai sumber energi pada sel bahan bakarmenjadikannya sebagai potensi sumber energi di masa depan Salah satu permasalahan yang cukup perlu diperhatikan pada pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi ini adalah media penyimpanannya Untuk dapat menyimpan hidrogen dalam jumlah besar diperlukan tekanan operasi yang sangat tinggi dan temperatur yang sangat rendah Penyimpanan hidrogen dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan fenomena adsorpsi gas hidrogen pada media berporos seperti Carbon Nanotube CNT Kapasitas adsorpsi hidrogen pada CNT ini juga dapat ditingkatkan dengan menyisipkan unsur doping pada CNT Salah satunya adalah dengan menyisipkan senyawa alkali metal seperti Lithium Simulasi dinamika molekuler proses adsorpsi hidrogen pada CNT dengan Lithium sebagai unsur doping ini memberikan perkiraan bahwa kapasitas adsorpsi hidrogendapat meningkat hingga 100 dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi hidrogen pada CNT tanpa doping Lithium pada tekanan 40 atm dan temperatur 293 K dari sebelumnya 1 wt menjadi 2 wt

The uses of hydrogen gas as energy resources in fuel cell let it to be future energy resources potential One of the problems which need to be concerned about the uses of hydrogen gas as energy resources is its storage medium To be able to store hydrogen gas in large amount very high operational pressure and very low operational temperature are required Hydrogen storage capacity can be improved by using adsorption phenomena of hydrogen gas on porous medium like Carbon Nanotube CNT Hydrogen adsorption capacity of CNT can be improved too by inserting alkaline metal such as Lithium into CNT Molecular dynamic simulation of hydrogen adsorption process on Lithium doped CNT predicts that its hydrogen adsorption capacity can be improved until 100 compared to its hydrogen adsorption capacity without Lithium at pressure of 40 atm and temperature of 293 K from 1 wt become 2 wt"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>