Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7829 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lady Nuzulul Barkah Farisco
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan bentuk dan tata letak bangunan, ornamentasi, dan feng shui yang diaplikasikan pada klenteng Dharma Rahayu Indramayu. Pada pembahasannya dapat dilihat apakah klenteng ini dibangun sesuai dengan aturan feng shui yang umumnya diterapkan dalam bangunan suci dan penerapan yang umumnya ada dalam suatu arsitektur Cina. Selain itu, dapat dilihat ragam ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu, apakah memiliki korelasi atau tidaknya terkait letaknya yang berada di wilayah pesisir Jawa. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk merekonstruksi salah satu hasil kebudayaan etnis Cina yang terdapat di Indramayu, berupa bangunan suci Klenteng. Hasil dari penelitian ini berupa klenteng Dharma Rahayu dibangun berdasarkan unsur feng shui dan aturan umum yang terdapat dalam bangunan Cina, khususnya bangunan suci. Ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu berkaitan erat dengan letaknya yang dekat dengan perairan, dilihat dari beberapa jenis ornamen yang terdapat dalam klenteng Dharma Rahayu. Klenteng Dharma Rahau dibangun oleh masyarakat Cina yang berasal dari wilayah Cina bagian selatan, terlihat dari bentuk bangunan klenteng yang umumnya terdapat di wilayah Cina bagian selatan.

ABSTRACT
This undergraduate thesis talked about how is the correlation between shape, layout, and ornamentation in Dharma Rahayu temple is applied. This study observed the correlation between feng shui and basic rule of chinese architecture which is applied in Dharma Rahayu temple. Moreover, it can be seen ornament type in Dharma Rahayu temple, which has correlation or not with location in north coast of Java. Purpose of this research is to reconstruction one of the Chinese culture in Indramayu in the past, which is sacred building. At the end of this research, the result from the analysis is Dharma Rahayu Temple built with feng shui and general rule of basic chinese architecture, especially for sacred building. The ornamentation in this temple closely related with the location that near from sea and also river, it can be seen from motif in Dharma Rahayu temple that is divided into several types of ornamentation. Dharma Rahayu temple build by people from south China, it can be seen from the shape, ornament, and also deity inside the temple that is generaly aplicate from south China temple."
2016
S66878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Sukartha
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
899.223 8 INY k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Sukartha
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995
899.223 8 INY k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ketut Gede Arsana
"Translation of a Javanese-Balinese didactic-moralistic poem"
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
808.8 IGU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999
899.21 AJI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar Bali ini berisi dua teks, yaitu: 1. Tutur Purwa Wacana (Dharma Pawayangan) h.1-11, berisi uraian tentang kewajiban atau syarat seorang dalang dalam menekuni dunia pewayangan (lihat FSUI/WY.5 dan 6). Keterangan tambahan yang terdapat dalam naskah ini, yakni menyangkut peralatan dalam pergelaran wayang seperti kelir, kropak, dan sebagainya, yang dihubungkan dengan dunia mikrokosmos (bhuwana alit) sang dalang. Disebutkan juga mantra-mantra pengeger agar pihak penonton tertarik hatinya, mantra-mantra penyimpanan wayang, brata seorang dalang, mantra sehabis ngwayang, dan tetulak lengkap dengan mantranya, agar terhindar dari marabahaya. Bandingkan FSUI/WY.5-6 dan MSB/W.17-18 untuk naskah lain yang berisi teks Dharma Pawayangan. 2. Dharmaning Pawayangan (Sanghyang Kencana Widhi) h.1-14, berisi uraian tentang perlengkapan/sarana pewayangan berikut lambangnya masing-masing, seperti: batang pohon pisang sebagai tanah, kelir sebagai langit, lampu sebagai surya; dan wayang sebagai manusia, disertai mantra-mantra. Dilanjutkan dengan mantra-mantra: pengeger, mantra kayon, mantra segeh, bebayon, panyampi dan lain-lain. Pada h.6b terdapat keterangan tentang hal-hal yang harus dipahami oleh seorang dalang, antara lain: sangut, delem, mredah, twalen, dilengkapi dengan tempat, warna dan sabdanya masing-masing. Disebutkan juga peranan Aji Kembang bagi dalang kaitannya dengan penyudamalan (pangruwatan), sarana dan mantra pangalup, diakhiri dengan Aji Pangebek Bhuwana. Pada sampul depan dijumpai kata pawayangan, Mengwi (tempelan kertas bertulisan tinta biru). Keterangan ini kemungkinan menunjukkan asal naskah, yaitu dari Mengwi, atau dibeli Pigeaud (?) di Mengwi, Bali. Teks tidak menyebutkan keterangan penulisan/penyalinan maupun pemerolehan naskah."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.4-LT 171
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar Bali ini berisi teks Dharma Pawayangan, menguraikan kewajiban- kewajiban seorang dalang atau yang berkecimpung dalam dunia pedalangan. Disebutkan bahwa seorang dalang hendaknya memahami perwatakan dari semua tokoh wayang, mampu memasukkan ke dalam jasmaninya (bhuwana alii) serta memerankannya lewat kata-kata dan gerak. Ada tiga kasuksman (ajaran) yang dipegang atau disembah seorang dalang, yakni menyembah sang Hyang Guru Reka yang ditempatkan di dalam pikiran, sang Hyang Saraswati (di lidah), dan sang Hyang Kawi Swara di dalam kata-kata (wakya), yang dilatarbelakangi segala tatwa atau tutur. Selain itu, seorang dalang hendaknya memahami aturan-aturan, sesajen serta mantra-mantra yang harus dilakukan sewaktu mengambil wayang, sekaligus memerankan, sampai memasukkannya ke dalam sebuah kropak. Pangeger (daya tarik) bagi seorang dalang mutlak diperlukan dalam dunia pewayangan, karena akan dapat memikat hati penonton dalam menyaksikan pergelaran wayang. Disebutkan juga tentang woton atau piodalan (ulang tahun) wayang yang bertepatan pada hari Sabtu Kliwon wuku Wayang, yang dinamakan Tumpek Wayang. Dilengkapi dengan sarana, tatacara pelaksanaannya dan mantra-mantra sehubungan dengan piodalan tersebut. Banyak lagi disebutkan kewajiban bagi seseorang yang mendalang. Pada h.7a disebutkan bahwa naskah ditulis oleh Ida Agung Gde Rai, asal Puri Anyar di Banjar Tingas, Desa Tingas, Prabekel MambalabakKecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung, pada hari Senin Pon Warigadyan tahun 1894 Saka (1972)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.5-LT 259a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar Bali ini memuat dua teks, yaitu: 1. Dharma Pawayangan (h.1-11), isinya tidak jauh berbeda dengan FSUI/WY.5 yang mengungkapkan segala kewajiban seorang dalang kaitannya dengan dunia pewayangan. Keterangan tambahan yang terdapat dalam naskah ini menyebutkan tatacara dalam membuka kropak wayang, penguripan wayang dan menyimpan wayang dalam kropak yang dilengkapi dengan mantra-mantra khusus. Disinggung pula tentang fungsi wayang yang berhubungan dengan upacara keagamaan yakni: panyudamalan, upacara pemelaspas wayang, dan penjaga diri seorang dalang (pasikepan dalang). 2. Pabresihan Dalang (h.lb-4a), berisi syarat-syarat penyucian diri seorang dalang sebelum mengambil dan memainkan wayang. Mulai dari kegiatan sikat gigi, cuci muka, mandi, pakai bunga, makan sirih, sampai pada langkah terakhir yaitu pergi untuk pentas wayang. Semua ini memakai mantra-mantra khusus. Pada mantra pergi ngwayang terselip suatu nilai filosofis lontar yang dilambangkan dengan sang Panca Pandawa, yaitu: Darma Tenaya sebagai sastranya; Bima sebagai tali pengikat (telating lontar); Arjuna sebagai daun lontar; Nakula Sadewa sebagai penakep lontar. Dilanjutkan dengan mantra-mantra lain sehubungan dengan persiapan dalang dalam ngwayang. Teks tidak mencantumkan keterangan penulisan/penyalinan naskah."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.6-LT 259b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Suharianto Permana
"Tulisan ini membahas mengenai penamaan dan sejarah penamaan masjid-masjid kuno di Jakarta dan relasi sejarah penamaan masjid pada masjid-masjid kuno di Jakarta dengan bangunan atau bentuk masjid tersebut dengan menggunakan dua puluh tiga masjid sebagai objek kajian. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore (2003, hlm. 156) yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu formulasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek penelitian diketahui delapan cara atau pengambilan nama pada masjid-masjid kuno di Jakarta, yaitu berdasarkan vegetasi, berdasarkan bersejarah, berdasarkan pemberian, berdasarkan wilayah, berdasarkan nama tempat atau unsur rupa bumi, berdasarkan nama- nama asing, berdasarkan arsitektur bangunan, dan berdasarkan akronim. Selain itu, diketahui pula bahwa dari dua puluh tiga masjid yang dijadikan objek kajian, hanya ada dua masjid yang memiliki relasi antara bentuk bangunan masjid dengan sejarah penamaannya, yaitu Masjid Langgar Tinggi dan Masjid Agung Sunda Kelapa.

This paper discusses the naming and history of the naming of ancient mosques in Jakarta and the historical relation of the naming of mosques to ancient mosques in Jakarta and the buildings or forms of these mosques by using twenty-three mosques as the object of study. The research method used is archaeological research according to Sharer and Ashmore (2003, p. 156) which consists of several stages, namely formulation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. This research resulted in the conclusion that of the twenty-three mosques that were used as research objects, there were eight ways or names of ancient mosques in Jakarta, namely based on vegetation, based on history, based on gift, based on area, based on place names or elements of the earth, based on foreign names, based on building architecture, and based on acronyms. In addition, it is also known that of the twenty-three mosques that were used as the object of study, there were only two mosques that had a relationship between the shape of the mosque building and the history of its name, namely the Langgar Tinggi Mosque and the Sunda Kelapa Grand Mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lintar Eka Pratama
"Penelitian ini membahas tentang konsep dharma yang terdapat dalam Serat Kalatidha karya Ranggawarsita yang telah disunting oleh Kamajaya dalam buku “Lima Karya Pujangga Ranggawarsita ”. Serat Kalatidha berisikan tentang kritik Ranggawarsita kepada kinerja pemerintahan serta keadaan masyarakat pada masa itu. Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha berpengaruh besar dalam menyampaikan nilai-nilai sosial kepada para pembaca. Nilai-nilai sosial tersebut masa memiliki relevansi terhadap kehidupan masa kini. Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep dharma yang terdapat di dalam Serat Kalatidha dan relevansinya terhadap kehidupan masa kini. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan bahwa konsep dharma yang terdapat di dalam Serat Kalatidha memiliki relevansi pada masa kini melalui kajian hermeneutika. Kajian hermeneutika menelusuri makna dari permukaan isi teks menuju makna terselubung di dalam teks. Hasil penelitian ini mengklasifikasikan konsep dharma dalam Serat Kalatidha ke dalam dua golongan, yaitu konsep dharma bagi pemimpin negara dan konsep dharma bagi warga negara. Kesimpulan penelitian ini adalah konsep dharma dalam Serat Kalatidha dapat dijadikan sebagai pedoman karena relevansinya dalam menjalani kehidupan masa kini untuk mencapai kehidupan bernegara yang harmonis.

This study discusses the concept of dharma contained in the Serat Kalatidha by Ranggawarsita which has been edited by Kamajaya in the book “Lima Karya Pujangga Ranggawarsita”.Serat Kalatidha contains Ranggawarsita’s criticism of the government’s performance and the state of society at that time. Ranggawarsita in Serat Kalatidha has a big influence in conveying social values to the readers. These social values have relevance to today’s life. The problem that can be formulated in this study is how the concept of dharma contained in the Serat Kalatidha and its relevance to today’s life. The purpose of this study is to prove that the concept of dharma contained in the Serat Kalatidha has relevance today through the hermeneutics studies. The study of hermeneutics through the meaning of the surface of the text to the hidden meaning in the text. The results of this study classify the concept of dharma in Serat Kalatidha into two groups, namely the concept of dharma for state leaders and the concept of dharma for citizens. The conclusion of this study is that the concept of dharma in the Serat Kalatidha can be used as a guide because of its relevance in living today’s life to achieve a harmonious state life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>