Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nidia, Author
"Defek tulang besar dapat diperbaiki dengan teknik rekayasa jaringan yang membutuhkan scaffold untuk proliferasi sel. Kitosan cangkang kepiting dapat dijadikan scaffold dan dikombinasikan dengan RGD untuk meningkatkan perlekatan sel. Tujuan: Menganalisis efek penambahan RGD pada scaffold membran kitosan cangkang kepiting terhadap tingkat proliferasi sel pulpa manusia. Metode: Sel pulpa manusia dikultur kemudian dipaparkan dengan scaffold membran kitosan cangkang kepiting dengan dan tanpa RGD, selanjutnya diuji menggunakan MTT-assay. Hasil: Peningkatan proliferasi sel pada kelompok perlakuan scaffold membran kitosan cangkang kepiting RGD dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan: Scaffold membran kitosan cangkang kepiting RGD terbukti mampu meningkatkan proliferasi sel pulpa manusia.

Introduction A large bone defect can be fixed by using bone tissue engineering which need scaffold for cell proliferation. Crab shells chitosan used as a scaffold and can be combined with RGD to increase cell adhesion. Aim To analyze the effect of RGD addition to crab shells chitosan scaffold membrane on human dental pulp cell proliferation. Methods Human dental pulp cells cultured and exposed by the crab shells chitosan scaffold membrane with or without the addition of RGD and was tested using MTT assay. Result The result showed that chitosan with RGD increase human dental pulp cell proliferation compared to control group. Conclusion Crab shells chitosan scaffold membrane with RGD is proven to increase the proliferation of human dental pulp cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Mariska Putri
"Teknik rekayasa jaringan kini dikembangkan untuk perawatan kerusakan tulang yang besar. Pada kasus one wall defect dibutuhkan scaffold dalam bentuk membran yang dikombinasikan dengan RGD untuk memfasilitasi regenerasi jaringan.
Tujuan: Mengetahui efek penambahan RGD kepada scaffoldmembran kitosan terhadap proliferasi sel pulpa manusia.
Metode: Scaffold membran kitosan kulit udang RGD dipaparkan kepada sel pulpa manusia hasil primary culture dan diuji menggunakan MTT-assay.
Hasil: Terdapat peningkatan proliferasi sel pulpa manusia yang bermakna pada kelompok scaffold membran kitosan kulit udang RGD dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kesimpulan:Scaffold membran kitosan kulit udang RGD mampu meningkatkan proliferasi sel pulpa manusia.

Background: Tissue engineering is now being developed to treat large bone defect. A membrane scaffold with addition of RGD is needed to treat one wall defect as it is capable to fasilitate tissue regeneration.
Objective: To analyze the effect of RGD addition to shrimp shells chitosan scaffold membrane on human dental pulp cell proliferation.
Methods: Human dental pulp cell was exposed by shrimp shells chitosan membrane scaffold with RGD addition and was tested using MTT assay.
Result: Proliferation of human dental pulp cell exposed by shrimp shells chitosan membrane scaffold RGD shows a significant increase compared to control.
Conclusion: Shrimp shells chitosan scaffold membrane RGD can increase human dental pulp cell proliferation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Kurnia Dewi
"BATAN telah membuat membran scaffold kitosan RGD cangkang kepiting SKRCK dan membran scaffold kitosan cangkang kepiting SKCK. Pembuatan SKRCK dan SKCK dalam bentuk membran bertujuan untuk mengatasi kasus one wall defect akibat periodontitis. Penambahan RGD bertujuan untuk meningkatkan perlekatan sel pada scaffold. Scaffold harus bersifat biocompatible tidak toksik.
Tujuan: Menganalisis toksisitas membran SKRCK terhadap sel pulpa gigi manusia. Metode:Sel pulpa gigi manusia dikultur selama 5 hari. Setelah itu kelompok perlakuan dipapar membran SKRCK dan membran SKCK kontrol. Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
Hasil Penelitian: Nilai rerata viabilitas sel pulpa gigi manusia pada kelompok SKRCK 1mg dan 2mg adalah 315,9 dan 298,9, sedangkan pada kelompok SKCK 1mg, dan 2mg adalah 514,7 dan 520,8.
Kesimpulan: SKRCK tidak toksik terhadap sel pulpa gigi manusia.Kata Kunci:kitosan cangkang kepiting, scaffold, RGD, toksisitas, sel pulpa gigi manusia

Introduction: BATAN has made crab shells chitosan RGD scaffold membrane SKRCK and crab shells chitosan scaffold membrane SKCK. SKRCK and SKCK made in the form of a membrane aims to solve the case of one wall defects due to periodontitis. The addition of RGD aims to enhance cell attachment to the scaffold. The scaffold should be biocompatible non toxic.
Objective: To analyze the toxicity of SKRCK membrane on human dental pulp cells. Methods The human dental pulp cells were cultured for 5 days. After that the treatment group was exposed to the SKRCK membrane and membrane SKCK control. Then incubated for 24 hours.
Results: The mean viability of human dental pulp cells in group 1mg and 2mg SKRCK was 315.9 and 298.9, whereas in the group SKCK 1mg and 2mg is 514.7 and 520.8.
Conclusion: SKRCK did not give toxic effects on human dental pulp cells.Keywords crab shells chitosan, scaffold, RGD, toxicity, human dental pulp cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diwiya Aryyaguna
"ABSTRAK
Scaffold membran kitosan dan kitosan-RGD cangkang kepiting diproduksi oleh BATAN, untuk rekayasa jaringan pada rongga mulut. Sifat arsitektural kedua scaffold belum diteliti. Tujuan: Meneliti sifat arsitektural scaffold membran kitosan dan kitosan-RGD cangkang kepiting. Metode: Jumlah, ukuran, jarak antar pori dan porusitas dengan uji SEM dan analisis ImageJ. Daya serap dengan Swelling test. Hasil: Scaffold kitosan dan kitosan-RGD memiliki 225 dan 237 buah pori, berukuran 176.4mm dan 178.3mm, porusitas sebesar 12.8 dan 12.9 , jarak antar pori sebesar 94.7mm dan 93.3mm, serta daya serap sebesar 10.5mgH2O/mgScaffold dan 19.2mgH2O/mgScaffold. Kesimpulan: Sifat arsitektural scaffold membran kitosan RGD cangkang kepiting cenderung lebih baik.

ABSTRAK
Introduction Crab Shell Chitosan and Chitosan RGD membrane Scaffolds have been made by BATAN, for tissue engineering in oral cavity. Architectural properties of both scaffolds have never been analyzed. Purpose To analyze the architectural properties of both scaffolds. Methods Pore amount, pore size, interpore distance and porosity using SEM test with ImageJ analysis. Water absorption using swelling test. Results Chitosan and Chitosan RGD scaffolds have 225 and 237 pores, 176.4mm and 178.3mm sized pore, porosity of 12.8 and 12.9 , interpore distance of 94.7mm and 93.3mm, with water absorption of 10.5mgH2O mgScaffold dan 19.2mgH2O mgScaffold. Conclusions Crab shell chitosan RGD membrane scaffold has better architectural properties. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qaiszara Puspadewi
"Latar Belakang: Terapi regeneratif jaringan periodontal pada kasus kerusakan tulang alveolar horizontal telah dilaporkan dapat meningkatkan perlekatan jaringan periodontal secara klinis. Tetapi, efek perawatan pada sintesis matriks ekstraseluler tulang belum diketahui. Osteopontin merupakan salah satu marker penanda tulang sehingga dapat digunakan dalam menganalisis keberhasilan regenerasi jaringan periodontal pascaterapi regeneratif.
Tujuan: Menganalisis ekspresi osteopontin pascaterapi regeneratif PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dan PDL cell sheet + chitosan scaffold terhadap regenerasi jaringan periodontal.
Metode dan Bahan: Sampel penelitian adalah sediaan mikroskopik jaringan periodontal M.nemestrina yang telah ditanam bahan regeneratif PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dan PDL cell sheet + chitosan scaffold selama empat minggu setelah perawatan. Sediaan diwarnai dengan metode imunohistokimia menggunakan antibodi osteopontin. Ekspresi osteopontin dianalisis area dan intensitas pewarnaannya dengan metode grid pada ImageJ, serta uji statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Median area pewarnaan positif pada PDL cell sheet + RGD-modified chitosan 74,81% (53,48%-81,06%) lebih besar dari PDL cell sheet + chitosan scaffold 63,99% (52,43%-80,31%), namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada kedua bahan tersebut (p >0,05). Median intensitas area pewarnaan positif lemah 43,05% (14,16%-61,52%), sedang 14,49% (6,70%-22,81%), dan kuat 17,82% (3,66%-20,20%) pada kelompok PDL cell sheet + RGD-modified chitosan lebih besar dibanding PDL cell sheet + chitosan scaffold, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Ekspresi osteopontin lebih tinggi pada kelompok PDL cell sheet + RGD-modified chitosan dibanding kelompok PDL cell sheet + chitosan scaffold, meskipun kedua bahan tersebut tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik.

Background: Periodontal regenerative therapy in bone horizontal defect cases has been reported to increase clinical periodontal tissue attachment. However, the outcome treatment on the synthesis of bone extracellular matrix is unknown. Osteopontin is one of the bone markers that can be used in analyzing the effectiveness regeneration after periodontal regenerative therapy.
Objectives: To analyse osteopontin expression after periodontal regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan and PDL cell sheet + chitosan scaffold.
Methods and Materials: Specimen was used from M.nemestrina periodontal tissue that had been planted for four weeks after regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan and PDL cell sheet + chitosan scaffold.
Results: Median value of positive staining area in PDL cell sheet + RGD-modified chitosan with 74.81% (53.48%-81.06%) is greater than in PDL cell sheet + chitosan scaffold with 63.99% (52.43%-80.31%), and the two groups statistically showed no significant differences. Median value of positive staining intensity in weak area 43.05% (14.16%-61.52%), moderate 14.49% (6.70%-22.81%), and strong 17.82% (3.66%-20.20%) in PDL cell sheet + RGD-modified chitosan is greater than PDL cell sheet + chitosan scaffold, but there were no significant differences between the two groups.
Conclusion: Regenerative therapy with PDL cell sheet + RGD-modified chitosan increased osteopontin expression higher than PDL cell sheet + chitosan scaffold, even though there were no significant differences between the two groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Laras Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas sel punca sum-sum tulang manusia setelah dipapar larutan ekstrak scaffold HA/alginat (30/70) atau scaffold HA/alginat/kitosan (30/50/20) selama 24, 48, atau 72 jam. Larutan ekstrak scaffold diuji dengan MTT. Hasil viabilitas sel pada pemaparan 24, 48, atau 72 jam scaffold HA/alginat secara berurutan 78,3±7,90%, 69,4±10,63%, 80,6±10,89%, sedangkan pada scaffold HA/alginat/kitosan secara berurutan 94,2±10,55%, 81,8±13,91%, 96,7±16,28%. Pada waktu pemaparan 24 jam, viabilitas sel antara scaffold HA/alginat dan scaffold HA/alginat/kitosan berbeda bermakna (p<0,05). Viabilitas sel scaffold HA/alginat/kitosan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan viabilitas sel scaffold HA/alginat pada waktu pemaparan 24 jam.

This study aims to determine the viability of human bone marrow stem cells after exposed to the extract solution of HA/alginate (30/70) or HA/alginate/chitosan (30/50/20) scaffolds. The cell viability was evaluated by MTT assay. The cell viability of HA/alginate scaffold on 24, 48, or 72 hour is 78.3±7.90%, 69.4±10.63%, and 80.6±10.89%, respectively, while the cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is 94.2±10.55%, 81.8±13.91%, and 96.7±16.28%, respectively. The cell viability obtained from the HA/alginate and HA/alginate/chitosan scaffold in 24 hour is significantly different (p<0.05). The cell viability of HA/alginate/chitosan scaffold is significantly higher than that of the HA/alginate scaffold in 24 hour."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Marsha Fadila
"Latar Belakang: Perawatan yang telah ada selama ini tidak memberikan hasil yang maksimal pada defek besar sehingga berkembang konsep rekayasa jaringan yang memiliki komponen scaffold, signaling molecule, dan sel. Scaffold yang digunakan adalah chitosan karena karakteristiknya yang biokompatibel dan biodgradable. RGD ditambahkan sebagai signaling molecule, yang berfungsi berperan untuk merangsang sel berdiferensiasi dan memproduksi matriks untuk perkembangan sel dalam membentuk jaringan.
Tujuan: Mengetahui ekspresi protein OPN sebagai indikator regenerasi jaringan periodontal setelah pemberian bahan regeneratif.
Metode dan Bahan: Model defek tulang horizontal pada tulang alveolar di sekitar gigi insisif lateral M.nemestrina yang dipaparkan bahan regeneratif chitosan atau RGD modified chitosan. 4 minggu setelah pemaparan bahan regeneratif jaringan dibiopsi dan diproses dengan metode IHK dengan antibodi OPN yang menandakan regenerasi jaringan periodontal, dianalisis melalui % area pewarnaan dan intensitas warna dengan metode grid pada aplikasi ImageJ.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok chitosan dengan median % area pewarnaan positif 21,81 yang lebih tinggi dibanding RGD modified chitosan dengan median % area pewarnaan positif 10,88.
Kesimpulan: Terapi regeneratif dengan pemberian chitosan atau RGD modified chitosan berpotensi meregenerasi jaringan periodontal. Penambahan RGD pada chitosan dievaluasi secara histologis tidak mempengaruhi ekspresi OPN.

Background: Treatment that has existed so far doesn’t provide maximum results in large defects, so develops concept of tissue engineering that have scaffold, signaling molecule, and cell as components. The scaffold material used is chitosan because of its charactheristics which have high viscocity, the ability to bind to water, biocompatible, and biodgradable. RGD is added as a signaling molecule, which act to stimulate cells to differentiate and produce matrices for cell development in forming tissue.
Objective: To know expression of OPN as periodontal tissue regeneration indicator after exposure with regenerative materials.
Methods and Materials: The horizontal bone defect model in the M.nemestrina’s alveolar bone around lateral insisive was exposed by chitosan or RGD modified chitosan and biopsied after 4 weeks. Slides were processed through IHC method with OPN as antibody. The expression of OPN signifies periodontal tissue regeneration, analized through % area of staining and color intensity with grid method on ImageJ.
Result: There was no significant difference stastically between chitosan with % positive staining area median 21.81 which was higher than RGD modified chitosan with % positive staining area median 10.88.
Conclusion: Regenertive theraphy with chitosan or RGD modified chitosan potentially regenerate the periodontal tissue. Addition of RGD to chitosan evaluate histologically didn’t affect the expression of OPN.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Nomida
"Latar Belakang: Kerusakan tulang alveolar horizontal merupakan defek tulang yang umum ditemukan dalam kasus periodontal, namun belum dapat direkontruksi secara optimal. Kemanfaatan Background: sebagai bahan regeneratif pada defek tersebut telah dilaporkan secara klinis dan radiografis, namun evaluasi secara histologis belum banyak dilakukan. Adanya ekspresi kolagen tipe I pada jaringan periodontal merupakan salah satu indikator keberhasilan terapi regeneratif.
Tujuan: Mengevaluasi efektivitas chitosan dan RGD-modified chitosan dalam meningkatkan ekspresi kolagen tipe I secara histologis pada terapi regeneratif dengan pola kerusakan tulang horizontal.
Metode dan Bahan: Sampel adalah sediaan biologis tersimpan berupa jaringan periodontal regio gigi insisivus lateral Macaca nemestrina setelah 4 minggu terapi regeneratif dengan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold. Ekspresi kolagen tipe I dievaluasi dengan imunohistokimia menggunakan antibodi primer COL1A1. Perbedaan area pewarnaan positif dan intensitas warna kolagen tipe I dianalisis dengan metode grid pada ImageJ serta uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua, yaitu kelompok chitosan dan kelompok RGD-modified chitosan.
Hasil: Median area pewarnaan positif chitosan 61,53(46,64-77,67), lebih besar dari RGD-modified chitosan 25,69(17,94-35,20) namun tidak berbeda bermakna secara statistik(p>0,05). Median intensitas pewarnaan lemah 35,40(26,23-50,34), sedang 24,48(3,25-34,95) dan kuat 3,16(0,34-11,65) area pewarnaan positif kelompok chitosan lebih besar dari kelompok RGD-modified chitosan, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Simpulan: Terapi chitosan scaffold dan RGD-modified chitosan berpotensi meregenerasi jaringan periodontal dengan pola kerusakan tulang horizontal. Penambahan RGD pada scaffold tidak memiliki pengaruh terhadap ekspresi kolagen tipe I.

Horizontal alveolar bone damage is a common bone defect found in periodontal cases, but cannot be reconstructed optimally. The usefulness of the use of chitosan and RGD-modified chitosan scaffold as a regenerative material in the defect has been reported clinically and radiographically, but histological evaluation has not been done much. The presence of type I collagen expression in periodontal tissue is one indicator of the success of regenerative therapy.
Objective: To evaluate the effectiveness of chitosan and RGD-modified chitosan in histologically increasing type I collagen expression in regenerative therapy with horizontal bone damage patterns.
Methods and Materials: Samples were stored biologically in the form of periodontal tissue of the lateral incisor Macaca nemestrina after 4 weeks of regenerative therapy with chitosan and RGD-modified chitosan scaffold. Type I collagen expression was evaluated by immunohistochemistry using primary antibody COL1A1. Differences in positive staining areas and color intensity of type I collagen were analyzed by the grid method on ImageJ and statistical tests using the Mann-Whitney test. The research group was divided into two, namely the chitosan group and the RGD-modified chitosan group.
Results: The median chitosan positive staining area was 61.53 (46.64-77.67), greater than the RGD-modified chitosan 25.69 (17.94-35.20) but did not differ statistically (p> 0, 05). Median intensity of staining is weak 35.40 (26.23-50.34), moderate 24.48 (3.25-34.95) and strong 3.16 (0.34-11.65) positive staining area for chitosan groups is more were large in the RGD-modified chitosan group, but were not statistically significant.
Conclusion: Chitosan scaffold therapy and RGD-modified chitosan have the potential to regenerate periodontal tissue with a pattern of horizontal bone damage. The addition of RGD to scaffold has no effect on the expression of type I collagen.penggunaan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Aisha Primandari
"Rajungan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan total ekspor mencapai 40.000 per tahun. Satu ekor rajungan dapat menghasilkan limbah yang terdiri dari 57% cangkang, 3% daging reject, dan 20% air rebusan. Hal ini menunjukkan limbah cangkang rajungan sejumlah 23.000 ton per tahun yang menimbulkan masalah lingkungan. Limbah tersebut mengandung kitin yang dapat dikonversi menjadi kitosan melalui reaksi deasetilasi. Kitosan mengandung gugus fungsi amina (-NH2) dan hidroksil (-OH) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi tinggi. Kitosan sebagai adsorben memiliki kelemahan pada sifat mekanis, stabilitas terhadap asam, stabilitas termal yang kurang baik, dan rendahnya porositas. Penambahan carbon nanotubes (CNT) pada polimer dapat memperbaiki kekuatan termal dan mekanik, serta meningkatkan konduktivitas termal dan elektrik. Penelitian ini melakukan pemanfaatan limbah cangkang rajungan yang mengandung kitin untuk dikonversi menjadi kitosan melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Lalu, melakukan fungsionalisasi kovalen pada MWCNT dengan campuran HNO3 dan H2SO4 (3:1, v/v), dan membentuk adsorben komposit Kitosan-MWCNT dalam larutan 1% CH3COOH. Proses adsorpsi ion tembaga (II) dilakukan dari larutan sintetis CuSO4 dengan penentuan kondisi optimum meliputi pH larutan sintetis CuSO4 dan waktu kontak. Derajat deasetilasi kitosan hasil penelitian adalah 71,25% yang dihitung dari hasil karakterisasi FTIR. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada morfologi permukaan adsorben kitosan-MWCNT sebelum dan setelah proses adsorpsi. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan waktu kontak optimal adalah 120 menit dan pH larutan CuSO4 sintetis optimal adalah 4,5 untuk proses adsorpsi ion tembaga (II) dengan menggunakan adsorben kitosan-MWCNT. Isoterm adsorpsi dari penelitian ini adalah isoterm adsorpsi Langmuir.

Crab is one of Indonesia's leading export commodities with a total export of 40.000 tons per year. Crab market produces waste consisting of 57% shell, 3% reject meat, and 20% boiled water. In a year, the total waste of crab is 23.000 tons which causes environmental problems. The crab shell waste contains chitin which can be converted into chitosan through deacetylation reaction. The presence of the amine and hydroxyl groups on the chitosan chain can act as chelation sites for metal ions and thus increasing its suitability as an adsorbent. Chitosan as an adsorbent has poor mechanical properties, low resistance to acid, thermal resistance, and low porosity. The addition of CNTs in polymer/biopolymer matrix improves its mechanical and thermal strength, high electrical and thermal conductivity. This research utilizes crab shell waste which contains chitin converted into chitosan through demineralization, deproteination, and deacetylation. Then, MWCNT is functionalized with a mixture of HNO3 and H2SO4 (3:1, v/v), and generates the Chitosan-MWCNT adsorbent composite in 1% CH3COOH solution. The copper (II) ion adsorption process was carried out from CuSO4 solution with optimum conditions including pH of synthetic CuSO4 solution and contact time. The deacetylation degree of chitosan was 71.25% which was calculated through FTIR characterization. The results of SEM characterization showed that there was no significant difference in the surface morphology of the chitosan-MWCNT adsorbent before and after the adsorption process. The result of AAS characterization showed that the optimal contact time was 120 minutes and the optimal pH of synthetic CuSO4 solution was 4.5 for the Cu (II) metal ion adsorption process using chitosan-MWCNT adsorbent. The adsorption isotherm of this study is the Langmuir adsorption isotherm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adli Pratama
"ABSTRAK
Karena tingginya jumlah kasus patah tulang di Indonesia, pengembangan perancah tulang adalah salah satu solusi untuk memperbaiki struktur tulang yang rusak. Dalam pembuatan scaffold tulang, ada beberapa parameter yang harus dipenuhi seperti morfologi, ukuran pori, sifat mekanik, sifat biokompatibilitas, dan sifat antibakteri. Salah satu agen antibakteri yang dapat digunakan untuk perancah tulang adalah perak nitrat (AgNO3). Dalam penelitian ini, AgNO3 dengan berbagai konsentrasi (0,005, 0,01, 0,02, dan 0,1 M) ditambahkan dalam scaffold tulang HA-kitosan yang disintesis melalui proses pengeringan beku. Sintesis ini menghasilkan perancah tulang dalam bentuk struktur berpori yang saling berhubungan. Pengujian yang dilakukan adalah Fourier transform infra red (FTIR), pemindaian mikroskop elektron (SEM), x-ray dispersif energi (EDX), dan uji antibakteri. Pengujian SEM-EDX menunjukkan morfologi berpori dengan ukuran rata-rata 68,32 μm dalam perancah tulang tanpa AgNO3 dan 16,66 μm dalam perancah tulang dengan penambahan AgNO3. Pengujian antibakteri menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi perak nitrat yang digunakan, semakin besar diameter zona hambat yang dihasilkan.

ABSTRACT
Due to the high number of fracture cases in Indonesia, the development of bone scaffolding is one solution to repair damaged bone structure. In making bone scaffolding, there are several parameters that must be met such as morphology, pore size, mechanical properties, biocompatibility, and antibacterial properties. One of the antibacterial agents that can be used for bone scaffolding is silver nitrate (AgNO3). In this study, AgNO3 with various concentrations (0.005, 0.01, 0.02 and 0.1 M) was added to the HA-chitosan scaffold bone synthesized through the freeze-drying process. This synthesis produces bone scaffolding in the form of interconnected porous structures. Tests carried out are Fourier transform infra red (FTIR), scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive x-ray (EDX), and antibacterial test. SEM-EDX testing showed porous morphology with an average size of 68.32 μm in bone scaffolding without AgNO3 and 16.66 μm in bone scaffolding with the addition of AgNO3. Antibacterial testing showed that the greater the concentration of silver nitrate used, the greater the diameter of the inhibitory zone produced."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>