Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hary Utomo Muhammad
"ABSTRAK
Membran fosfolipid sel endotelial arteri koroner sangat rentan untuk mengalami oksidasi oleh radikal bebas, karena mengandung rantai asam lemak berikatan rangkap berganda. Demikian pula lipoprotein plasma terutama fraksi LDL, bahkan hasil modifikasi oksidatifnya akhir-akhir ini diyakini berperanan dalam pembentukan sel busa serta plak aterosklerotik.
Meskipun belum dapat dibuktikan bahwa peroksida lipid, hasil modifikasi oksidatif tersebut, merupakan penyebab primer penyakit jantung koroner (PJK), tetapi kadarnya dilaporkan meninggi dalam plasma darah penderita, selaras dengan peningkatannya dalam jaringan vaskuler yang mengalami aterosklerosis.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingginya kadar peroksida lipid dalam plasma dapat mencerminkan beratnya penyakit jantung koroner.
Penelitian bersifat deskriptif terhadap 98 kasus yang memenuhi kriteria dan terdaftar di RSJHK selama periode 30 September 1989 sampai dengan 31 Januari 1990, terdiri atas 47 kasus angina pektoris, 22 kasus infark miokard akut, dan 29 kelola. Delapan puluh tiga orang laki-laki dan 15 orang wanita. Delapan puluh lima orang menjalani pemeriksaan angiofrafi koroner, 68 orang diperiksa profil lipidnya, tetapi hanya 56 orang yang mempunyai data angiografi dan profil lipidnya, tetapi hanya 56 orang yang mempunyai data angiografi dan profil lipid lengkap. Sedangkan peroksida lipid diperiksa pada seluruh kasus.
Diperoleh data kadar peroksida lipid yang berbeda bermakna antara kelompok kelola, dengan kelompok angina maupun dengan kelompok infark miokard akut, masing-masing dengan p < 0,001. Antara kedua kelompok yang disebut terakhir tidak ada perbedaan bermakna, demikian pula antara laki-laki dan wanita. Serta tidak ada korelasi dengan umur, kadar kolesterol total, trigliserida, LDL-kolesterol, ataupun HDL-kolesterol.
Dengan uji univariat Mann-Whitney dan uji multivariat secara analisis diskriminan dapat dibuktikan bahwa peroksida lipid merupakan prediktor independen bagi PJK. Sensitifitas 55,07% dan spesifisitas 75,86% bila digunakan secara tunggal. Sensitifitas menjadi 95,45% dan spesifisitas menjadi 75,0% bila digabungkan dengan faktor umur dan jenis kelamin.
Secara statistik kadar peroksida lipid dapat menjadi diskriminator antara PJK dengan skor koroner tinggi dan PJK dengan skor koroner rendah. (p=0,00322)
Sebagai kesimpulan, peroksida lipid kadarnya meningkat pada kasus PJK, dan dapat menjadi salah satu prediktor beratnya aterosklerosis.
Penelitian lebih lanjut pada populasi yang lebih besar, perlu dilakukan untuk memperoleh validitas data lebih baik dan jika mungkin sekaligus menilai manfaat antioksidan dalam pengobatan serta pencegahan lesi koroner dini.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
616.123 DAD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Rustan
"ABSTRAK
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara kadar kromium serum dengan kadar insulin, gula darah, HbAlc, profit lipid dan tingkat oklusi koroner pada penderita baru penyakit jantung koroner.
Tempat : Bagian Cath-Lab RS Jantung Harapan Kita.
Bahan dan Cara:
Penelitian dilakukan pada laki-laki di atas usia 35 tahun yang memenuhi kriteria dikumpulkan data mengenai sosio-ekonomi, keadaan kesehatan, gaya-hidup, aktivitas, IMT, asupan makanan, proporsi zat dan pemeriksaan tekanan darah, kadar kromium serum, insulin, gula darah, HbAlc, profil lipid dan tingkat oklusi koroner.
Karakteristik subyek disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik chi kuadrat, t, Mann Whitney, dan uji korelasi Spearman.
Hasil:
Dari 65 subyek penelitian yang diteliti, umur rata-rata 51.17 + 7.44 tahun, terbanyak (60 %) antara 40 - 55 tahun, 73.9% golongan ekonomi menengah atas, prevalensi DM 13.8%, Hipertensi 16.9%, Merokok 69.2%, olahraga 28%, Obese dan gemuk 52.3%, aktivitas ringan 100%. Asupan nutrisi secara kualitatif sesuai dengan anjuran diit Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, secara kuantitatif subyek dengan tingkat oklusi > 50%, mempunyai asupan protein hewani dan kolesterol yang lebih besar secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan subyek dengan tingkat oklusi < 50%, dan telah jauh di atas AKG. Nilai rata-rata kromium serum 8.08 ug/L. Nilai ini 431 lebih rendah dari nilai normal. Nilai insulin, gula darah puasa dan trigliserida masih berada dalam batas normal. Nilai HbAlc, LDL, HDL dan Total kolesterol berada dalam batas yang diwaspadai. Berdasarkan Triad Lipid 98.5% menderita Dislipidemia.
Berdasarkan tingkat oklusi koroner, didapatkan 44 orang subyek dengan tingkat oklusi >50%, dan 21 orang dengan tingkat oklusi <50% . Subyek dengan tingkat oklusi >50% mempunyai kadar LDL dan total kolesterol yang lebih besar secara bermakna. Kadar kroaium, insulin, gula puasa, HbAlc, trigliserida dan HDL kolesterol tidak berbeda secara bermakna. Pada tingkat oklusi koroner <50%, tidak ada korelasi yang bermakna antara kromium serum dengan faktor-faktor resiko. Pada tingkat oklusi koroner >50% ada korelasi yang bermakna kromium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol.
Kesimpulan:
Tidak ada hubungan antara kromium serum dengan kadar gula puasa, profil lipid dan tingkat oklusi koroner. Pada tingkat oklusi > 50% ada korelasi yang bermakna antara kroaium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Prakoso
"Latar Belakang: Gangguan fungsi saraf otonom memberikan kontribusi yang bermakna terhadap terjadinya aritmia ventikular dan kejadian mati mendadak pada penderita peyakit jantung koroner (PJK). Namun usaha untuk meneliti hal tersebut masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hubungan sensitivitas barorefleks dengan parameter turbulensi lajujantung pada penderita PJK.
Metoda: Penderita PJK yang sedang menjalani tindakan kateterisasi di ruang kateterisasi PJNHK dengan hasil stenosis koroner 2: 50%, diberikan induksi ventricle extra systole (VES) melalui temporary pacemaker (TPM) yang dihubungkan dengan Programmable Stimulator Medtronic sebanyak 3 kali dan dihitung onset turbulensi dan kemiringan turbulensinya. Kemudian diberikan nitrogliserin 300 mikrogram intra aorta melalui kateter, yang selanjutnya dihitung sensitivitas barorefleksnya.
Hasil: Karakteristik subjek yaitu terdiri atas 22 orang laki-Iaki (84,6%) dan 4 orang wanita (15,4%), usia berkisar 56.81±9.04 tahun. Sebagian besar subjek memiliki faktor risiko dislipidemia (57,7%) kemudian diikuti faktor risiko lainnya seperti merokok (46,2%), hipertensi (42,3%), dan hanya 3 subjek (11,5%) yang memiliki faktor risiko diabetes melitus. Jumlah subjek penelitian yang pemah mengalami infark miokard sebanyak 11 orang (42,5%) hampir setara dengan jumlah subjek yang belum pemah mengalami infark miokard. Dari semua subjek penelitian, obat-obatan yang dipakai paling banyak antara lain clopidogrel sebanyak 25 orang (96,2%), aspirin sebanyak 22 orang (84,6%), sedangkan penyekat beta dan nitrat juga banyak dipakai (14 orang, 53 ,8% dan 15 orang, 57,7%). Tidak terdapat hubungan antara nilai onset turbulensi dan sensitivitas barorefleks (koefisien korelasi r=0,15 dan p=O,456). Korelasi antara kemiringan turbulensi dan sensitivitas barorefleks menunjukkan koefisien korelasi yang tidak bermakna (r=0,361, p=0,07), namun masih terdapat kecenderungan hubungan nilai KT dan sensitivitas barorefleks.
Simpulan: Pada pasien PJK terdapat nilai sensitivitas barorefleks menunjukkan kecenderungan sebanding dengan kemiringan turbulensi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noormanto
"Tujuan Mengetahui profil lemak, faktor risiko PJK lain serta ketebalan tunika intimamedia karotis pada remaja dengan atau tanpa riwayat orangtua menderita PJK dini. Tempat penelitian: Poliklinik rawat jalan Anak Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Subyek penelitian Anak dengan riwayat orangtua menderita PJK dini.
Metode dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, gula darah puasa dan ketebalan tunika intima-media karotis. Analisis data yang digunakan untuk membandingkan faktor risiko antara anak dengan atau tanpa riwayat orangtua PJK dini adalah x2, tes t tidak berpasangan dan regresi logistik. Untuk mengetahui perbedaan ketebalan tunika intima-media karotis pada remaja dengan atau tanpa riwayat orangtua mendeirita PJK dini dilakukan analisis tes t tidak berpasangan. Sedangkan untuk mencari hubungan ketebalan tunika intima-media karotis dengan profil lemak dan faktor risiko PJK lain dilakukan uji korelasi Pearson.
Hasil Sebanyak 24 anak dengan riwayat orangtua menderita PJK dini, terdiri 66,7% laki-laki dan 33,3% perempuan. Pada analisis bivariat diperoleh perbedaan yang bermaia7a pads indeks masa tubuh, tekanan darah diastolik dan ketebalan tunika intima media arteri karotis antara anak dengan atau tanpa riwayat orangtua menderita PJK dini (p= 0,035, p=0,029 dan p=0,004), tetapi dari analisis multivariat indeks masa tubuh dan tekanan darah diastolik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,083 dan p=0,094). Sedangkan umur, jenis kelamin, status merokok, perokok pasif, aktivitas anak, tekanan darah sistolik, kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL, kadar trigliserida, kadar gula darah puasa tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dari analisis bivariat maupun multivariat. Ketebalan tunika intima-media karotis pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungannya dengan faktor risiko PJK seperti kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, kadar kolesterol HDL, kadar trigliserida, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, indeks masa tubuh dan umur.
Kesimpulan (1) Remaja dengan riwayat orangtua menderita PJK dini mempunyai kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserid, tekanan darah sistolik dan diastolik serta indeks rasa tubuh rata-rata lebih tinggi tetapi secara statistik tidak bermakna disbanding kontrol; (2) Tunika intima-media karotis pada remaja dengan riwayat orangtua menderita PJK dini lebih tebal secara bermakna dibanding kontrol; (3) Ketebalan tunika intima-media karoti; tidak ada hubungannya dengan faktor risiko PJK."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Yudomustopo
"Masalah hipertensi pada kehamilan, masih banyak yang belum diungkapkan oleh para peneliti. Radikal bebas diperkirakan menjadi salah satu faktor yang penting sebagai penyebab hipertensi. Radikal bebas dapat menyebabkan meningkatnya reactive oxygen species (ROS) dan stres oksidatif. Stres oksidatif menimbulkan kerusakan membran sel. Kerusakan membran sel akan menyebabkan jejas sel. Diet makanan tinggi garam (DMTG) dapat menyebabkan stres oksidatif pada jantung. Karena secara etis tidak memungkinkan meneliti pengaruh DMTG pada ibu hamil secara in vivo, maka digunakan model tikus penelitian (MTP) Sprague Dawiey Rat (SDR) yang bunting. Permasalahannya adalah: Apakah diet makanan tinggi garam dapat menyebabkan hipertensi pada MTP yang bunting? Apakah DMTG dapat menyebabkan kelainan jaringan jantung?, dan apakah DMTG dapat menurunkan antioksidan pada model tikus penelitian? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menliti pengaruh DMTG pada jantung MTP SDR yang bunting. Juga diteliti pengaruh DMTP terhadap nilai peroksida lipid dan glutation peroksidase dan gambaran kelainan struktur dan ultrastruktur sel otot jantung. Metodologi Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan - IPB. Waktu penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2004. Penelitian ini menggunakan 40 ekor model tikus Sprague Dawley bunting. Empat puluh ekor model tikus yang sudah dikawinkan dan diasumsikan sudah bunting semua dipilih secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Rada kelompok kontrol diberikan diet makanan dengan kadar garam, 0,3% NaCl- Sedangkan pada kelompolg perlakuan diberikan diet makanan tinggi garam dengan kadar garam, NaCl 6%. Selama masa bunting antara 21-23 hari, masing-masing kelompok diperiksa berat badan, tensi, dan denyut jantungnya seminggu dua kali. Menjelang waktu melahirkan sekitar hari ke dua puluh, dikerjakan eutanasia dan kemudian dilanjutkan dengan Iaparatomi dan thorakotomi dengan memenuhi standar prosedur ACUC dan PSSP-LPPM - IPB. Pada waktu itu didapatkan 12 ekor model tikus penelitian tidak bunting. Sedangkan sisanya 28 MTP bunting, ternyata ada 11 ekor yang melahirkan preterm. Kerusakan jaringan jantung karena peroksida lipid diperiksa dengan cara mengukur nilai maiondiaidehyde (MDA) dan antioksidan glutation peroksidase (GPx)_ Hasil penelitian Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh DMTG terhadap kerusakan membran sel karena peroksida lipid. Hal ini dibuktikan dengan nilai MDA Iebih tinggi pada kelompok perlakuan preterm dibandingkan dengan kelompok perlakuan a'term, perbedaan ini bermakna (p<0,05). Nilai GPx didapatkan Iebih rendah pada kelompok perlakuan preterm dibandingkan dengan kelompok perlakuan a'term, perbedaan ini sangat bermakna. (p<0.0?l). Kerusakan membran sei ini berdampak Iuas pada berbagai kelainan patologis. Berbagai kelainan patologis tersebut adalah DMTG menyebabkan hipertensi, selain itu DMTG menyebabkan kelahiran preterm, kenaikan sel Ieukosit (WBC) dan hematokrit. DMTG juga menyebabkan kerusakan struktur dan ultrastruktur sel jantung, endotel arteri dan mitokondria, tetapi DMTG tidak menyebabkan perubahan berat badan, perubahan hemoglobin dan komponen darah yang lain. Pada kelompok perlakuan terdapat hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun yang diastolik, jika dibandingkan dengan kelompok kontrol perbedaan ini bermakna. Pada kelompok perlakuan terdapat persalinan preterm 68% Iebih besar dari pada persalinan preterm pada kelompok kontrol yaitu 33%, dan perbedaan ini secara proporsional bermakna. Terdapat perubahan struktural morfologik histologi pada arteri dan sel atot jantung. Pada endotel arteri didapatkan aterosklerosis derajat satu, tampak tunika elastika yang putus dan tidak utuh. Pada gambaran histologi sel-sel otot jantung kelompok perlakuan, didapatkan batas antara sel-sel tidak jelas dan miofibril yang tidak teratur. Perubahan pada arteri dan otot jantung tersebut disertai dengan perubahan ultrastruktural di mitokondria. Mitokondria pada MTP perlakuan membengkak dengan krista yang tidak tesusun dengan rapi dan jarak antara krista-krista melebar. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa DMTG menaikkan jumlah peroksida lipid, dan dapat menurunkan GPx. DMTG juga menyebabkan hipertensi pada kelompok perlakuan. Selanjutnya penelitian ini juga membuktikan bahwa DMTG menyebabkan kenaikan kelahiran preterm, kelainan struktur sel otot jantung, kelainan endotel arteri dan kelainan mitokondria. Selain itu DMTG menyebabkan jumlah WBC yang tinggi, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gejala sepsis yang disebut sebagai systemic inflammatory response syndrome {SIRS}.
Many scientists until now agree that pregnancy induced hypertension problems is still insufficiently discovered. It is thought that free radical is one of the important factor that causes hypertension. Free radical creates reactive oxygen species (ROS) and oxidative stress. Oxidative stress damages cell membrane, and it induces cell injury and diseases. High salt diet creates oxidative stress on the heart tissue. Due to the ethic problem in-vivo research towards pregnant women, the research uses rat as a model, namely Sprague Dawley Rat (SDR). The problems are does the high salt diet induce hypertension, does the high salt diet induce heart cell injury and does the high salt diet induce the antioxidant value decreasing? The aim of the research The aim of the research is to investigate the effect of high salt diet towards pregnant SDR, especially on the value of lipid peroxide, glutathione peroxide (GPx), and the heart cell injury. Methodology The research was performed in Bogor Agricultural University and in Animal Hospital - Bogor Agricultural University, in Juty 2004 up to August 2004. The rat animal models were 40 SDR. The pregnant models were divided randomly into two groups, namely the control and the treated. models. The control was fed by normal salt diet of 0,3 % NaCl, and the treated model was fed by the high salt diet of 6% NaCl. During the time of pregnancy around 21 days up to 23 days, all of the models were measured twice a week of the body weight, the blood pressure, and the heart beat. There were 28 SDR eligible for the study. Before the estimate date of delivery, all of the models performed euthanasia by laparatomy and thoracotomy. The procedure of the animal treatment was legalized by ACUC and PSSP-LPPM, Bogor Institute of Agriculture. During the euthanasia it was found that 12 models were not pregnant and there were 19 preterm models delivered. The examination of this heart tissue injury was performed histologically, ultrastructurely, and the level of lipid peroxide measured by malondialdehyde (MDA) and the GPx value. The research result The result of the research revealed that the high salt diet caused the lipid peroxide value increased, and it injured the cell membranes. The MDA value of the preterm treated group was significantly higher (p < 0,05) than those of the a'term treated group. The GPx value of the preterm treated group was significantly lower (p < 0,U1) than those of the a?term treated group. The high salt diet also induced hypertension, preterm labor by 68%, leoukocytosis, endothelium injury, the heart cell injury, and damage of mitochondria. There were no influences of the high salt diet towards the body weight, hemoglobin and the blood cell component. The blood pressure of the treated group was significantly higher (p < 0,05) than those of the control group. Moreover, in the treated group there were changing of the smooth muscle cell structure, the arterial endothelium, and the ultra structure mitochondria. Conclusion The research proved that the high salt diet increased the value of lipid peroxide and decreased the GPx value. This state is called the oxidative stress. The high salt diet induces hypertension, preterm labor, Ieukocytosis, heart cell injury and abnormality of mitochondria. The condition of leukocytosis can induce septic symptom which is called Systemic inflammatory response syndrome (SIRS)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D716
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Yudomustopo
"ABSTRAK
Latar Belakang
Masalah hipertensi pada kehamilan, masih banyak yang belum
diungkapkan oleh para peneliti. Radikal bebas diperkirakan menjadi salah
satu faktor yang penting sebagai penyebab hipertensi. Radikal bebas
dapat menyebabkan meningkatnya reactive oxygen species (ROS) dan
stres oksidatif. Stres oksidatif menimbulkan kerusakan membran sel.
Kerusakan membran sel akan menyebabkan jejas sel. Diet makanan
tinggi garam (DMTG) dapat menyebabkan stres oksidatif pada jantung.
Karena secara etis tidak memungkinkan meneliti pengaruh DMTG pada
ibu hamil secara in vivo, maka digunakan model tikus penelitian (MTP)
Sprague Dawiey Rat (SDR) yang bunting. Permasalahannya adalah:
Apakah diet makanan tinggi garam dapat menyebabkan hipertensi pada
MTP yang bunting? Apakah DMTG dapat menyebabkan kelainan jaringan
jantung?, dan apakah DMTG dapat menurunkan antioksidan pada model
tikus penelitian?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menliti pengaruh DMTG pada jantung
MTP SDR yang bunting. Juga diteliti pengaruh DMTP terhadap nilai
peroksida lipid dan glutation peroksidase dan gambaran kelainan struktur
dan ultrastruktur sel otot jantung.
Metodologi
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Hewan - Institut
Pertanian Bogor (FKH-IPB) dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan - IPB.
Waktu penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus
2004. Penelitian ini menggunakan 40 ekor model tikus Sprague Dawley
bunting. Empat puluh ekor model tikus yang sudah dikawinkan dan
diasumsikan sudah bunting semua dipilih secara acak menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Rada
kelompok kontrol diberikan diet makanan dengan kadar garam, 0,3%
NaCl- Sedangkan pada kelompolg perlakuan diberikan diet makanan tinggi
garam dengan kadar garam, NaCl 6%. Selama masa bunting antara 21-23
hari, masing-masing kelompok diperiksa berat badan, tensi, dan denyut
jantungnya seminggu dua kali. Menjelang waktu melahirkan sekitar hari
ke dua puluh, dikerjakan eutanasia dan kemudian dilanjutkan dengan
Iaparatomi dan thorakotomi dengan memenuhi standar prosedur ACUC dan PSSP-LPPM - IPB. Pada waktu itu didapatkan 12 ekor model tikus
penelitian tidak bunting.
Sedangkan sisanya 28 MTP bunting, ternyata ada 11 ekor yang
melahirkan preterm. Kerusakan jaringan jantung karena peroksida lipid
diperiksa dengan cara mengukur nilai maiondiaidehyde (MDA) dan
antioksidan glutation peroksidase (GPx)_
Hasil penelitian
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh DMTG
terhadap kerusakan membran sel karena peroksida lipid. Hal ini
dibuktikan dengan nilai MDA Iebih tinggi pada kelompok perlakuan
preterm dibandingkan dengan kelompok perlakuan a'term, perbedaan ini
bermakna (p<0,05). Nilai GPx didapatkan Iebih rendah pada kelompok
perlakuan preterm dibandingkan dengan kelompok perlakuan a'term,
perbedaan ini sangat bermakna. (p<0.0?l). Kerusakan membran sei ini
berdampak Iuas pada berbagai kelainan patologis. Berbagai kelainan
patologis tersebut adalah DMTG menyebabkan hipertensi, selain itu
DMTG menyebabkan kelahiran preterm, kenaikan sel Ieukosit (WBC) dan
hematokrit. DMTG juga menyebabkan kerusakan struktur dan ultrastruktur
sel jantung, endotel arteri dan mitokondria, tetapi DMTG tidak
menyebabkan perubahan berat badan, perubahan hemoglobin dan
komponen darah yang lain. Pada kelompok perlakuan terdapat hipertensi
baik pada tekanan darah sistolik maupun yang diastolik, jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol perbedaan ini bermakna. Pada
kelompok perlakuan terdapat persalinan preterm 68% Iebih besar dari
pada persalinan preterm pada kelompok kontrol yaitu 33%, dan
perbedaan ini secara proporsional bermakna. Terdapat perubahan
struktural morfologik histologi pada arteri dan sel atot jantung. Pada
endotel arteri didapatkan aterosklerosis derajat satu, tampak tunika
elastika yang putus dan tidak utuh. Pada gambaran histologi sel-sel otot
jantung kelompok perlakuan, didapatkan batas antara sel-sel tidak jelas
dan miofibril yang tidak teratur. Perubahan pada arteri dan otot jantung
tersebut disertai dengan perubahan ultrastruktural di mitokondria.
Mitokondria pada MTP perlakuan membengkak dengan krista yang tidak
tesusun dengan rapi dan jarak antara krista-krista melebar.
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa DMTG menaikkan jumlah
peroksida lipid, dan dapat menurunkan GPx. DMTG juga menyebabkan
hipertensi pada kelompok perlakuan. Selanjutnya penelitian ini juga
membuktikan bahwa DMTG menyebabkan kenaikan kelahiran preterm,
kelainan struktur sel otot jantung, kelainan endotel arteri dan kelainan
mitokondria. Selain itu DMTG menyebabkan jumlah WBC yang tinggi, hal
ini dapat mengakibatkan terjadinya gejala sepsis yang disebut sebagai
systemic inflammatory response syndrome {SIRS}.

Abstract
Background
Many scientists until now agree that pregnancy induced
hypertension problems is still insufficiently discovered. It is thought that
free radical is one of the important factor that causes hypertension. Free
radical creates reactive oxygen species (ROS) and oxidative stress.
Oxidative stress damages cell membrane, and it induces cell injury and
diseases. High salt diet creates oxidative stress on the heart tissue. Due
to the ethic problem in-vivo research towards pregnant women, the
research uses rat as a model, namely Sprague Dawley Rat (SDR). The
problems are does the high salt diet induce hypertension, does the high
salt diet induce heart cell injury and does the high salt diet induce the
antioxidant value decreasing?
The aim of the research
The aim of the research is to investigate the effect of high salt diet
towards pregnant SDR, especially on the value of lipid peroxide,
glutathione peroxide (GPx), and the heart cell injury.
Methodology
The research was performed in Bogor Agricultural University and in
Animal Hospital - Bogor Agricultural University, in Juty 2004 up to August
2004. The rat animal models were 40 SDR. The pregnant models were
divided randomly into two groups, namely the control and the treated.
models. The control was fed by normal salt diet of 0,3 % NaCl, and the
treated model was fed by the high salt diet of 6% NaCl. During the time of
pregnancy around 21 days up to 23 days, all of the models were
measured twice a week of the body weight, the blood pressure, and the
heart beat. There were 28 SDR eligible for the study. Before the estimate
date of delivery, all of the models performed euthanasia by laparatomy
and thoracotomy. The procedure of the animal treatment was legalized by
ACUC and PSSP-LPPM, Bogor Institute of Agriculture. During the
euthanasia it was found that 12 models were not pregnant and there were
19 preterm models delivered. The examination of this heart tissue injury
was performed histologically, ultrastructurely, and the level of lipid
peroxide measured by malondialdehyde (MDA) and the GPx value.
The research result
The result of the research revealed that the high salt diet caused
the lipid peroxide value increased, and it injured the cell membranes. The
MDA value of the preterm treated group was significantly higher (p <
0,05) than those of the a'term treated group. The GPx value of the
preterm treated group was significantly lower (p < 0,U1) than those of the
a?term treated group. The high salt diet also induced hypertension,
preterm labor by 68%, leoukocytosis, endothelium injury, the heart cell
injury, and damage of mitochondria. There were no influences of the high
salt diet towards the body weight, hemoglobin and the blood cell
component. The blood pressure of the treated group was significantly
higher (p < 0,05) than those of the control group. Moreover, in the treated
group there were changing of the smooth muscle cell structure, the
arterial endothelium, and the ultra structure mitochondria.
Conclusion
The research proved that the high salt diet increased the value of
lipid peroxide and decreased the GPx value. This state is called the
oxidative stress. The high salt diet induces hypertension, preterm labor,
Ieukocytosis, heart cell injury and abnormality of mitochondria. The
condition of leukocytosis can induce septic symptom which is called
Systemic inflammatory response syndrome (SIRS)."
2005
D766
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Kabo
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2014
616.123 PET p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budi Siswanto
"Untuk menilai peranan pemeriksaan apolipoprotein A-1 dan B dalam hubungan dengan adanya dan luasnya PJK,dilakukan penelitian pada 30 laki-laki ( berusia 30-60 tahun, rata-rata 46 tahun) yang diperiksa angiografi koroner di RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, antara bulan Desember 1989 sampai dengan akhir Februari 1990.
Apolipoprotein diperiksa secara nephelonetry immunoassay'sesuai 'Lipid Research Centre'. Selain itu diperiksa juga kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol total / kolesterol HDL, serta beberapa faktor risiko.
Pada 30 angiogram koroner yang diteliti, 21 penderita (70%) ditemukan stenosis koroner dan 9 penderita (30%) tak ditemukan stenosis koroner. Kadar apo A-1, apo B, rasio apo B/A-1, kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, rasio kolesterol total/kolesterol HDL dan rokok berbeda bermakna antara kelompok penderita dengan stenosis dan tanpa stenosis (p < 0,05 ).
Dengan analisis multivariat model diskriminan didapatkan bahwa yang dapat menjadi prediktor independen ada tidaknya PJK secara angiografi ialah : apo A-1, rasio kolesterol total/kolesterol HDL, rokok, apo B dan rasio apo B/A-1. Dengan analisis varians antar kelompok stenosis, rasio apo B/A-1 paling baik nembedakan luasnya stenosis.
Disimpulkan bahwa pemeriksaan apolipoprotein bermanfaat sebagai prediktor independen adanya dan luasnya PJK secara angiografi.

To assess the potensial use of serum apolipoprotein A1 and B as predictor for coronary artery disease, these apolipoproteins were quantified by rate nephelometry in 30 male patients ( age 30 to 60 years, mean 46,5 years } who underwent coronary angiography in the National Cardiac Centre, Jakarta.
In addition, we analysed lipoprotein profile including serum total cholesterol, triglyseride, HDL cholesterol and LDL choleste rol levels by enzymatic method, and also some other risk factors.
There were 21 patients with angiographycally documented coronary atherosclerosis and 9 patients without coronary artery atherasclerosis.The levels of apolipoprotein A1, apolipoprotein B, total cholesterol; HDL cholesterol, LDL cholesterol and smoking were significant difference between the two groups ( p < 0,05 ).
Using multivariate discriminant analysis, there were 5 independent predictors for the presence or absent of angiographycally documented coronary artery disease: the level of apolipoprotein A1, the ratio of total cholesterol / HDL cholesterol, smoking, level of apolipoprotein B and the ratio of apolipoprotein E / A1. Analysis of variance between the groups of stenoses showed that the resio of apolipoprotein B/A-1 was a good discriminator between no stenose or 1, 2, 3 vessels disease.
Results of this study indicate that measurement of apolipoprotein can serve as a good predictor for coronary artery disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>