Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101519 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cece Sobarna
"Isu kematian bahasa di dunia semakin mengemuka akhir-akhir ini, tidak terkecuali dengan bahasa Sunda. Hal ini berhubungan dengan fenomena yang terjadi di pusat-pusat kota di Jawa Barat, terutama Bandung, yang diduga kini masyarakatnya, terutama generasi muda, enggan menggunakan lagi bahasa Sunda dalam pergaulan sehari-harinya. Gejala ini menarik untuk dikaji dari sudut pandang kematian bahasa (language death). Oleh karena itu, perlu upayaupaya strategis yang komprehensif untuk mempertahankan bahasa Sunda dari kepunahan.

The death of a language becomes very popular issue recently all over the world and it is included Sundanese language. This has something to do with the phenomenon which was happened in West Java, especially Bandung, where most of the people, especially young generation are assumed becoming reluctant to use Sundanese language in their daily conversation. This tendency is interesting to be analyzed from the language death point of view. Because of that reason, we need comphrehensive strategic efforts to maintain Sundanese language from extinction."
Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
E. Zaenal Arifin
"ABSTRAK
Konsep jumlah tergolong kategori semantik, seperti halnya jenis kelamin, modalitas, aspektualitas, dan temporalitas yang masing-masing berpasangan dengan kategori gramatikal bilangan, jenis (gender), modus (mood), aspek (aspect), dan kala (tense). Konsep jumlah tersebut merupakan gambaran di dalam pikiran manusia yang menyatakan satu atau tunggal dan lebih dari satu atau jamak tentang maujud, hal, atau peristiwa di dunia nyata atau yang dibayangkan.
"Pengungkapan konsep jumlah di dalam bahasa Sunda" ini berlatar pokok bahasan semantik, yaitu berlatar masalah pengacuan, sedangkan pengungkapannya harus diamati pada tataran morfologi dan sintaksis. Dari sudut semantik ditelusuri berjenis jenis pengacuan yang disandang pleb konsep ketunggalan dan kejamakan. Dari sudut morfologi dan sintaksis analisis data diarahkan pada pemarkahan, pembentukan, dan distribusi ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan. Di samping 1W, ungkapan tertentu mempertimbangkan juga aspek pragmatik, yaitu yang menghubungkan sistem bahasa dengan pemakaian bahasa di dalam komunikasi (Kridalaksana et al. 1985:6; Verhaar 1996:14; Levinson 1997:9), yang di dalam hal ini siapa pembicara, kawan bicara, di mana, dan kapan diproduksinya ungkapan yang berkonsep jumlah tersebut (Brown dan Yule 1996:27).
Pertanyaan tentang bagaimana pengungkapan konsep jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal, belum dirinci dengan jelas. Alat apakah yang dipergunakan sebagai pemarkah jumlah secara leksikal, dan alat apa pula yang dipergunakan secara gramatikal, baik secara morfologis maupun secara sintaktis, belum juga dibahas dengan memadai.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar pokok bahasan pada tujuan penelitian ini adalah:
(a) mengamati, memerikan, dan menjelaskan jenis pengacuan yang disandang each ungkapan yang berkonsep ketunggalan dan kejamakan;
(b) mengamati, memerikan, dan menjelaskan bermacam-macam pemarkah jumlah, baik secara leksikal maupun secara gramatikal;
(c) mengamati, memerikan, dan menjelaskan kendala konstruksi dan distribusi ungkapan yang berpengacuan ketunggalan dan kejamakan.

ABSTRACT
Concepts of numbers are classified as a semantic category, likewise sex, modality, aspectuality and temporality, each of which can be paired with the grammatical category of numeral, gender, mood, aspect, and of tense. Such a concept is formulated in one's mind as being one or singular and being more than one or plural about entities, conditions, and phenomena in a real or imagined world.
The act of expressing the concepts of number in Sundanese concerns mainly with semantic issues, namely references, whereas it has to be observed at the levels of morphology and syntax. From semantic points of view, various referring expressions endowed in the concepts for singularity and plurality are thoroughly analysed in this study. From morphological and syntactical points of view, an analysis is conducted with the focus on the process of marking, forming, and distributing expressions of the concepts for singalurity and plurality. Besides, certain expressions are analysed with some considerations on the aspects of pragmatic, namely those interconnecting a language system and a language use (Kridalaksana et at. 1985:6; Verhaar 1996:14; Livinson 1997:9), and those concerning the speaker, hearer, setting, and time of producing an expression of the concept of number (Brown and Yule 1996:27).
2. Research Objectives
In line with the background stated earlier, the research study aims to
(a) observe, describe, and explain various references shown by the expressions of the concepts for singularity and plurality;
(b) observe, describe, and explain various markers of number, both lexically and grammatically;
(c) observe, describe, and explain the constraints on the formation and distribution of referring expressions of singularity and plurality.
"
2000
D39
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngusman Abdul Manaf
"ABSTRACT
The focus of this sociolinguistic study is the relationship between social economic status (socionomic status) and the linguistic code, especially the sentence complexity. The purposes of the study are (1) to measure sentence patterns' among groups of speaker socionomic lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle; (2) to measure the index of sentence complexity based of the average sentence length (ASL), the index of sentence complexity based on average block length (ABL), and the index of sentence based of the average clause depth (ACD) of four socionomic status groups; (3) to measure the variety of sentence complexity among four socionomic status groups; (4) to measure the effect of socionomic status on the sentence complexity; (5) to measure the contributions of each subvariable of socionomic status to the sentence complexity, and; (6) to measure the close relationship between socionomic status and sentence complexity.
This study used two approaches, namely lingustic and sociological approaches. The relationship between socionomic status and sentence complexity was analyzed in terms deficit theory. The subjects of this study were the native speakers of the Minangkabau language in Municipality of Padang. The data were sentences spoken by informants and individual reports about the social, economic, and cultural conditions of the informants. The data were collected by using recording and questionnaire. The data in the form of sentence were analyzed by using the technique of sentence patterns measurement and sentence complexity according to Cook (1979). Data that were collected by using questionnaire were analyzed by using Hollingshead and Redlich's (1958) and Labov's techniques (1966) to measure the socionomic status of the speakers. Sentence complexity variation among the four socionomic status groups was measured by using one-way variant analysis. The effect of socionomic to the sentence complexity and the contributions of each socionomic's subvariables to sentence complexity were measured by using double regresion analysis technique.
The findings of this study include the following.
There is no significant different between sentence patterns and the index of sentence complexity of oral Minangkabau language spoken by lower-low, upper-low, lower-middle, and upper-middle socionomic status speaker. The sentence patterns and sentence complexity do not indicate the socionomic status of its speakers. There is no difference of linguistic codes in sentence complexity among the four socionomic status groups.
There is no significant effect between socionomic and ASL. On other side, socionomic status gives significant effect to ABL and ACD. All socionomic's subvariables (Job, education, and income) do not give significant contribution to ASL. Among the three subvariables of socionomic, it is only the income that gives significant contribution to ABL and ACD. Although the effect of socionomic to ASL is minimal, it indicates positive correlation between the socionomic status and ASL, ABL, and ACD.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyen Maryani
"Masyarakat bahasa Sunda di Kotamadya Bogor (MBSB) adalah masyarakat dwibahasa Sunda-Indonesia. Mereka menggunakan kedua bahasa itu secara bergantian. Akan tetapi, setakat ini, tampaknya, ada kecenderungan pemilihan bahasa Indonesia oleh MBSB, khususnya generasi muda. Kecenderungan pemilihan bahasa oleh generasi muda itu tidak terjadi secara acak, melainkan muncul karena berbagai faktor, seperti faktor luar bahasa dan faktor sosial MBSB. Faktor-faktor itu diasumsikan turut mempengaruhi kecenderungan pemilihan bahasa MBSB itu. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji masalah pemilihan bahasa masyarakat bahasa Sunda di Kotamadya Bogor (MBSB) dan segi pola dan signifikansinya berdasarkan variabel sosial MBSB yang berupa , jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kelas ekonomi, dan jenis pekerjaan pada ranah keluarga dan ranah pekerjaan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Selain kuesioner sebagai teknik utama, wawancara juga dipakai sebagai teknik penunjang. Data yang diperoleh dan lapangan diolah melalui uji T-Student.Berdasarkan analisis data, dan penelitian ini diketahui bahwa MBSB menggunakan pola pemilihan bahasa yang beragam, baik pada ranah keluarga maupun ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga, MBSB cenderung menggunakan bahasa Sunda. Bahasa itu digunakan sampai pada taraf sangat dominan. Sementara itu, pada ranah pekerjaan, MBSB menggunakan pola bahasa Sunda yang digunakan sama senngnya dengan bahasa Indonesia. Pola bahasa itu digunakan sampai pada taraf sangat dominan. Dan analisis terhadap variabel sosial MBSB diketahui bahwa variabel jenis kelamin, generasi dan tingkat pendidikan berpengaruh pada pemilihan bahasa MBSB, sedangkan variabel kelas ekonomi dan jenis pekerjaan tidak berpengaruh. Vanabel jenis kelamin berpengaruh terhadap pemilihan bahasa pada ranah keluarga dan ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga penutur wanita cenderung Iebih senng menggunakan bahasa Sunda, sedangkan pada ranah pekerjaan, penutur wanita cenderung yang Iebih serimng menggunakan bahasa Indonesia. Variabel generasi berpengaruh pada pemilihan bahasa, balk pada ranah keluarga maupun pada ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga,"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T39664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayatrohadi
Jakarta: Balai Pustaka, 1985
499.221 7 AYA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
499.25 SIS (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : UPT MKU Universitas Tarumanegara 2006,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"This is a morphophonemic analysis on Nias,an Austronesian language spoken by the about 700.000 people.Most of them live on the island of Nias.Morphophonemic process in the vocalic language accurs in nouns and verbs...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
J.B. Legiman Karjawidjaja
Den Haag: N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve, 1969
421 KAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Asisi Datang
"ABSTRAK
Penelitian mengenai redupilkasi dalam bahasa-bahasa Austronesia merupakan suatu keharusan jika hendak mendeskripsikan bahasa-bahasa tersebut secara lengkap. Reduplikasi di dalam bahasa-bahasa Austronesia, merupakan suatu unsur yang hampir selalu ada. Sebenarnya gejala reduplikasi merupakan gejala umum yang ada dalam banyak bahasa di dunia.
Bahasa Manggarai sebagai bagian dari bahasa-bahasa Austronesia juga mempunyai bentuk reduplikasi. Namun, bagaimana wujudnya belum belum diketahui. Itulah yang menjadi masalah utama mengapa penelitian ini perlu dilakukan.
Tujuan pokok penulisan laporan penelitian ini adalah membahas reduplikasi dalam bahasa manggarai, dialek manggarai Barat: Kempo. Sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia, bahasa Manggarai perlu dikenal dengan baik. Dengan rampungnya penelitian ini, diharapkan diperoleh gambaran yang jelas mengenai bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai dan dapat dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif. Berdasarkan pengetahuan saya mengenai teori reduplikasi dan bentuk reduplikasi dalam bahasa Indonesia, saya mencoba menguraikan bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai.
Sumber data yang tersedia cukup banyak terdapat dalam teks-teks dan kamus bahasa Manggarai yang telah disusun oleh peneliti terdahulu. Disamping menggunakan teks-teks bahasa Manggarai tersebut, sebagai penutur asli bahasa tersebut data juga digali secara intuitif.
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelusuran teori tentang reduplikasi pada umumnya. Berdasarkan teori tersebut, saya mencoba mengumpulkan data-data bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai dalam teks-teks berbahasa Manggarai-- yaitu "Manggarai Text" jilid XVI. Data yang telah terkumpul diklasifikasikan dengan menggunakan kriteria penggolongan tertentu. Kemudian data yang terklasifikasi, dianalisis untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk reduplikasi dalam bahasa tersebut.
Dari hasil penelitian diperoleh hasil sebagai berikut. Ada enam bentuk reduplikasi dalam bahasa Manggarai Kempo. Makna yang didukung masing-masing reduplikasi adalah BANYAK, SEMAKIN KE, EKSLUSIFITAS, KOLEKTIFITAS, INTENSITAS, KETIDAK-SENANGAN, DENGAN LEBIH, LEBIH DARI BIASANYA, PERBUATAN YANG DILAKUKAN DALAM WAKTU YANG RELATIF LAMA, dan KEBIASAAN MELAKUKAN PERBUATAN. Makna-makna ini berpadu dengan kelas atau kategori kata dasar setiap reduplikasi"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>