Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160872 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelley Laksman
"ABSTRAK
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama dan sering terjadi tanpa gejala-gejala sebelumnya, sehingga diperlukan upaya pencegahan dan penangan PJK lebih dini, antara lain dengan intervensi terhadap faktor risiko PJK. Salah satu faktor risiko PJK yang penting dan dapat dipengaruhi ialah keadaan lipoprotein darah.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan data profil lipoprotein pada penderita PJK, mengetahui variabel lipoprotein yang merupakan petanda PJK terbaik dan di samping itu juga bertujuan mendapatkan data mengenai pengaruh rehabilitasi terhadap keadaan lipoprotein darah penderita PJK.
Penelitian dilakukan terhadap 27 orang penderita PJK yang ditangani di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita sebagai kelompok kasus, 25 orang normal bukan penderita PJK sebagai kelompok kontrol dan 24 orang penderita yang telah mengikuti program rehabilitasi di Klub Jantung Sehat dan di Klub Jantung Koroner selama 3 tahun atau lebih secara teratur sebagai kelompok Jantung Koroner selama 3 tahun atau lebih secara teratur sebagai kelompok rehabilitas. Jenis kelamin dan usia ketiga kelompok tersebut adalah sebanding. Terhadap ketiga kelompok ini dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, trifliserida, kolesterol-HDL, kolesterol-LDL, dan apoB serum. Pemeriksaan kolesterol dan trigliserida dilakukan secara ez-zimatik, sedangkan untuk pemeriksaan apoB digunakan metode imunodifusi radial. Dilakukan pula untuk pemeriksaan apoB digunakan metode imunodifusi radial. Dilakukan pula penghitungan rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL/kolesterol-HDL. Pemeriksaan dilakukan antara bulan Maret-Oktober 1987 di bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia & Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kadar variabel-variabel yang bersifat aterogenik seperti kolesterol total, trigliserida, kolesterol-LDL, apob, rasio kolesterol total.kolesterol-HDL, diikuti oleh variabel kolesterol-HDL. Program rehabilitasi pada penderita PJK ternyata cenderung menyebabkan perubahan keadaan lipoprotein darah sehingga mendekati keadaan pada kelompok kontrol. Perubahan bermakna pada kelompok ini tampak sebagai penurunan kadar trigliserida, peningkatan nilai kolesterol-HDL, penurunan nilai rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesterol-LDL/kolesterol-HDL.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Mertha
"Tesis ini membahas pengaruh latihan aktifitas rehabilitasi jantung fase I terhadap efikasi diri dan kecemasan pasien PJK di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian dilakukan berdasarkan kenyataan PJK sebagai penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah dengan angka kematian yang terus meningkat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kuasi eksprimen tanpa kelompok kontrol. Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner efikasi diri dengan 17 item pertanyaan dan kuesioner kecemasan dengan 18 item pertanyaan.Hasil uji validitas dan realibilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan hasil baik.
Analisis data didapatkan bahwa terdapat pengaruh bermakna latihan aktifitas terhadap peningkatan efikasi diri (p=0,001), dan terhadap penurunan kecemasan responden (p=0,001) setelah dilakukan intervensi latihan aktifitas. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa pengambil kebijakan di RSUP Sanglah Denpasar menyusun dan menetapkan protap program rehabilitasi jantung fase I bagi pasien PJK selama dirawat.

This study investigated the effect of Phase-1 heart rehabilitation activity exercise on self-efficacy and anxiety of patients with coronary heart disease (CHD) at Sanglah General Central Hospital. The study was undergone based on the fact that mortality rate due to CHD the increased progressively. This study was a quantitative research using a quasi experimental design without control group. A number of 30 samples were involved and approached using consecutive sampling. A validated questionnaire including 17 questions to explore self-efficacy and 18 questions to measure anxiety, were used.
Statistical analysis indicated that there was a significant effect of the exercise on increased self-efficacy (p=0.001) and patients? activity (p=0.001). It was recommended that the hospital?s decision maker need to develop and to authorize a standardized operational procedure containing Phase-1 heart rehabilitation for hospitalized CHD patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28435
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wantiyah
"ABSTRAK
Efikasi diri diperlukan pasien penyakit jantung koroner (PJK) untuk mendukung kemandiriannya dalam mengelola penyakitnya. Penelitian bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri pasien PJK. Desain penelitian analitik cross-sectional, dengan sampel 107 pasien. Analisis menggunakan Chi-square, uji T independen, dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden, persepsi, keluhan, dan pengalaman tidak berhubungan dengan efikasi diri. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan efikasi diri (p: 006, α: 0.05), dan status emosi dengan efikasi diri (p: 0.014 α: 0.05). Perawat dapat meningkatkan efikasi diri pasien PJK dengan memberikan dukungan sosial dan mempertahankan status emosional pasien yang baik.

ABSTRACT
Self-efficacy was required for patients with Coronary Heart Disease (CHD) to managing the disease independently. This study identified factors that influence patients?s self-efficacy. This study was a cross-sectional analytic with 107 respondents. Statistical analysis used Chi-Square, Independent T-Test, and Multiple Logistic Regression. The results showed that characteristics of respondents, perceptions, cardiac symptoms, and experiences were not associated with self-efficacy. There was significant relationship between social support and self-efficacy (p: 0.006 α: 0.05), and between emotional state and self-efficacy (p: 0.014 α: 0.05). Nurses can improve patients?s self-efficacy by facilitating the social support and maintain patients?s emotional state.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
"Cedera serebrovaskuler (CVA) merupakan berhentinya aliran darah ke otak yang mengakibatkan terjadi kehilangan fungsi dari otak tersebut,defisit yang umumnya terjadi yaitu kesulitan bicara dan mobilitas. Stroke juga berdampak pada kesehatan fisik dan kognitif sehingga mempengaruhi kemampuan dalam melakukan mobilisasi fisik. Kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Sebanyak 100 pasien stroke iskemik yang dipilih menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien stroke iskemik memiliki kemampuan mobilisasi fisik cukup baik (75%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pada pasien stroke iskemik fase rehabilitasi adalah usia (p=0,003), jenis kelamin (p=0,124), tingkat keparahan stroke (p=0,0001), fatigue (p=0,159), kekuatan otot(p=0,0001), cemas (p=0,047), efikasi diri (p=0,001), dukungan keluarga (p=0,0001) dan dukungan sosial (p=0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berhubungan dengan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik pada fase rehabilitasi yaitu usia (OR=0,134; CI 95% 0,031-0583), tingkat keparahan stroke (OR= 63,565; CI 95% 5,386-532,719), kekuatan otot (OR=67,699; CI 95% 7,303-627,581), dan efikasi diri (OR=189,718; CI 95% 3,402-3668,197) danfaktor yang paling dominan berhubungan dengan kemampuan mobilisasi fisik pasien stroke iskemik fase rehabilitasi adalah efikasi diri dengan nilai OR 189,718 (CI 95%= 3,402 ; 3668,1971). Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perawat untuk mencermati efikasi diri pada pasien stroke dan mengatasi pasien pasca stroke yang mengalami gangguan efikasi diri agar dapat melakukan mobilisasi fisik dengan rasa percaya diri.

Cerebrovascular injury (CVA) is the cessation of blood flow to the brain which results in loss of function of the brain, a deficit that generally occurs namely speech difficulties and mobility. Stroke also has an impact on physical and cognitive health which affects the ability to carry out physical mobilization. The ability to physically mobilize ischemic stroke patients in the rehabilitation phase is influenced by several factors. The purpose of this study was to identify factors related to the ability of physical mobilization in the rehabilitation phase of ischemic stroke patients at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo. This study uses a cross sectional method. A total of 100 ischemic stroke patients were selected using consecutive sampling technique.
The results showed that the majority of ischemic stroke patients had good physical mobilization ability (75%). Factors related to physical mobilization ability in ischemic stroke patients in the rehabilitation phase were age (p = 0.003), gender (p = 0.124), stroke severity (p = 0.0001), fatigue (p = 0.159), strength muscle (p = 0,0001), anxiety (p = 0,047), self efficacy (p = 0,001), family support (p = 0,0001) and social support (p = 0,001). The results of multivariate analysis showed that the variables most associated with physical mobilization of ischemic stroke patients in the rehabilitation phase were age (OR = 0.134; 95% CI 0.031-0583), stroke severity (OR = 63.565; 95% CI 5,386-532,719), muscle strength (OR = 67,699; CI 95% 7,303-627,581), and self-efficacy (OR = 189,718; CI 95% 3,402-3668,197) and the most dominant factor related to the ability of physical mobilization of ischemic stroke patients in the rehabilitation phase is self-efficacy with value OR 189,718 (95% CI = 3,402; 3668,1971). This study can be used as a reference for nurses to examine self-efficacy in stroke patients and overcome post-stroke patients who experience impaired self-efficacy in order to be able to carry out physical mobilization with confidence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Prakoso
"Latar Belakang: Gangguan fungsi saraf otonom memberikan kontribusi yang bermakna terhadap terjadinya aritmia ventikular dan kejadian mati mendadak pada penderita peyakit jantung koroner (PJK). Namun usaha untuk meneliti hal tersebut masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan hubungan sensitivitas barorefleks dengan parameter turbulensi lajujantung pada penderita PJK.
Metoda: Penderita PJK yang sedang menjalani tindakan kateterisasi di ruang kateterisasi PJNHK dengan hasil stenosis koroner 2: 50%, diberikan induksi ventricle extra systole (VES) melalui temporary pacemaker (TPM) yang dihubungkan dengan Programmable Stimulator Medtronic sebanyak 3 kali dan dihitung onset turbulensi dan kemiringan turbulensinya. Kemudian diberikan nitrogliserin 300 mikrogram intra aorta melalui kateter, yang selanjutnya dihitung sensitivitas barorefleksnya.
Hasil: Karakteristik subjek yaitu terdiri atas 22 orang laki-Iaki (84,6%) dan 4 orang wanita (15,4%), usia berkisar 56.81±9.04 tahun. Sebagian besar subjek memiliki faktor risiko dislipidemia (57,7%) kemudian diikuti faktor risiko lainnya seperti merokok (46,2%), hipertensi (42,3%), dan hanya 3 subjek (11,5%) yang memiliki faktor risiko diabetes melitus. Jumlah subjek penelitian yang pemah mengalami infark miokard sebanyak 11 orang (42,5%) hampir setara dengan jumlah subjek yang belum pemah mengalami infark miokard. Dari semua subjek penelitian, obat-obatan yang dipakai paling banyak antara lain clopidogrel sebanyak 25 orang (96,2%), aspirin sebanyak 22 orang (84,6%), sedangkan penyekat beta dan nitrat juga banyak dipakai (14 orang, 53 ,8% dan 15 orang, 57,7%). Tidak terdapat hubungan antara nilai onset turbulensi dan sensitivitas barorefleks (koefisien korelasi r=0,15 dan p=O,456). Korelasi antara kemiringan turbulensi dan sensitivitas barorefleks menunjukkan koefisien korelasi yang tidak bermakna (r=0,361, p=0,07), namun masih terdapat kecenderungan hubungan nilai KT dan sensitivitas barorefleks.
Simpulan: Pada pasien PJK terdapat nilai sensitivitas barorefleks menunjukkan kecenderungan sebanding dengan kemiringan turbulensi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"For years heart disease prevelance have increased. results of basic health research (Known as riset kesehatan dasar riskesdas ) 2007. showed that heart disease is the second majoe cause of death after stroke in mortality cases in Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cholid Tri Tjahjono
"Latar belakang. Gangguan fungsi saraf otonom memberi kontribusi yang bermakna atas kejadian aritmia ventrikular dan mati mendadak pada penderita penyakit jantung koroner. Revaskularisasi, misalnya dengan intervensi koroner per kutan (PTCA), bertujuan untuk memperbaiki perfusi miokard. Disamping itu tindakan revaskularisasi diharapkan dapat memperbaiki disfungsi saraf otonom. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sensitivitas barorefleks pada penderita P lK yang menjalani intervensi koroner per kutan. Metode. Sensitivitas barorefleks diukur dengan memberikan nitrogliserin 300 mikrogram pada pasien-pasien P lK yang menjalani intervensi koroner per kutan sebelum tindakan (pra-PTCA) dan segera sesudah tindakan intervensi koroner per kutan (pascaPTCA). Perubahan tekanan darah sistolik dan interval RR dicatat selama lebih kurang 30 denyut setelah pemberian nitrogliserin. Garis regresi linear antara penurunan tekanan darah dan perubahan interval RR dicatat sebagai hasil pengukuran sensitivitas barorefleks dengan satuan mili detiklrnmHg. HasH. lumlah subyek yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 19 orang. Usia rata-rata sampel penelitian 57,5±9,3 tahun. Delapan orang (42%) adalah laki-laki. Faktor risiko yang paling ban yak ditemukan adalah dislipidemia (57%), merokok (42%), hipertensi (42%), dan hanya 16% yang mengidap diabetes mellitus. Sembi Ian orang (47%) memiliki riwayat infark miokard. Nilai rerata SBR pra-PTCA 2,51±3,23 ms/mmHg, SBR pascaPTCA 1 ,96± 1,61 ms/mmHg (p=0,412). Analisis multivariat dengan regresi logistik ditemukan bahwa obat nitrat memiliki pengaruh yang bermakna terhadap penurunan SBR (p=0,023; CI 95% 1 ,496-216,62;OR 18,00). Simpulan. Sensitivitas barorefleks pada penderita penyakit jantung koroner mengalami penurunan, segera setelah tindakan revaskularisasi dengan intervensi koroner per kutan. Obat golongan nitrat dapat memberi pengaruh yang signifikan terhadap sensitivitas barorefleks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Rustan
"ABSTRAK
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara kadar kromium serum dengan kadar insulin, gula darah, HbAlc, profit lipid dan tingkat oklusi koroner pada penderita baru penyakit jantung koroner.
Tempat : Bagian Cath-Lab RS Jantung Harapan Kita.
Bahan dan Cara:
Penelitian dilakukan pada laki-laki di atas usia 35 tahun yang memenuhi kriteria dikumpulkan data mengenai sosio-ekonomi, keadaan kesehatan, gaya-hidup, aktivitas, IMT, asupan makanan, proporsi zat dan pemeriksaan tekanan darah, kadar kromium serum, insulin, gula darah, HbAlc, profil lipid dan tingkat oklusi koroner.
Karakteristik subyek disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik chi kuadrat, t, Mann Whitney, dan uji korelasi Spearman.
Hasil:
Dari 65 subyek penelitian yang diteliti, umur rata-rata 51.17 + 7.44 tahun, terbanyak (60 %) antara 40 - 55 tahun, 73.9% golongan ekonomi menengah atas, prevalensi DM 13.8%, Hipertensi 16.9%, Merokok 69.2%, olahraga 28%, Obese dan gemuk 52.3%, aktivitas ringan 100%. Asupan nutrisi secara kualitatif sesuai dengan anjuran diit Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, secara kuantitatif subyek dengan tingkat oklusi > 50%, mempunyai asupan protein hewani dan kolesterol yang lebih besar secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan subyek dengan tingkat oklusi < 50%, dan telah jauh di atas AKG. Nilai rata-rata kromium serum 8.08 ug/L. Nilai ini 431 lebih rendah dari nilai normal. Nilai insulin, gula darah puasa dan trigliserida masih berada dalam batas normal. Nilai HbAlc, LDL, HDL dan Total kolesterol berada dalam batas yang diwaspadai. Berdasarkan Triad Lipid 98.5% menderita Dislipidemia.
Berdasarkan tingkat oklusi koroner, didapatkan 44 orang subyek dengan tingkat oklusi >50%, dan 21 orang dengan tingkat oklusi <50% . Subyek dengan tingkat oklusi >50% mempunyai kadar LDL dan total kolesterol yang lebih besar secara bermakna. Kadar kroaium, insulin, gula puasa, HbAlc, trigliserida dan HDL kolesterol tidak berbeda secara bermakna. Pada tingkat oklusi koroner <50%, tidak ada korelasi yang bermakna antara kromium serum dengan faktor-faktor resiko. Pada tingkat oklusi koroner >50% ada korelasi yang bermakna kromium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol.
Kesimpulan:
Tidak ada hubungan antara kromium serum dengan kadar gula puasa, profil lipid dan tingkat oklusi koroner. Pada tingkat oklusi > 50% ada korelasi yang bermakna antara kroaium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>