Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Kusumawati
"Perkembangan tehnologi dan globalisasi yang semakin pesat, berdampak pada semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pasar pada era millenium, harus memiliki pemahaman mengenai perilaku konsumen. Kasali (1999:9) mengemukakan bahwa pengusaha yang baik adalah yang memahami betul siapa konsumennya dan bagaimana mereka berperilaku. Pemahaman mengenai siapa konsumennya akan menuntun para pengusaha kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha yang telah melampaui batas negara.
Agar dapat berhasil dalam persaingan memperebutkan pasar yang semakin ketat, marketer juga beriklan dalam memasarkan produknya. Periklanan sebagai bagian dari promosi pemasaran, telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di dunia. Masyarakat sebagai konsumen potensial dan berbagai jenis produk diterpa iklan setiap harinya. Walaupun dunia usaha saat ini sudah melampaui batas negara, pemasaran produk dilakukan dengan melihat karakteristik unik masing-masing konsumen potensial yang berbeda-beda di setiap negara. Salah satunya dengan melihat gaya hidup konsumen potensial dimana produk akan dipasarkan.
Untuk mengamati hubungan terpaan iklan telepon genggam Nokia terhadap perilaku mahasiswa Universitas Sahid, digunakan metode asosiatif dan korelasional dengan regresi sederhana, korelasi sederhana dan berganda. Penulis melakukan penelitian survei dengan mengambil sampel sejumlah 320 responden dari populasi mahasiswa Universitas Sahid yang berjumlah 3000 orang yang aktif. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode aksidental nonrandom sampling dengan dasar pertimbangan segi kepraktisan dan kendala waktu yang ada dan dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama.
Dalam penelitian ini terpaan iklan dioperasionalisasikan pada variabel variabel message dan variabel frekuensi pesan, dimana variabel-variabel message terdiri dan yaitu content, strucrure,format dan source. Dengan menggunakan analisis korelasi hubungan antara masing-masing variabel terpaan iklan dengan perilaku konsumen ke-320 mahasiswa Universitas Sahid dapat diketahui.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara asosiatif terpaan iklan telepon genggam Nokia memiliki hubungan yang erat dengan perilaku mahasiswa Universitas Sahid dalam hal message content dan message format. Hasil pengujian dan variabel-variabel tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik. Pengujian juga menunjukkan bahwa frekuensi pengamatan pesan ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumen. Hasil tersebut menunjukkan kepada para marketer maupun advertising agency agar tidak meremehkan desain pesan iklan terutama dalam hal content dan format.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Laksmisari
"ABSTRAK
Konsumen banyak melihat iklan-iklan di media massa setiap harinya maka konsumen tersebut melindungi dirinya dari serangan begitu banyak iklan dengan lebih mendengarkan teman-temannya atau sumber-sumber lain yag mereka percayai. Oleh sebab itu, WOM merupakan alat promosi yang efektif karena seseorang hanya bisa mengingat 5 sampai 7 iklan saja perhari. WOM juga memiliki ani yang peming karena banyak konsumen yang tidak suka mengambil resiko membeli dan mengkonsumsi produk yang memiliki resiko besar.
Produk yang memiliki resiko besar karena langsung berhubungan dengan tubuh adalah produk pelangsing tubuh. Produk ini sangat mudah didapatkan di banyak retailer dengan harga yang relatif rnurah yaitu rata-rata Rp. 3000.- per kemasan sena banyaknya iklan di media massa. Para pengusaha industri kosmetika nasional pun banyak yang memproduksi produkproduk pelangsing untuk mendukung keinginan para wanita yang ingin tubuhnya langsing. Fenomena ini terjadi karena kini pandangan tcntang citra seorang wanita yang cantik diterjemahkan sebagai wanita yang memiliki bentuk tubuh langsing, rambut lurus panjang, dan kulit wajah putih mulus.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai produk pelangsing tubuh menarik karena produk ini memiliki resiko yang cukup besar karena penggunaannya langsung mempengaruhi sistem tubuh sedangkan iklan produk-produk ini banyak dilihat di berbagai media dengan frekuensi yang cukup sering. Permasalahan yang akan diteliti oleh penulis antara lain, pertama apa sajakah faktor-faktor stimuli yang menyebabkan WOM terjadi dan bagaimna proses WOM itu sendiri. Permasalahan kedua adalah mengetahui keterkaitan antara WOM Communication dan iklan dengan keputusan konsumen untuk membeli produk pelangsing tubuh yaitu apakah konsumen dalam mengambil keputusan tersebut lebih dipengaruhi oleh iklan, WOM atau kedua-duanya serta bagaimana proses terjadinya (alur-alur yang dilewati setiap responden). Perrnasalahan selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis inforrnasi apa sajakah (merek, harga, kemasan, efek samping, dan lain-lain) yang membedakan perilaku konsumen terhadap pemilihan kedua sumber inforrnasi (WOM atau lklan). Selain itu, ingin juga diketahui apakah terdapat perbedaan antara variabeldemografi (jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis inforrnasi atas merek, harga, kemasan, bahan baku, kemampuan produk maupun efek samping pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.
Subjek penelitian ini adalah 150 wanita yang yang pernah mengkonsumsi suatu produk pelangsing tubuh, berusia 18 tahun atau lebih. Produk pelangsing tubuh yang dimaksud disini adalah semua merek produk pelangsing tubuh yang pemah beriklan di media seperti Slimming Tea, Diyet, Merit, Teh Hijau Cap Kepala Hijau dan lain sebagainya.
Pengolahan data yang didapat melalui survey kepada 150 wanita ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) ver.1 0.0 sebagai alat bantunya. Landasan Statistical tools yang dipakai adalah : Deskriptive Statistics, Analysis of Variance (ANOVA), Discriminant Analysis dan Crosstab.
Hasil analisis telah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap perrnasalahan penelitian yang diangkat oleh penulis. Hasil tersebut diantaranya adalah faktor-faktor stimuli terjadinya WOM untuk produk pelangsing tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah adanya pertanyaan orang lain terhadap dirinya, adanya komentar orang lain tentang suatu merek produk pelangsing tubuh, karena setelah melihat iklan sebuah merek produk pelangsing tubuh tertentu. Sedangkan proses terjadinya WOM dimulai saat responden bertanya kepada sumber rekomendasi. Sebagian besar dari responden yang pemah mengkonsumsi produk pelangsing tubuh ini lebih dipengaruhi oleh iklan dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu merek, akan tetapi kemudian mereka akan mencari informasi lebih lanjut dari seseorang. Akan tetapi, terdapat penemuan yang menarik dimana jumlah responden yang setelah melihat iklan langsung melakukan keputusan membeli tanpa bertanya pad a orang lain terlebih dahulu tidak terlalu berbeda jauh dengan jumlah responden yang setelah melihat iklan kemudian melakukan WOM. Tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap jenis informasi (merek, harga, kemasan, kemampuan, bahan baku serta efek samping) baik yang didapatkan dari WOM communication maupun iklan. Meski tidak ada perbedaan akan tetapi informasi atas kemasan merupakan jenis informasi yang paling membedakan atas pemilihan sumber informasi yang dipilih. Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara variaber demografi jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis informasi yang ada pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.
Saran yang bisa direkomendasikan oleh penulis adalah bahwa produsen sebaiknya menstimulasi WOM dengan menyebarkan informasi mengenai kemampuan produk dalam melangsingkan tubuh serta efek sampingnya, mempcrhatikan pesan (message) yang dikomunikasikan didalam iklan-iklannya, menambah frekuensi kemunculan iklan agar dapat menstimuli terjadinya WOM dan mempercepat keputusan membeli konsumen, selalu mengawasi kualitas produknya agar tetap dapat memuaskan konsumennya agar konsumen merasa puas dan kemudian melakukan WOM communication, menggunakan iklan dan WOM secara terpadu dan menunjang satu sama lain sesuai dengan konsep Integrated Marketing Communication, produsen tidak perlu membeda-bedakan jenis informasi yang ingin disampaikan dikedua sumber informasi (iklan atau WOM) sesuai dengan variabel demografi konsumen dalam mengkomunikasikan produk pelangsing tubuhnya.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Endatetha
"Penggunaan selebriti sebagai juru bicara bagi perusahaan menjadi metode periklanan yang umum Alasan mengapa iklan yang dibintangi oleh selebriti menjadi terkenal adalah karena pengiklan percaya bahwa pesan yang disampaikan oleh individu yang dikenal konsumen akan lebih mendapatkan perhatian bagi beberapa konsumen Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dimensi kredibilitas endorser terhadap sikap konsumen pada iklan merek dan minat beli Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode non probability sampling bagi responden yang berada di wilayah Jabodetabek Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kredibilitas endorser attractiveness dan trustworthiness mempengaruhi sikap konsumen terhadap iklan merek dan minat beli.

The use of celebrity endorser as a spokespeople to be a prominent method of advertising. The reason of using the popularity of celebrity in advertising isis advertiser rsquo s belief that messages delivered by well -known figure attract more attention for some consumer. This research is conducted to analyze influence of endorser credibility to consumer attitude towards advertisement, brand and purchase intention. The research uses quantitative approach with non-probability sampling method for respondent live in Jabodetabek area. The result shows that dimension of credibility endorser (attractiveness and trustworthiness) are affecting attitude towards advertisement, brand and purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Kristyanto Nugroho
"Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap komunikasi, maka alat-alat komunikasi mulai berkembang pesat yang sampai saat ini telah mengenal teknologi yang disebut mobile phone. Teknologi ini mendorong berkembangnya service provider dan produsen handset atau handphone untuk mulai memasarkan produknya. Beberapa produsen yang cukup dikenal luas diantaranya ialah Nokia, Sony Ericsson, Samsung, dan lain-lain.
Karena hubungan antara service provider dan produsen handphone yang saling membutuhkan, maka langkah yang dilakukan service provider paralel dengan langkah yang dilakukan oleh produsen handphone. Di saat service provider menyuguhkan sebuah layanan baru, di saat itu jugalah produsen handphone meluncurkan produk yang mengoperasikan layanan tersebut. Bagi para produsen handphone, perkembangan teknologi yang ada dapat dengan mudah diterapkan pada produk-produk yang mereka hasilkan. Sehingga teknologi-teknologi yang paling baru dapat dengan mudah ditemukan pada berbagai merek handphone. Tetapi pada hasil penjualan yang diperoleh, terdapat perbecfuan yang cukup mencolok. Nokia misalnya, sudah beberapa tahun terakhir memperoleh pangsa pasar paling tinggi. Samsung juga menunjukkan perkembangan penjualan yang cukup baik dengan menempati peringkat tertinggi dalam hal peningkatan penjualan pada tahun 2002. Tetapi pada tahun yang sama, Sony Ericsson malah mengalami penurunan. Hal-hal apakah dari sisi produk yang mendorong perbedaan pada basil yang diperoleh.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing dimensi yang dibentuk dari atribut-atribut yang melekat dalam suatu produk handphone, mengetahui pemetaan antara tingkat kepentingan dengan penilaian yang diberikan oleh responden dalam sebuah kuadran untuk masing-masing merek, dan mengetahui perbedaan penilaian yang diberikan oleh responden terhadap dimensi yang ada tersebut.
Penelitian ini dimulai dengan melakukan riset exploratory untuk melihat atribut-atribut apa saja yang diperhatikan oleh konsumen dalam memilih suatu jenis handphone. Atribut-atribut ini kemudian dikumpulkan ke dalam dimensi-dimensi yang sering digunakan oleh Majalah Selular dalam setiap ulasannya mengenai suatu produk handphone. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan riset kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden pemakai merek Sony Ericsson, Nokia, dan Samsung dengan cara non probability sampling dan memakai metode convenience sampling. Jumlah responden yang diambil adalah 150 orang dengan pembagian yang merata antara ketiga merek tersebut.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini antara lain menunujukkan bahwa para pemakai handphone cenderung untuk mengganti handphone pada saat mereka merasa ingin mengganti handphone yang mereka pakai tersebut atau pada saat handphone yang mereka pakai sudah rusak. Mereka juga cenderung untuk membeli produk handphone yang harganya berkisar antara Rp 1 juta sampai dengan Rp 2 juta. Dimensi yang sebelumnya didasarkan pada ulasan Majalah Selular kemudian diabaikan dan menggunakan dimensi yang diperoleh dari analisis faktor. Dimensi-dimensi ini kemudian diurutkan oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan mereka dalam melihat suatu produk handphone yaitu berturut-turut kualitas, others, fitur, tampilan, dan yang terakhir varian.
Dari analisis kuadran diperoleh hasil bahwa dimensi yang dianggap penting dan dinilai dengan baik oleh responden pada ketiga merek tersebut adalah kualitas. Pada kuadran ini, Sony Ericsson juga menempatkan dimensi fitur, Nokia juga menempatkan dimensi others dan fitur. Pada diagram yang dianggap kurang penting oleh responden namun dinilai baik, Sony Ericsson dan Nokia menempatkan tampilan, sedangkan Samsung tidak menempatkan dimensi apapun. Pada dimensi yang dianggap kurang penting dan dinilai kurang baik, Sony Ericsson dan Nokia menempatkan dimensi varian, sedangkan Samsung menempatkan dimensi varian dan tampilan. Pada dimensi yang dianggap penting tetapi dinilai kurang baik, Sony Ericsson menempatkan dimensi others, dan Samsung menempatkan dimensi others dan fitur, sedangkan Nokia tidak menempatkan dimensi apapun di kuadran ini.
Penilai yang dilakukan responden terhadap ketiga merek tersebut berdasarkan dimensi yang ada menunjukkan bahwa hanya dimensi varian saja yang berbeda secara nyata, padahal dimensi ini berada pada peringkat paling akhir dari tingkat kepentingan yang diperhatikan oleh responden. Perbedaan penilaian ini terjadi pada penilaian yang diberikan responden terhadap Sony Ericsson dan Nokia, sedangkan untuk Samsung, tidak terdapat perbedaan secara nyata terhadap dua merek lainnya tersebut.
Hal yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan atau menjaga tingkat penjualan yang cukup baik ialah dengan meningkatkan brand equity dari merek yang bersangkutan dengan meningkatkan asosiasi merek dalam benak konsumen. Salah satunya ialah dengan menitikberatkan promosi pada pembentukan sikap dan meyakinkan konsumen bahwa merek yang mereka promosikan lebih baik daripada merek lainnya serta memberikan stimulus kepada calon konsumen agar mereka dapat terpengaruh sehingga dapat membangkitkan keinginan mereka untuk membeli produk yang dipromosikan.
Cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan varian-varian yang lebih banyak kepada konsumen. Selain itu, peningkatan kualitas juga sangat perlu untuk dapat disesuaikan dengan tingkat yang diharapkan oleh konsumen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter, J. Paul
Jakarta: Salemba Empat, 2013
658.834 2 PET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Engel, James F.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1994
658.834 2 ENG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline
"Restoran menjadi salah satu sektor bisnis yang sangat terdampak oleh Pandemi COVID-19. Restoran all you can eat termasuk jenis restoran yang mengalami penurunan jumlah pengunjung yang drastis akibat pandemi. Dibutuhkannya strategi bisnis yang disesuaikan pada perilaku konsumen selama pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perceived safety & brand trust, fair price, perceived risk, government trust, dan solidarity with restaurant sector terhadap intention to visit restoran all you can eat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan melakukan survei melalui penyebaran kuesioner terhadap 150 responden secara online untuk mengumpulkan data. Data diolah menggunakan SPSS versi 26.0. Hasil penelitian menunjukan perceived safety & brand trust, fair price, government trust, dan solidarity with restaurant sector secara parsial berpengaruh positif terhadap intention to visit restaurant. Selanjutnya perceived risk berpengaruh negatif terhadap intention to visit restaurant. Perceived safety & brand trust, fair price, perceived risk, government trust, dan solidarity with restaurant sector berpengaruh signifikan secara simultan terhadap intention to visit restaurant. Faktor-faktor tersebut selanjutnya harus diperhatikan oleh restoran all you can eat dalam menarik minat konsumen untuk berkunjung.

Restaurant is one of the most business sector that affected by COVID-19 pandemic. All You Can Eat is one of restaurant type that has a drastic decrease in the number of visitors due to the pandemic. Therefore, an adapted strategy is needed based on consumer’s behaviour during the pandemic. This study aims to examine the effect of perceived safety and brand trust, fair price, perceived risk, government trust, and solidarity with restaurant sector toward consumer’s intention to visit all you can eat restaurant. This study uses a quantitative approach by conducting online survey through distributing questionnaires in order to collect the data from 150 respondents. The data was processed using SPSS software version 26.0. The results showed that perceived safety and brand trust, fair price, government trust, and solidarity with restaurant sector partially had a positive effect toward consumer’s intention to visit all you can eat restaurant. Furthermore, perceived risk had a negative effect toward consumer’s intention to visit all you can eat restaurant. Perceived safety and brand trust, fair price, perceived risk, government trust, and solidarity with restaurant sector had a significant simultaneous effect toward consumer’s intention to visit all you can eat restaurant. These factors must be considered by all you can eat restaurant for attracting consumers to visit."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni
"Dewasa ini, tren gaya hidup sehat semakin mendapat perhatian dari masyarakat kita karena selain biaya pengobatan yang semakin tinggi akibat krisis ekonomi, juga ditunjang dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti penting hidup sehat. Salah satu produk yang mempunyai potensi untuk menunjang tren tersebut adalah jamu yang sudah sejak lama dikenal masyarakat kita. Hal ini disebabkan penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan dasar jamu diyakini mempunyal efek samping yang lebih kecil dan kurang berbahaya dibandingkan dengan penggunaan senyawa kimia sintetik yang banyak terdapat dalam obat obatan modern/farinasi. Oleh karena ini, seiring dengan berkembangnya tren gaya hidup sehat di tanah air, maka dapat diharapkan potensi penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia akan semakin besar pula di masa yang akan datang.
Penelitian mengenai persepsi konsumen terhadap produk jamu ini melibatkan responden sebanyak 100 orang (wanita dan pria) yang diambil menggunakan pendekatan non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Pemilihan responden dibatasi dengan kriteria mereka yang berusia antara 18 tahun sampai 55 tahun dari lokasi penelitian ini meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitiannya digunakan metode drop-off survey dengan media self-administered questionnaire. Data primer yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer SPSS versi 11.
Dalam penelitian ini ditemukan 4 (empat) buah asosiasi yang dominan terhadap Produk jamu, yaitu: (1) rasa pahit dan aroma khas jamu, (2) sebagai obat, (3) bermanfaat untuk kebugaran tubuh, dan (4) bersifat natural. Juga diketahui bahwa tingkat pengetahuan terhadap jamu di tingkat merek (brands) dinilai kurang baik sedangkan di tingkat yang lebih luas, yaitu nama perusahaan (product class), ternyata cukup baik. Sebagai konsekuensinya, konsumen produk jamu kemungkinan besar melakukan keputusan pembelian pada tingkat product class, yaitu mereka terlebih dahulu akan memutuskan untuk memilih nama perusahaan penghasil produk jamu tersebut, baru selanjutnya melakukan pemilihan merek produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Hasil penelitian juga menunjukkan ada 6 alasan utama mengkonsumsi produk jamu, yaitu: (1) terbuat dari bahan alami, (2) untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, (3) efek samping yang relatif kecil, (4) harga yang terjangkau, (5) untuk menghílangkan gejala penyakit ringan, dan (6) tanpa bahan pengawet. Sedangkan berdasarkan tingkat kepentingan atribut dalam mengkonsumsi produk jamu diketahui bahwa faktor keamanan dan kemudahan memperoleh produk adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan konsumsi tersebut. Adapun faktor keamanan yang dimaksud adalah: (1) terdaftar di Departemen Kesehatan, (2) terbuat dari bahan alami, (3) efek samping kecil, (4) kelengkapan informasi produk, (5) kualitas, (6) tanpa bahan pengawet, dan (7) proses produksi.
Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produk jamu lebih disukai dan dipersepsikan sebagai produk untuk mengatasi situasi atau masalah kesehatan yang cukup ringan, seperti untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh, capek-capek, masuk angin, pegal linu, dll. Produk jamu juga dipersepsikan dengan baik sebagai alternatif dan obat barat/farmasi walaupun responden dalam penelitian ini mempunyai kecenderungan untuk menggunakan obat farmasi/barat untuk mengatasl keadaan sakit atau penyakit tertentu, seperti kencing manis, asam urat, darah tinggi, dli. Sedangkan berdasarkan citranya, produk jamu tidak dipersepsikan sebagai produk untuk golongan atau lapisan masyarakat manapun terutama terhadap masyarakat yang bersifat tradisional dan tinggal di pedesaan atau kota kecil.
Beberapa saran berikut diajukan berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, yaitu: pertama strategi merek yang dapat digunakan oleh produsen jamu adalah menggabungkan nama/merek individu dengan nama perusahaan (corporate name) agar konsumen lebih mudah dan lebih cepat mengingat merek produk yang dihasilkan. Agar mempunyai kesempatan berhasil yang lebih besar, maka strategi ini dapat ditunjang dengan melakukan kegiatan corporate advertising yang bertujuan meníngkatkan pengenalan terhadap perusahaan dan citranya di benak konsumen. Kedua, produsen jamu juga dapat mencoba untuk memberikan citra tertentu kepada produk jarnu yang dihasilkan dengan tujuan untuk positioning produk terhadap segmen tertentu yang dapat ditempuh melalui media ikian secara gencar.
Terakhir, untuk memanfaatkan potensi produk jamu sebagai alternatif bagi obat barat/farmasi, maka produsen produk jamu dapat melakukan program periklanan yang bersifat mengedukasi masyarakat mengenai efektifitas jamu sebagai obat penyembuhan penyakit tertentu. Program ini sebaiknya ditujukan kepada industri jamu secara umum (bukan untuk perusahaan atau produk jamu tertentu) dan dilakukan oleh Gabungan Pengusaha Jamu yang saat ini sudah terbentuk. Dengan demikian, dapat diharapkan industri jamu ini akan semakin berkembang lagi di masa yang akan datang seiring dengan kemajuan tren gaya hidup sehat di masyarakat kita."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Mentari
"Store brand merupakan salah satu strategi yang diterapkan oleh peritel untuk dapat bersaing di pasar. Terdapat beberapa faktor yang digunakan untuk menjelaskan perilaku pembelian store brand. Berdasarkan penelitian sebelumnya, store image, store brand price image dan perceived risk berpengaruh terhadap purchase intention produk store brand. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh store image, store brand price image dan perceived risk terhadap purchase intention produk store brand Watsons. Penelitian menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) untuk menguji hipotesis penelitian. Tehnik pengumpulan data dengan cara survei melalui kuesioner. Populasi dan sampel dalam penelitian adalah pengunjung ataupun pembeli di ritel Watsons JABODETABEK dengan jumlah sampel sebanyak 180 responden yang dipilih secara acak. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa store image perceptions dan store brand price image berpengaruh positif terhadap store brand purchase intention.

Store brand is one of retailer's strategy to be competitive in the market. Several factors have been underlined to explain store brands' (SBs) purchase behavior.Based on previous research, store image, store brand price image and perceived risk have an influence toward store brand purchase intention. The purpose of this study was to examine the effect store image, store brand price image and perceived risk on purchase intention of store brand products Watsons. A research using Structural equation modeling to test the hypothesized relationships. Methods of data collection by survey techniques. Populations and samples in this study are the visitor or buyer at 'Drugstore Watsons' JABODETABEK, with a total sample of 180 respondents were randomly selected. The result of this study shows that store image perceptions and SB price-image positif influence significantly SB purchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S58142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Vianti Fibriani
"ABSTRAK
Krìsis moneter yang melanda Indonesia sejak Juli 1997, membawa dampak
yang buruk bagi perekonomian bangsa Indonesia. Baik dan buruknya perekonomian
nasional membawa dampak yang luas pada permintaan produk properti.
Meningkatnya depresiasi rupiah terhadap dolar, menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pukulan diterima para pengembang ketika bunga KPR dan kredit
kontruksi melambung bahkan KPR menghilang dari kalangan bank swasta. Hal ini
merupakan pukulan bagi pengembang karena sekitar 95 % pembelian melalui KPR,
hanya 5% pembelian saja yang tunai, dan itulah pasar yang harus diperebutkan pada
masa property crash. Keadaan ini dimulai ketika krisis moneter mulai menimpa
Indonesia dan puncaknya adalah setelah bulan Mei 1998 dimana kerusuhan yang
terjadi dan ketidak pastian politik di Indonesia menyebabkan keadaan perekonomian
semakin buruk.OIeh karena ¡tu pemasaran merupakan salah satu ujung tombak dalam
mempertahankan perusahaan dengan memperebutkan pasar yang semakin kecil.
Penelitian mi dilakukan dengan dugaan bahwa masyarakat yang menjadi
target dari perumahan menengah keatas yang tidak sensitif terhadap harga,
menga!ami perubahan perilaku terhadap pembelian rumah pada masa property crash.
Penelitian menggunakan metode wawancara baik terhadap 60 responden yang dipilih
secara acak. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa pertanyaan terbuka
dan pertanyaan tertutup. Penelitian ini diinaksudkan untuk melihat seberapa besar
perubahan perilaku yang terjadi terhadap konsumen rumah menengah keatas. Analisa
menggunakan tehnik distribusi frekuensi, Chi Square dan t-test untuk mengetahui
perubahan dan perbedaan yang terjadi pada masa krisis.
Studi ini menemukan telah terjadi beberapa perubahan dalam pembelian
rumah, seperti (1)tujuan pembelian rumah pada masa sebelum property crash dan
dalam masa property crash, (2)preferensi investasi yang dilakukan oleh konsumen,
dan (3)perubahan sumber informasi yang diandalkan dalam pembelian rumah.
Penelitian ini juga didapat atribut-atribut yang diperhatikan oleh konsumen kelas
menengah keatas dalam memutuskan pembelian rumah. Strategi penurunan harga
bukanlah strategi yang tepat karena konsumen tidak sensitif terhadap harga.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T1913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>