Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10436 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
"Makalah ini menelaah pentingnya hibriditas sosial-budaya dalam proses perkembangan arsitektur dan kota melalui perspektif kolonialisme dan multikulturalisme. Sebagai hasil interaksi dinamis selama berabad-abad antara beberapa kelompok etnis termasuk Melayu, Cina, dan Eropa, Muntok yang menjadi ibukota pulau Bangka sebelum abad ke-20 menawarkan ragam bentuk bangunan dan pola kota yang unik. Jangkauan makalah ini memfokuskan pada perpotongan antara sejarah kolonial dan hibriditas itu sendiri, yaitu melalui representasi material budaya. Metode riset dilakukan melalui kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara, koleksi data dan analisis tipologi. Hibriditas menjadi alat kritikal untuk mengungkapkan proses dinamis pada arsitektur dan kota. Riset ini menemukan bahwa arsitektur hibrid tidak hanya tentang keberadaan aspek-aspek fisik dari bangunan, tapi juga paling penting adalah integrasi dan hubungan dialektikal antara materialitas dan proses sosial-budaya di belakangnya.

This paper concerns the importance of socio-cultural hybridity in the process of architecture and urban development. It confronts spatial particularity occurring between the discourses of colonialism and multiculturalism. As a result of centuries of dynamic interaction amongst several ethnic groups including Malay, Chinese and European, Muntok as the colonial capital town of Bangka Island before 20thcentury offers various architectural edifices and urban forms. The scope of this paper focuses on the intersection between colonial history and hybridity itself and the research analyses its material represent through architecture and urban form. The methods of the research are conducted through a combination of a qualitative and a quantitative approach involving direct interviews, data collection, and typological analysis. Hybridity becomes a critical tool to reveal the dynamic process of architecture and urbanism. The research found that hybrid architecture is not only about the existence of physical aspects of buildings, but also most importantly about the integration and dialectical relationship between its materiality and the socio-cultural processes that lie behind it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
"Makalah ini menelaah pentingnya hibriditas sosial-budaya dalam proses perkembangan arsitektur dan kota melalui perspektif kolonialisme dan multikulturalisme. Sebagai hasil interaksi dinamis selama berabad-abad antara beberapa kelompok etnis termasuk Melayu, Cina, dan Eropa, Muntok yang menjadi ibukota pulau Bangka sebelum abad ke-20 menawarkan ragam bentuk bangunan dan pola kota yang unik. Jangkauan makalah ini memfokuskan pada perpotongan antara sejarah kolonial dan hibriditas itu sendiri, yaitu melalui representasi material budaya. Metode riset dilakukan melalui kombinasi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara, koleksi data dan analisis tipologi. Hibriditas menjadi alat kritikal untuk mengungkapkan proses dinamis pada arsitektur dan kota. Riset ini menemukan bahwa arsitektur hibrid tidak hanya tentang keberadaan aspek-aspek fisik dari bangunan, tapi juga paling penting adalah integrasi dan hubungan dialektikal antara materialitas dan proses sosial-budaya di belakangnya.

This paper concerns the importance of socio-cultural hybridity in the process of architecture and urban development. It confronts spatial particularity occurring between the discourses of colonialism and multiculturalism. As a result of centuries of dynamic interaction amongst several ethnic groups including Malay, Chinese and European, Muntok as the colonial capital town of Bangka Island before 20thcentury offers various architectural edifices and urban forms. The scope of this paper focuses on the intersection between colonial history and hybridity itself and the research analyses its material represent through architecture and urban form. The methods of the research are conducted through a combination of a qualitative and a quantitative approach involving direct interviews, data collection, and typological analysis. Hybridity becomes a critical tool to reveal the dynamic process of architecture and urbanism. The research found that hybrid architecture is not only about the existence of physical aspects of buildings, but also most importantly about the integration and dialectical relationship between its materiality and the socio-cultural processes that lie behind it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
Jakarta: UI Press, 2013
720.95 KEM t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ridwan Kurniawan
Jakarta: UI-Press, 2013
720.95 KEM h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Dewi
"Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu. Suatu karya arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor budaya. Hal ini juga berlaku pada arsitektur vernakular Minangkabau yang tergambar melalui rumah gadang, dengan ciri khas atap gonjong, sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal, tergambar melalui arsitektur rumah gadang. Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam eksistensi rumah gadang yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.

Vernacular architecture reflects the original architecture of a particular community groups. A masterpiece of vernacular architecture influenced by various factors, especially cultural factors. This also applies to vernacular architecture of Minangkabau depicted through rumah gadang, with a typical roof gonjong, as a product of cultural processes. Cultural values such as matrilineal genealogical system; outlook on life based on nature, and a communal way of life, illustrated through the architecture of rumah gadang. But, the shift in cultural values that occurred today, threatening the existence of the rumah gadang that contains the original values. Minangkabau people also felt that the image of their vernacular architecture has been adequately represented by the gonjong only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52247
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Rasananda Gelgel
"Representasi bersifat mewakili sesuatu. Akan tetapi ketika representasi itu kehilangan hubungannya dengan yang diwakilinya akan terjadi sebuah pemutusan. Sehingga apa yang diwakilinya adalah diri sendiri. Membentuk sebuah simulakra.
Dari pemikiran tersebut mendorong saya untuk melakukan kajian tentang simulakra. Dengan mengambil anjungan daerah TMII sebagai contoh kasus dalam menjelaskan gejala yang terjadi dan museum di TMII untuk mendukung pejelasan. Penelitian ini mengambil pendekatan semiotika dan hermeneutik dan bersifat kualitatif.
Dalam membahas fenomena ini saya menkonstruksi dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya yaitu dari pemikiran Martin Heidegger khususnya pemikiran tentang pofret dunia dan teori simulasi dan simulacra baik yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard maupun Umberto Eco. Saya memilih teori ini karena saya memahami teori tersebut dapat membantu saya dalam menjelaskan fenomena representasi kebudayaan dalam arsitektur yang saya amati.
Apa yang saya temukan dalam pengamatan di taman mini adalah fungsi utama yang ditampilkan oleh simulakra adalah melawan hierarki tradisional sekaligus menghidupkannya. TMII merombak dan menyusun kembali nilai-nilai tradisional. Tapi pada saat penyusunannya kembali hubungan antara representasinya dengan rujukannya mengalami keterputusan dalam nilai-nilainya. Sehingga apa yang nampak malah jadi kebalikannya reprsentasinya seakanakan lebih nyata daripada rujukannya. Hal ini menunjukkan adanya sebuah pemahaman bahwa reproduksi, representasi dan simulasinya lebih fundamental dan lebih solid daripada kenyataan yang menjadi rujukannya. Semua citra, akibatnya dibawa pada level yang sama, yaitu sebagai duplikat.
Pencapaian teknologi saat ini telah memungkinkan bentuk-bentuk simulasi yang mempertanyakan secara radikal gagasan konvensional mengenai asal-usul dan orisinalitas dan membuat yang artifisial, yang sintetis dan yang palsu tak terbedakan dari yang asli. Memang simulasi kadang kala tampak lebih hidup dan asli dan nyata daripada realitas itu sendiri.

Representation act to represent something, although in the end when it lost it connection with the thing that it represent, it become self reference. Which is called simulacra.
Based on that I started an analysis on simulacra. By using anjungan daerah TMII and museum in TMII as a case study to explain the phenomenon which ocure. The research used semiotic and hermeneutic method and the research it self is based in qualitative method.
To explain the phenomenon, I constructed theory based on the previous theory from Martin Heidegger, especially the essay on The Age of World Picture, and also Simulation and Simulacra from both Jean Baudrillard and Umberto Eco. II choose these theories because it can help me to explain the phenomena that ocure in cultural representation in architecture.
What I had found in the research in TMII is the main function of the simulacra is against traditional hierarchy and in the same time it also preserved it. TMII disassemble and assemble traditional value. Although when it assembled the culture, the relation between the representation and the reference is lost. It makes the representation is more realistic than it reference. It shown that there is an understanding that reproduction, representation and simulation are more fundamental and solid than the reality which it represent. All image in the end is bring to the same level, just as a mere copy. Technology achievement this day makes possibility to ask radically about the conventional idea of the origin of the reality. It also made the artificial, imposter and synthetic can't be defined between the real. And make the simulation seems more live and real than the reality it self.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Laksmi Larasati
"Penelitian ini adalah penelitian arsitektur dengan pendekatan sejarah terhadap Rumah Mayor Cina Muntok. Rumah ini menghadirkan perpaduan arsitektur kolonial Indische Empire dan tradisional Cina, siheyuan; yang masing-masing memiliki dasar pemikiran berbeda terkait kebudayaan yang dimiliki. Penelitian ini mendokumentasikan arsitektur dan ornamen rumah, kemudian menganalisisnya dengan bantuan literatur dan teori terkait. Penelitian terhadap Tjoeng A Tiam yang diatribusikan sebagai pendiri dilakukan atas dasar karya seni dan ornamen yang terpajang dalam dekorasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa aspek dalam arsitektur dapat menampilkan bagaimana kedua kebudayaan tersebut bersanding sekaligus menyesuaikan dengan kondisi alam setempat. Pengetahuan yang tergali dari objek diharapkan dapat turut membantu sebagai referensi dalam proses pelestarian objek di masa depan

This is an architectural research with historical approach on the Chinese Mayor Mansion in Muntok. The mansion's architecture is a combination of Colonial Indische Empire, and Chinese traditional siheyuan each with their own background culture. This research documented the mansion's architecture and decorations, which are then analysed using architectural and cultural literatures. Research on Tjoeng A Tiam, the name attributed as owner, is done through arts and ornaments available in the mansion. The result is the identification of the object's architecture that portrays the combination of both architecture style as well as their adjustments to the local environment. The information is expected to be used as reference for future conservation project of this object."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Forty, Adrian
London: Thames & Hudson, 2012
724.603 FOR w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Octiviani
"Fotografi adalah sebuah alat komunikasi yang dapat menangkap gambar secara objektif, fotografi merepresentasikan sesuatu yang nyata secara cepat. Arsitek kemudian memanfaatkan fotografi untuk merekam karya mereka yang nantinya dapat digunakan untuk beberapa tujuan, seperti dokumentasi, materi pameran, dan juga sebagai pengganti interaksi langsung dengan bangunan. Arsitektur mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi melalui wujud dan ruang bangunannya, dimana manusia dapat mengalami dan berinteraksi dengan ruang arsitektur melalui raga dan indra mereka. Sejak ditemukannya fotografi, arsitek telah memanfaatkan fotografi untuk mengkomunikasikan ide, konsep dan tujuan dari karya sang arsitek. Fotografer diharapkan dapat membantu arsitek untuk menciptakan sebuah ilusi pada fotografi, ilusi yang kemudian dapat membantu manusia dalam memvisualisasikan bangunan arsitektur melalui media dua dimensi atau bahkan merasakan pengalaman ruang tiga dimensi. Keberhasilan ilusi ini bergantung kepada bagaimana manusia mempersepsikan informasi yang telah diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor konsep fotografi arsitektur dan bagaimana persepsi manusia dapat mempengaruhi cara manusia mencerna informasi. Dengan memahami cara kerja persepsi manusia, diyakini bahwa manusia dapat berinteraksi dengan ruang arsitektur melalui foto sebagaimana manusia berinteraksi dengan ruang arsitektur secara langsung. Untuk mendukung dan menanggapi isu yang muncul, beberapa responden telah diwawancari dengan beberapa pertanyaan. Dengan menganalisa hasil dari wawancara dari responden dan teori-teori yang ada, penelitian ini akan menuntun kepada sebuah kesimpulan tentang bagaimana manusia mempersepsikan informasi yang didapat dari sebuah fotografi arsitektur.

Photography is a communication tool that can capture an image objectively, it represents what exists with its brief moment. Afterwards Architects utilize it to record their works that can later be used for other purposes such as documentation, exhibition material, and also as a substitute of direct interaction with the building. Architecture has the ability to communicate through its form and space where people can experience and interact in it with their body and senses. Since the discovery of photography, architects have been taking advantage of the device with the intention of communicating their ideas, concepts, and purposes of their works. Photographers can hopefully aid the architects by using their skill to create an illusion in photography, which can helps people visualize the building in two-dimensional form or even offering the experience in three dimensional form. Such illusion can work depending on how the human percepts the information given.
This study will explore the concept of photography in architecture and how human perception can affect the way people perceived information. With understanding of the human’s working method in perception, it is believed that humans can interact with an architectural space through a photograph similar to the experience they would get in threedimensional form. Several people are interviewed to support and validate the issue that has been raised. Analyzing the informant’s point of view and several theories, this study will lead to a conclusion on how human percepts information from an architectural photography.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S59948
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linton, Harold
New York : McGraw-Hill, 1999
747.94 LIN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>