Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Akhmad Bakhtiar Amin
"Peningkatan masyarakat dapat tercapai melalui community based development yang merupakan salah satu bentuk perwujudan dari corporate social responsibility bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat di mana transformasi sosial dapat berlangsung secara berkelanjutan. Hal-tersebut bisa terjadi bila masyarakat menyadari akan hak-hak dan kewajibannya serta mempunyai kapasitas untuk melaksanakan transformasi ekonomi teknologi dan sosial budaya.
Program community based development mensyaratkan adanya hubungan yang kondusif antara perusahaan dan masyarakat tanpa hares mengambil alih peran pemerintah untuk mencapai sustainable development dan tujuan pemerintah daerah (peningkatan PAD dan kesejahteraan umum) dapat tercapai.
Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdiri sebuah perusahaan Tambang Minyak PertroChina International Jabung Ltd. yang menjadi sumber pemasukan utama bagi kas pemerintah setempat bahkan juga bagi lingkup yang lebih luas. Agar tujuan sustainable development dan pemerintah daerah tercapai maka diperlukan penelitian vane berusaha menjawab pertanyaan: "Bagaimana pola hubungan antara masyarakat Desa Pandan Jaya dengan Perusahaan PetroChina International Ltd.?" Hasil penelitian tersebut dilanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana model hubungan ideal masyarakat dan industri guild meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang bersinergi dengan industri?
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas maka disusun sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif agar didapat gambaran yang jelas tentang pola-pola interaksi masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar wilayah kegiatan pertambangan dengan kegiatan pertambangan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan data-data primer yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan para responden baik dari pihak perusahaan aparat. pemerintah atau masyarakat; hasil observasi terhadap pola hubungan masyarakat Pandan Jaya dengan PetroChina; dan data-data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen perusahaan data monografi desa artikel-artikel dan literatur yang berkaitan dengan terra penelitian.
Penelitian ini dimulai pada April 2004 hingga Juni 2004 mencakup survei pcndahuluan dan penelitian lapangan. Sedangkan subjek penelitian ini berasal dari berbagai latar belakang bidang profesi yaitu pemerintahan (aparat desa ketua dusun ketua RT) perusahaan (staf Comdev Staf personalia karyawan perusahaan dan Superintendent) dan masyarakat (petani peternak pedagang dokter guru perawat dan masyarakat sebagai individu).
Penelitian ini menyerap aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Pandan Jaya aspirasi-aspirasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bidang yaitu pemerintahan pendidikan keagamaan pertanian perekonomian kesehatan sarana dan prasarana umum serta dukungan operasional kegiatan masyarakat. Selanjutnya dari aspirasi-aspirasi yang terserap tersebut dilakukan pemilahan antara aspirasi yang ditujukan kepada pemerintah daerah dan yang ditujukan kepada manajemen PetroChina.
Hasil pemetaan pola hubungan antara masyarakat dengan perusahaan di Pandan Jaya dapat dikelompokkan menjadi empat pola yaitu: pertama pola hubungan yang ideal yaitu hubungan yang memiliki karakteristik saling memberi dukungan dan keuntungan bagi kedua belah pihak yang terbentuk karena komunikasi dan pola pikir yang sepaham antara pihak perusahaan dengan elemen masyarakat tertentu. Kedua pola hubungan sepihak yaitu pihak yang berusaha menjalin komunikasi hanya satu pihak baik yang dilakukan oleh PetroChina maupun oleh masyarakat Ketiga pola hubungan yang bertentangan yaitu pola yang timbul karena tidak adanya tranparansi dari pihak PetroChina dan salah satu elemen masyarakat tidak bisa menerima hal ini karena merasa telah ikut merasa memiliki hak tertentu atas hasil yang dieksploitasi oleh PetroChina. Dan terakhir pola hubungan tidak peduli yaitu pola hubungan akibat tidak adanya pendekatan (sosialisasi) dari pihak perusahaan sehingga tidak ada rasa memiliki dalam kelompok masyarakat dalam pola hubungan ini.
Dari pemetaan pola hubungan akan ditemukan solusi terbaik sebagai pegangan untuk menyusun program community development juga memberi gambaran pola antar stakeholder yang mengarah pada pola hubungan ideal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daeng Muhtadi
Jakarta: Enggal Jaya, 2012
658.409 2 DAE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Albert Yusuf Dien
"Hakekat keadilan sosial dalam pemikiran Karl Marx adalah apabila suatu masyarakat telah terciptanya perwujudan diri melalui kasih sayang, dan kerjasama suatu masyarakat tanpa kelas (classless society), tanpa kekerasan, dan tanpa penindasan, serta manusia yang terbebas dari segala macam bentuk alienasi diri manusia: Keadilan sosial merupakan suatu keadilan yang tergantung pada struktur-struktur kekuasaan yang menguasai golongan-golongan yang menderita kctidakadilan (masyarakat tak bcrdaya terhadap segala macam bentuk penghisapan dan pemerkosaan), yang menentukan kehidupan rnasyarakat dalam dimensi politis, ekonomis, sosial, budaya, hukum dan ideologis. Negara tidak hanya dijadikan sebagai alai penjamin bagi berlangsungnya praktik-praktik penindasan dengan cara melindungi dan mendukung kelas penindas, dan agama serta sistem nilai lainnya memberikan legitimasi pada struktur kekuasaan kelas itu. Karya-karya Marx diperkaya dengan semangat kemanusiaan (humanisme), di mana Marx berbicara mengenai keresahan dan teralienasinya manusia dari lingkungannya, akibat keserakahan, penghisapan, pengangguran, serta jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin menganga, yang kesemuanya merupakan bentuk-bentuk ketidakadilan akibat cara-cara produksi kapitalis. Filsafat Marx didasarkan kepada filsafat materialisme. Filsafat materialisme historis Marx pada pokoknya diarahkan kepada praksis, yaitu perubahan masyarakat. Pengaruh Marx terhadap pemikiran dewasa ini tidaklah cukup dijelaskan berdasar telaah mengenai Marx yang bersifat kesejarahan, melainkan juga tampilnya jawaban dalam bidang politik dan filsafat terhadap masalah-masalah dewasa ini. Arah filsafat dialektis Marx terutama pandangannya terhadap individu dan masyarakat, serta wawasan humanismenya, tidak sekadar memahami masyarakat berkelas tempat bersemi segala ketidakadilan, tetapi bagaimana upaya menghapuskan ketidakadilan, pembelaannya terhadap pembebasan manusia dari belenggu yang menghalangi penampilannya dalam wujud utuh, itu merupakan ide-ide kemanusiaan yang cemerlang, dan menjadi bahan pemikiran dalam kajian yang berkaitan dengan keadilan sosial. Teori Marx seperti alienasi, penindasan, perubahan teknologi, perjuangan kelas dan kritik ideologi, masih tetap valid dan masih tetap dianggap penting sampai masa kini. Marx memahamkan masyarakat tidak secara statis, melainkan secara dinamik. Masyarakat mengalami perkembangan, dan Marx memberi prognosa mengenai perkembangan itu. Ajaran Marx menawarkan janji dan harapan-harapan terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan, kedamaian dan keamanan, serta pemecahan masalah yang dihadapi kaum proletar, demi terciptanya keadilan sosial. Keadilan Sosial yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasalnya, negara dibebani tanggung jawab sosial, negara harus berpihak pada mereka yang lemah dengan mengikutsertakan mereka secara aktif dalam pengambilan keputusan di bidang politik, ekonomi dan kultural, serta negara dituntut hares berlaku adil terhadap warganegaranya tanpa diskriminasi terhadap siapapun, untuk membangun demokrasi yang berprikemanusiaari dan berkeadilan sosial"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T37445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Gardono Sudjatmiko
Jakarta: UI-Press, 2015
PGB 0303
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Maksimus Regus
"ABSTRAK
Pembangunan merupakan mekanisme yang melibatkan banyak pihak dengan titik tolak acuan dan orientasi yang khas. Hubungan tripolar antara negara, korporasi dan komunitas lokal merupakan salah satu penjelasan dari praktek pembangunan baik pada skala global, nasional maupun lokal. Tiga kekuatan ini bergerak dalam dinamika untuk
menunjukkan kompleksitas persoalan pembangunan. Pengelolaan sumber daya alam dapat mencerminkan dinamika hubungan tripolar
ini. Negara, korporasi maupun komunitas lokal memiliki posisi kepentingan yang berbeda terhadap pengelolaan sumber daya alam. Negara berurusan dengan regulasi, korporasi berkaitan dengan investasi/modal dengan orientasi pada profit. Sedangkan
komunitas lokal berhubungan dengan aspek kedaulatan atas sumber daya dan implikasi positif yang dapat diterima dari mekanisme hubungan ini. Namun, ada ketimpangan hubungan antara ketiga kekuatan ini terutama adanya dominasi korporasi baik terhadap komunitas lokal maupun negara. Seringkali pada akhirnya negara dan korporasi akan membentuk kekuatan tunggal dan mendominasi
komunitas lokal.Industri tambang di Manggarai, NTT menjadi salah satu alat analisis untuk melihat dinamika hubungan tripolar ini. Ada pertanyaan penting muncul di sini entahkan hubungan tripolar ini mencukupi untuk menjelaskan konsep pembangunan lokal.
Ternyata, proses resistensi lokal dan kehadiran stakeholder utama yaitu Institusi Gereja Katolik memberikan karakter khas pola dan dinamika hubungan tripolar ini. Resistensi membutuhkan stakeholder utama.

ABSTRACT
This writing discusses local resistance of mining communities in Manggarai, Flores. Local resistance is an urgent aspect for understanding the role of state (government) and corporate investment in local context. What attention mining community is building social resistance as an answer for state-corporate domination. In Manggarai, Catholic Church take an important part in local resistance. Church become a main subject for starting local resistance with mining community."
2009
T 26170
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Koesrijanti
"Masalah lingkungan hidup di masa depan semakin kompleks sehingga memerlukan upaya terpadu dan menyeluruh. Sedangkan pertumbuhan dan pembangunan masa depan, termasuk proses industrialisasi akan sangat bergantung kepada cadangan sumberdaya alam utama Indonesia (tanah, hutan, air, dan energi) dan keberlanjutan tatanan lingkungan yang kritis termasuk sumber air dan tanah di daerah perkotaan dan ekosistem pantai dan lautan di seluruh Indonesia.
Industrialisasi sebagai salah satu strategi dalam pembangunan, dilihat dari tatanan makro telah memberikan kontribusi yang besar terhadap ekonomi nasional, sehingga sektor industri saat ini dipercaya sebagai sektor andalan motor pertumbuhan yang menjadi orientasi pembangunan saat ini.
Kendati demikian tak dapat dipungkiri bahwa seiring dengan perkembangan industri sebagai salah satu strategi pembangunan membawa dampak tersendiri terhadap masyarakat baik secara sosial, ekonomis, maupun secara fisik terutama terhadap masyarakat sekitar di mana industri tekstil itu berada, yang dalam hal ini yaitu masyarakat di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengkaji keberadaan masyarakat sekitar industri tekstil di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat mengalami kondisi lingkungan sosial ekonomi yang buruk.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, fakta dan informasi yang sahih dan dapat dipercaya (reliable) tentang hubungan antara pembangunan industri tekstil dan lokasi geografis dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bersifat sebagai penelitian non eksperimental yakni metode penelitian ekspos fakto dengan pendekatan yang bersifat deskriptif analitis dibantu dengan metode survei melalui pengamatan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Jumlah sampel sebanyak 120 responden berasal dari 25% jumlah desa di Kecamatan Cikeruh sebanyak 17 desa, dan muncul 4 desa yang dipilih secara random yaitu Desa Cisempur, Desa Cintamulya, Desa Cilayung, dan Desa Cikeruh. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Juni 2001.
Ada 2 variabel bebas yaitu pembangunan industri tekstil dan perkembangan lokasi geografis dibandingkan dengan 1 variabel terikat yaitu perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Instrumen penelitian di susun oleh peneliti berdasarkan deskripsi teori. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan uji khi-kuadrat (chi square test). Analisis deskriptif yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel dan gambar sehingga data menjadi informasi yang mudah dipahami.
Uji khi-kuadrat digunakan untuk melihat hubungan antara keberadaan pabrik dengan berbagai variabel demografi, sosial ekonomi, kondisi kesehatan, pengadaan air minum dan kelembagaan. Uji khi-kuadrat digunakan karena peubah-peubah (variabel) yang diamati bersifat kategori.
Peubah kategori yaitu peubah yang nilai-nilainya hanya bersifat menggolongkan atau mengklaskan. Peubah kategori dapat dibedakan menjadi dua skala pengukuran yaitu nominal dan ordinal, contoh peubah yang berskala nominal yaitu jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) dan contoh peubah berskala ordinal yaitu tingkat pendapatan.
Hipotesis penelitian, berdasarkan deskripsi teori dapat disusun perumusan hipotesis, sebagai berikut: 1) Terdapat hubungan antara pembangunan industri tekstil dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 2) Terdapat hubungan antara lokasi geografis dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Cikeruh, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat. 3) Lokasi geografis bersama dengan pembangunan industri tekstil berhubungan erat dengan perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis temuan data dibuat kesimpulan penelitian. Secara umum pembangunan industri tekstil dan lokasi geografis mempengaruhi variabel terikat yaitu perkembangan lingkungan sosial ekonomi masyarakat.
Interaksi variabel pembangunan industri tekstil di suatu wilayah memberikan dampak yang nyata terhadap aspek sosial ekonomi, kesehatan masyarakat, ketersediaan air bersih, kelembagaan masyarakat, dan lokasi geografis.
Keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan tiga indikator yang paling dominan yaitu kondisi kesehatan, kontribusi pabrik terhadap fasilitas kesehatan, dan jenis penyakit yang timbul dengan adanya pabrik.
Keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan semua indikator pengadaan air bersih yaitu keberadaan sumber air bersih, sumber air untuk minum, sumber air untuk mandi, keadaan air minum, kontribusi pabrik terhadap fasilitas air bersih, dan bentuk kontribusi dari pabrik.
Di samping itu keberadaan pabrik berhubungan nyata dengan dua indikator dominan kelembagaan masyarakat yaitu kebersihan lingkungan dan keterlibatan dalam perkumpulan kemasyarakatan.
Sikap dan persepsi pekerja pabrik berhubungan nyata dengan hampir semua indikator sosial ekonomi yaitu manfaat keberadaan pabrik, jenis manfaat pabrik, pekerjaan pokok, dan pekerjaan ibu rumah tangga.
Jenis penyakit dan kontribusi pabrik terhadap fasilitas kesehatan berhubungan nyata dengan status pekerja atau bukan pekerja.
Keberadaan lokasi yang didukung dengan kondisi lingkungan alam berhubungan nyata dengan perkembangan industri tekstil.
Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian sebagai pengaruh bentang alam yang sangat menguntungkan, seperti lahan yang relatif datar dengan kemiringan lereng 0-15% dan adanya pendukung seperti ketersediaan sumber daya air, ketersediaan sarana dan prasarana sehingga pihak industri dapat menekan biaya operasional yang tidak kecil.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis temuan data dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian yaitu:
Keberadaan pabrik di suatu wilayah memberikan dampak yang nyata terhadap aspek sosial ekonomi, kesehatan masyarakat, ketersediaan air bersih, dan kelembagaan masyarakat, serta lokasi geografis.

The Development of Socio-Economic Community Environment (A Survay on the Relationship between Textile Industries Development and Geographical Location with the Environmental Development of Village Social Economic Community in Cikeruh Sub-District, District of Sumedang, West Java Province).Living environmental issue in future years will be more complex that needs an integrated and whole effort. While, regarding next development and growth, including industrialization, for example, will depend on major natural resources of Indonesia (lands, forests, waters, and energies), and critical environmental order continuity, including water and land resources in urban areas and coastal and marine ecosystems all over Indonesia.
From macro-order perspective, industrialization-as one of our development strategies-has made a great contribution to our national economy. Thus, the existing industry sector is believed to be a reliable growth-activating engine in our development orientation.
Nevertheless, there is not doubts to assume that as industry sector-considered one of our development strategies-grows, it will bring particular social, economical and physical effects into society, especially local population where such a textile industry located, that is Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province.
Formulations of research's problems development are community's textile industry in Sub-district Cikeruh, District of Sumedang, West Java Province to realize bad condition of social economic environmental.
The research is purposed, to gather reliable and valid data, fact and information on correlation between textile industry development and geographical location and socio economic environmental development in urban area of Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province.
The research is non-experimental in character, expost facto method, which using a descriptive-analytic approach added with an observational survey method.
This research was under-taken in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province. Number of sample respondents is 120, which taken from 25% of all 17 villages in Cikeruh Sub District. Those four villages randomly selected in this research are Cisempur, Cintamulya, Cilayung, and Cikeruh. The research was performed in February - June 2001 period.
There are two dependent variables (textile industry development and geographic location development) compared to one independent variable (community's socio economic development). Researcher prepares instrument of the research based on theoretical description. Analysis method used here in the research is descriptive analysis and chi-square test. Descriptive analysis is made by preparing data in forms of tables and figures to be more understandable.
Chi-square test is intended to see correlation between plant existence and various variables such as demography, social, economy, health condition, water supply and institution. Chi-square test is utilized because observable substitutions (variables) are of categorical in nature. Category substitutions are the ones whose values serve to classify only. They may be grouped into two measuring scales, i.e., nominal and ordinal. Example for nominal-scaled substitution is gender (male and females), while for ordinal-scaled substitution is income level.
Research hypothesis, based on theory description, may formulate the following hypothesis: (1) There is a correlation between textile industry development and community's socio economic environmental development in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province; (2) There is a correlation between geographic location and community's socio economic environmental development in Cikeruh Sub District, Sumedang Regency, West Java Province; and (3) Geographic location combined with textile industry development is closely correlated to community's socio economic environmental development.
Author draws conclusion based on research findings and data analyses. In general, textile industry development and geographic location influence dependent variable that is community socioeconomic environmental development.
Interaction between textile industry development variable in an area gives a concrete effect to social economy, public health, water supply, and societal institution, and local geography.
Plant existence is significantly correlated to the three most dominant factors: health condition, plant contribution to health facilities, and kinds of diseases resulted.
Plant existence is significantly correlated to all indicators in water supply, i.e., the availability of clean water sources for drinking and bathing, drinking water condition, contribution plant made to clean water facilities, and forms of contributions plant.
In addition, plant location is significantly correlated to two dominant public institution indicators: environmental sanitary and public involvement in societal association.
Plant worker's attitudes and perceptions are significantly correlated to almost all-socioeconomic indicators: plant existence benefits, kinds of plant benefits, primary works and housewives' jobs.
Kinds of diseases and contributions plant made to public health facilities are significantly correlated to status of workers or non-workers.
Location availability, which supported with natural environmental condition, is significantly correlated to textile industry development.
Changing farm area to non-agricultural has followed advantageous natural landscape, such as relatively flat land with 0 - 15% slope and another supporting frames such as water supply and infrastructures and facilities making industry saved substantial costs.
After testing hypothesis and analyzing data, author draws conclusion of the research: Plant existence in a certain area gives an actual effect to social economy, public health, water supply, and societal institution, and local geography.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>