Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Berkala Arkeologi is a biannual journal by Balai Arkeologi D.I. Yogyakarta, published every May and November each year. This journal seek to promote archaeological research, as well as to share those research to the public. Our first edition was published on March 1980, and we have grown since then. Starting from a journal with general topics, and now we have concentrated on a more specific topic, archaeology. Since 2012, Berkala Arkeologi has started to use online system for their management. Since 2015, Berkala Arkeologi has been accredited by the the Indonesian Institute of Sciences (LIPI) with their decree number 641/AU2/P2MI-LIPI/07/2015."
Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta,
930 ARKEO
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Public archeology can't be understood as a narrow-minded view point as an archaelogical research and their object's presentation and representation at the public only. However, public archeology must be understood more widely as an archaelogical view poinr for understand the public requirements and importance. These discipline have an important meaning for the socialization of supreme culture values at the past. On the future, those values will be reinforcing the national cultural identities from the foreign cultural influence. In order to those purpose, public role, active and seletive creativity in the foreign culture adoption without leaving any cultural identity, will be necessary"
Medan: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata - Balai Arkeologi Medan,
930 BAS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Penelitian Nasional Arkeologi Nasional.,
930 KALP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Lepra adalah penyakit kronis pada manusia yang dapat menular. Penyakit ini menyerang kulit, membrane mukosa, saraf periperi, mata, tulang dan testis yang disebabkan oleh Mycobacerium leprae. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejarah manusia akhir-akhir ini, lepra telah tersebar diseluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting untuk meletakkan kasus lepra pada peta persebaran penyakit dalam rangka membangun pengetahuan yang lebih luas, tidak hanya berkenaan dengan persebaran penyakit itu sendiri melainkan juga untuk menganalisis persebaran manusia modern. Tujuan dari studi ini adalah untuk mendeteksi penyakit infeksi lepra pada populasi kuno guna mengetahui relevansinya dengan sejarah penghunian di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode makroskopik berdasarkan metode dari Ortner dan Aufderheide & Rodriguez-Martin untuk mengidentifikasi lepra pada cranium dari specimen LL1/5 dari Lewoleba, pulau Lembata. Antikuitas LLI/5 berdasarkan C14 adalah 2900+-160. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa LLI/5 menderita lepra semasa hidupnya. Beberapa penelitian tentang penyakit infesksi, termasuk lepra, menyimpulkan bahwa kemunculan lepra berkaitan dengan migrasi manusia, dalam hal ini persebaran manusia modern. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa persebaran lepra konsisten dengan sumber manusia modern yaitu Afrika Timur. Persebaran lepra jyga sesuai dengan jalur persebaran manusia modern dari Afrika. Berdasarkan hal ini disimpulkan bahwa karena lepra tersebar sesuai dengan migrasi manusia, hal ini berarti bahwa lepra dapat menjangkiti populasi kuno di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah salah satu jalur migrasi persebaran manusia modern."
Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, 1980
300 BARK 31:2 (2011)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Medan: Balai Arkeologi Medan, 2009
930.1 JEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Medan: Balai Arkeologi Medan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
930.1 FAU (1);930.1 FAU (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah , 1993
913.926 DIN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jatinangor: Alqaprint, 2009
930.1 ARK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
050 A 5 (1981)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"Kegiatan survei dan penelitian arkeologi di Indonesia sudah berlangsung lama sejak masa penjajahan Belanda. Namun demikian sampai saat ini tidak seorang pun dapat mengatakan secara pasti berapa jumlah sites arkeologi masa Hindu-Buda yang sudah pernah ditemukan, baik di daerah Jawa Tengah pada umumnya maupun di daerah Yogyakarta pada khususnya. Selain dari itu tidak seorang pun yang dapat menyatakan secara tepat di mana saja semua situs itu terletak, pada bentuk permukaan bumi seperti apa, bagaimana sebarannya, serta seberapa jauh kaitannya dengan lingkungan alam. Padahal keterangan mengenai lokasi sites, frekuensi, luas sebaran, kepadatan, bentuk konligurasi sebaran, dan korelasinya dengan sumberdaya alam merupakan data dasar yang biasa digunakan dalam studi arkeologi-ruang untuk mengetahui dan memahami berbagai hal mengenai perilaku dan gagasan keruangan masyarakat masa lalu.
Di berbagai bagian dunia penelitian arkeologi-ruang sudah lama dimulai (Parsons 1972.127-50; Clarke 1977:2-5), dan sudah lama pula diselenggarakan dengan strategi serta metode penelitian yang cukup memadai untuk mernungkinkan tercapainya tujuan penelitian sebagaimana dicontohkan oleh Gordon R. Willey dalam penelitian pionirnya di lembah Viru, Peru (Willey 1953). Demikian pula sudah hampir dua dasawarsa lamanya konsep arkeologi-ruang telah diperjelas serta dipertegas paradigmanya oleh David L. Clarke (1977), dan segala bentuk kajian yang sejenis dipersatukannya dalam satu wadah studi yang diberi nama spatial archaeology (arkeologi-ruang).
Di Indonesia paradigma arkeologi-ruang belum dijadikan landasan pokok dalam kebanyakan penelitian semacam ini, bahkan dengan berat hati dapat ditegaskan bahwa pelaksanaan penelitian arkeologi-ruang di negara kita masih dalam taraf uji coba, dan sebagian besar masih merujuk pada kajian keruangan yang kurang luas rentangan wawasannya. Relatif terlalu sedikit ahli arkeologi kita yang berhasrat terjun menekuni bidang kajian arkeologi-ruang, dan oleh karena itu belum banyak hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan acuan atau bahan banding yang memadai. Oleh sebab itu pula masuk akal kiranya jikalau di negara kita data dasar yang biasa diperlukan dalam kajian arkeologiruang belum tersedia, atau kalau pun ada belum cukup siap untuk dapat digunakan secara Iangsung dalam penelitian khusus semacam ini. Pada dewasa ini Para peneliti arkeologiruang di Indonesia harus berupaya keras, dan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak lebih dahulu informasi keruangan dari benda-benda dan situs-situs arkeologi yang pernah diketahui atau disebut dalam laporan-laporan inventarisasi kepurbakalaan, kernudian mendaur ulang dan menambahnya dengan data yang lebih lengkap dan lebih khusus, serta melengkapinya dengan data baru sebelum dapat diolah dalam tahap analisis untuk memungkinkan tercapainva tujuan penelitian dengan hasil yang memadai.
Kajian ini tidak lain merupakan satu upaya kecil untuk mengembangkan penelitian arkeologi-ruang di negara kita, khususnva dalam skala regional (makro) serta yang dilaksanakan dengan strategi dan metode yang dianggap sesuai dengan hakikat data arkeologi-ruang yang ada di lndonesia. Disadari sepenuhnya bahwa tanpa melakukan kajian semacam ini, perkembangan studi arkeologi-ruang di Indonesia niscaya akan menjadi amat lambat, sehingga akan makin jauh tertinggal dari penelitian serupa di negara lain. Arkeologi-ruang.
Pokok Kajian. Arkeologi-ruang, yang merupakan salah satu studi khusus dalam bidang arkeologi, pada pokoknya lebih menitikberatkan perhatian pada pengkajian dimensi ruang (spatial) dari benda dan situs arkeologi daripada pengkajian atas dimensi bentuk (formal) dan dimensi waktu (temporal). Dalam sejarah perkembangan arkeologi di berbagai bagian dunia, pengkajian khusus keruangan terhadap benda-benda arkeologi maupun situs-situs memang datang lebih kemudian daripada pengkajian atas dimensi bentuk dan waktu. Begin.) pula dalam empat dasawarsa terakhir ini di dunia arkeologi terdapat semacam pergeseran tekanan perhatian, yaitu dari pengkajian atas artefak kepada pengkajian atas situs yang pada hakikatnya merupakan satuan ruang tertentu tempat terletaknva sekumpulan artefak, Kemudian dalam tahap perkembangan berikutnya tekanan itu diberikan kepada pengkajian atas wilayah (region) sebagai satuan ruang yang lebih luas, tempat terletaknya situs-situs. Pemberian tekanan perhatian kepada dimensi ruang inilah yang mengakibatkan bergesernya kesibukan sebagian ahli arkeologi dari kajian morfologi, tipologi dan klasifikasi benda arkeologi kepada upaya untuk rnemperoleh kembali informasi keruangan sebagai babas untuk dikaii lebih cermat, baik dari benda-benda arkeologi yang berada dalam satuan ruang berupa sites maupun dari situs-situs yang berada dalam satuan ruang yang lebih luas berupa wilayah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D222
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>