Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"
Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasi masalahkesehatan. Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan model pemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakan metode gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitian adalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga. Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Model pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dari unsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran,kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan, modal sosial, serta Survei Mawas Diri. Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi kesehatan,peran petugas kesehatan, dan peran fasilitator. Sementara itu proses pemberdayaanmasyarakat meliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumber daya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaanmasyarakat berupakeberdayaanmasyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Masalah pemberdayaan masyarakat adalah lemahnya kemampuan mengidentifikasimasalahkesehatan.Tujuan penelitianadalahmengkaji dan menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan, dan merumuskan modelpemberdayaan masyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan.Penelitianinimenggunakanmetodegabunganantarakuantitatifdankualitatif.Penelitian kuantitatif berupapenelitian survei dengan analisis jalur,sedangkan penelitian kualitatif menggunakanstudi kasus. Sasaran penelitianadalah Bidan Pos Kesehatan Desa danForum Kesehatan Desa di 30Desa Siaga.Hasil penelitian: (1) Faktor-faktor yang berhubungan denganpemberdayaanmasyarakat dalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan meliputi:tingkat pendidikan, pengetahuan, kesadaran, kepedulian, kebiasaan, kepemimpinan,modalsosial,Survei Mawas Diri, akses informasi kesehatan,peran petugaskesehatan,danperan fasilitator kesehatan; (2)Modelpemberdayaan masyarakatdalamkemampuan mengidentifikasi masalah kesehatanterdiri dariunsur-unsurmasukan, proses, dan keluaran. Unsur masukan terdiri dari faktor internal danfaktor eksternal komunitas. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, pengetahuan,kesadaran,kepedulian,kebiasaan,kepemimpinan,modalsosial,sertaSurveiMawasDiri.Sedangkan faktor ekternal meliputi: akses informasi kesehatan,peranpetugaskesehatan,danperanfasilitator.Sementaraituprosespemberdayaanmasyarakatmeliputi proses pendayagunaan dan pemanfaatansumber daya di dalam masyarakat serta proses fasilitasi dan dukungan sumberdaya dari luar masyarakat. Keluaran pemberdayaanmasyarakat berupakeberdayaanmasyarakatdalamkemampuanmengidentifikasimasalahkesehatan."
610 JKY 20:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Puspitasari
"Mahasiswa Fasilkom UI memiliki intensitas frekuensi dan durasi penggunaan laptop yang lebih tinggi dibandingkan fakultas lainnya yang ada di UI, padahal desain laptop tidak sesuai dengan standar ergonomi. Hal ini nantinya dapat memberikan dampak yang buruk bagi mahasiswa seperti menurunnya produktivitas karena gangguan kesehatan akibat menggunakan laptop. Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan jumlah responden 116 orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku penggunaan laptop dan keluhan kesehatan akibat penggunaan laptop.
Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 47.4% responden yang menggunakan laptop dengan postur baik dan 55.2% mengalami keluhan kesehatan parah. Dari hasil uji Chi Square, tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku penggunaan laptop dengan keluhan kesehatan yang dirasakan akibat penggunaan laptop (p= 1.00, α = 0.05). Informasi mengenai penggunaan laptop yang benar beserta dampak penggunaan laptop pada mahasiswa Fasilkom UI perlu disosialisasikan secara luas agar pengguna laptop terhindar dari risiko gangguan kesehatan akibat penggunaan laptop.

Students of Computer Science Faculty, UI have higher frequency and duration in using laptop than other faculties in UI, whereas laptop design may not appropriate with ergonomic standard. Inappropriate laptop design with ergonomic standard can cause negative effects to students, such as decreasing of productivity due to health problems emerged after using laptop. This research designed using correlative descriptive with 116 respondents. This study purposed to examine the relationship between behavior in the usage of laptop and health problems due to the usage of laptop.
The result showed that only 47.4% students have good posture when using laptop and 55.2% have severe health problems. Based on chi square test, there was no significant relationship between behavior in the usage of laptop and health problems due to the usage of laptop (p= 1.00, α = 0.05). Information about right posture when using laptop and the impacts should be socialized to avoid the risk of health problems due to the usage of laptop.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S1889
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tribuana Tungga Dewi
"HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak, dibicarakan masyarakat awam serta para ahli Salah satu alasan begitu banyak kalangan yang menganggap HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan yang pelik adalah karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk mengobati virus HIV. Alasan lain yang menyebabkan HIV/AIDS menjadi isu yang banyak dibicarakan adalah karens begitu cepatnya pertambahan jumlah Orang Dengan RIV/AIDS (ODHA) di dunia. Sampai 31 Oktober 1999 telah tercatat 1005 kasus HIV/AIDS di Indonesia dan jumlah ini hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak ODHA yang tidak mengetahui bahwa dalam dirinya telah terdapat virus HIV. nformasi yang diperoleh masyarakat mengenai cara penyebaran maupun bahaya virus HIV seringkali simpang siur dan kurang tepat, akibatnya munculah berbagai isu yang kurang tepat mengenai HIV/AIDS. Salah satu contohnya adalah bahwa penyakit ini merupakan penyakit kalangan homoseksual Kelompok lain dalam masyarakat yang kerap dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap virus HIV adalah kelompok pekerja seks komersial (PSK) PSK yang dalam profesinya terpaksa sering bergai pasangan bukan saja rentan terhadap penularan virus HIV karena pola hubungan seksualnya, tetapi juga karena banyak hal lain. Diantaranya karena sebagian PSK berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah, sehingga akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan pun menjadi sangat sulit dicapai Apalagi ditambah dengan pandangan negatif masyarakat terhadap profesi ini yang menyebabkan kelompok PSK semakin terkucil. Untuk itu, dibutuhkan adanya suatu strategi yang tepat untuk menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS bagi kelompok PSK Strategi yang dianggap tepat untuk kelompok terkucil seperti PSK, adalah metode pendidikan sebaya Penulisan skripsi ini berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dari strategi Yayasan Kusuma Buana dalam menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS di Lokalisasi Kramattunggak.

HIV/AIDS is a health problem that is widely discussed by ordinary people and experts. One of the reasons so many people consider HIV/AIDS to be a complicated health problem is because until now no medicine has been found to treat the HIV virus. Another reason why HIV/AIDS has become a widely discussed issue is because of the rapid increase in the number of people living with RIV/AIDS (PLWHA) in the world. As of October 31 1999, 1005 cases of HIV/AIDS had been recorded in Indonesia and this number is only a small portion of the many PLWHA who do not know that they already have the HIV virus. The information that the public obtains regarding how the HIV virus spreads and the dangers of the HIV virus is often confusing and inaccurate, resulting in various inaccurate issues regarding HIV/AIDS emerging. One example is that this disease is a disease among homosexuals. Another group in society that is often considered a group that is vulnerable to the HIV virus is the group of commercial sex workers (CSWs). PSK who in their profession are forced to frequently have multiple partners are not only vulnerable to transmission of the HIV virus because of their sexual relationship patterns, but also because of many other reasons. This is because some prostitutes come from families with low socio-economic status, so access to information and health services becomes very difficult to achieve. Moreover, the negative view of society towards this profession has caused the prostitute group to become increasingly isolated. For this reason, there is a need for an appropriate strategy to disseminate information about HIV/AIDS for the CSW group. The strategy that is considered appropriate for isolated groups such as CSWs is the peer education method. This thesis attempts to present research results from the Kusuma Buana Foundation's strategy in disseminating information about HIV/AIDS in the Kramattunggak Localization."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S10562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Muhammad Chosyi Ashfaq
"Pandemi Covid-19 telah memaksa masyarakat di seluruh dunia melakukan isolasi sosial sehingga mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Work from home (WFH) menjadi salah satu regulasi covid-19 yang diterapkan di Indonesia dan merubah kehidupan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga secara besar-besaran. Fokus penelitian ini adalah membahas mekanisme koping individu yang mengalami masalah kesehatan karena perubahan pola makan dan pola tidur selama WFH. Penelitian ini akan membahas perubahan gaya hidup (pola tidur dan pola makan) dan masalah kesehatan selama WFH. Penelitian ini juga akan membahas mekanisme koping dalam menghadapi masalah tersebut dengan menggunakan teori Lazarus dan Folkman. Penelitian ini dilakukan dalam waktu Maret 2020 hingga Agustus 2021 melalui beberapa tahap seperti preliminary research, observasi akun twitter dan wawancara yang melibatkan informan yang sedang melakukan WFH. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa WFH mengubah pola tidur dan pola makan informan yang menimbulkan masalah kesehatan informan seperti stres, insomnia, dan bertambah berat badan. Dalam menghadapi masalah kesehatan tersebut, para informan melakukan berbagai upaya yang efeketif bagi mereka termasuk dalam bentuk koping yang berfokus pada masalah dan koping yang berfokus pada emosi, antara lain : positive reapraissal, seeking social support, accepting responsibility, dan planful problem solving. Latar belakang keluarga dan kondisi rumah tangga pada saat WFH mempengaruhi upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan.

The Covid-19 pandemic has forced people around the world to carry out social isolation so that it affects their daily lives. Work from home (WFH) is one of the Covid-19 regulations implemented in Indonesia and has changed work life and household life on a large scale. The focus of this study is to discuss the coping mechanisms of individuals who experience health problems due to changes in eating and sleeping patterns during WFH. This study will discuss lifestyle changes (sleep and eating patterns) and health problems during WFH. This study will also discuss coping mechanisms in dealing with these problems using the theory of Lazarus and Folkman. This research was conducted from March 2020 to August 2021 through several stages such as preliminary research, observations on twitter accounts and interviews involving informants who were doing WFH. The results of the study explained that WFH changed the sleep patterns and eating patterns of the informants which caused the informants' health problems such as stress, insomnia, and weight gain. In dealing with these health problems, the informants made various efforts that were effective for them, including in the form of problem-focused and emotional-focused coping, including: positive reassessment, seeking social support, accepting responsibility, and problem solving. planned. Family background and household conditions at the time of WFH affect the efforts made to overcome health problems."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhaina Kirana Arishanti
"Latar Belakang: Media sosial digunakan oleh sebagian besar remaja sebagai salah satu sumber informasi kesehatan oral, salah satunya masalah gusi berdarah. Tujuan: Mengetahui hubungan penggunaan media sosial mengenai gusi berdarah dengan literasi kesehatan mulut pada murid SMA di DKI Jakarta. Metode: Studi potong lintang pada 500 murid kelas X SMA di DKI Jakarta pada bulan Agustus hingga September 2022 menggunakan kuesioner daring berisi 68 pertanyaan. Digunakan uji korelasi Spearman. Penilaian kualitas studi dilakukan berdasarkan panduan STROBE yang terdiri dari 22 domain. Hasil: Mayoritas murid kelas X SMA melakukan pencarian informasi gusi berdarah di Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) dan terdapat perbedaan bermakna skor literasi kesehatan mulut antara mereka yang pernah melakukan pencarian informasi gusi berdarah di kedua platform tersebut dengan mereka yang tidak pernah. Selain itu, terdapat korelasi positif lemah (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) antara frekuensi penggunaan media sosial dalam mencari informasi gusi berdarah dengan tingkat literasi kesehatan mulut. Kesimpulan: Edukasi kesehatan gigi dan mulut melalui platform media sosial dapat dijadikan pertimbangan, mengingat banyaknya remaja yang memiliki dan menggunakan media sosial secara aktif. Namun, perlu diperhatikan pula mengenai kualitas dan kredibilitas informasi kesehatan gigi dan mulut yang tersedia di media sosial

Background: Social media is used by most of adolescents as a source of oral health information, for example gum bleeding. Objectives: To determine the relationship between social media use about gum bleeding and oral health literacy among high school students in Jakarta. Methods: A cross-sectional study of 500 of 10th grade high school students in Jakarta from August to September 2022 using an online questionnaire containing 68 questions. Spearman correlation was used. The study quality assessment was carried out based on the STROBE guidelines consisting of 22 domains. Results: Most 10th grade high school students searched information about gum bleeding in Youtube (43%) dan Instagram (33,4%) and there are significant differences in oral health literacy score between those who have ever searched information about gum bleeding on both platform and those who have never. Furthermore, there are weak positive correlations (r = 0,148 (Instagram); r = 0,090 (Twitter); r = 0,153 (Youtube); r = 0,110 (Tiktok)) between frequency of social media use in searching information about gum bleeding and oral health literacy score. Conclusions: Dental and oral health education through social media platforms can be considered, given that there are most of adolescents who own and use social media actively. However, it is also necessary to pay attention to the quality and credibility of dental and oral health information available on social media."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Ayu Rahmawati
"Kontrasepsi suntik menimbulkan masalah kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrasepsi pil dan implan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik tunggal Depot Medroksi Progesteron Asetat/DMPA dengan kombinasi DMPA dan estradiol cypionate/E2C . Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Sampel terdiri dari 88 akseptor pada masing-masing kelompok yang diambil secara consecutive sampling pada bulan Maret-Mei 2015. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar kejadian ROTD pada penggunaan kontrasepsi suntik adalah sakit kepala 69,9 , dan gangguan menstruasi 65,9 . Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 10,0 kali mengalami gangguan menstruasi dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Gangguan menstruasi meningkat pada akseptor yang gemuk dengan risiko 3,8 kali dibandingkan akseptor tidak gemuk. Penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko 2,1 kali mengalami sakit kepala dibanding akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan kontrasepsi suntik tunggal lebih berisiko menimbulkan ROTD terutama gangguan menstruasi dan sakit kepala dibandingkan penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi.

Injectable contraceptives raise health problems risk than oral or implan contraceptive. This study aimed to compare the incidence of adverse drug reactions ADRs single injectable contraceptive use Depot medroxyprogesterone acetate DMPA with a combination of injectable contraceptive CICs use DMPA and Estradiol cypionate E2C . The study design was a cross sectional two population comparison. The sample consisted of 88 acceptors in each group which taken by consecutive sampling in March to May 2015. The ADRs were analyzed using Chi Square and logistic regression multivariate. The largest percentage ADR events were headache 69.89 and menstrual disorders 65.91 . The menstrual disorders in single injectable contraceptive usage were 10.0 fold hinger than in CICs group. Additionally, the menstrual disorders in overweight acceptors were 3,1 fold hinger compare to non overweight acceptors. Futhermore, headache in single injectable contraceptive usage was 2,1 folds hinger than in CICs group. The results of this study showed that the use of single injectable contraceptive tends to have a higher number of ADRs particularly headaches and menstrual disorders, compared to the use of CICs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T47232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Siti Rohaeti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21013
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Unaisati Bujung
"ABSTRAK
Fenomena bencana tsunami yang melanda Aceh pada akhir tahun 2004 telah mengakibatkan ribuan jiwa melayang. Desa Lambung merupakan salah satu wilayah yang penduduknya hanya berhasil selamat 18% dari total jumlah penduduk. Oleh sebab itu, dibangunlah escape building yang merupakan bangunan untuk menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami di desa tersebut. Masyarakat setempat diharapkan dapat berlindung pada bangunan ini apabila tiba-tiba gempa dan tsunami kembali terjadi. Kemauan warga untuk berlindung di escape building sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap keamanan berlindung di bangunan tersebut serta ketahanannya terhadap karakter gempa dan tsunami. Escape building ini telah diteliti kuat terhadap beban yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami, namun masih terdapat warga yang enggan untuk berlindung di bangunan tersebut pada saat gempa dan tsunami mengancam karena persepsi mereka yang kurang percaya terhadap keamanan berlindung di bangunan ini. Tsunami memang tidak sering terjadi, sehingga escape building juga direncanakan untuk kebutuhan kegiatan masyarakat setempat dalam kesehariannya. Namun pada kenyataannya, belum terdapat suatu kegiatan yang rutin dilaksanakan di escape building. Walaupun begitu, sewaktu-waktu terdapat pula kegiatan tertentu yang dilaksanakan di escape building, seperti maulid akbar, pameran kebudayaan, pelatihan masyarakat mandiri, dan resepsi pernikahan.

ABSTRAK
Phenomenon of the tsunami that hit Aceh in late of 2004 had resulted thousands of lives lost. Lambung village is one of areas where residents who survived only 10% of its total population. Therefore, escape building was built in Lambung village which is for the citizens to save their lifes if earthquake and tsunami disaster suddenly come. The willingness of citizens to take refuge in escape building is strongly affected by their perceptions of security to survive in the building and building?s resistance to the character of the earthquake and tsunami. The results of research on escape building shows that the building impervious to the burden caused by the earthquake and tsunami. Nevertheless, there are still citizens who do not want to take refuge in escape building when earthquake and tsunami threatening. It happen because their perception about bulding?s resistance to the earthquake and tsunami is low. Tsunami is not often happened, because of that escape building is also planned for the needs of local people in their daily life activities. But in fact, there is no routine activity yet in the escape building, but sometimes escape building is also used for certain activities, such as maulid akbar, exhibition, training, and wedding reception."
2015
S60027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fisk, George
New York: Harper & Row , 1967
658.83 FIS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsuriah
"Latar Belakang. Bising adalah bahaya potensial (hazard) yang dapat menyebabkan NIHL pada pekerja tambang nikel yang terpajan bising. Adanya peningkatan ambang dengar pada pekerja dengan pajanan bising yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan NIHL. Kejadian NIHL yang semakin meningkat merupakan salah satu masalah pada pekerja tambang PT X. Tujuan penelitian adalah mengetahui tren audiometri dan prevalensi NIHL, mengetahui perbedaan NAD akibat pajanan bising tinggi dan rendah, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan NIHL pada pekerja tambang nikel yang terpajan bising di PT. X tahun 2012-2016. Metode. Penelitian dengan desain observasional analitik dengan kohort retrospektif di UBP Nikel PT X pada Bulan Desember 2017, dengan cara pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder MCU pekerja yang sudah dilakukan pemeriksaan audiometri, data baseline 2011, data annual dari tahun 2012 sampai dengan 2016, dan analisis data dilakukan dengan program statistik SPS Statistics 20.0. Hasil. Prevalensi kejadian NIHL sebesar 15,97% tahun 2012 dan mencapai 39,54% pada tahun 2016. Kejadian kasus (prevalensi) NIHL selalu mengalami peningkatan baik pada area kerja dengan risiko kebisingan <85dB atau ≥85dB sejak tahun 2012 sampai 2016, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara risiko kebisingan dengan kejadian NIHL setiap tahunnya. Pada penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan NAD telinga kanan dan kiri baik pada area kerja dengan risiko kebisingan <85dB atau ≥85dB pada tahun 2012-2016. Pada penelitian diketahui bahwa faktor usia memiliki hubungan signifikan dengan kejadian NIHL usia ≥40 tahun sebanyak 47,21% (p 0,000, IK 1,33-1,87), responden dengan usia ≥40 tahun memiliki risiko mengalami NIHL 1,58 kali lebih besar dibandingkan kelompok usia <40 tahun. Masa kerja ≥10 tahun sebanyak 40,15% memiliki hubungan signifikan dengan kejadian NIHL (IK 1,51-1,85) dan memiliki risiko mengalami NIHL 1,67 kali lebih besar dibandingkan kelompok masa kerja <10 tahun. Kriteria STS yang positif (90,91%) dengan (p 0,000) signifikan menunjukkan terjadinya NIHL. Kesimpulan. Tren Audiometri dan prevalensi NIHL terlihat kecenderungan meningkat dari tahun 2012 sampai tahun 2016. Tidak terdapat perbedaan NAD telinga kanan dan kiri baik pada area kerja dengan risiko kebisingan <85dB atau ≥85dB pada tahun 2012-2016. Hasil ini menunjukkan tren kecenderungan meningkat terjadinya kejadian (prevalensi) NIHL di PT X. Kejadian kasus (prevalensi) NIHL selalu mengalami peningkatan baik pada area kerja dengan risiko kebisingan <85dB atau ≥85dB sejak tahun 2012 sampai 2016, namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara risiko kebisingan dengan kejadian NIHL setiap tahunnya. Faktor usia, masa kerja, kriteria STS positif memiliki hubungan signifikan dengan kejadian NIHL. Kata Kunci. gangguan pendengaran akibat pajanan bising (noise induced hearing loss); pekerja tambang; prevalensi; risiko kebisingan; tren audiometri.

Background. High-volume noise is a potential hazard which may cause Noise Induced Hearing Loss (NIHL) among nickel mine workers who are exposed to noise. The increase of hearing threshold in workers with chronic exposure to high-volume noise may cause NIHL. The increasing prevalence of NIHL is a problem for nickel mine workers of PT X. The objective of this study is to identify the audiometry trend and NIHL prevalence among mine workers who are exposed to high-volume noise, to investigated correlation of noise level exposure and the others that causes NIHL, to know how difference hearing treshold value on the workers worked with noise level <85 dB and ≥85 dB since 2012 until 2016. Method. This study used an analytical observational design with retrospective cohort at UBP Nikel PT X in December 2017, with the method of obtaining samples by total sampling. This study was conducted by collecting secondary medical check-up data of workers who have undergone audiometry examinations, baseline data from 2011, annual data from 2012 until 2016, and data analysis was done using SPSS program version 20.0 Results. The prevalence of NIHL was shown starting from 15,97% in 2012, and the prevalence reached 39,54% in 2016. The prevalence of NIHL always showed an increase, both in the working areas with noise level <85dB and ≥85dB since 2012 until 2016, however there was no significant relation between noise levels and NIHL prevalence each year. In this study it was discovered that there were no differences in hearing treshold value right ear and left ear, both in the working areas with noise level <85dB and ≥85dB during 2012-2016. It was found that age had a significant association with NIHL prevalence, respondents aged >40 years old as much as 47,21% (p 0,000, 95% CI 1,33-1,87); respondents aged >40 years old had 1,58 times higher risks to develop NIHL than the age group <40 years old. Respondents with the period of work ≥10 years as much as 40,2% (IK 1,511,85) had a significant association with NIHL prevalence. They had 1,67 times higher risks to develop NIHL than period of work <10 years. It was found that Positive STS Criteria (90,91%) had a significant association with NIHL prevalence (p 0,000). Conclusion. The NIHL prevalence and the audiometry trend showed a tendency to increase from 2012 until 2016. The prevalence of NIHL always showed an increase, both in the working areas with noise level <85dB and ≥85dB since 2012 until 2016, however there was no significant relation between noise levels and NIHL prevalence each year. There were no differences in hearing treshold value right ear and left ear, both in the working areas with noise level <85dB and ≥85dB since 2012 until 2016. The factor of age and period of work had a significant association with NIHL It was found that Positive STS Criteria had a significant association with NIHL prevalence . Keywords. audiometry trend; mine workers; noise induced hearing loss; noise level risk; prevalence."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>