Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hudiyanto
"ABSTRAK
Karya akhir ini merupakan penclitian kembali fenomena underpricing pada penawaran
umum saham perdana yang terjadi di Bursa Efek Jakarta. Beberapa penelitian sejenis telah
dilakukan pada waktu sebelumnya, sebagaimana oleh Hanafi dan Husrian (1991), Hanafi
(1997), Rufitialfian (1999), Daijono (2000), Herniawan (2000), serta Kusumaningtyas (2000).
Dalam berbagai literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran perdana
(offering price) pada penawaran umum saham perdana (IPO) Iebih rendah dan nilai wajarnya
atau mengalami underpriced. Hal ini menyebabkan diperolehnya first-day abnormal return
yang positif dan siginifikan bagi pembeli saham di pasar perdana dan menjual kembali saham
tersebut di hari pertama atau kedua setelah diperdagangkan di pasar sekunder.
Karya akhir ini rnempunyai tiga tujuan utama, yaitu untuk mengetahui keberadaan dan
besarnya underpricing saham perdana, perilaku saham perdana, serta menentukan variabel
variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Kajian karya akhir ini
juga ingin meneliti hubungan antara besaran underpricing dengan kondisi pasar modal
Indonesia yang terpengaruh oleh krisis moneter yang mulal berdampak pada bulan Juil 1997.
Penelitian mengambil sampel dari emiten-emiten yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta
dad tahun 1996 sampai dengan 2000.
Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun
2000, saham perdana mengalami derpricing sebesar 21 96% secara rata-rata dan siginifikan
pada saat pertama kali perdagangan. Perhitungan tersebul menggunakan metode market
adjusted abnormal return.
Penelitian juga mendapalkan fakta bahwa kondisi bursa yang terpengaruh oleh krisis
moneter Juli 1997 mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Jika pada
periode 1996 sampai dengan JuIi 1997 tingkat underpricing IPO yang terjadi sebesar 14,77%,
maka pada periode Agustus 1997 sampai dengan 2000 tingkat underpricing meningkat tajam
sebesar 109,07% menjadi 30,88%. Hal ini menyimpulkan bahwa semakin besar risiko
investasi di pasar modal maka semakin besar pula tingkat underpricing IPO.
Perilaku saham perdana yang dapat dilihat dari pola CAAR menunjukan bahwa tingkat
underpricing yang terbesar hanya terjadi pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana
mengalami koreksi yang signifikan. AAR yang diharapkan positif pada hari-hari berikutnya
nampak tidak selalu terjadi. Yang terjadi adalah pola CAAR yang cenderung menurun
meskij,un tidak besar dan signifikan. Pada bulan ketiga, saham perdana menunjukan pola yang
menurun dan terjadi sampai akhir bulan ke enam. Lebih jauh lagi, penelitian yang mengkaji
tiga variabel yang diduga berpengaruh penting terhadap tingkat underpricing menyimpulkan
bahwa vaniabel kondisi bursa-lah yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat
underpricing. Sedangkan vaniabel besaran ROE dan DER tidak mempengaruhi secara
signifikan terhadap tingkat underpricing.
Fenomena underpricing pada saham perdana menjadi hal yang menarik karena
mempunyai implikasi yang luas. Bagi para akademisi hal ini dapat melemahkan teori hipotesa
pasar modal yang efisien, khususnya bentuk setengah kuat (semi strong). Bagi para pelaku
pasar modal, hal ini dapat dijadikan referensi untuk menyusun strategi yang tepat, bijaksana
dan rasional dalam merespon peristiwa penawaran saham perdana di masa depan.
"
2002
T2393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Martin Joel H.O
"ABSTRAK
Dalam situasi krisis ekonomi seperti saat ini, setiap perusahaan akan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan dana dan pihak perbankan untuk melakukan ekspansi.
Sedangkan bila ekspansi tidak dilakukan maka perusahaan tidak akan mampu
mempertahankan pertumbuhan penjualan yang diinginkan. Oleh karena itu, penerbitan
saham baru perusahaan yang ditawarkan kepada publik pada harga Rp 550 per lembar
merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan dana. Namun perusahaan juga harus
menerima konsekuensi atas tindakannya tersebut yaitu selalu memberikan informasi
perusahaan kepda publik sejelas-jelasnya.
Sebaliknya investor sebagai pihak yang menananamkan modalnya melalui pembelian
saham baru tersebut perlu menilai kewajaran harga saham yang ditawarkan perusahaan.
Pembelian saham yang overvalued akan memberikan kerugian bagi kalangan investor
karena pasar akan menyesuaikan harga saham tersebut pada harga wajarnya. Karya Akhir
ini berusaha menilai kewajaran harga saham tersebut dengan menggunakan dua metode
yaitu discounted cash flow dan P/E multiple.
Hasil perhitungan yang diperoleh dari metode discounted cash flow memperlihatkan
harga wajarnya sebesar Rp 678 per lembar. Sedangkan metode P/E multiple
memperlihatkan harga wajamya sebesar Rp 476 per lembar. Sehingga dengan adanya
hasil dari kedua metode perhitungan tersebut maka harga wajar saham PT Alfa Retailindo
Tbk berada pada range Rp 476 hingga Rp 678 per lembar. Bila harga saham PT Alfa
Retailindo, Tbk yang ditawarkan pada penawaran saham perdana dìbandingkan dengan
harga wajarnya maka harga saham yang ditawarkan tersebut berada pada range harga
wajarnya atau dengan kata lain harga saham tersebut fair price.
OIeh karena ¡tu investor yang berniat untuk menanamkan modainya di PT Alfa
Retailindo, Tbk dapat membeli saham tersebut.
"
2001
T3318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahusuly, Samuel James
"ABSTRACT
Penelitian ini menyelidiki hubungan porsi saham yang ditawarkan ke publik oleh perusahaan pada saat melakukan initial public offering (IPO) dengan kinerja jangka panjang saham perusahaan di Indonesia. Sampel penelitian meliputi 140 IPO perusahaan non-keuangan di Indonesia pada periode 2000-2010. Metode pengukuran kinerja jangka panjang saham menggunakan market-adjusted cumulative abnormal returns dan buy-and-hold returns. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan nonlinear antara porsi kepemilikan saham publik (free float) dengan kinerja jangka panjang saham pada periode 36 bulan setelah IPO dilakukan. Hubungan nonlinear antara free float dengan kinerja jangka panjang saham bertahan setelah dikontrol terhadap kinerja operasional perusahaan satu tahun sebelum IPO

ABSTRACT
This research aims to investigate the relationship between percentage of stocks offered to the public by firms (public float) at the time they went public and their long-term aftermarket performances. Research sample includes 140 IPOs of Indonesian non-financial listed companies within 2000-2010 periods. Market-adjusted cumulative abnormal returns and buy-and-hold returns methods are used to measure the long-term performance. The research finding shows the existence of a nonlinear relationship between public float percentage and long-term aftermarket performance 36-months after the IPO. This nonlinear relationship persists even after controlling pre-IPO operating performance."
2014
S55999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnan Taher
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing – masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya.;Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing-masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya.

ABSTRACT
This Study aim to analyze the effect of IPO on their Industry's return, generally the IPO shows that IPO has insignificant effect on the return of their own industry, from that general effect of IPO on their industry's return that statistically insignificant, this study try to classified IPO based on two different effects that caused insignificant effect of IPO (generally) on their Industry, this effect has 2 models, Information effect and Competitive effect, each model classified IPO based on their characteristics. This result of this study shows that even after IPO classified by their characteristics, IPO still has insignificant effect on their industry's return., Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak IPO terhadap return industrinya, secara umum menunjukkan bahwa IPO memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap return industrinya, dari dampak secara umum IPO terhadap return industrinya tersebut yang tidak signifikan secara statistik, penelitian ini mencoba mengklasifikasikan IPO berdasarkan 2 dampak yang berbeda yang menyebabkan IPO tidak signifikan (secara umum) terhadap industrinya, 2 dampak ini dipisahkan menjadi 2 model efek yaitu information effect dan competitive effect, masing – masing model mengklasifikasikan IPO sesuai dengan karakternya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan setelah IPO diklasifikasikan sesuai dengan karakternya masing – masing, IPO tetap tidak signifikan mempengaruhi return industrinya.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin F. Nur
"ABSTRAK
PT. Persero Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT. Persero JIEP) merupakan badan usaha
milik negara yang sahamnya dimiliki Departemen Keuangan RI dan Pemerintah DKI Jakarta.
Berlokasi di daerah Pulogadung, PT. Persero JIEP mengelola Kawasan Industri Pulogadung,
yang merupakan pioneer kawasan industri di Indonesia. Pendapatan utama perusahaan ini adalah
dari penjualan tanah kapling industri dan penyediaan sarana dan prasarana bagi investor yang
ingin berbisnis di kawasan ini. Namun dalam perkembangannya, pendapatan utama perusahaan
mulai bergeser dan penjualan tanah kapling industri yang semula memberikan kontribusi terbesar
kini bergeser dengan pendapatan dan penyewaan bangunan yang disebabkan oleh persediaan
lahan industri yang semakin terbatas.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan Indonesia, PT. Persero JIEP
semakin memantapkan diri menjadi pengembang properti kawasan industri dan bisnis terkemuka
untuk mengembangkan kawasan bisnis dengan basis industri bernilai tambah tinggi. Hal ini
sejalan dengan RUTR DM Jakarta tahun 1985 ? 2005 yang menetapkan orientasi pembangunan
dan pengembangan di wilayah timur dan barat, sehìngga Kawasan Industri Pulogadung yang.
berada di sentra timur menjadi makin berada di pusat kegiatan bisnis dan pemukiman.
Kondisi tersebut menuntut langkah antisipatif dan kegiatan yang terfokus agar dapat
memberikan kontribusi pada pertumbuhan dan perkembangan kota Jakarta sebagai service city,
khususnya di wilayah Jakarta Timur. Sejalan dengan visi dan misi perusahaan serta berbekal
pengalaman dalam mengembangkan Bangunan Pabrik Siap Pakai, serta memenuhi permintaan
pasar untuk melakukan kegiatan bisnis, perdagangan, distribusi dan kantor secara terpadu
berbasis hightech yang non polutan PT. Persero JIEP merencanakan untuk membangun Multi
Used Building (MIJB).
Penyelesaian masalah restrukturisasi perbankan yang sampai saat ini masih tertunda-tunda,
mengakibatkan sulitnya pemberian kredit baik itu untuk pembebasan tanah, pematangan dan
pembangunan prasarana proyek skala menengah dan skala besar. Sehingga pilihan pendanaan
bagi sektor properti bertumpu pada modal sendiri, atau dari dana strategic partner melalui
penjualan saham (Privat placement) atau bersumber dari hasil pencatatan saham di Bursa Efek.
Karya akhir ini membahas kelayakan PT. Persero JIEP untuk melakukan initial Public
Offering, sebagai alternatif pembiayaan proyek tersebut diatas yang rencananya akan dibiayai
100% dan pengumpulan dana hasil Go Public .Kelayakan Go Public bagi PT. Persero JIEP
ditinjau dari berbagai segi, antara lain kondisi makro Indonesia, kemungkinan pertumbuhan
perusahaan dan penghitungan saham perdana.
Kondisi ekonomi makro Indonesia tidak saja dipengaruhi oleh faktor dari dalam negeri,
tetapi juga dari luar negeri. Serangan terhadap Gedung World Trade Centre di Amerika Senkat
pada bulan November 2001, juga memberikan implikasi yang kurang baik bagi Indonesia karena
merosotnya perekonomian dunia. Imbas dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998,
dan tertundanya penyelesaian masalam di dalam negeri dan ketidak konsistensian pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan yang memberikafl rangsangan terhadap investasi mengakìbatkan
optimisme pasar terhadap sektor properti kurang. Hal ini tercermin dalam kinerja emiten properti
di bursa saham per Qktober 2001, hampir semua mengalami kerugian rata-rata 26%.
Dan segi pertumbuhan1 PT. Persero JIEP memiliki prospek yang cukup baik. Laba
perusahaan dari tahun ke tahun niengalami peningkatan, bahkan saat Indonesia dilanda krisis
ekonomi, laba setelah pajak perusahaan tetap menunjukkan peningkatan. Hal ¡ni dibarengi
dengan kondisi perusahaan yang selalu dalam kondisi ?Sehat Sekali?.
Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan go publik adalah harga saham.
Perhitungan harga saham dilakukan dengan menggunakan metode Discounted Freecashflow
mendapatkan nilai per lembar dengan range harga Rp 1.231,- sampai dengan Rp 1.284,-
Sedangkan dengan metode P/B Rasio, yaitu berturut-turut sebesar Rp 1.704 per lembar. Satu
satunya perusahaan yang sejenis yang telah masuk bursa yaitu PT. Jababeka,Tbk menawarkan
saham pada harga perdana sebesar Rp 4.950 dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Dalam
perkembangan tiga tahun terakhir harganya terus turun, bahkan berada dibawah harga nominal.
Pada tahun 2001 rata-rata harga saham berada dibawah kisaran Rp 200 per lembar. Future value
harga sahani KIJA tahun 2003 dengan r 14% adalah sebesar Rp 294,-.
Dengan melihat kondisi tersebut diatas, penulis menyarankan PT. Persero JIEP untuk
mencari alternatif pembiayaan lain dengan biaya yang lebih murah. Go publik tidak selalu
berhasil seperti yang diharapkan, selain itu biaya go publik juga tidak sedikit. Pendanaan
pembangunan Multi Used Building disarankan dengan penawaran obligasi. Hal ini
mempertimbangkan kondisi pertumbuhan perusahaan yang cukup baik, serta komparatif
advantage perusahaan yang berlokasi di daerah yang sangat strategis.
"
2002
T5011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Kharisma
"Komunikasi serta publikasi merupakan salah satu elemen penting dari tahapan pelaksanaan penawaran umum saham perdana atau yang biasa disebut juga dengan Initial Public Offering (IPO). Oleh sebab itu keberadaan seorang Public Relations ataupun Corporate Secretary di dalam struktur organisasi perusahaan yang akan rnelakukan lPO sangatlah dibutuhkan, untuk membuat suatu strategi PR guna mendukung pelaksanaan IPO. Tidak ada model strategi PR yang dirancang khusus untuk mendukung pelaksanaan IPO perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan. Perusahaan yang bergerak dibidang jasa kesehatan, yang akan melakukan IPO, di dalam membuat strategi komunikasi dapat menggunakan model-model strategi komunikasi yang sudah ada. Selain melakukan analisa terhadap situasi, analisa organisasi serta analisa publik, ada 3 (tiga) hal utama lainnya yang harus diperhatikan pada saat membuat strategi PR, yaitu: menentukan tujuan program, mengetahui sumber daya yang dimiliki dan mengetahui reputasi perusahaan. Ada beberapa hal yang berpotensi menjadi hambatan dan harus diperhatikan ketika menerapkan strategi PR pada perusahaan jasa kesehatan yang akan melakukan IPO, yaitu ketika menerapkan strategi media relations atau media communications strategy dan kemungkinan terjadinya lack of communication antara perusahaan dengan karyawan. Hendaknya dibuat langkah-langkah antisipatif agar hambatan-hambatan yang ada tidak menjadi sesuatu hal yang menganggu proses implementasi strategi PR.

Communication and publication are important elements in conducting an initial public offering (IPO). For that reason, it is imperative to have a Public Relations or Corporate Secretary in the company?s organizational structure in order to formulate a PR strategy to support the IPO. There are no specially designed models of PR strategies to support IPO for health services companies. To conduct the IPO, those particular companies can utilize the existing models of the communication strategies. In addition to the analyses of the situation, organization and public, there are three primary issues to be noted in formulating a PR strategy, which are: determining the objectives of the program, familiarizing the resources and diagnosing the organizations reputation. There are several issues that may become obstacles and should be noted when applying PR strategies for health services companies that are about to conduct IPO, which are media relations strategies or media communications strategies and the possibility of any lack of communications between the company and its employees. Anticipated measures should be prepared for obstacles that may disrupt the implementation of the PR strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T29385
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azimah Hanifah
"Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kinexja saham selalu menarik untuk dilakukan. Hasilnya untuk jangka pendek kinerja saham itu mempunyai kecenderungan Underpricing dan untuk jangka panjang mengalami Underpedbrmed.
Hasil pengujian penulis juga mcnunjukkan hal demikian, telapi bila dilihat satu pensatu cmiten tidak semua emiten mengalami Underpricing baik untuk periode pengamatan sebelum teljadinya krisis dan setelah tenjadinya krisis. Underpricing ini ditandai dcngan IR yang positif untuk jangka pendek baik pcriode 1, 2 maupun periode gabungan.
Dalam jangka penjang tidak semua periode mengalami Underperybrmed, Untuk R-Square juga tidak menunjukkan hasil yang besar, namun untuk periods 2 dengan menggunakan variabel terikat AR 2 dan variabel bebas IR diperoleh R- Square sebesar 93,1 %.
Proksi-proksi yang digunakan juga diduga mempunyai pengaruh terhadap R-Square ini, untuk jangka pendek penulis menggunakan variabel-variabel independent seperti OWN, UND, SIZE, AGE, FL, ROA, RISK dan EPS dimana variabel dependentnya adalah IR. Sedangkan variabel yang digunakan untuk mengukur kinexja saham jangka panjang dengan variabel dependenmya AR dan WR dimana variabel independenmya adalah OWN, UND, SIZE, AGE, IR, BTM dan GROWTH.

Researchs which are related with exchange Performance are very interested to analyze. The results of study informed us that for a short term of exchange performance tend to be underpricing and underperfomaed for a long term.
The result of writers study showed such condition although each company does not get undezpricing at a time of monetary crisis (before and after), this underpricing is market with positive IR for short tenn (Period l, 2 and joint period).
Underperformed position does not all happen in a long tenn period. R-Square does not show big output, because the period 2 where it applied finding variable AR 2 achieved score R-Square 93,1 %.
Proxis used in this way seem to have impact on this R-Square. The writer in short term period used independent variable like: OWN, UND, SIZE, AGE, FL, ROA, RISK and EPS where IR piays as dependent variable. Meanwhile for long term period with AR and WR are dependent variable where independent variable are followed : OWN, UND, SIZE, AGE, IR, BTM and GROWTH.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T34474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Citra Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi overoptimisme investor pada awal perdagangan di pasar sekunder dan menguji penganth optimisme investor dan kinerja pemsahaan pra-IPO terhadap long-run underpeiformance saham pasca IPO. Faktor-fakor yang di duga berpengaruh terhadap ovcroptimisme investor dan long-run underpeiformance adala.h debt to equity ratio (DER), operating pro/it margin (OPM), dan fora! asset turn over (T ATO) pada dua ta.hun dan satu tahun scbclum IPO ser-ta kinerja opcrasi IPO secara rata-rata yang terdapat dalam prospektus penisahaan. Fakror DER, OPM, dan TATO tidak terbukti secara konsisten berpengaruh terhadap overoptimisme investor pada awal perdagangan. Variabel DER sat1.| tahun dan DER rata-rata dua tahun sebelum IPO terbukti secara konsisten berpengaruh positif signifikan terhadap underperformance saham IPO pada I2 bulan Setelah IPO. Sedangkan overoptimisme investor terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap buy-and-hold return I2 buian pasca IPO
This research has purpose to explore several factors that influence investor over-optimism in early trade in secondary market and to test the influence of investor over-optimism and pre-IPO company perfomance to stocks?s long-run underperformance after IPO. Several factors that estimated have influence to investor over-optimism and pre-IPO company performance is debt to equity ratio (DER), operating profit margin (OPM), and total asset tum over (TATO) in two years and one year before IPO, and average IPO operational performance which is contained in company prospectus. The results show that DER, OPM, and TATO not proved consistently have influence to investor over-optimism in early trade. One year DER and two years average DER before IPO proved consistently have significant positive influence to IPO stocks underperformance in I2 months aher IPO. Investor over-optimism proved has significant negative intluenee to I2 months buy-and-hold retum post IPO."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Reza Benaji
"Tesis ini membahas tentang valuasi nilai wajar harga saham Perum Pegadaian yang berencana melakukan IPO pada tahun 2012. Valuasi dilakukan dengan metode Discounted Free Cash Flow to Equity. Terdapat dua model yang digunakan dalam melakukan valuasi yaitu Constant Growth Free Cash Flow to Equity dan Two Stage Discounted Free Cash Flow to Equity. Model Two Stage Discounted Free Cash Flow to Equity menggunakan empat kemungkinan pertumbuhan dalam menghitung terminal value berdasarkan estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Hasil dari penelitian ini adalah nilai wajar harga saham Pegadaian berdasarkan lima skenario yang telah dibuat.

This thesis discusses the valuation of fair value of Perum Pegadaian share price that planned to go public in 2012. The valuation was performed using Discounted Free Cash Flow to Equity method. There are two models used in performing the valuation, the Constant Growth Free Cash Flow to Equity Model and the Two Stage Discounted Free Cash Flow to Equity Model. The valuation using Two Stage Discounted Free Cash Flow to Equity Model used four growth possibilities in calculating the terminal value based on estimated Gross Domestic Product growth of Indonesia. The results of this study is the fair value of Pegadian share price based on the five scenarios."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30098
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Tio Geraldo Hutabarat
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah dewan komisaris, komisaris independen, dan kepemilikan institusional terhadap underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial Public Offering (IPO). Sehubungan dengan proses IPO yang diselimuti ketidakpastian dan asimetri informasi, teori sinyal menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris dan komisaris independen dapat digunakan untuk memberi sinyal suatu perusahaan yang sehingga tingkat underpricing dapat dikurangi, juga partisipasi investor institusional yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan sampel sebanyak 100 observasi dari perusahaan yang melakukan IPO yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2001 hingga 2017. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa: (1) Jumlah dewan Komisaris berkorelasi negatif terhadap tingkat underpricing. (2) Komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana pada Bursa Efek Indonesia. (3) Kepemilikan institusional memiliki korelasi positif dan tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of the number of boards of commissioners, independent commissioners, and institutional ownership of underpricing when the company conducts Initial Public Offering (IPO). In relation to the IPO process covered by the uncertainty and information asymmetry, signal theory states that the number of independent board of commissioners and commissioners can be used to signal a company so that the underpricing rate can be reduced, as well as the participation of institutional investors that can reduce agency conflicts between management and shareholders. This study uses multiple regression model with 100 samples of observations from companies that conduct IPOs listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2001 to 2017. The results of this study provide empirical evidence that: (1) The board size of commissioners have negatively correlation and have no effect on underpricing. (2) Independent commissioners have a significant influence on underpricing in companies that conduct initial public offering on the Indonesia Stock Exchange. (3) Institutional ownership has a positive correlation and does not affect on underpricing.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>