Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusharisupeni Djokosujono
Jakarta: UI-Press, 2008
PGB 0264
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Arisman
Jakarta: EGC, 2010
612.3 ARI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arisman
Jakarta: EGC, 2004
612.3 ARI g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dradjat D. Prawiranegara
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0510
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Soemilah Sastroamidjojo
"Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Masa Esa atas rahmat dan karunia-Nya hingga upacara pengukuhan saya sebagai Guru Besar Tetap dalam lhnu Gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dapat terselenggara pada hari ini. Saya ucapkan terima kasih kepada para hadirin sekalian yang telah memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk menghadiri pengukuhan saya.
Pada tahun ini kita akan mengakhiri Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT-I) dan akan memulai PJPT II pada tahun depan yaitu awal era tinggal landas. Tujuan utama era tinggal landas pembangunan nasional ini adalah pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu upaya di bidang kesehatan yang mempunyai dampak besar terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut, adalah upaya peningkatan gizi masyakarat. Kiranya wajar kalau pada kesempatan ini saya memilih judul:
Peranan Perguruan Tinggi dalam Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia
Masalah gizi telah diidentifikasi di Indonesia sebelum Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II yaitu setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950-1965, beberapa daerah di Indonesia mengalami krisis pangan, busung lapar, 3-5% anak-anak menderita Kurang Kalori Protein berat dan pendarita Kwashiorkor serta Marasmus mudah ditemukan di bangsal-bangsal rumah sakit.
Usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi telah lama dilakukan di Indonesia. Ini tercermin pada program-program sebelum dan selama PJPT-I. Pada tahun lima puluhan dibentuk Panitia Negara Perbaikan Menu Makanan Rakyat, dibangun Lembaga Makanan Rakyat dan pada tahun 1963 diadakan Applied Nutrition Program, yang kemudian dikenal sebagai Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Dalam Repelita I (1969-1974) dan Repelita II (1974-1979) pembangunan sektor pertanian serta produksi pangan mendapat prioritas, Nutritional Surveillance System/Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dirintis dalam bentuk Pilot Project pada tahun 1979. Pilot Project ini berkembang menjadi Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI)/Early Warning Information and Intervension System yang kemudian menjadi Timely Warning System. Selanjutnya salah satu tujuan utama Repelita III adalah pengembangan UPGK hingga mencakup 75% desa yang tersebar di 27 propinsi. Dalam Repelita IV program perbaikan gizi merupakan bagian dari program program bidang kesehatan, pertanian, pembangunan daerah pedesaan serta kependudukan, sedangkan dalam Repelita terakhir PJPT-I (1989-1994) upaya perbaikan pangan dan gizi dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup penduduk.
Ternyata PJPT-I berhasil dan keberhasilannya dalam bidang pertumbuhan ekonomi, perkembangan bidang pertanian, keluarga berencana serta penunman angka kematian bayi telah mengubah keadaan pangan dan gizi di Indonesia. Dan pengimpor beras nomor satu di dunia, Indonesia menjadi negara swasembada pangan dan prevalensi penyakit-penyakit kurang gizi utama sekitar tahun 1990 lebih rendah jika dibandingkan dengan sekitar tahun 1980; penyakit Kurang Kalori Protein dari 29,9% menjadi 10,48%, Kurang Vitamin A (KVA) dari 1,4% menjadi 0,7%, Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dari 37,2% menjadi 23,2% dan Anemia Gizi dari 70% menjadi 55%. Tetapi juga diidentifikasi gizi lebih di kelompok masyarakat tertentu.
Keberhasilan PJPT-I dalam upaya perbaikan gizi tidak lepas dari pendekatan sistem yang dipakai serta perkembangan kelembagaan gizi di Indonesia."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0124
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Fikawati
"ABSTRAK
Pola konsumsi vegetarian menunjukkan peningkatan popularitas yang signifikan. Indonesia Vegetarian Society mencatat peningkatan pesat jumlah anggotanya dari 5.000 orang (1998) menjadi 500.000 (2010). Ibu vegetarian dikuatirkan memiliki status gizi prahamil yang lebih rendah dan berisiko memiliki outcome kehamilan yang rendah yaitu status gizi bayi lahir dan cadangan lemak ibu untuk menyusui rendah. Studi ini bertujuan menganalisis pengaruh vegetarian dan nonvegetarian terhadap status gizi ibu, durasi ASI predominan, dan pertumbuhan bayi selama periode 0-6 bulan. Studi dengan desain kohort longitudinal dilakukan di lima kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang dan Pekanbaru) dengan populasi vegetarian usia subur terbanyak. Sejumlah 85 ibu-bayi berhasil diikuti selama 6 bulan postpartum.. Berdasarkan data 24 HR food recall, ibu vegetarian secara bermakna mengkonsumsi energi, protein, dan lemak lebih rendah namun karbohidrat lebih tinggi dibandingkan ibu nonvegetarian. Dalam hal zat gizi mikro, ibu vegetarian mengkonsumsi vitamin B12 dan Zn lebih rendah secara signifikan dibandingkan ibu nonvegetarian. Konsumsi saat laktasi pada kedua kelompok signifikan lebih rendah daripada konsumsinya saat hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetarian tidak mempengaruhi durasi ASI predominan. Konsumsi energi ibu laktasi mempengaruhi durasi ASI predominan pada kelompok nonvegetarian. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan IMT postpartum kedua kelompok selama 6 bulan (p value=0,306), tetapi setelah dikontrol durasi ASI predominan (24 minggu) ada perbedaan bermakna (p value=0,047) pada penurunan BB ibu postpartum. Pada kelompok vegetarian faktor yang paling mempengaruhi IMT ibu postpartum adalah IMT postpartum 0 bulan (bulan ke-1 dan ke-2) dan IMT prahamil (bulan ke-3 hingga ke-6), sedangkan pada kelompok nonvegetarian adalah IMT postpartum 0 bulan (bulan ke-1 hingga ke-5) dan durasi ASI predominan (bulan ke-6). Pertumbuhan BB bayi ibu vegetarian lebih tinggi dari nonvegetarian secara bermakna (p value=0,009), tetapi kedua kelompok memiliki PB yang tidak berbeda (p value=0,235). Setelah dikontrol durasi ASI predominan (24 minggu) tidak ada perbedaan pertumbuhan BB dan PB bayi pada kedua kelompok, namun weight loss ibu vegetarian lebih besar (p value=0,047). Faktor yang paling mempengaruhi BB bayi kelompok vegetarian adalah jenis kelamin bayi (bulan ke-1 sampai ke-6), dan pada kelompok nonvegetarian adalah BBL bayi (bulan ke-1 dan ke-2), jenis kelamin (bulan ke-3), dan IMT ibu postpartum 0 bulan (bulan ke-4 hingga ke-6). Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan PB bayi kelompok vegetarian adalah jenis kelamin bayi (bulan ke-1 hingga bulan ke-5) dan PBL (bulan ke-6), pada kelompok nonvegetarian adalah PBL (bulan ke-1 hingga ke-4) dan jenis kelamin bayi (bulan ke-5 dan ke-6).
Hasil penelitian ini mendukung kebijakan pemberian ASI eksklusif 6 bulan, baik pada vegetarian dan nonvegetarian, dengan didukung program gizi dan konsumsi yang cukup pada periode laktasi. Penting menyebarluaskan informasi konsumsi energi dan zat gizi yang cukup pada masa laktasi serta peran aktif pemerintah untuk melakukan suplementasi energi dan zat gizi bagi ibu laktasi. Ibu vegetarian juga perlu mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro seperti vitamin B12 dan Zn pada saat laktasi.

ABSTRACT
Numbers of vegetarian has increased significantly in recent years. Indonesia Vegetarian Society recorded an increase of its member from 5000 in 1998 to 500000 in 2010. Vegetarian mothers were known to have lower pre-pregnancy nutritional status and posing a greater risk to have lower pregnancy outcomes including lower nutrional status of infant at birth and lower maternal fat stores for lactation. This study aimed at analyzing the effect of vegetarian diet on maternal nutritional status, duration of predominant breastfeeding, and infant growth in the period of 0-6 months postpartum. This study is a longitudinal cohort design and conducted in five cities in Indonesia (Jakarta, Surabaya, Pontianak, Palembang and Pekanbaru) with high population of vegetarian childbearing age women. A number of 85 mother-infant pairs consisted of 42 vegetarian and 43 non-vegetarian were followed until 6 month postpartum period. Based on 24 HR food recall, vegetarian mothers consumed lower intakes of energy, protein, and fat but higher intake of carbohydrate. Vegetarian mothers had significant lower intakes of vitamin B12 and zinc. In both groups, nutrient intakes during lactation were significantly lower than intakes during pregnancy. This study shows that vegetarian diet had no influence on predominant breastfeeding duration, but among non-vegetarian mothers, energy intakes during lactation did affect duration of pre-dominant breastfeeding. Overall, no difference was found for 6 months postpartum BMI between the two groups (p value=0.306). However, after controlled by predominant breastfeeding of 24 weeks, significant difference was found for weight loss during postpartum period (p value=0.047). Among vegetarian mothers, the most influencing factor affecting maternal postpartum BMI was 0 month postpartum BMI (affecting BMI 1- and 2-month postpartum), and pre-pregnancy BMI (affecting BMI 3-month postpartum BMI onward). Among non-vegetarian mothers, the most influencing factor affecting maternal postpartum BMI was 0 month postpartum BMI (affecting BMI 1- to 5-month postpartum) and duration of predominant breastfeeding (affecting BMI 6-month postpartum). Weight growth of infants of vegetarian mothers was higher than that of non-vegetarian mothers (p value=0.009), but no difference was found for infant length growth (p value=0.235). After controlled by predominant breastfeeding of 24 weeks, the difference on infant growth were disappeared. However vegetarian mothers had significantly greater weight loss (p value=0.047). Among vegetarian mothers, the most influencing factor affecting infant weight was infant?s sex (affecting infant weight at month 1 to 6 after birth) while among non-vegetarian mothers was infant birthweight (affecting infant weight at month 1 and 2 after birth), infant?s sex (affecting infant weight at month 3 after birth), and maternal 0 month postpartum BMI (affecting infant weight at month 4 to 6 after birth). The most influencing factor affecting infant length among vegetarian mothers was infant?s sex (affecting infant length at month 1 to 5 after birth) and length at birth (affecting infant length at month 6 after birth), while among non-vegetarian mothers the most influencing factor was infant length at birth (affecting infant length at 1 to 4 after birth) and infant?s sex (affecting infant length at 5 and 6 month after birth.
Results of this study supports 6 months exclusive breastfeeding policy for both vegetarian and non-vegetarian, but necessitates nutrition and food consumption related programs during lactation period. It is important to spread information on the importance of adequate energy and nutrient intakes during lactation. Government should take an active role toward supplementation program for lactating mothers. Vegetarian mothers are to balance their diet during lactation period by taking micro-nutrient supplementation such as vitamin B12 and zi
"
2013
D1431
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wied Harry Apriadji
Jakarta: Penebar Swadaya, 1986
612.3 WIE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meity Sudiarsih
"ABSTRAK
Positive Deviance (PD) atau penyimpangan positif adalah salah satu inisiatif
program gizi bagi balita yang bcrbasis pada partisipasi masyarakat.
Di Indonesia, pada tahun 2004 tercatat 11 propinsi tclah melaksanakan pendekatan
PD. Ncgara-negara yang telah berhasil menyelesaikan masalah anak-anak malnutzisi
diantaranya adalah Vietnam, Haiti, Guinea, Bangladesh dan Nepal (PD dan Hearth
USAID, 2004). Di Indonesia, informasi yang telah dipublikasikan di antaranya yaitu
Kelurahan Palrneriam Jakarta Timur (Anisah, 2005), Kanagarian Guguak Serai
Sumatera Bafat (Ulfah, 2006), Proyek BP-Tangguh Papua (Nuhamara, 2006) dan
Kelurahan Mulya Harja Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mcndalam tentang
partisipasi masyarakat sejak berdiri sampai terlaksananya kegiatan pos gizi serta upaya
mempertahankan keberhasilan pencapaian pos gizi untuk menekan prevalensi gizi bumk
dan gizi kurang pada balita.
Penelitian ini menggunakan desain Icualitatif dengan metode wawancara mendalam
dan FGD. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Mulya Haija selama Juni 2007. Sumber
informasi diperoleh dari 38 informan (5 kelompok FGD, 26 informan; 8 WM, 12
informan) dari LSM, dinkes, kelurahan, puskesmas induk, puskesmas pembantu, tokoh
masyarakat, kader posyandu dan orang tua balita.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa partisipasi rnasyarakat sudah terbentuk
dengan keterlibatan unsur-unsur masyarakat, yaitu memenuhi kriteria tingkatan fungsional. Kegiatan untuk menumbuhkan panisipasi tersebut' adalah melalui pelatihan,
sosialisasi program, pertemuan masyarakat, pendekalan personal dan pemberian insentif
bagi kader. Pihak-pihak yang bcrperan paling dominan dalam mendorong tumbuhnya
partisipasi masyarakat adalah ketua RW, ketua RT dan kader.
Faktor pcnghambat partisipasi adalah kondisi ekonomi, pengclolan keuangan
keluarga dan pendidikan masyarakat, tidak adanya pengalaman masa lalu
penanggulangan masalah gizi balita, luntumya budaya gotong royong di masyarakat
(salah satunya karcna ketergantungan pada bantuan pemerintah untuk masyarakat
miskin) serta kurangnya dukungan aparat kesehatan setempat. Faktor pendukungnya
adalah pengaruh besar tokoh masyarakat yaitu ketua RW dan RT serta kader posyandu.
Belum terlihat adanya sistern kemitraan yang dibangun atas dasar pembagian peran
untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Dari pcnclitian ini disarankan LSM mendapatkan upaya pendampingan yang
efektif untuk menumbuhkan kemandirian melalui partisipasi masyarakat. Selain itu,
LSM sebaiknya dapat menjadi lebih dari sekedar membuat model dari program
penanggulangan gizi, melainkan menjadi mitra pemerintah atau disebut sebagai service
base NGO. Sementara aparat pemerintah dapat lebih optimal mendorong Iahirnya
partisipasi masyarakat, dan donor dapat menjadikan partisipasi masyarakat sebagai
indikator keberhasilan program.

ABSTRACT
Positive Deviance (PD) is one of the inisiative of nutrition community base
program intervention for children under 5 (U5).
In Indonesia, ll provinces has conducted PD in year 2004. While countries which
have children malnutrition problem also use this approach. They are Vietnam, Haiti,
Guinea, Bangladesh dan Nepal (PD dan Hearth USAID, 2004). Areas covered by PD in
Indonesia (published data) are Village of Palmeriam Jakarta Timur (Anisah, 2005),
Village of Guguak Serai Sumatera Barat (Ulfah, 2006), Village of Proyek BP-Tangguh
Papua (Nuhamara, 2006) and Village of Mulya Hanja Bogor.
The objective of this research is to identify deeply community participation in PD-
hearth implementation from the very beginning stage to implementation of hearth in
order to solve children malnutrition problem. Besides, partnertship and the role of each
government institutions involved to encourage community participation were also part
of the objectives.
This qualitative research using indepth interview and FGD was conducted during
June 2007 in Village of Mulya Harja..Tl`otal informant involved was 38 people (5 groups
of FGD, 26 people; 8 indepth interview, I2 people) hom NGO, city health office,
village office, community health in village and sub district level, community leaders,
local volunteers (kader) and parents of children US.
This research was succesfully investigated that community participation existed,
approved by the involvement of community members and categorized as functional level
of participation. The activities to encourage participation were programme socialization, community meetings, trainings, personal approaches and incentive for kader. Local
informal leaders (head of RT/RW and kader) were dominantly stimulated community
participation. Some obstacles of community participation were economic condition,
household financial management, education, no experiment of participation and declined
tradition of partnership within community members, as well lack of partnership among
all competent govemment institutions.
This research suggested NGO to conduct more effective facilitation too develop
independence through community participation. Besides, it is better for NGO to play
more than just creating model for government, furthermore NGO can act as a service
base NGO due some govemment?s limitations investigated. In addition, funding agency
(in this case, government/Dinkes is the source of funding) would consider community
participation as one principle of programme.

"
2007
T34576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Debtarsie Kliranayungie
"Berat dan panjang lahir bayi merupakan kondisi bayi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko ibu dan bayi itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi ibu, karakteristik ibu dan karakteristik bayi dengan berat dan panjang lahir bayi dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan 65% bayi lahir dengan berat baik dan 73,6% bayi lahir dengan panjang normal. IMT prahamil, paritas dan tingkat pendidikan ibu serta jenis kelamin bayi merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan berat lahir bayi.
Model prediksi berat bayi lahir mengikutsertakan faktor IMT prahamil, tinggi badan, pertambahan berat badan dan umur ibu. IMT prahamil dan status pekerjaan ibu serta jenis kelamin bayi merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan bermakna dengan panjang lahir bayi. Model prediksi panjang lahir bayi mengikutsertakan tinggi badan ibu dan jenis kelamin bayi. Staus gizi ibu sebelum memasuki kehamilan merupakan faktor penting dalam keberhasilan kehamilan dan kualitas bayi yang dilahirkan.

Birth weight and birth length are babies condition which influenced by many factors from mothers and babies itself. The purpose of this study is to determine the relation between maternal nutritional status, maternal characteristic and baby characteristic with birth baby birth weight and birth length by crosssectional design study. The result show that 65% of babies have favorable birth weight and 73,6% of babies have normal birth length. Pre-pregnancy BMI, parity,maternal education and newborn sex are significantly related to birth weight.
Prediction model of birth weight includes pre-pregnancy BMI, maternal height, weight gain during pregnancy and maternal age. Pre-pregnancy BMI, maternal working status and newborn sex are significantly related to birth length. Prediction model of birth length includes only maternal height and newborn sex. Maternal nutritional status before pregnancy is important to pregnancy outcomes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Astuti
"Kekurangan Energi Protein (KEP) pada balita masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Seperti diketahui bahwa masalah gizi kurang akan berdampak pada penurunan intelegensia dan produktifitas dan pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya tingkat intelektualitas bangsa dan menurunnya kualitas sumberdaya manusia sehingga dikhawatirkan bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi. Dengan memperhatikan masalah gizi kurang yang dihadapi dewasa ini, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan upaya penanggulangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap kejadian status gizi kurang pada balita di pedesaan Jawa Tengah tahun 2002. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu hasil survei Helen Keller lnternasional (HKI) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Disain penelitian adalah cross sectional. Populasi adalah seluruh anak balita (umur 0-60 bulan) di wilayah pedesaan Jawa Tengah. Metode pengambilan sampel adalah multistage cluster. Dari sebanyak 8110 balita yang ada pada data sekunder, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan maka didapatkan sebanyak 7582 balita yang memenuhi kriteria untuk dianalisis. Status gizi balita diukur dengan pengukuran antropornetni menggunakan indeks BB/U dan disajikan dalam Z skor. Analisis data meliputi univariat, bivariat (Pearson Chi Square dan regresi logistik sederhana) dan analisis multivariat (pemodelan dengan regresi logistik multivariat).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah gizi kurang di Jawa Tengah, khususnya pada balita dengan prevalensi gizi kurang (Z skor < -2 SD) sebesar 31,3 % dimana 4,6 % diantaranya adalah gizi buruk. Hasil analisis multivariat ada 6 faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita adalah umur anak, penyakit infeksi, status gizi ibu, pendidikan bapak, pendidikan ibu, nomor urut lahir anak, dimana masing-masing mempunyai peranan yang spesifik dalam mempengaruhi status gizi. Pengaruh penyakit infeksi pada balita terhadap status gizi berkaitan dengan keadaan sanitasi. lingkungan keluarga yang kurang baik. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi status gizi balita adalah umur balita kemudian status gizi ibu, kemudian pendidikan ibu, pendidikan bapak, nomor urut lahir anak dan penyakit infeksi. Model regresi logistik yang terbentuk cukup mantap untuk memprediksi karena hampir 70 % variabel yang ada dalam model dapat menerangkan kondisi status gizi. Hasil ini diharapkan dapat dipakai oleh penentu kebijakan dalam penanggulangan masalah gizi kurang pada balita.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pengelola program dan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dan propinsi, perlu menekankan prioritas penanggulangan masalah gizi kurang pada balita umur 6-23 bulan. Perlu dilakukan peningkatan status gizi ibu khususnya pada keluarga balita dengan sosial ekonomi rendah, melalui program pemberdayaan masyarakat, yaitu program pelatihan .khususnya kepada ibu-ibu untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya rumah tangga Perlu dilakukan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui program pemberian paket produktif (sistem bergulir) pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Untuk mengatasi adanya penyakit infeksi pada anak maka perlu penyuluhan tentang sanitasi lingkungan keluarga.
Daftar Pustaka: 82 (1982-2004)

Protein-energy malnutrition of children under five year is still health problem in Indonesia. Like we know that malnutrition will impacts - decreased intelegentia and productivity and so will impact to decreased level of nation intellectuality and decreased human resources and is apprehensived Indonesia nation can not competed with others nation in era globalization. With attention to malnutrition who was attended this time, government and community be needed increased vigilance and efforts to tackling.
The purpose of this study is to examine influence factors of nutritional status underfive children and predicted factors was most role in case malnutrition of underfive children in rural Central Java, year of 2002. This study was use secondary data from result survey of Helen Keller International joint with Office of Health Central Java Province. Study designed was cross sectional. The population was underfive children (0-60 years) in rural Central Java. Sampling methods was multistage cluster. From 8110 underfive children in secondary data, with inclusion and exclusion criteria was has been definited, so be obtained 7582 underfive children was fulfill criteria for analyzed. Nutritional status was measured with anthropometric, and weight-for-age index and was asserted with Z-score. Data analysis with univariate, bivariate (Pearson Chi Square and Logistic Regression) and multivariate (Multivariate Logistic Regression Model).
The result of study show there was malnutrition problem in Central Java, especially of underfive children with prevalence of malnutrition (Z-score < -2 SD) are 31,3 %, where 4,6 % of them is severe malnutrition. The result of multivariate analysis was there are 6 factors influenced nutritional status underfive children was children age, infection, mother nutritional status, father education, mother education, number of birth child there were each others have specific role in influenced nutritional status. Role of infection to nutritional status associated with family environment sanitation that less good. Dominant factors influenced nutritional status underfive children was children age then mother nutritional status, mother education, father education, number of birth child and infection. Logistic Regression Models that was resulted enough steady to predict because almost 70 % variable in model can explain condition of nutritional status. This result was hope can applied by provider in tackling malnutrition problem in underfive children.
The study recommended to organizer of program and cross sector in district level and province level, necessary emphasize priority tackling malnutrition problem of children age 6-23 month. Be needed to increasing mother nutritional status especially to family with low social economic, by means of community empowerment program, that is trained program especially to mother for increasing organizing family resources. Necessary to empower family economic by means of distribution productive package (turned system) effort extended productive economic appropriate with potential in each district. To tackling infection in children be needed to conducting communication about family environment sanitation.
Bibliography: 82 (1982-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>