Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan bernilai ekonomis penting. Beberapa Negara seperti Jepang, Korea dan Negara-negara di Eropa merupakan pangsa pasar ikan sidat yang potensial. Penyebaran ikan ini di Indonesia sangat luas, salah satunya perairan Danau Poso Sulawesi Tengah. Stok ikan sidat memiliki keterbatasan karena belum dapat dikembangbiakkan dengan sistem budidaya, sehingga ketersediaannya sangat tergantung dari alam. Sampai saat ini aktivitas perikanan terhadap ikan sidat adalah kegiatan pembesaran sampai ukuran bernilai ekonomis. Penelitian dilakukan dari Mei-September 2012 di Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi kualitas air pada sistem pemeliharaan yang sesuai untuk pembesaran larva ikan sidat. Pembesaran larva sidat menggunakan dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem bak air diam (kubus) dan bak air mengalir ( raceway) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter konduktivitas (p=0,047), Nitrit (p=0,004), Suhu (p=0,046), Pospat (p=0,049) serta Total Pospat (p=0,032) menunjukkan perbedaan nyata pada dua sistem pemeliharaan tersebut. Hasil analisis PCA menunjukkan pertumbuhan berat (W) dan panjang (L) larva sidat dipengaruhi oleh konsentrasi DO, Suhu, TP, PO4 dan NH4. Rata-rata pertumbuhan panjang larva sidat pada bak air diam 65,59 % (3,19 cm) sedangkan pada bak air mengalir 65,92 % (3,25 cm). Rata-rata pertumbuhan berat larva sidat pada bak air diam 384,49 % (0,756 gr), sedangkan pada bak air mengalir 412,72 % (0,796 gr). Hasil ini menunjukkan bahwa bak uji air mengalir lebih baik untuk pemeliharaan atau pembesaran larva ikan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Syahbana
"[ABSTRAK
Minyak ikan dikenal sebagai sumber polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang baik dan digunakan untuk tujuan farmasetika dan suplemen pangan secara luas. Dalam penelitian ini, bahan baku ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dikarakterisasi dan minyak ikan diekstraksi dari tulang ikan sidat dengan metode Bligh & Dyer dan wet rendering. Komposisi asam lemak dari minyaknya dianalisa dan dikuantifikasi menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh menunjukkan, total by-product pengolahan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) mencapai 26,38%, kandungan lemak tulang ikan sidat 17,33 ± 0,58 g/100 g. Rendemen minyak ikan sidat yang diekstraksi dengan metode Bligh dan Dyer adalah 17,12%. Berdasarkan hasil analisis asam lemak minyak ikan sidat, diperoleh kandungan SFA 19,87%, MUFA 25,84%, PUFA 13,84%. Komposisi asam lemak utama minyak ikan sidat adalah asam palmitat 13,58%, asam oleat 20,94%, asam linoleat 4,01%, EPA 1,57% dan DHA 4,84%. Rendemen tertinggi ekstraksi minyak ikan dari tulang ikan sidat menggunakan metode wet rendering adalah sebesar 6,95% yang didapat pada pada suhu 80ºC, waktu perebusan 60 menit. Penambahan waktu perebusan menjadi 90 menit pada suhu yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen. Kondisi ekstraksi metode wet rendering terbaik berdasarkan persentase rendemen dan nilai hasil uji mutu dari minyak ikan adalah suhu perebusan 60°C, waktu perebusan 60 menit dengan persentase rendemen sebesar 5,53%, asam lemak bebas 0,47% , bilangan asam 9.277,55 mg KOH/kg, bilangan peroksida 38,35 meq/kg, bilangan anisidin 25,84 meq/kg dan total oksidasi 102,55 meq/kg. Hanya kandungan asam lemak bebas saja yang mempunyai nilai sesuai standar yang diperbolehkan.

ABSTRACT
Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
, Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement.
]"
2015
T45227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa
"Penelitian ini membahas terkait pemberdayaan masyarakat dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu, dibahas dari disiplin ilmu kesejahteraan sosial. Urgensi dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka CSR yang dilakukan dengan kerjasama bersama pemerintah daerah, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat menjadi lebih optimal dan efektif. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2022 hingga Mei 2023 menggunakan studi dokumen dan wawancara mendalam pada 8 orang informan yang dipilih melalui teknik purposive samping. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa tahapan pemberdayaan yang dilakukan dalam program budidaya sidat Desa Kebonmanggu. Tahapan tersebut mencakup sosialisasi dan pendaftaran program Gesari, verifikasi lapangan, pengumuman hasil seleksi, pembinaan Gesari Academy, pencairan dana, pembelanjaan, pengembangan metode budidaya, penjualan sidat, pembinaan, monitoring, evaluasi, dan reward. Dalam setiap tahapan tersebut, terdapat peran dari aktor pendamping yang terlibat dalam pelaksanaan untuk membantu kelompok Sidat Bumi menjalankan programnya. Aktor pendamping yang terlibat adalah Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai dinas pendamping program, Pemerintah Desa Kebonmanggu, dan perusahaan PT Semen Jawa itu sendiri yang terlibat dalam pelaksanaan program. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Semen Jawa dalam kerangka CSR, memiliki tahapan program nya sendiri dan menunjukkan beberapa perbedaan dengan tahap pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan oleh Organisasi Pelayanan Kemanusiaan (Human Service Organizations). Program pemberdayaan masyarakatnya juga melibatkan aktor-aktor pendamping yang membantu kelompok usaha dalam pelaksanaan program, mencerminkan peran-peran dari agen perubahan atau community worker. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bersumbangsih bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial pada mata kuliah intervensi komunitas terkait materi pengembangan masyarakat dan peran agen perubahan (community worker), bahwa perusahaan juga dapat melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui kerjasama dengan pemerintah daerah sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

This research discusses the empowerment of the community in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village, analyzed from the discipline of social welfare. The urgency of this research is to understand the implementation of community empowerment within the framework of corporate social responsibility (CSR), in collaboration with the local government, in order to optimize and make the services provided to the community more effective. This study was conducted using a qualitative approach with a descriptive type. Data collection was carried out from October 2022 to May 2023 using document studies and in-depth interviews with 8 selected informants using purposive sampling technique. The research findings indicate several stages of empowerment carried out in the eel cultivation program in Kebonmanggu Village. These stages include program socialization and registration, field verification, announcement of selection results, Gesari Academy mentoring, fund disbursement, expenditure, cultivation method development, eel sales, mentoring, monitoring, evaluation, and reward. In each of these stages, there is a role played by accompanying actors involved in the implementation to assist the Sidat Bumi group in running their program. The accompanying actors involved are the Department of Fisheries and Marine Affairs as the program's partner agency, the Kebonmanggu Village Government, and PT Semen Jawa company itself, which is involved in the program's implementation. The conclusion of this research is that the community empowerment program conducted by PT Semen Jawa within the framework of CSR has its own program stages and shows some differences compared to the stages of community development usually carried out by Human Service Organizations. The community empowerment program also involves accompanying actors who assist the business group in program implementation, reflecting the roles of change agents or community workers. The results of this research are expected to contribute to the Social Welfare Science study program, specifically in the community intervention course, regarding community development topics and the role of change agents (community workers), highlighting that companies can also implement community development and empowerment programs through cooperation with the local government as an effort to achieve social welfare for the community"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmalia Puspita
"Abon ikan adalah produk olahan dari daging ikan, melalui kombinasi proses pengolahan. Pembuatan makanan olahan dari ikan sidat (Anguilla bicolor) yakni produk abon ikan dipercaya mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, layak untuk dikonsumsi bagi para konsumennya dan juga memiliki daya simpan yang relatif lebih lama dibandingkan produk olahan ikan lainnya seperti nugget, baksi dan sosis ikan. Pembuatan abon ikan sidat ini dilakukan dengan variasi bahan baku murni daging ikan sidat dan campuran lengkuas (Alpinia galngan Sw) dengan rasa original dan pedas. Penentuan kualitas produk abon ikan sidat dengan melakukan analisis proksimat dan juga organoleptik pada setiap tipe. Untuk kandungan protein terbaik, diperoleh oleh abon ikan sidat tipe A1 dengan kandungan 35,0%, sedangkan tipe B1 34,7%, A2 29,3% dan B2 21,3%. Untuk analisis organoleptik, terbaik diperoleh oleh tipe A2 mengenai rasa 82,4%; warna 84,4%; tekstur 84,8% dan Aroma 84,8%.

Shredded fish is processed product of fish meat, through a combination of processing. The manufacture of processed foods of eel (Anguilla bicolor) shredded fish product believed to fill the nutritional needs of the community, suitable for consumption for customers and also have a shelf life that is relatively longer than other processed fish products such as nuggets, meatball and fish sausages. Manufacture of shredded eel is done with pure raw material variations eel meat and mix with galangal (Alpinia galngan Sw) with the original flavor and spicy. Determination of product quality shredded eel by proximate analysis and also organoleptic analysis on every type. For the best protein content, obtained by shredded eel type A1 with a content of 35.0%, while 34.7% of type B1, A2 and B2 29.3% to 21.3%. For organoleptic analysis, the best test results obtained by A2 type about the taste 82.4%; color 84.4%; texture 84.8% and 84.8% of Aroma."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismono
"Danau Limboto di Provinsi Gorontalo merupakan aset ekologis aset media produksi perikanan."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soulisa, Yulia Firdawati
"Dalam upaya penurunan kadar Mangan (Mn) terlarut, Laboratorium Hidrolilca FTUI telah mengembangkan suatu alat model fisik untuk mensimulasi aliran air tanah yang terkekang. Pengujian kali ini dimaksudlcan untuk menambah data dari pengujian terdahulu.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja model fisik sistem media berpori pada akifer terkekang dalam kapasitasnya sebagai alat untuk menurunkan kadar Mangan.
Untuk melihat sejauh mana kelayakan alat model flsik temebut, malca dilakukan pengkajian keandalannya baik secara hidrolis maupun secara fisik. Pengujian ini dilakukan dengan dua kali pegujian pengaliran. Pada pengujian pertama dilakukan pengambilan sampel pada saat aliran tunak. Pengujian kedua yang menjadi acuan dari penulisan ini adalah pengujian dengan tiga kali pengambilan sampel pada titik yang sama ini bertujuan melihat fenomena oksidasi-filtrasi tersebut.
Fenomena yang ditimbulkan dari sifat hidrolis adalah pengaliran dimensi pada arah memanjang, sementara sifat fisiknya berupa sebaran Mangan berfluktuasi menurut panjang pengaliran dan proses kimia yang terjadi. Akhirya dengan penambahan data yang dihasilkan pada pengujian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk memvalidasi model matematika."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Habib
"Cooling Tower merupakan salah satu komponen penting bersama dengan mesin lainnya di suatu industri yang berfungsi untuk menurunkan temperature air. Cooling Tower sistem terbuka menggunakan air sebagai media pertukaran panas. Air yang terus bersirkulasi dapat menyebabkan kerak, korosi, dan lumut karena kualitas air menurun sehingga proses pertukaran panas di cooling tower tidak optimal. Umumnya perawatan cooling tower pada industri menggunakan bahan kimia, namun hal tersebut dianggap belum efektif. Langkah alternatif dalam menjaga kualitas air di cooling tower adalah dengan menggunakan ozon. Flowrate, temperature inlet, dan jumlah ozon terlarut yang diinjeksikan tentu berpengaruh pada cooling tower, terutama kualitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperature inlet yang divariasikan terhadap kualitas air, efektivitas cooling tower dan penghematan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penilitian ini menggunakan miniatur cooling tower dengan sistem terbuka berukuran (70 x 42,5 x 53) cm. Kualitas air dari cooling tower sistem terbuka ditentukan dengan melakukan pengukuran menggunakan alat uji dan melakukan pemeriksaan laboratorium. Data yang dicatat dari penelitian ini adalah Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinitas, Ca dan Mg Hardness, Na, dan Cl, serta Range dan Approach. Data tersebut akan digunakan untuk mencari nilai Losses, Practical Ozone Scaling Index (POSI), memprediksi nilai Maximum Cycle dan Maximum Cycle of Concentration, menghitung nilai Blowdown Rate dan Make up Water yang dibutuhkan dan menghitung persentase Efektivitas Cooling Tower. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa temperature inlet 30? merupakan temperature inlet yang paling optimal. Ketika temperature inlet 30?, jumlah volume air blowdown dapat menurun 60,94% dan jumlah kebutuhan make up water dapat menurun 36,76%.

Cooling Tower is an important component along with other machines in an industry that functions to reduce water temperature. Open system cooling towers use water as a heat exchange medium. Water that continues to circulate can cause scale, corrosion, and moss because the quality of the water decreases so that the heat exchange process in the cooling tower is not optimal. Generally, cooling tower maintenance in industry uses chemicals, but this is considered ineffective. An alternative step in maintaining water quality in cooling towers is to use ozone. Flowrate, inlet temperature, and the amount of dissolved ozone injected certainly affect the cooling tower, especially water quality. The purpose of this study was to determine the effect of varied inlet temperature on water quality, cooling tower effectiveness and water savings. The method used in this study is a quantitative experiment. This research uses a miniature cooling tower with an open system measuring (70 x 42.5 x 53) cm. Water quality from an open system cooling tower is determined by measuring using a test kit and conducting laboratory tests. Data recorded from this study are Electric Conductivity, Total Dissolved Solid (TDS), pH, alkalinity, Ca and Mg Hardness, Na and Cl, as well as Range and Approach. The data will be used to find Losses values, Practical Ozone Scaling Index (POSI), predict Maximum Cycle and Maximum Cycle of Concentration values, calculate the required Blowdown Rate and Make up Water values and calculate the percentage of Cooling Tower Effectiveness. The results obtained from this study indicate that the inlet temperature of 30? is the most optimal inlet temperature. When the inlet temperature is 30?, the amount of blowdown water volume can decrease by 60.94% and the amount of make-up water needed can decrease by 36.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"An acencer water spring with a discharge of 2 - 4 L/sec. Was observed at the underground correlation tunel of the hydro - electri generator room the Jatiluhur Dam . Unfortunately his spring was never utilized. .."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiarti
"Model fisik yang dikembangkan oleh Laboratorium Hidrolika diranca.ng untuk mensimulasikan aliran terkekang yang terkontaminasi oleh zat terlarut, yaitu besi ( Fe ) melewati suatu media filtrasi. Kajian terhadap kinerja model fisik ini, sebelumnya telah dilakukan Ir. Heru Winayadi dan is menyimpulkan bahwa panjang tltrasi yang optimum terjadi pada arah memanjang, sedangkan data yang diperoleh dari percobaan tersebut sangatlah sedikit, sehingga perlu diperbanyak. Untuk percobaan saat ini akan dikonsentrasikan pada arah memanjang. Percobaan saat ini, direncanakan dilakukan dua kal'.
Dari kajian Percobaan I diketahui tidak terjadi perubahan kecepatan aliran dan kadar best pads zone untreated t 0,60 mg/1 sedangkan pads zone treated berkisar antara 1,23 - 3,22 mg/l. Panjang filtrasi dari Percobaan I ini belum dapat diketahui. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kesalahan pada alat atau pen.gukuran kadar besi maka pada Percobaan It dilakukan pengulangan pengambilan sampeI dan pengarnbilan sampeI kontrol.
Dari kajian Percobaan II diketahui tidak terjadi perubahan keeepatan aliran dan kadar besi pada zone untreated berldsar antara 0,00 - 1,50 mg11 sedangkan pada zone treated berkisar antara 0,41 - 3,20 mg/1. Dari pengulcuran sampeI kontrol diperoleh hasil yang sama dengan rancangan kadar besi sampeI tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran kadar besi telah dilakukan dengan balk dan benar, Panjang filtrasi dari Percobaan U ini belum dapat diketabui juga. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi fisik alat yang memiliki banyak kekurangan seperti retak-retak pada penutup bak filtrasi, kebocoran yang terjadi, melendutnya bagian dasar bak filtrasi. Juga dapat disebabkan oleh pelaksanaan pencampuran oksidator-pasir, pemadatan yang kurang baik dan pengambilan sampel yang tidak mewakiii medianya atau karena proses kimia yang tedadi.
Dari nercobaan-percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan akhir, bahwa kinerja model fisik belum cukup untuk dijadikan referensi dalam melakukan validasi model matematik. sehingga diperlukan data lebih banyak serta perbaikan model fisik itu sendiri. Alat itu sendiri dapat diperbaiki dengan mengganti penutup bak filtrasi, menambah perkuatan, menambal, sedangkan pencampuran oksidator-pasir dilakukan dalam satu wadah, pemadatan dilakukan dengan sistem per-layer, dipasang pipa pads titik pengambilan sampel agar sampel dapat mewakiii medianya. Untuk hal yang disebabkan proses kinua, diperlukan diskusi lebih lanjut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>