Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penggunaan bahan tambahan makanan berbahaya seperti formalin akhir-akhir ini menjadi
perhatian yang serius dikarenakan efeknya yang membahayakan kesehatan tubuh manusia dan berpotensi
menyebabkan kanker. Penelitian bertujuan untuk melakukan skrining pereaksi yang dapat digunakan
untuk mendeteksi formalin. Metode Spot Test digunakan untuk tujuan kepraktisan, sekaligus untuk
mengetahui sensitivitas dan selektivitas pereaksi pada bahan pangan. Hasil pengujian beberapa pereaksi
menunjukkan bahwa pereaksi Schiff merupakan pereaksi yang relatif paling memuaskan dengan
selektivitas dan sensitivitas pereaksi hingga 10 ppm. Pengembangan pereaksi dengan menambahkan
CuSO4 serta CuSO4 dan FeCl3 dapat meningkatkan sensitivitas sampai 0,01 ppm. Walaupun didapatkan
sensitivitas yang memuaskan, akan tetapi selektivitas pereaksi ternyata masih kurang baik jika diuji
terhadap formalin di dalam bahan pangan"
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Hingga saat ini penggunaan bahan kimia obat pada sediaan jamu masih banyak ditemukan di
pasaran. Salah satu senyawa kimia adalah sildenafil sitrat yang sering digunakan pada jamu penambah
stamina. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pereaksi yang cepat dan spesifik untuk menguji
sildenafil sitrat dalam sediaan jamu. Uji spot test dilakukan terhadap sildenafil sitrat murni dan sediaan jamu yang ditambahkan sildenafil sitrat dengan menggunakan beberapa pereaksi kima. Hasil positif
terhadap sildefanil ditunjukkan oleh pereaksi campuran alizarin dengan kobalt nitrat dengan berubahnya warna zat uji dari merah tua ke kuning. Dari hasil pengujian juga diketahui campuran pereaksi ini cukup
sensitif untuk mendeteksi adanya sildenafil sitrat dalam jamu dengan batas konsentrasi 0,3% b/b."
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Feigl, Fritz
London: Elsevier, 1960
547 FEI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Formalin is famous because of its danger. Although it has some advantages,it may give disadvatages for the layman.Figuratively,the formalin phenomena are pervasive
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Chiko
"Asam risinoleat dalam bentuk ester diketahui dapat dimanfaatkan sebagai emulsifier dan antimikroba. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis ester asam risinoleat teroksidasi. Proses oksidasi dilakukan dengan oksidator KMnO4 encer dalam suasana basa dan menghasilkan penurunan bilangan iod untuk asam risinoleat komersial dari 7,34 mg/g menjadi 4,63 mg/g. Esterifikasi dilakukan pada asam risinoleat teroksidasi dengan pereaksi gliserol dan etilen glikol serta katalis ZnCl2 dengan rasio molar 3:1, diperoleh persen konversi ester gliserol dan ester etilen glikol sebesar 87,6% dan 82%. Karakterisasi dengan KLT menunjukkan spot pemisahan produk ester dengan nilai Rf pada rentang 0,18-0,87. Karakterisasi dengan FT-IR menunjukkan terdapatnya gugus fungsi OH, C=O dan C-O ester. Produk ester yang diperoleh dapat berperan sebagai emulsifier setelah pengamatan selama 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak (w/o). Selain itu, dilakukan pula analisis mengenai potensi antimikroba pada produk ester asam risinoleat teroksidasi terhadap bakteri Gram positif Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis menggunakan metode dilusi.

Ricinoleic acid in the form of an ester is known to be used as an emulsifier and antimicrobial. In this research, the synthesis of oxidized ricinoleic acid ester was carried out. The oxidation process was carried out with a thin oxidizer KMnO4 in an alkaline solution and resulted in depression of iodine number for commercial ricinoleic acid from 7.34 mg/g to 4.63 mg/g. Esterification was carried out on oxidized ricinoleic acid with glycerol and ethylene glycol as well as ZnCl2 catalyst with a molar ratio of  3: 1, the percent conversion of glycerol and ethylene glycol esters was 87.6% and 82%. Characterization with TLC showed the spot separation of the ester product with Rf value in the range 0.18-0.87. Characterization with FT-IR shows the functional groups OH, C=O, and C-O esters. The obtained ester product can be an emulsifier after 24 hours of observation with a water-in-oil (w/o) type emulsion. Besides, an analysis of the antimicrobial potential of ricinoleic acid esters was oxidized against Gram-positive bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis using the dilution method.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ramadhani
"ABSTRACT
Formalin merupakan larutan yang mengandung 37-50% formaldehid yang digunakan dalam pembalseman kadaver.1,2 Mahasiswa kedokteran secara rutin mengikuti praktikum anatomi dan akan terpapar oleh formaldehid yang memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan.3-6 Paparan terus menerus dapat membuat tubuh beradaptasi sehingga jika terjadi paparan formalin yang berlebihan bisa terabaikan.7,8 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya keluhan pada mahasiswa akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi dan ada tidaknya perbedaan keluhan fisik secara subjektif antara mahasiswa yang baru pertama kali dan mahasiswa lama yang sudah berulang kali terpapar formaldehid selama mengikuti praktikum anatomi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Data diambil di Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada bulan Mei-Juni 2012 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai keluhan subjektif yang dirasakan responden selama mengikuti praktikum anatomi. Kuesioner dibagikan kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2010 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Kardiovaskular dan angkatan 2011 yang sedang mengikuti praktikum anatomi Modul Neurosains. Hasilnya menunjukkan 96.3% mahasiswa mengeluhkan keluhan mata, 86.5% mengeluhkan keluhan hidung, 67.3% mengeluhkan keluhan tenggorokan dan 98% mengeluhkan keluhan lainnya.Hasil uji analisis dengan chi square keluhan subjektif antara mahasiswa lama dan baru yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi menunjukkan nilai p>0.05 pada keluhan subjektif mata, hidung, tenggorokan dan keluhan lainnya. Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna keluhan subjektif yang muncul akibat paparan formalin selama mengikuti praktikum anatomi antara mahasiswa lama dan baru.

ABSTRACT
Formalin is a solution containing 37-50% of formaldehyde used in embalming cadavers.1,2 Medical students routinely follows the anatomy lab and will be exposed to formaldehyde in cadavers. Exposure to formaldehyde has the effect of short-term and long-term subjective complaints which hazardous for one's health3-6. Continuous exposure can make the body adapt so that the body will neglect and no longer able to responds to excessive exposure to formalin.7,8 The purpose of this study was to determine whether there is a complaint from the students as a result of exposure to formaldehyde during the anatomy lab session. This study also monitored the presence or absence of differences in subjective physical complaints between first-time students, who had never been exposed to formaldehyde before, and senior students, who have been repeatedly exposed to formaldehyde during the anatomy lab session. This study used a cross-sectional study design. Data was taken at the Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia(FMUI) in May-June 2012 with distributing a questionnaire containing questions about subjective complaints that respondents felt during the anatomy lab session. Questionnaires were distributed to FMUI’s students 2010 who were following the Cardiovascular anatomy lab module and class of 2011 who were following the Neuroscience anatomy lab module. The results showed 96.3% of the students complained of eye complaints, 86.5% complained of nasal complaints, 67.3% complained of throat complaints and 98% complained of other types of complaints. The chi square test analysis with subjective complaints between senior and new students arising from exposure to formaldehyde during the anatomy showed p > 0.05 on the subjective complaints of the eyes, nose, throat and other complaints. It was concluded that there was no significant differences in subjective complaints arising from exposure to formaldehyde between the senior and new students during the anatomy lab session"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athalia Theda Tanujaya
"Siklofosfamid merupakan salah satu obat golongan agen pengalkilasi nitrogen mustar
yang sering digunakan dalam kemoterapi kanker. Namun demikian, penggunaan
siklofosfamid dengan dosis yang tinggi dan jangka waktu yang panjang telah terbukti
dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker sekunder. Hal ini dapat ditandai dengan
terbentuknya DNA adduct yang mutagen, seperti N5-Nitrogen mustarformamidopirimidin
(NM-Fapy-G). Oleh karena itu, adduct tersebut dapat dijadikan
salah satu biomarker terjadinya kanker sekunder pada pasien yang menerima
siklofosfamid. Beberapa peneliti telah mengembangkan metode untuk menganalisis NMFapy-
G dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi – Tandem
Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Namun demikian, seluruh penelitian tersebut
masih menggunakan sel atau jaringan sebagai biospesimennya sehingga tidak aplikatif
apabila ingin diimplementasikan kepada pasien. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat untuk
memaparkan gagasan terkait kesesuaian penggunaan Dried Blood Spot (DBS) sebagai
metode biosampling darah; metode ekstraksi dan hidrolisis DNA yang tepat untuk
memperoleh adduct NM-Fapy-G; dan metode analisis yang sesuai untuk menganalisis
NM-Fapy-G. Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, maka DBS telah terbukti
dapat digunakan dalam penelitian ini; QIAamp DNA Mini Kit dapat digunakan untuk
mengekstraksi DNA dari kertas DBS; metode yang telah dikembangkan oleh Gruppi et
al., (2015) dapat digunakan untuk hidrolisis DNA; dan analisis dapat dilakukan dengan
menggunakan kondisi analisis yang telah dikembangkan Chen et al., (2020) dengan
sedikit modifikasi. Metode yang diajukan diharapkan dapat digunakan dalam penelitian
NM-Fapy-G selanjutnya. Apabila hasil yang didapatkan positif, diharapkan dapat segera
diimplementasikan untuk menganalisis NM-Fapy-G pada pasien kanker yang menerima
siklofosfamid sehingga kemungkinan tejadinya kanker sekunder dapat diprediksi

Cyclophosphamide is one of the alkylating nitrogen mustard agents that is frequently used
for cancer chemotherapy. Nevertheless, long-term use of high dosage cyclophosphamide
has been proven to increase the risk of secondary cancer. This can be traced by the
mutagenic DNA adduct formation, for instance, N5-Nitrogen mustardformamidopyrimidine
(NM-Fapy-G). Consequently, it may serve as one of the secondary
cancer biomarkers in cancer patients who are receiving cyclophosphamide treatment.
There are already several NM-Fapy-G analysis methods employing Liquid
Chromatography-Tandem Mass Spectrometry (LC-MS/MS) developed by experts.
However, cells and tissues are still utilized as the biospecimens, thus it is discovered not
applicative and hard to be performed in patients. Therefore, this summary is presented to
emphasize the idea of adopting Dried Blood Spot as the blood's biosampling method;
DNA extraction and hydrolysis method that is suitable for enriching NM-Fapy-
G adduct; and method that is proper for NM-Fapy-G analysis. Based on the literature
study, DBS has been proven beneficial for this analysis; DNA can be extracted from the
DBS cards by using QIAamp DNA Mini Kit; DNA hydrolysis can be executed according
to the method that has been developed by Gruppi et al., (2015); and method from Chen
et al., (2020) research with a little bit of adjustment can be applied for NM-Fapy-G
analysis. Hopefully, the proposed idea will be accepted in future NM-Fapy-G analysis,
so it can soon be implemented for NM-Fapy-G analysis in cancer patients who have been
administered cyclophosphamide. Hence, the possibility of secondary cancer may be
predicted.
"
Depot: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Satya Paramitha
"ABSTRAK
Hingga saat ini, pengawet utama kadaver untuk pendidikan anatomi tubuh manusia adalah formalin. Walaupun formalin telah terbukti sebagai materi fiksatif organ yang baik, formalin juga dikenal sebagai materi yang mudah menguap, bersifat iritatif, toksik, dan karsinogenik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknik pengawetan kadaver rendah formalin. Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek dari dua jenis larutan bebas formalin (CaCl2 dan gliserin) sebagai larutan pengawet lanjutan terhadap struktur mikroskopik dan makroskopik jantung tikus Sprague Dawley dan dibandingkan dengan formalin (larutan pengawet standar Departemen Anatomi FKUI). Pengamatan struktur makroskopik, yaitu konsistensi organ dan keberadaan jamur dilakukan setiap bulan pada 6 bulan pertama dan setelah satu tahun pengawetan. Pengamatan struktur mikroskopik jaringan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dilakukan untuk mengetahui persentase nekrosis dan/atau abnormalitas jaringan dalam sepuluh lapang pandang besar. Hasil studi menunjukkan konsistensi organ yang buruk pada jantung yang diawetkan dengan 15% CaCl2 dan 20% CaCl2 dengan penurunan kondisi jaringan lebih cepat pada pengawetan dengan 15% CaCl2; sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Keberadaan jamur ditemukan pada permukaan cairan pengawet, terutama pada larutan 15% dan 20% CaCl2, tetapi tidak ditemukan pada jaringan. Hasil pengamatan struktur mikroskopik yang menunjukkan persentase abnormalitas jaringan yang sama pada jantung yang diawetkan dengan larutan gliserin dibandingkan dengan jantung yang diawetkan dengan larutan pengawet standar. Disimpulkan bahwa larutan CaCl2 memiliki efek pengawetan yang lebih buruk dibandingkan dengan larutan standar berformalin, sementara larutan gliserin memiliki efek pengawetan yang sebanding.

ABSTRACT
As an educational facility, anatomy laboratory is important for medical students and staffs. Therefore, the improvement of appropriate learning and working environment needs to be achieved by finding the most appropriate organ preservation method. Nowadays, formalin is the most common preservative material used for human cadavers. Despite being a good fixative material, formalin is also known to be easily evaporated, irritative, toxic, and carcinogenic. This study aimed to observe the effect of two formalin-free solutions (CaCl2 and glycerine) as advanced preservative materials towards macroscopic and microscopic structures of heart tissue compared to formalin (Standard Preservative Solution of Department of Anatomy, FMUI). Macroscopic observation was conducted by observing organ consistency and the presence of fungi every month in the first six months and after one year of preservation. Meanwhile, microscopic observation was performed by using hematoxylin-eosin staining to determine the percentage of necrosis and/or tissue abnormalities in ten microscopic fields. Results of macroscopic observation showed low organ consistency between hearts preserved in 15% CaCl2 and 20% CaCl2 with earlier decreased consistency in 15% CaCl2; thus, making these results could not be continued for microscopic observation. The presence of fungi was observed only on the surface of preservative solutions, especially on 15% CaCl2 and 20% CaCl2, with no fungi was found on the surface of heart tissue. Results of microscopic observation showed that hearts preserved in glycerine solution had similar percentages of tissue abnormalities compared to Standard Preservative Solution. To conlude, this study demonstrated worse preservative effects of CaCl2 solutions compared to formalin, while glycerine solutions showed good preservative effects; nearly as good as formalin."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian tentang pengobatan infestasi beberapa ektoparasit pada Epinephelus suilus (ikan kerapu lumpur) dilakukan di laboratorium. Benih ikan telah terinfeksi parasit Trichodina, Broklynella, dan Diplectanum diberi perlakuan dengan formalin teknis 200 ppm, hijau malakit 0,5 ppm, metilin biru 0,1 ppm, air tawar 100% dan kontrol tanpa obat dalam rancangan acak lengkap. Pengobatan dikerjakan dengan cara merendam benih ikan itu selama satu jam dalam larutan dengan tiga kali ulangan berturut-turut selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas setiap jenis parasit tidak ada perbedaan nyata, tetapi perbedaan yang sangat nyata terlihat terhadap prevalensi setiap jenis parasit. Semua perlakuan pengobatan di dalam penelitian ini tidak mampu memberantas ketiga jenis parasit yang menginfestasi, tetapi hanya dapat mengurangi intensitas dan prevalensinya saja. "
MPARIN 9 (1-2) 1996
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ardyani
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>