Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114780 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esqiyati Wahidah
"Single complete denture with only lower anterior teeth left often causes failure in overall prosthodontic treatment. Functional load lays on the upper anterior alveolar bone, causing bone resorbtion and overgrowth of gingivae tissue. Overdenture can preserve alveolar bone height and prevent further bone resorbtion. Selection of the supporting teeth for overdenture, endodontic treatment, and oral health care become vital in overdenture treatment."
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suzan Elias
"Salah satu terapi yang umum untuk kehilangan gigi 076I678 yang kita kenal sebagai kasus K1 I Kennedy,adalah gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal.Pada pem-
buatan gigi tiruan tersebut umumnya gigi penjangkaran yang digunakan adalah gigi gigi 54I45 yang merupakan gigi penjangkaran yang lemah.
Jaringan pendukung gigi tiruan tersebut terdiri atas jaringan keras yaitu gigi penjangkaran beserta periodonsiumnya dan jaringan lunak yaitu mukosa yang berada dibawah basis gigi tiruan tersebut.Kedua jaringan pendukung mempunyai kekenyalan yang berbeda.Pada pemakaian gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal perbedaan kekenyalan itu sering mengakibatkan goyangnya gigi penjangkaran.Salah
satu penyebab goyangnya gigi penjangkaran tersebut adalah gerak distal gigi penjangkaran tiap kali gigi tiruan mandapat beban kunyah.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana menentukan disain cengkeram serta upaya,memperoleh gigi penjangkaran yang kuat agar kesehatan jaringan pendukung gigi tiruan tersebut dapat dipertahankan sebaik-baiknya dan untuk wak-
tu yang lama.
Sehubungan dengan itu telah diteliti adanya perbedaan gerak distal yang bermakna dari gigi penjangkaran yang displint dan yang tidak displint dengan disain cengkeram 3 jari (sirkumferensial) dan disain cengkeram 3 jari panjang (continous). Penelitian ini dilakukan secara laboratorik dan beban kunyah yang digunakan adalah komponen beban kunyah yang jatuh tegak lurus pada bidang kunyah.
Secara statistik dari penelitian ini dibuktikan bahwa pada gigi tiruan sebagian lepas ekstensi distal, gerak distal yang diterima gigi penjangkaran dengan splint lebih kecil bila dibandingkan dengan gerak distal gigi penjangkaran tanpa splint.Selain itu gigi tiruan dengan disain cengkeram 3 jari panjang,gigi penjangkarannya juga menerima gerak distal lebih kecil dibandingkan dengan yang diterima oleh gigi tiruan dengan di-
sain cengkeram 3 jari.Sedangkan gerak distal yang terkecil diterima oleh gigi penjangkaran dengan splint dan disain cengkeram 3 jari panjang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ectodermal dysplasia is a rare congenital disease that effects several ectodermal structures. This disease is usually tranmitted as an x-linked recesive trait in which the gene is carried by female and manifested in male. The orofacial characteristics of ectodermal dysplasia include anodontia or hypodontia, congenital teeth, underdevelopment of alveolar ridges and it is not uncommon for the face of an affected child to take on the appearance characteristic of old age, a prominent forehead, protuberant lips, a depressed nasal bridge, hypotricosis, and hypohidrosis. The treatment to manage orofacial disfigurement may afford the pasient some measure of confidence, esthetics, function and speech. This case report describes the diagnosis and treatment of ectodermal dysplasia in an 18 year patient. The treatment included removable complete dentures."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sheynna Azka Afifah
"Latar belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya kemampuan mastikasi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup individu. Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik yang sesuai dengan klasifikasi kehilangan gigi dapat membantu mengembalikan fungsi gigi yang hilang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mastikasi. Namun, tidak semua pengguna gigi tiruan memiliki kemampuan mastikasi yang lebih baik setelah menggunakan gigi tiruan.
Tujuan: Menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis hubungan antar kelas pada klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi, menganalisis pengaruh faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan terhadap kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 20 tahun ke atas yang baru menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik. Dilakukan pencatatan diri subjek serta wawancara pengisian kuesioner kemampuan mastikasi.
Hasil penelitian: Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada kehilangan gigi berdasarkan klasifikasi Kennedy diketahui memiliki pengaruh p=0,00 terhadap kemampuan mastikasi. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik kelas 1 dan kelas 2 Kennedy, kelas 2 dan kelas 3 Kennedy, kelas 2 dan kelas 4 Kennedy memiliki pengaruh dengan kemampuan mastikasi. Tidak terdapat pengaruh antara faktor sosiodemografi usia,jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan terhadap kemampuan mastikasi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan akrilik berdasarkan klasifikasi Kennedy terhadap kemampuan mastikasi.

Background: Tooth loss can cause disruption of masticatory ability and may affect patient's general health and quality of life. The use of acrylic removable partial denture based on the classification of tooth loss may restore the oral function, which is expected to increase patient's masticatory ability. However, not all denture wearers have better masticatory ability after using the removable partial denture.
Objectives: To analyze the effect of removable partial denture wearing based on Kennedys classification towards masticatory ability, correlation between each class on Kennedy's classification towards masticatory ability, and the effect of sociodemographic factors age, gender, educational level toward tooth loss and masticatory ability.
Methods: Cross Sectional Study was conducted on 30 patients of RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 20 years and over who just used removable partial denture. Subjects personal data were obtained, and interview for masticatory ability was conducted.
Results: There was significant difference p 0,00 between removable partial denture wearing on tooth loss based on kennedys classification towards masticatory ability. Kennedy class 1 and 2, class 2 and 3, class 2 and class 4 removable partial denture have significant difference with masticatory ability. There was no significant difference between sociodemographic factors age, gender, educational level, income level toward tooth loss and masticatory ability.
Conclusion: The use of removable partial denture based on Kennedys classification may increase patients masticatory ability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Alexander Tjang
"Latar Belakang: Kehilangan gigi posterior dapat mempengaruhi kualitas hidup karena memberikan dampak negatif terhadap efisiensi mastikasi. Tingkat kesuksesan perawatan Gigi tiruan sebagian lepasan dengan perpanjangan distal bervariasi akibat problema biomekanika yang timbul saat berfungsi. Gagasan penggunaan implan sebagai dukungan tambahan dalam desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dukungan kombinasi Implan dan Gigi (GTSLIG) dapat menjadi alternatif yang baik dalam merehabilitasi kasus kehilangan gigi posterior di rahang bawah. Namun lokasi implan yang ideal masih menjadi perdebatan.
Tujuan: Menentukan posisi implan terbaik untuk perencanaan GTSLIG rahang bawah dengan mengevaluasi parameter objektif, yaitu implant survival rate, Mixing Ability Index (MAI), komplikasi biologis mekanis, dan subjektif dalam bentuk Patient Reported Outcome Measure (PROM) yang meliputi Oral Health Impact Profile (OHIP) dan Visual Analogue Scale (VAS) pada pasien dengan kasus Kennedy kelas I atau kelas II rahang bawah berdasarkan telaah sistematis dan meta-analisis.
Metode: Pencarian elektronik pada empat database dilakukan untuk identifikasi studi randomied studies (RS) dan non-randomized studies (NRS) pada pasien yang menerima perawatan GTSLIG rahang bawah dengan lokasi implan pada daerah premolar pertama (P1) atau molar pertama (M1). Kumpulan literatur kemudian dipilah dan diuji kualitas metodologinya. Dua peneliti melakukan seleksi artikel secara mandiri, ekstraksi data dan penentuan kualitas studi yang terkumpul. Random-effect models digunakan untuk komparasi nilai VAS dan OHIP (Perbedaan Rerata, interval kepercayaan 95%).
Hasil: Dari 5 RS dan 7 NRS yang terkumpul, ditemukan tidak ada perbedaan antara GTSLIG dukungan M1 (GTSLIG-M) dan GTSLIG dukungan P1 (GTSLIG-PM) dalam hal implant survival rate, komplikasi mekanis, performa fungsional, dan PROM. Risiko untuk komplikasi biologis terlihat lebih tinggi terjadi pada GTSLIG-M bila dibandingkan dengan GTSLIG-PM. Pemeriksaan meta-analisis memperlihatkan perbaikan nilai kepuasan pada saat menggunakan GTSLIG antara grup GTSLPD dan pengguna GTSLIG-M. Hal tersebut terlihat pada rerata penurunan nilai OHIP sebesar 21,11 dan rerata peningkatan nilai VAS sebesar 29,62.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan efek lokasi implan pada GTSLIG dalam evaluasi parameter objektif dan subjektif kecuali pada komplikasi biologis, dimana lokasi M1 memiliki risiko lebih tinggi. Secara meta-analisis menggunakan random-effect models ditemukan penggunaan GTSLIG memberikan perbaikan nilai VAS dan OHIP-49 bila dibandingkan dengan GTSLPD.

Background: Posterior tooth loss can affect oral health related quality of life due to its adverse effect on masticatory efficiency. The success of removable partial denture treatment varies due to biomechanical problem associated with mandibular free end condition during function. The use of dental implant to provide additional denture support in implant assisted removable partial denture (IARPD) can become a viable alternative to improve masticatory efficiency. However, ideal implant location is still debated.
Objective: To determine the best implant location to convert partial denture into mandibular IARPD and evaluate its objective parameters, such as implant survival rate, mixing ability index (MAI), biological and mechanical complication, as well as subjective parameters such as patient reported outcome measure (PROM), specifically Oral Health Impact Profile (OHIP) and Visual Analogue Scale (VAS) in patient with bilateral mandibular distal extension, or Kennedy class I or class II case by meta-analysis.
Method: Electronic search on four databases were conducted to identify randomized and non-randomized studies of patients receiving mandibular IARPD with implant in first premolar (P1) or first molar (M1) location while examining the parameters of interest. Two reviewers were independently conducted article selection, data extraction and quality assessment. Random-effect models were used to compare VAS and OHIP change score (standardized mean change, 95% confidence interval)
Result: From 12 studies, 5 randomized with low risk of bias and 7 nonrandomized studies with high risk of bias, there were no significant difference between IARPD in M1 (IARPD-M) and IARPD in P1 (IARPD-PM) when implant’s survival rate, functional performance, mechanical complication, and PROM were evaluated. However, biological complications were seen more frequently on IARPD-M when compared to IARPD-PM. Furthermore, meta-analysis have shown improvement in PROM with pooled standardized mean change of 21,11 for OHIP and 29,62 VAS improvement.
Conclusion: Implant location has no significant effect in IARPD planning when objective and subjective parameters are evaluated except biological complication of which M1 location has higher risk of complications. Meta-analysis evaluation using random-effect model shows IARPD treatment provide improved VAS and OHIP-49 score when compared to conventional partial denture.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesian Journal of Dentistry 2006: Edisi Khusus KPPIKG XIV: 148-154
Removable Partial Denture Management on Post-Menopause Osteoporotic Female
Osteoporosis a condition of generalized skeletal fragility caused by diminishing bone amount and disturbance in bone microarchitecture with implication that the bone ability to withstand forces is decreased.
This condition leads to more bone resorption. Some researches show that this condition also affects jaw bone. Therefore we must take this condition into consideration during prosthodontic treatment. Dental prostheses are made to restore stomatognatic function as well to preserve what was left including residual alveolar bone. The ability ofdental prostheses to preserve residual alveolar bone differs according to type of prostheses. The case presented here proposing the treatment of an osteoporotic old female in Prosthodontic Clinic FKG Ul with removable partial denture. Considerations inselecting the type and design of dental prostheses and attempts to modif, factors that might play a role in bone resorption in connection with patient's physical and psychological status will be discussed. Thorough examination, careful planning and good communication with patient can provide optimum result."
Journal of Dentistry Indonesia, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Falatehan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Gangguan fonetik seringkali dialami oleh pasien yang baru
memakai gigi tiruan lepas, namun dalam praktek sehari-hari fungsi fonetik
seringkali terabaikan oleh dokter gigi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan
fonetik adalah karena palatum tertutup oleh basis gigi tiruan, sehingga fungsi
palatum sebagai salah satu alat bicara terganggu terutama pada pengucapan
konsonan linguo-palatal.
Untuk mengevaluasi gangguan fonetik biasanya digunakan palatogram,
yaitu gambaran yang terbentuk pada daerah palatum yang berkontak dengan
lidah saat berlangsungnya suatu aktifitas spesifik, biasanya saat aktifitas
berbicara.
Tujuan : untuk mendapatkan metode baru dalam memprediksi adaptasi
pemakai gigi tiruan penuh rahang atas berdasarkan palatogram konsonan
linguo-palatal Bahasa Indonesia. Diharapkan pasien mampu mengucapkan
konsonan linguo-palatal, khususnya huruf ‘s’ dan 'z’.
Bahan dan Cara : Subjek penelitian adalah 40 orang pemakai gigi tiruan
penuh (GTP) yang terdiri dari 20 laki-laki dan 20 perempuan, dengan
rentang usia antara 30-80 tahun. Dibuat palatogram pada gigi tiruan penuh
rahang atas (GTP RA), dengan cara subjek diinstruksikan untuk
mengucapkan bunyi desis ‘s’ dan ‘z setelah bagian palatal GTP RA
dioleskan pressure indicator paste. Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini dianalisis
dengan analisis univariat, bivariat (uji T tidak berpasangan) dan multivariat
(uji repeated ANOVA).
Hasil : Pemakai GTP RA membutuhkan waktu 10-14 hari untuk mampu
beradaptasi terhadap pengucapan konsonan linguo-palatal S – Z. Nilai mean
subjek saat pengucapan huruf ‘s’ dan ‘z’ yang dapat dilakukan dengan baik dan
jelas adalah 920,63 dan 987,31, dengan deviasi standar 92,28 dan 107,61.
Kesimpulan : Didapatkan metode baru untuk menilai adaptasi pemakai GTP
rahang atas, berdasarkan palatogram konsonan linguo-palatal Bahasa
Indonesia.

ABSTRACT
Introduction : Phonetic interference often occurs on a new removable denture
wearer, but phonetic is usually ignored by dentist in daily practice. The
removable denture base that covers palate is one of the phonetic interference
causes. Denture base interfere the palate to function, as one of the speech
instrument, especially in pronouncing linguo-palatal consonant.
Phonetic interference can be evaluated by a palatogram. Palatogram is a
graphic representation of the palate area that contacts by the tongue during a
specified activity, usually speech.
Aim : to obtain a new method in predicting the adaptation of upper complete
denture wearer based on the palatogram of Indonesian linguo-palatal
consonant, in order to be able to pronounce linguo-palatal consonant, especially
‘s’ and ‘z’.
Material and method : There are 40 participants on this study, consists of 20
males and 20 females, by an age range between 30-80 years old. The subject
was asked to and palatogram record was taken on upper complete denture by
instructing the subject to pronounce ‘s’ and ‘z’, after some PIP is put on palatal
plate. This study is an analytic observational with cross sectional design. This
study was anaylzed with univariat, bivariat (Unpaired T-test), and multivariat
analysis (Repeated ANOVA test).
Result : Upper denture wearer need 10-14 days to adapt with ‘s’ and ‘z’
consonant. The subject’s means in phonetic ‘s’ and ‘z’ are 920,63 and 987,31,
with standard deviation are 92,28 and 107,61.
Conclusion : a new method in evaluating the adaptation of upper complete
denture wearer was obtained based on the palatogram of Indonesian linguopalatal
consonant."
2013
T33185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enamela Denta
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Faktor anatomis yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah adalah kedalaman ruang retromylohyoid. Kedalaman ruang retromylohyoid dapat diasumsikan sebagai ketinggian tulang alveolar bagian posterior rahang bawah. Berkurangnya ketinggian tulang alveolar berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar yang dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 70 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan kedalaman ruang retromylohyoid. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid serta perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 0,334 dan 1,000 (p> 0,05). Kesimpulan: (1) Kondisi yang paling banyak ditemukan pada pasien GTP rahang bawah adalah ruang retromylohyoid dalam. (2) Kondisi ruang retromylohyoid dangkal lebih banyak ditemukan pada kelompok perempuan dibandingkan laki-laki. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid. (3) Tidak terdapat perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan lakilaki.

Anatomic factor that influences the retention and stability of the mandibular denture is the depth of retromylohyoid space. The depth of retromylohyoid space can be assumed as the height of alveolar ridge in posterior region of the mandible. The decrease of the height of alveolar ridge caused by alveolar ridge resorption that is influenced by age and sex. This test used 70 medical records of mandibular complete denture patients who came to Prosthodontic Clinic of Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia within January 2005 - June 2007 period that fulfilled the criteria. Univariate statistical analysis is presented in the frequency distribution of age, sex, and the depth of retromylohyoid space. Bivariate statistical analysis using Chi-Square test and Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test was done to analyze the relationship between age and the height of retromylohyoid space, also the difference of the depth of retromylohyoid space in female and male. The result showed that significance values are 0,334 and 1,000 (p > 0,005). It was concluded that (1) A deep retromylohyoid space is the most condition occurred between the patients (2) A shallow retromylohyoid space is occured more in female than male. (3) There is no relationship between age and the depth of retromylohyoid space. (4) There is no difference of the depth of retromylohyoid space in female and male."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Nurhidayanti
"Keberhasilan perawatan gigi tiruan penuh dipengaruhi oleh retensi dan stabilitas. Retensi merupakan kemampuan gigi tiruan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan, dan gaya-gaya yang berhubungan dengan pembukaan rahang, sedangkan stabilitas adalah kemampuan gigi tiruan untuk tetap stabil atau tetap pada posisinya saat digunakan. Salah satu faktor yang berperan dalam retensi dan stabilitas adalah ketinggian perlekatan dasar mulut. Perlekatan dasar mulut perlu diperhatikan karena hubungannya terhadap puncak alveolar sangat penting pada pasien yang akan memperoleh perawatan gigi tiruan penuh rahang bawah. Penelitian ini menggunakan 71 kartu status milik Klinik Departemen Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedikteran Gigi Universitas Indonesia yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis statistik secara univariat berupa distribusi frekuensi dari variabel jenis kelamin, usia, ketinggian pelekatan dasar mulut dan analisis bivariat dengan uji kolmogorov-smirnov. Nilai p yang didapat dari hasil penelitian > 0,05. Kesimpulan : (1) Perlekatan dasar mulut normal adalah yang paling banyak ditemukan baik pada pasien perempuan maupun lakilaki. (2) Tidak terdapat hubungan antara pertambahan usia dengan ketinggian perlekatan dasar mulut. (3) Tidak terdapat perbedaan ketinggian perlekatan dasar mulut yang signifikan antara pasien perempuan dan laki-laki.

The success of prosthodontic treatment is influenced by retention and stability. Retention is quality inherent in the denture which resist the force of gravity, the adhesiveness of foods, and the forces associated with the opening of the jaws, and stability is denture`s ability of being firm, steady and constant in position when forces is applied to it. One important factors in retention and stability is the height of mouth floor. The mouth floor needs to be concerned because its relationship to alveolar ridge which is very important to a patient who will get mandibular complete denture treatment. As the sample test, seventy one medical records of the Prosthodontic Clinic in Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia which qualify the criteria were used. Univariat statistical analysis is in the form of frequency distribution from the variables of sex, age, height of mouth floor and bivariat analysis with kolmogorov-smirnov test. The result showed (p>0, 05). It was concluded that (1) Normal height of mouth floor is the most common occurrence in male and female. (2) There was no relationship between age and the height of mouth floor. (3) There was no difference between the height of mouth floor in male and female."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Suryandari
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Dalam hal retensi dan stabilitas gigi tiruan penuh rahang bawah, posisi lidah memiliki peranan penting. Walaupun seseorang memiliki posisi lidah normal sejak lahir, namun kondisi itu dapat berubah dan menghasilkan posisi lidah abnormal (retracted tongue). Penyebab perubahan posisi lidah ini dapat dikaitkan dengan ketinggian dasar mulut. Sehingga diasumsikan bahwa posisi lidah mungkin berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar. Resorpsi tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 75 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan pendekatan deskriptif, analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. Sedangkan dengan pendekatan analitik, digunakan analisis bivariat dengan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright serta untuk mengetahui perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 1,000 (p>0,05). Kesimpulan: (1) Posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling banyak ditemukan dan yang paling jarang adalah posisi lidah kelas III. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. (3) Tidak terdapat perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>