Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175869 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Syahrul Fuad
"Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan. Bahanpenyusun beton terdiri dari bahan semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah(admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan(bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masingmasingkomponen. Penambahan material lain akan membedakan jenis beton, misalnyayang ditambahkan adalah tulangan baja akan terbentuk beton bertulang. Di dalam penelitianini, menggunakan beton yang merupakan campuran air, semen, agregat halus, agregat kasardan serat kulit durian. Pemanfaatan limbah kulit Durian yang kembali digunakan merupakanpenanggulangan yang tepat terhadap limbah, oleh karena itu dilakukan penelitian yangbertujuan untuk mengetahui berapa besar pengurangan atau penambahan kuat tekan betonterhadap faktor keamanan suatu bangunan, untuk dapat diaplikasikan pada bangunanbangunanmasyarakat umum.Variasi persentase penambahan serat kulit durian adalah 0,5%, 1%, 1,5% terhadap beratsemen. Mutu beton K.175 dan dilakukan pengujian kuat tekan dan tarik belah.Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwadari hasil uji kuat tekan beton, beton dengan penambahan kulit durian 0,5 %, 1,0 %, dan 1,5% mengalami peningkatan sebesar 2,71 %, 3,29 %, dan 4,97 % dibandingkan beton normal,untuk hasil pengujian kuat tarik belah beton dengan penambahan kulit durian sebanyak 0,5%, 1,0 %, dan 1,5 % mengalami peningkatan sebesar 6,06 %, 4,55 %, dan 3,03 % dibandingkanbeton normal."
Palembang: Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang, 2014
600 JDTEK 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Syahrul Fuad
"ABSTRAK
Untuk meningkatkan mutu beton, disamping komposisi semen, agregat kasar, agregat halus, dan faktor air semen, juga diperlukan bahan tambahan.
Bahan tambahan ini bertujuan untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas, memperlambat terjadinya retak-retak.
Salah satu bahan tambahan beton adalah fiber. Pemikiran dasar pemakaian fiber ini adalah menulangi beton dengan orientasi random, sehingga dapat mencegah terjadinya retak-retak pada beton yang terlalu dini, akibat panas hidrasi maupun akibat beban.
Dengan dicegahnya retak-retak yang telalu dini, mengakibatkan kemampuan bahan untuk mendukung tegangan-tegangan yang terjadi akan semakin lebih besar.
Bahan fiber ini ada beberapa jenis. Seperti baja, karbon, nilon, dan polypropylene. Sedangkan bentuknya, seperti oval, rektangular, bergantung pada proses pembuatan dan bahan mentahnya yang dipakai. Dalam penelitian ini dipakai dipakai polypropylene.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penambahan serat polypropylene terhadap kuat tekan, kuat tank talc langsung, kuat tank lentur, dan daya tahan abrasi pada beton.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa dengan tambahan 0,1%-0,3% fiber, kuat tekan, kuat tarik tak langsung, kuat tarik lenturnya meningkat dan abrasinya menurun.

ABSTRACT
To increase quality concrete, beside cement composition, coarse aggregate, fine aggregate, and water cement ratio, even if require admixtures.
These admixtures to aim at change one or more properties concrete at still fresh or hardened, increase soft paste, increase compressive strength, increase ductility, delaying the growth of ckracks.
One of admixtures for concrete are fibers. The basic idea use of fibers are the bones at concrete with ramdom orientate, until it can the restrain growth of very early ckracks at concrete, result both hydrated temperature and load. With the restrain growth of very ckracks, result in capability material to carry happened strength more bigger.
Fiber material have some type. As steel, carbon, nylon, polypropylene. At the time shape, as oval, rectangular, hang by activation process, and the use of crude material. In this research the polypropyline will be used.
The aim of this research is to find out the effect of the increase of Polypropylene fibers on concrete compressive strength, tensile strength, flexural strength, and abrasion.
The test result show that by adding 0,1% - 0,3% fibers, compressive strength, tensile strength, flexural strength are mounting and abrasion is reduce."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Widya Murti
"Kemampuan beton dalam menahan tegangan tarik lebih kecil dibandingkan dalam menahan tegangan tekan. Kekuatan tarik ini dapat menimbulkan keretakan pada beton. Kuat tarik pada beton harus ditingkatkan dengan menggunakan serat kawat ke dalam campuran beton sejumlah proporsi berat terhadap semen. Pengujian tarik belah dan lentur dilakukan secara eksperimental dalam laboratorium. Untuk uji tarik belah dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 28. Ukuran dari benda uji tarik belah yaitu silinder 15 x 30 cm. Pengujian lentur dilakukan menggunakan balok ukuran 15 x 15 x 60 cm. Spesimen diuji dengan konfigurasi lentur murni pada umur 14 dan 28 hari. Berbagai variasi serat kawat yang digunakan sebagai persentase volume untuk kadar semen yaitu 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Jenis serat kawat yang digunakan yaitu kawat bendrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menahan tarik dalam beton berserat mengalami peningkatan.
Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa variasi yang menunjukkan peningkatan paling besar yaitu 6%. Untuk kuat tarik belah terjadi peningkatan sebesar 36,89% dan untuk kuat lentur terjadi peningkatan sebesar 46,06%. Dengan menggunakan regresi polinomial, didapatkan persentase kadar maksimum yang lebih akurat. Untuk tes tarik belah kadar maksimum kawat bendrat sebesar 5,4 % dan untuk tes lentur sebesar 5,7%. Untuk perbandingan antara kuat tarik belah dengan kuat tekan beton dengan kawat bendrat menghasilkan koefisien perbandingan antara 0,480 ? 0,653. Sementara perbandingan antara kuat lentur dan kuat tekan beton kawat bendrat memiliki koefisien dalam kisaran 0,74 ? 1,07. Sedangkan perbandingan antara kuat tarik belah dan kuat lenturnya pada beton kawat bendrat memiliki koefisien antara 0,61 ? 0,65.

The capability of normal concrete to resist tensile stress is weaker than that of it to the compressive stress. As the capacity of tensile strength of concrete affect to the happening of crack growth, this tensile strength has to be improved by using some amount of steel fiber into concrete mixtures in weight proportion to the cement content. Splitting and flexural research has been conducted by set of laboratory experimental work. Testing speciments for splitting tensile tests performed at 7, 14, and 28 days. Size of cylinder speciment for splitting tensile test is 15 x 30 cm. A flexural research done to numbers of beam specimens size of 15x15x60 cm tested under pure bending configuration at the age of 14 and 28 days. Various proportions of steel fiber as volume percentage to cement content were chosen to be 4%, 6%, 8%, 10%, and 12% and the type of steel fiber is replaced by annealed wire. The research outcomes show that the capacity of this type of fibered concrete is physically improved.
From the result of test, it was found that the variation which shows maximum increase is 6%. For splitting test the increase is 36,89% and for flexural test has 46,06% increase. Polynomial regression can found the maximum percentage more accurately. By using this, we found for splitting tensile strength, the maximum percentage is 5,4% and for flexural test, we found that maximum percentage is 5,7%. For comparison between splitting test and compressive strength of steel fiber concrete has coeffiecient 0,480 ? 0,653. While the comparison between flexural test and compressive strength has coefficient 0,74 ? 1,07. Then, for comparison bertween splitting test and flexural test of steel fiber concrete has coefficient between 0,61 to 0,65.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Okto Bangkit Sentosa
"Semen Portland Pozzolan (SPP) adalah suatu bahan perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen Portland dengan pozzolan, atau suatu campuran yang merata antara bubuk semen Portland dan bubuk pozzolan selama penggilingan atau pencampuran. SPP untuk mencapai kekuatannya membutuhkan waktu relatif lebih lambat dibandingkan dengan semen Portland lainnya meskipun ultimate strenght yang dicapai SPP mungkin sama atau lebih besar dari yang terbuat dari semen Portland. Dalam penelitian ini, faktor air semen (FAS) yang digunakan bervariasi diantara 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8 serta diamati pengaruhnya terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur pada beton menggunakan SPP. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan dua metode yaitu metode rata-rata dan chi-square untuk membandingkan metode mana yang paling akurat. Kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur bertambah seiring dengan pertambahan umur beton pada semua FAS. Namun kenaikan FAS berbanding terbalik dengan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton. Kenaikan kuat tekan akan diikuti dengan kenaikan kuat tarik belah dan kuat lenturnya sehingga kenaikan kuat tarik belah akan mengikuti kenaikan kuat lentur dan sebaliknya.

Pozzolan Portland Cement (PPC) is an hydraulic adhesive which made by grinding Portland cement clinker with Pozzolan, or an equal mixture of Portland cement powder and powder Pozzolan during milling or mixing. PPC to achieve the strength it took relatively more slowly than other portland cement, although the ultimate PPC strenght achieved equal or perhaps greater than that made from portland cement. In this research, water cement ratio which is used variation from 0,30 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; and 0,8 also observed the influent of compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength concrete using SPP. Compressive strength, splitting tensile strength and flexural strength test is done on 7, 14, and 28 days.
The test result is processed by two methods which are average method and chi square method for comparing the best accuracy method. Compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength increase following concrete age on all water cement ratio. However, increasing water cement ratio is inversely with compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength. Increasing compressive strength will be followed by splitting tensile strength and flexural strength so that increasing splitting tensile strength will follow increasing flexural strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pramudia Widaryanto
"Portland Composite Cement (PCC) merupakan campuran clinker dan bahan mineral tambahan seperti fly ash, pozzolan, dll. Produksi semen PCC yang lebih sedikit mengandung clinker ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap clinker yang produksinya semakin berkurang. Seiring beredarnya semen PCC di pasaran, beton dengan semen PCC perlu diuji kekuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton menggunakan semen PCC. Beton didesain dengan menggunakan faktor air semen 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Pengujian dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan metode rata-rata dan metode chisquare. Hasil pengolahan data menunjukkan metode chi-square menghasilkan data yang lebih akurat dengan jumlah error yang lebih sedikit. Grafik yang dihasilkan menunjukkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan umur adalah berbanding lurus. Sedangkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan FAS adalah berbanding terbalik. Dengan membandingkan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur didapatkan hubungan kuat tekan dan kuat lentur adalah fr = 0,623 _ fc?, hubungan kuat tekan dan kuat tarik belah adalah ft = 0,656 _ fc?, dan hubungan kuat tarik belah dan kuat lentur adalah fr = 0,948 _ ft.

Portland Composite Cement (PCC) is a mixture of clinker and mineral additions such as fly ash, pozzolan, etc.. PCC's production which contain fewer clinker, can reduce the dependence on clinker, whose the production has decreased. Along the spread of PCC in the market, concrete using PCC need to be tested. This study aimed to obtain the values of compressive strength, splitting tensile, and flexural strength of concrete using PCC. Concrete is designed with water cement ratio 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Tests are performed at the age of 7, 14 and 28 days.
The test results are processed by average method and chi-square method. Data processing results show chi-square method produces more accurate data with a smaller number of errors. The resulting graphs show the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is directly proportional to the age. While the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is inversely proportional to the water cement ratio. By comparing the compressive strength, splitting tensile and flexural strength, we can also obtain the relationship between compressive and flexural strength is fr = 0,623 _ fc?, the relationship between compressive and splitting tensile strength is ft = 0,656 _ fc?, and the relationship between splitting tensile and flexural strength is fr = 0,948 _ ft.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raina S. Dryana
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh faktor air semen (FAS) terhadap kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur beton normal yang dibuat menggunakan semen tipe Ordinary Portland Cement (OPC). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan adanya gambaran hubungan antara kekuatan, umur dan FAS beton dengan semen portland tipe I yang digunakan untuk berbagai tujuan namun keberadaannya mulai tergantikan dengan semen tipe baru. Penelitian dilakukan melalui pengujian di laboratorium dengan membuat benda uji silinder beton diameter 100 mm dan tinggi 200 mm untuk uji kuat tekan sebanyak 105 buah, silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk uji kuat tarik belah sebanyak 105 buah, dan balok untuk uji kuat lentur dengan ukuran 150 mm x150 mm x 600 mm sebanyak 63 buah.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar nilai FAS maka kekuatan beton yang diperoleh baik kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur akan semakin menurun karena jumlah semen sebagai sumber kekuatan beton juga berkurang. Pengolahan data menggunakan dua metode statistik yaitu metode nilai rata - rata dan metode chi square yang menghasilkan hubungan untuk beton umur 28 hari: kuat tekan (fc - ) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.656?fc - kuat tarik belah (ft) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.967ft kuat tekan ((fc - ) dengan kuat tarik belah (ft) adalah : ft=0.666?fc - .

The focus of this study is about the effect of water cement ratio (FAS) on the compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength of normal concrete made using Ordinary Portland Cement (OPC). The background of this research is the need for illustrating the correlation between concrete strength, age and FAS with OPC which is used for many purposes but its existence began to be replaced with other Portland cement. This research through attempt in laboratory by making 105 samples concrete cylinder with diameter of 100 mm and 200 mm height for compressive strength test, 105 samples cylinder with diameter of 150 mm and 300 mm height for splitting tensile strength test and 63 samples beam for flexural strength test with size 150 mm x 150 mm x 600 mm.
The result shows that the greater value of FAS, the concrete strength obtained compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength will also decrease because the amount of cement concrete as a source of strength is also reduced. Processing data was using two statistical methods which is average value method and chi square method, produced the relationship for 28 days of concrete age : compressive strength (fc') and flexural strength (fr) : fr=0.656?fc' splitting tensile strength (ft) and flexural strength (fr) : fr=0.967ft compressive strength ((fc') and splitting tensile strength (ft) : ft=0.666?fc'.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Syahrul Fuad
"Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan. Bahan penyusun beton terdiri dari bahan semen, agregat kasar, agregat halus, air. Untukmengetahui danmempelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Karakteristik kualitas agregat halus yang digunakan sebagai komponen struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab agregat halus mengisi sebagian besar volume beton. Salah satunya diamati pada penelitian ini yaitu pasir laut dari Provinsi Lampung yang memiliki karakteristik butiran yang kasar dan gradasi (susunan besar butiran) yang bervariasi serta memiliki kandungan garam-garaman klorida (Cl) dan sulfat (SO4) yang tidak melebihi batas yang ditetapkan.Penelitian ini juga mengamati pasir sungai dari Palembang, dimana pasir Sungai yang memiliki sumber (Quarry) yang cukup dan Pasir Sungai sering di gunakan untuk campuran pembuatan beton,akan tetapi pasir sungai yang sering di gunakan dalam campuran pembuatan perlu di teliti lebih lanjut untuk mengetahui kadar lumpur dari pasir sungai tersebut apakah pasir sungai yang akan di gunakan memiliki kadar lumpur yang layak dalam peraturan acuan campuran pembuatan beton.
Di dalam penelitian ini, menggunakan beton mutu K 225 yang merupakan campuran air, semen, agregat kasar,dan agregat halus dengan treatment yaitu mencuci dengan air tawar dan yang tidak dicuci. Dan dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat lentur, yang bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengurangan atau penambahan kuat tekan beton lentur terhadap faktor keamanan suatu bangunan, untuk dapat diaplikasikan pada bangunanbangunan masyarakat umum.
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil uji kuat tekan beton yang menggunakan pasir sungai dengan perlakuan (BPST) mengalami peningkatan 45,85 kg/cm2 atau sebesar 22,35 % dari beton yang menggunakan pasir sungai dalam kondisi sebenarnya (BPS). Sedangkan pada kuat tekan beton menggunakan pasir laut dengan perlakuan (BPLT) mengalami peningkatan sebesar 6,25 kg/cm2 atau sebesar 2,23 % dari beton yang menggunakan pasir laut dalam kondisi sebenarnya (BPL). Kuat lentur beton yang menggunakan pasir sungai dengan perlakuan (BPST) mengalami peningkatan sebesar 6,8 kg/cm2atau sebesar 16,67 % dari pasir sungai dalam kondisi sebenarnya (BPS), kuat lentur yangmenggunakan pasir laut dengan perlakuan (BPLT) mengalami peningkatan sebesar 6,79 kg/cm2 atau sebesar 14,27 % dari pasir laut dalam keadaan yang sebenarnya (BPL)."
Palembang: Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang, 2015
691 JDT 3:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Annie Wulandari
"Perkembangan teknologi engineering tidak lagi hanya berupa analisa dan evaluasi yang didasarkan dari aspek teknis saja, namun mulai diperhatikan latar belakang akan akibatnya pada kondisi lingkungan. Permasalahan kerusakan alam yang diakibatkan oleh penambangan batuan yang berlebihan dan pembuangan limbah beton tersebut dapat dikurangi dengan cara memanfaatkan atau mendaur ulang limbah beton sebagai agregat alternatif. Namun, pemanfaatan limbah sebagai agregat daur ulang tersebut perlu dikaji lebih mendalam, dengan melakukan pengujian eksperimental dan analisis terhadap karakteristik yang dimiliki, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap material daur ulang dan dibandingkan dengan penelitian terhadap agregat alam sehingga dapat diperkirakan sejauh mana agregat daur ulang ini dapat digunakan sebagai bahan pembuat beton. Selanjutnya dilakukan pembuatan sampel beton dengan delapan komposisi agregat daur ulang agregat alam, dengan target strength yang direncanakan adalah 25MPa. Kemudian dilakukan penelitian terhadap kuat tekan dan kuat tarik belahnya. Metode dan prosedur pelaksanaan pengujian tersebut dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM.
Berdasarkan hasil pengujian agregat halus daur ulang, terdapat kandungan semen yang cukup tinggi, yang apabila dilihat dari analisa saringan, terdapat 6,27% partikel yang lolos hingga pan dimana partikel ini merupakan sisa pasta semen. Sedangkan hasil pengujian agregat kasar daur ulang menunjukkan tingkat absorpsi yang mencapai 13,67% dan tingkat keausan yang mencapai 41,22%. Beberapa perbedaan kualitas serta sifat-sifat fisik dari agregat daur ulang tersebut menyebabkan perbedaan sifat-sifat material beton yang dihasilkan. Dari hasil pengujian terhadap beton yang telah mengeras, perbedaan yang terjadi diantaranya adalah menurunnya kuat tekan, kuat tarik belah, dan modulus elastisitasnya seiring dengan penambahan rasio agregat daur ulangnya, baik agregat kasar daur ulang maupun agregat halus daur ulang. Besarnya persentase agregat kasar daur ulang yang dapat menghasilkan beton dengan kuat tekan memenuhi target strength adalah 25%. Sedangkan besarnya persentase agregat halus daur ulang yang dapat menghasilkan beton dengan kuat tekan memenuhi target strength juga 25%.

Nowadays, the development of engineering technology is not just based on the analysis and evaluation from technical aspects only, but also concerning the impact to the environment. Concrete, as the main material on building construction, are produced using many kinds of material taken from the natural site, so on years after, this production will lead into an environmental crisis. The environmental problem caused by the quarry of aggregate and the dumping of concrete waste could be reduced by using and recycling the concrete waste to be an alternative aggregate. But then, the using of concrete waste as a recycled aggregate should be evaluated more with experimental and analytical study which is to do research on recycled material and then compare it with the natural one so that it could estimate on how much this recycled aggregate could be useful as a material for producing concrete. Next step is to make samples with eight compositions of recycled-natural aggregate with the target strength of 25MPa. After that is doing the test on its compressive strength and splitting tensile strength. Method and procedure of the research are based on ASTM standards.
Based on the research of fine recycled aggregate, there is a quite high amount of cement, which could be seen from the Sieve Analysis, there is 6,27% constituent part that passed until pan, which this passing constituent is the cement. From the research on coarse recycled aggregate, the amount of absorption is 13,67% and from abrasion test with Los Angeles Machine, the aggregate abraded until 41,22%. These differences in quality and physic properties produce different kind of concrete. This difference could be seen from its degradation in compressive strength, splitting tensile strength, and modulus of elasticity. The amount percentage of recycled coarse aggregate that could be used to gain compressive strength fulfills the target strength is 25%. Also, the amount of recycled fine aggregate that could perform as the target strength is 25%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35326
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
H. Ilham Sipala
"Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik kuat tarik belah dan kuat tarik lentur dari beton yang menggunakan semen putih (sebagai bahan baku utama) akibat pengaruh nilai faktor air semen (FAS). Variasi FAS yang digunakan pada campuran beton adalah 0,4; 0,45; 0,5; dan 0,55. Selanjutnya, penelitian ini akan membandingan nilai kuat tarik belah dan kuat tarik lentur antara beton yang menggunakan semen portland putih (WPC) dengan beton yang menggunakan semen PCC di masing-masing nilai faktor air semen (FAS). Metode dan prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM dan dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa beton WPC memiliki kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dibanding dengan beton PCC di masing-masing variasi FAS. Semakin besar kenaikan FAS, maka kuat tarik belah dan kuat tarik lentur yang dihasilkan akan semakin kecil, baik pada beton WPC maupun beton PCC. Perbedaan nilai terbesar pada kuat tarik belah yang terjadi antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,55 yaitu sebesar 17,83 %. Sedangkan untuk perbedaan nilai terbesar kuat tarik lentur antara beton PCC dengan beton WPC adalah pada variasi FAS 0,4 yaitu sebesar 35,28 %.

This research aims to study the characteristics of the splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white cement (as the main raw material) due to the influence of water-cement ratio (W/C). Variations in water-cement ratio that are used in the concrete mixture are 0.4, 0.45, 0.5 and 0.55. Furthermore, this study will compare the value of splitting tensile strength and flexural tensile strength of concrete using white Portland cement (WPC) with the use of concrete using PCC in each of the water-cement ratio (W/C). The method and procedure of this study was conducted with reference to ASTM standards and conducted in Materials and Structures Laboratory Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia. From the research results obtained that the WPC concrete had splitting tensile strength and flexural tensile strength is higher than with ordinary cement concrete in each variation of W/C. The greater increase of W/C, the splitting tensile strength and flexural tensile strength produced would be smaller, both WPC concrete and PCC concrete. Differences of greatest value in splitting tensile strength between PCC concrete with WPC concrete is the variation of W/C of 0.55 for 17.83%. As for the biggest value differences flexural tensile strength of PCC concrete with WPC concrete is the variation of water cement ratio of 0.4 for 35.28%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Pinondang
"ABSTRAK
Untuk menghasilkan beton mutu tinggi adalah memerlukan komposisi campuran semen, agregat dan air yang tepat. Yang paling berpengaruh terhadap mutu beton adalah penggunaan faktor air semen serendah mungkin.
Faktor air semen yang rendah dapat dilaksanakan dengan tambahan aditif mineral seperti mikrosilika atau abu terbang dan dengan penambahan superplasticizer.
Aditif mineral terutama selain dapat meredusir air, tetapi juga dengan butirnya yang halus dapat menutup pori-pori beton sehingga mutu beton menjadi meningkat.
Superplaticizer membantu dalam meredusir pemakaian air untuk dapat konsistensi tetap dipertahankan.
Beton mutu tinggi yang dihasilkan dengan campuran bahan tersebut diatas maka akan memperoleh peningkatkan kekuatan dan ketahanan terhadap rembesan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemakaian aditif mineral yang paling baik terhadap kuat tekan dan perembesan air pada jumlah yang optimum.
Penelitian dilakukan dengan lebih dulu menguji kualitas agregat dan menentukan faktor air semen (Mc) yang tetap dengan menambahkan bahan superplasticizer.
Hasil pengujian menunjukkan, bahwa dengan tambahan 7.5% mikrosilika dan 10% abu terbang mencapai maksimum pada kuat tekan dan perembesannya minimum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pelaksanaan pemakaian beton mutu tinggi pada bangunan gedung dan bangunan yang berhubungan terhadap tekanan zat cair.

ABSTRACT
In order to produce high strength concrete, the composition of the mixture of cement, aggregate, and water must be correct.
The most influential factor in concrete quality is the lowest possible water content. Obtaining a low water content can be achieved with the addition of a mineral additive such as silica fume or fly ash with a superpllasticizer. Biside being able to minimize water use , mineral additives are also able to fill concrete pores with its fine grains, with the result that concrete quality is increase.
Superplasticizer help in reducing water use in order to maintain a good consistency of the concrete mix.
High strength concrete, which is produced from a mix of materials such as these will have improved strength and resistance to water penetration.
The purpose of this research is to see the influence of the use of mineral additives on tensile strength and water penetration, looking to find the best mineral additive and the optimum quantity of the additive_ Research was conducted by first testing the quality of the aggregate and determining the fixed water when the superplasticizer is added.
The test result show that by adding 7.5 % silica fume or by adding 10 % fly ash , tensile strength reaches a maximum and water penetration is minimum.
The result of this research are hoped to be useful in the application of high strength concrete for building construction in general and for buildings which must resist water penetration in specific.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>