Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mindya Yuniastuti
"ABSTRAK
Inflammation is one of the body's defence mechanism against irritants, infectious agents, and injury. During its process, pain, swelling, redness, and other discomforts also occur as cardinal sign of inflammation. Therefore, people seek for medicine to encounter those effect. Sereh is one of the herb plants which have anti inflammation effect. However, effect of sereh on inflamed oral mucous has not been clinically examined. The aim of this research is to examine and to compare the influence of sereh dapur (Cymbopogon citratus) and sereh wangi (cymbopogon winterianus Jowitt) extract on inflamed oral mucous induced by Hydrogen Peroxide 10%. Thirteen wistar rats were used in this research and divided four groups; control group I (3 rats), control II (3 rats), sereh dapur extract groups (4 rats) and sereh wangi extract groups (3 rats). All rats in sereh dapur, sereh wangi and control II groups received 3x10 minutes application of Hydrogen Peroxide 10% on their vestibulum for 3 days, while rats in control group I received application of Aquadest. On the 4th day, all groups that received Hydrogen Peroxide 10% were application 3x5 minutes for 3 days for each substance. After rats have been killed, their oral mucous were processed and examined under microscope. Statistical result shows there are differences on oral mucous reaction between sereh dapur and sereh wangi extract with control groups. Based on the research result, it can be concluded that both sereh dapur dan sereh wangi can reduce oral mucous inflammation induced by Hydrogen Peroxide 10%."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Ratna Karaton
"Pada mukosa mulut dapat ditemukan lebih kurang 200 macam penyakit yang secara klinik memberikan gambaran yang hampir serupa satu sama lain, sehingga para klinisi memerlukan suatu informasi yang rasional untuk menetapkan diagnosisnya. Salah satu alternatif ialah dengan menggunakan teknik sitologi eksfoliatif. Penelitian ini bertujuan mempelajari berbagai gambaran sitologik dari lesi erosif/ulseratif mukosa mulut dengan harapan dapat menunjang diagnosis klinik. Bahan pemeriksaan berupa komponen epitel yang berasal dari kerokan mukosa mulut yang terlihat sebagai mukosa erosif/ulseratif yang diambil dari pasien-pasien yang datang ke klinik penyakit mulut.
RSCM/FKGUI dan prosedur laboratorik dilakukan di laboratorium sitologi RSCM/FKUI yaitu mewarnai sediaan dengan pewarnaan Papanicolaou. Sediaan yang diperiksa serta dipelajari adalah berbagai gambaran sitologik lesi erasif/ulseratif dengan menggunakan mikroskop cahaya. Dari 30 penderita dengan lesi erosif/ulseratif pada mukosa mulutnya di diagnosis sebagai stomatitis aftosa rekuren 9 kasus, 4 infeksi Herpes simplek, l infeksi Herpes zoster, 2 ulkus traumatika, 5 lichen planus erosif, 1 eritroplakia, 1 benign mucous membrane pemphigoid, 5 kandidiasis dan 2 karsinoma sel skwamosa .Pemeriksaan sitologik yang dilakukan pada lesi-lesi tersebut dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis klinik menemukan penyakit yang tidak terdiagnosis secara klinik, dapat memperkirakan faktor predisposisi timbulnya suatu penyakit dan berguna sebagai alat observasi lesi-lesi praganas. Pada infeksi virus Herpes, gambaran sitologik berupa marginasi kromatin, ballooning degeneration` dan sel raksasa berinti banyak dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit, disamping adanya badan inklusi intranuklear yang kadang-kadang ditemukan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T3422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi S. Soebekti
"ABSTRAK
Memilih ukuran gigi anterior atas dalam pembuatan Gigi Tiruan Penuh, memerlukan ketrampilan tersendiri.
Pada penelitian ini dicari tanda-tanda anatomik di wajah yang mungkin dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan ukuran gigi anterior atas. Tanda-tanda anatomik yang digunakan adalah ukuran lebar sayap hidung dan ukuran lebar Sudut mulut.
Sampel yang digunakan adalah mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu, serta memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hasil yang didapat menunjukkan adanya hubungan antara ukuran lebar gigi anterior atas dengan ukuran lebar sayap hidung, dan ukuran lebar sudut mulut.
Selain itu hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG UI keturunan Deutero Melayu lebih lebar dari ukuran lebar sayap hidung mahasiswa FKG di Inggris dan populasi di Colorado. Sedang ukuran gigi anterior atas tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sehingga pedoman yang umumnya digunakan dalam pembuatan gigi tiruan, khususnya Gigi Tiruan Penuh, bahwa garis yang ditarik dari tepi sayap hidung sejajar dengan garis tengah muka, akan melalui puncak tonjol kaninus atas, belum sepenuhnya dapat diterapkan."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ava Putri Wikandari
"Latar belakang: Pembentukan biofilm dan sekresi enzim hidrolase merupakan faktor virulensi Candida albicans. Salah satu enzim hidrolase yang disekresikan adalah enzim proteinase yang banyak diekspresikan pada biofilm matur Candida albicans. Temulawak yang merupakan tanaman berkhasiat obat khas Indonesia yang diketahui mampu menghambat pertumbuhan biofilm dan aktivitas enzim fosfolipase pada Candida albicans planktonik.
Tujuan: Melihat aktivitas enzim proteinase pada biofilm Candida albicans yang telah terinhibisi ekstrak etanol temulawak.
Metode: Pemaparan ekstrak etanol temulawak pada biofilm Candida albicans yang telah diinkubasi 90 menit, lalu diinkubasi lebih lanjut hingga mencapai fase awal (6 jam), menengah (24 jam), dan maturasi (48 jam). Biofilm yang telah terinhibisi dipindahkan pada media uji berupa bovine serum albumin agar (BSAA). Aktivitas enzim proteinase dianalisis dengan mengukur zona proteolysis yang terbentuk di luar zona koloni Candida albicans pada BSAA.
Hasil: Fase awal biofilm Candida albicans yang telah terinhibisi ekstrak etanol temulawak tidak terjadi aktivitas enzim proteinase, sementara pada fase menengah dan maturasi terlihat ada aktivitas enzim proteinase tetapi tidak setinggi aktivitas enzim proteinase pada kontrol negatif.
Kesimpulan: Terjadi penurunan aktivitas enzim proteinase pada berbagai fase pertumbuhan biofilm Candida albicans Candida albicans yang telah terinhibisi oleh ekstrak etanol temulawak.

Background: Biofilm formation and hydrolase enzyme secretion are the virulence factor of Candida albicans. One of the hydrolase enzyme is secreted aspartyl proteinase or proteinase enzyme. This enzyme expressed more on mature biofilm of Candida albicans rather than on Candida albicans planktonic. Java turmeric is a native Indonesian plant which is known to have inhibition effect toward Candida albicans biofilm and could decrease the phospholipase enzyme activity of planktonic Candida albicans.
Objective: To observe the activity of proteinase enzyme in Candida albicans biofilm that had been inhibited by Java turmeric ethanol extract.
Method: exposure of Java turmeric ethanol extract to Candida albicans biofilm that had been incubated for 90 minutes, was followed by further incubation to reach early phase (6 hours), intermediate phase (24 hours), and maturation phase (48 hours) of biofilm formation. Inhibited biofilm then moved to the solid medium containing bovine serum albumin agar (BSAA). The activity of proteinase enzyme was analyzed by measuring the proteolytic zone seen outside the zone of Candida albicans colony on the BSAA.
Result: No activity of proteinase enzyme showed on early phase of biofilm formation that had been inhibited by Java turmeric ethanol extract. On intermediate and maturation phase of biofilm that had been inhibited by Java turmeric ethanol extract showed high activity on proteinase enzyme although not as high as the activity of biofilm that had not been inhibited.
Conclusion: The activity of proteinase enzyme is decreased on Candida albicans biofilm that had been inhibited by Java turmeric ethanol extract."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audiawati
"Cases of oral candidiasis are commonly found, both in healthy individuals and immunecompromise patients, however publications of Candida carrier in the oral cavity of healthy population and risk factors for colonization in Indonesia are hardly available. Objective : This study was aimed to analyze the type and number of Candida colonies and identify risk factors in the oral cavity of apparenthly health FKG UI students. Material and methods : the specimens were taken from 195 subjects with oral rinse technique for identification using culture medium CHROMagar® and Sabaraoud dextrose agar. Results and discussion : Candida species were found in the 107 subjects oral cavity (54.87%), being Candida albicans was is the predominant species (52.33%). Some 88 subjects (82.24%) was dominant in the number of colonies <400 CFU/ml, while the rest had colony of >400 CFU/ml (17.76%). Candida colony grew dominantly in single colony (90.65%), and the others showed multi-species colonies (9.34%). Risk factors identified included age; gender; hormonal; blood type O; denture; orthodontic appliances; unstimulated salivary flow; pH of saliva; smoking, alcohol and oral cleaning habit; and oral health status. By using a statistical Pearson chi-square test, no significant relationship was found between risk factors and number of Candida colonies in the oral cavity p<0.05. Conclusion : there was no one single risk factor for Candida colonization, but combination of various risk factors for demographis, local and systemic was observed."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Refelina Evelina Margaretha
"[Latar Belakang: CBCT dapat mengukur ketebalan tulang mandibula dan ketebalan nervus alveolaris inferior yang dekat dengan kanalis mandibularis pada gigi M1 M2 M3 sehingga mampu mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior. Tujuan: Memperkirakan ukuran ketebalan tulang mandibula dari apical gigi M1 M2 M3 tepat dekat kanalis mandibularis dengan CBCT sehingga dapat menentukan ketepatan dalam mendiagnosis, serta mencegah kerusakan pada nervus alveolaris inferior, mendapat kanposisi yang tepat dari M3 impaksi dan memberikan informasi yang detail mengenai anatomis struktur jaringan sekitarnya dengan kanalis mandibularis, adanya gambaran koronal, apikal, sagital dapat mengukur ketebalan tulang terutama daerah bukal dari nervus alveolaris inferior. Material dan metode: penelitian dilakukan di RSGM Ladokgi TNIAL R.E Martadinata antara September – November2014 dengan merekap data dari kartu status pasien rontgen foto CBCT. Usia pasien 14-60 tahun jumlah pasien 32 org laki-laki 14 perempuan 18 kriteria inklusinya berupa gambar CBCT kualitas dan densitas, kontrasnya baik. Adanya gigi M1M2M3 dekat dengan canalis mandibularis. Data penelitian ini menggunakan t-test analysis. Hasil: Adanya perbedaan significant antara ketebalan tulang laki-laki lebih tebal dari perempuan (p<0,5) dari hasil t test. Kesimpulan : Bahwa ketebalan tulang lakilaki lebih tebal dari perempuan., Aim: To measure side bone thickness of the mandible from apical teeth M1 M2 M3 right of canalis mandible by using CBCT. The accuracy diagnosis can be achieved long with preventing nervus demage. To give right information of M3 based on anatomical structure of surrounding tissue around canalis mandible. To the give the coronal, apical as well as features sagital future. Thus the bone thickness can be calculated correctly. Material and methods: the study was perfomed at RSGM Ladokgi TNI AL RE Mardinata during periode January with age patient 14-60 years old. Total patient 32 male14 female 18 CBCT feature. The inclusive patient are quality, contrast, and density of CBCT picture, M1 M2 M3 tooth near canalis mandible. The calculation was using t-test analysis. Result : there is a significant differencess between the bone thickness accuracy male and female (p<0,05). The bone thickness on male was thicker than female. Conclusion : from the result we conclude thet the bone thickness of male thicker the female.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fazwishni
"ABSTRAK
Berbagai penelitian dalam bidang kedokteran gigi memerlukan sajian histologi yang baik dan terbaca dibawah mikroskop. Gigi dan jaringan pendukungnya terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak yang sama pentingnya, karena itu diperlukan tindakan dekalsifikasi yang dapat melunakan jaringan keras (dentin, sementum, tulang) agar dapat diiris dengan mikrotom, dan memberi hasil memuaskan pada jaringan lunak (gingiva, pulpa, ligamen periodontal).
Pada penelitian yang dilakukan pada rahang tikus LMR ini, dibandingkan tiga bahan dekalsifikasi yaitu larutan sovin, EDT A 5% pH 7 dan asam formiat 5%, sebagian diwarna hematoksilin Eosin dan sebagian lagi Trikrom Masson Goldner, serta pengaruhnya terhadap hasil akhir sajian histology. Sajian dinilai oleh 3 pemeriksa secara uji buta. Hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis dengan Kruskal Wallis one way for analysis of variances.
Pada sajian yang diwarna HE, analisis statistik menunjukkan hasil berbeda bermakna. Kombinasi Bovin-HE memberi hasil paling melunakan mendekati sangat jelas (3,4), kemudian EDTA-HE (3,2) dan terakhir Formiat-HE (dengan nilai 3 = jelas. Dengan pewarna Trikrom Masson Goldner, analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai rata-rata 2,5 (antara jelas dan kurang jelas). "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
M.G. Ernawati Harman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T2761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Ruslita
"Adanya korelasi yang erat antara kista folikuler (kista dentigerous) dengan ameloblastoma telah diamati oleh para ahli, walaupun terdapat perbedaan yang cukup besar baik sifat maupun perawatan dari kedua kasus tersebut. Dalam hal ini ameloblastoma dimungkinkan terlihat dalam dinding kista dentigerous yang terlebih dulu ada, sebagai bagian dari kemungkinan proses terbentuknya ameloblastoma. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kemungkinan kista dentigerous berdegenerasi menjadi ameloblastoma yang ditinjau berdasarkan pemeriksaan klinis dan histopatologis, serta dipelajari kecenderungan-kecenderungannya.
Sasaran penelitian adalah semua penderita kista dentigerous dan ameloblastoma pada poli bedah mulut RSCM & RSU Tangerang, yang diambil dari catatan medik penderita dari Januari '90 - Desember '91. Dengan demikian diharapkan hasil yang bermanfaat berguna sebagai informasi bila mungkin untuk deteksi dini pada kasus-kasus yang diduga ameloblastoma berasal dari kista dentigerous, sehingga perawatan seoptimal mungkin disertai tindak lanjut pasca bedah dapat dilakukan.
Hasil penelitian meliputi dari 46 kasus yang diteliti- diperoleh (17%) kasus ameloblastoma yang berdegenerasi dari kista dentigerous yang seluruhnya terdapat pada pria (100%) dengan rata-rata pada umur dewasa muda (27 tahun). Lokasi terbanyak pada rahang bawah (75%) dengan lesi ukuran 9.1-10 cm (50%). Kekambuhan sebesar 25% dengan waktu kekambuhan kurang dari 1 tahun."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T6051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Birgitta
"Pembersihan gigi tiruan lepas akrilik sangat penting untuk mencegah terjadinya peradangan pada mukosa mulut dibawah basis gigi tiruan akrilik. Peradangan dapat disebabkan oleh plak dan mikroorgauisme yang menempel pada basis gigi tiruan akrilik tersebut.
Urnumnya pasien-pasien pemakai gigi tiruan lepas akrilik membersihkan gigi tiruannya dengan menggunakan sabun atau pasta gigi, tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitas kedua bahan tersebut. Selain itu ada pula bahan pembersih yang mengandung peroksida yang terdapat dalam bentuk tablet yang dilarutkan dalam air.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan efektivitas sabun, pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 % clalam membersihkan gigi tiruan lepas akrilik.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, nilai derajat kebersihan gigi tiruan lepas akrilik yang paling tinggi adalah bila gigi tiruan dibersihkan dengan sabun, disusul dengan pasta gigi dan hidrogen peroksida 3 %, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>