Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121048 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi ikan dan pendapatan masyarakat adalah dengan melakukan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung dengan memperhatikan daya dukung perairan. Informasi tentang daya dukung perairan sangat diperlukan dalam rangka pengelolaan budidaya ikan di Waduk Ir. H. Djuanda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi daya dukung perairan berdasarkan fluktuasi oksigen menurut waktu pengamatan."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ferdiansyah
"Waduk Saguling merupakan salah satu dari tiga waduk terbesar yang ada di Daerah Aliran Sungai Citarum. Sumber air Waduk Saguling berasal dari DAS Citarum Hulu dengan pos pengamatan debit di Citarum-Nanjung dan debit lokal dari beberapa sungai sekitar waduk. Permasalahannya adalah tidak ada pengamatan debit lokal di anak sungai tersebut sehingga potensinya diperkirakan. Tujuan dari pengkajian ini adalah melakukan analisis potensi debit lokal dengan model Hydrology Engineering Center-Hydrologic Modeling System (HEC-HMS). Metode hujan limpasan dengan menggunakan HEC-HMS digunakan untuk menghitung potensi debit lokal yang masuk ke Waduk Saguling. Parameter yang digunakan dalam model adalah deficit constant (parameter loss), linear reservoir (parameter baseflow), dan lag time (parameter transform). Model hujan limpasan tersebut menghasilkan nilai kalibrasi yang baik di pos duga air Citarum-Nanjung dengan nilai R2 sebesar 0,8 dan nilai Nash–Sutcliffe efficiency (NSE) sebesar 0,788. Hasil verifikasi yang dilakukan di Waduk Saguling mempunyai nilai NSE sebesar 0,8343 dan R2 sebesar 0,83. Hasil simulasi menunjukkan potensi debit air dari sungai lokal menyumbangkan 21,64% dari total debit air yang masuk ke Waduk Saguling dengan nilai debit andalan rata-rata bulanan untuk keperluan pembangkit listrik yaitu Q80 dan Q85 adalah sebesar 8,23 m3/s dan 5,69 m3/s. Debit rata-rata sungai lokal tersebut dapat membangkitkan listrik sebesar 3,89 MW – 162 MW."
Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2020
551 JSDA 16:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"One of the attempts to optimize the usage of water resources particularly in creating the enrgy is through optimizing the maintenance of the dam. Optimation policy can be conducted by estimating water volume of the dam in terms of the time and space function that can give highest usage value. One of the optimation techniques that can be implemented is Bellman Dynamic Program. This technique simplifies the operational problem of the dam by divided into step by step solution. The optimation result of the maintenance of Saguling Dam with Bellman Dynamic Program brings more profit which is 20.6% higher than maintenance with constant debit. The added profit can be achieved under fluctuated electricity rate."
320 JUP 4:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Bela Dina
"Indonesia khususnya DKI Jakarta adalah daerah endemis DBD. Pemberantasan Aedes sp. paling efektif dilakukan pada stadium larva. Larva Aedes sp. banyak ditemukan pada container tempat penampungan air (TPA) terutama di daerah padat penduduk.
Penelitian ini berdesain cross sectional analitik observasional dan bertujuan mengetahui keberadaan larva Aedes sp. pada berbagai container TPA dan sebaran jenis container TPA di RW 03 (daerah dengan ukuran rumah besar dengan jarak berjauhan) dan RW 07 (daerah dengan ukuran rumah kecil dan jarak berdekatan) Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Penelitian dilakukan pada Maret 2010 dengan single larval method pada seratus rumah warga RW 03 dan RW 07. Pada RW 03 ditemukan 232 TPA, tujuh jenis TPA (terbanyak bak mandi), dan sembilan belas TPA positif larva. Pada RW 07 ditemukan 177 TPA, delapan jenis TPA (terbanyak bak mandi), dan sepuluh TPA positif larva. Uji Chi square menunjukkan nilai p = 0,321.
Jumlah TPA positif larva lebih banyak di RW 03 (8,18%) dibandingkan di RW 07 (5,64%) tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada keberadaan larva Aedes sp. di TPA pada kedua RW. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kepadatan penduduk dan keberadaan larva Aedes sp.

Indonesia, especially DKI Jakarta is an endemic area of dengue haemorrhagic fever. Eradication of Aedes sp. is most effectively done in larvae stadium. Aedes sp. larvae is commonly found in water reservoirs especially in densely populated areas.
This analytical observasional cross sectional study is conducted to examine the presence of Aedes sp. larvae inside of various water reservoirs in RW 03 (low densed populated area) and RW 07 (high densed populated area) Kelurahan Cempaka Putih Barat.
The study is conducted on March 2010 using single larval method in 100 houses of RW 03 and RW 07. In RW 03 there are 232 water reservoirs and 7 types of water reservoir (most common found is tub). Nineteen water reservoirs are larvae positive. In RW 07 there are 177 water reservoirs and 8 types of water reservoir (most common found is tub). Ten water reservoirs are larvae positive. Chi square test results in p = 0,321.
The number of larvae positive water reservoirs is higher in RW 03 (8,18%) than in RW 07 (5,64%) but there is no significant difference of the presence of Aedes sp. larvae in water reservoirs in both RW. The conclusion is there is no correlation between density of populations and presence of Aedes sp. larvae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Kurniasih
"Waduk Ria Rio, Jakarta Timur merupakan waduk yang dimanfaatkan masyarakat untuk penangkapan ikan. Penangkapan ikan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan kepadatan ikan yang ada di Waduk Ria Rio. Salah satu ikan yang sering tertangkap oleh pemancing yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mampu hidup pada kondisi lingkungan yang luas dan dapat menyesuaikan dengan jenis makanan yang tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makanan (food habit) ikan nila (Oreochromis niloticus) di Waduk Ria Rio. Penelitian kebiasaan makanan ikan meliputi pengukuran panjang tubuh dan berat ikan, serta panjang usus dan berat pencernaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel air. Kemudian, pengambilan sampel ikan mengikuti pergerakan ikan. Pengawetan pencernaan ikan menggunakan alkohol 70%. Hasil penelitian menunjukkan ikan nila mempunyai panjang usus 3–7 kali lebih panjang dari tubuhnya dan dikategorikan sebagai ikan herbivora. Komposisi jenis makanan yang ditemukan yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Bacillariophyta. Euglenophyta menjadi makanan utama dengan persentase Indeks Bagian Terbesar 75%. Kemudian, hasil perhitungan luas relung berkisar antara 4,1982—4,8267 menyatakan bahwa ikan nila mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara umum. Berdasarkan hasil pengamatan parameter lingkungan, Waduk Ria Rio masih dapat mendukung kehidupan ikan nila. Informasi ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan ikan nila (Oreochromis niloticus) di Waduk Ria Rio.

Ria Rio Reservoir, located in East Jakarta, is a reservoir that is used by the community for fishing. Continuous fishing activities can lead to a decrease in fish density in the reservoir. One of the fish species that is often caught by fishermen is the Nile tilapia (Oreochromis niloticus), which can live in a wide range of environmental conditions and adapt to available food sources. The purpose of this study is to determine the food habits of Nile tilapia in Ria Rio Reservoir, which can be used as a reference for the management of Nile tilapia in the reservoir. The study includes measuring the length and weight of the fish and the digestive tract and also the food composition. The study uses purposive sampling for water sampling, and the fish sampling follows the movement of the fish. The fish's digestion is preserved using 70% alcohol. The results show that Nile tilapia has a digestive tract length of 3–7 times longer than its body and is categorized as an herbivorous fish. The food composition found includes Euglenophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, and Bacillariophyta, with Euglenophyta being the main food source with a percentage of 75%. The calculated area of the niche ranges from 4.1982—4.8267, indicating that Nile tilapia can utilize available resources in general. Based on the observation of environmental parameters, Ria Rio Reservoir can still support the life of Nile tilapia. This information is expected to be a reference for the management of Nile tilapia in Ria Rio Reservoir."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Kirana
"ABSTRAK
Banyaknya budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata selain meningkatkan pendapatan petani ikan setempat juga menimbulkan dampak bagi kualitas perairan waduk. Hal ¡ni disebabkan banyaknya sisa pakan dan faeces ikan yang masuk ke perairan mengakibatkan eutrofikasi perairan waduk. Hal ini menyebabkan peledakan (blooming) fitoplankton. Kondisi ini berakibat menurunnya kualitas perairan waduk tersebut.
Usaha untuk mengurangi blooming algae secara biologis telah banyak dilakukan di antaranya dengan mengontrol pemasukan unsur hara atau menggunakan tumbuhan air sebagai perangkap nutrien. Pengendalian secara biologis merupakan cara yang paling aman dan efektif, yaitu dengan mengurangi, merusak atau menghambat pertumbuhan suatu organisme oleh organisme lain. Penggunaan ¡kan untuk mengendalikan blooming fitoplankton merupakan salah satu cara yang sangat ideal.
Ikan mola (Hypothalmichthys molitrix (C.V.)) merupakan jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder yang mempunyai pertumbuhan cepat. Dengan adanya budidaya ikan mola bersama-sama dengan ikan lainnya dalam karamba jaring apung diharapkan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan dapat dikendalikan, dan lestari serta sekaligus dapat menghasilkan protein hewani (ikan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan, struktur komunitas fitoplankton, indeks keanekaragaman jenis fitoplankton serta melihat pengaruh dan efektivitas ikan mola sebagai. pengendali blooming fitoplankton di Waduk Cirata.
Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan ikan mola (Hypophfhalmichthys molitrix (C.V) dapat menekan atau mengendalikan blooming fltoplankton sehinggga kwalitas perairannya tetap terjaga.
Penelitian ini menggunakan metode survei
a. Teknik Pengambilan Sampel: pengambilan sampel air dan ikan dilakukan 6 kali dengan selang waktu 2 minggu selama 3 bulan. Analisis sampel dilakukan di Waduk Cirata dan di Laboratorium. Sampel diambil di tujuh (7) titik (stasiun). Parameter yang diukur adalah suhu air, pH, kecerahan, DO, BOD5 total P, total N, CO2, H2S, fltoplankton yang terdapat di perairan dan yang terdapat di saluran pencernaan ikan mola.
b. Teknik Analisis Data
- perkiraan kandungari fitoplankton keseluruhan sampel dengari menggunakan rumus n = a.c/L
- untuk menghitung keanekaragaman fitoplankton dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener yaitu
H? = pi Iog2 pi, pi = ni/N
c. untuk mengetahui kemerataan fitoplankton dengan rumus
E = H?/H? maks = H?/ In S
d. untuk mengetahui tingkat kesamaan titoplankton di setiap stasiun dengan menggunakan Indeks Sorensen yaitu
IS=2c/a+bx 100%
e. untuk menganalisis makanan ikan mola digunakan Indek Elektivitas dan lvlev yaitu E = ri - pi/ri + pi
f. data kualitas perairan yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kualitas air bagi peruntukan perikanan (golongan C) berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 dan pustaka.
g. untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fitoplankton yang terdapat di perairan yang ada ikan mala dengan yang tidak ada dilakukan uji ?Jumlah Jenjang Wilcoxon, untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fltoplankton di tujuh stasiun dilakukan uji ?Kruskal WalIis dan untuk mengetahul korelasi antara kualitas perairan dengan jumlah fltoplankton digunakan ?Koefisien Korelasi Spearman?.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas perairan permukaan Waduk Cirata adalah sebagai berikut: rata-rata suhu 28,8 ° C; kecerahan 12615 cm; pH 6,8; karbondioksida 3,94 mg/I; DO 6,32 mg/I; BOD5 1.81 mg/i; H2S 0,42 mg/l; total P 0,05 mgII dan total N 2,34 mg/I. Kondisi perairan tersebut masìh cukup baik untuk kehidupan ¡kan dan masih dalam kisaran baku mutu air golongan C (PP No 20 Tahun 1990), kecuali H2S, total P dan total N yang telah melebihi baku mutu air tersebut. Nilai total P dan total N yang tinggi menyebabkan eutrotikasi perairan waduk tersebut sehingga menyebabkan bloomng fitoplankton
Jumlah marga fitoplankton di perairan waduk pada bulan Mei ? Juli 2000 sebanyak 29 marga yang terdiri dan divisi Chlorophyta 17 marga, Chrysophyta 5 marga, Cyanophyta 5 marga, Pyrrophyta dan Euglenophyta masing-masing 1 marga. Jumah individu fitoplankton terbanyak di stasiun 7 (Calincing) sebesar 5.135.041 indu yang diikuti di stasiun I (Jangari) sebesar 5.076.000 md/I, sedangkan yang paling sedikit ditemukan di stasiun 4 (Patok Besi) yaitu 2.301.522 indu dan stasiun 2 (Jarigarildalam karamba) yaitu sebesar 2.424.000 md/I. Marga yang banyak ditemukan adalah Synedra, Chiorella, Microcystis, Cosmanum dan Scenedesmus. Zooplankton yang ditemukan di perairan Waduk Cirata adalah Copepoda 2 marga, Rotifera 4 macga, dan Cladocera 2 macga. Marga yang banyak ditemukan adalah Naupli, Diaptomus, dan Asplanchna.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H?) komunitas fitoplankton di Waduk Cirata berkisar antara 2,85 - 3,53. Nilai indeks keanekaragarnan tertinggi terdapat di stasiun 3 (Maleber) yaltu 3,53, sedangkan terendah di stasiun 1 (Jangari/luar karamba) yaitu 2,85.
Indeks keseragaman atau kemerataan (E) komunitas fitoplankton disetiap stasiun berkisar antara 0,61 ? 0,84. Indeks kesamaan Sorensen (IS) komunitas fitoplankton antar stasiun di perairan Waduk Cirata berkisar antara 7179? 89,36 %.
Berdasarkan sampel ikan mola yang diteliti sebanyak 18 ekor dengan ukuran panjang 18,6 ? 27,5 cm dan berat antara 76 ?191,2 g, mempunyam panjang usus atau saluran pencemaan berkisar 101,4 ? 255 cm atau 5,5 ? 9,6 panjang totalnya. Jenis fitoplankton yang terdapat diusus ikan mala sebanyak 30 marga yang terdiri dari Chlorophyta 18 marga, Cyanophyta 5 marga, Chrysophyta 5 marga, Pyrrophyta, dan Eugenophyta masing-masing I marga. Adapun jenis yang dominan adalah Synedra, Mensmopedia, Cosmanum, Chiorella, dan Microcystis.
Berdasarkan nilai lndeks Elektivitas (E) ternyata bahwa komponen pakan yang berasal dari perairan karamba yang disukai ikan adalah Actinasfrum, Ankistrocjesmus, Characium, Cncígenia, Eudotina, Gloeocystis, Kirchneriella Oocystis, Gomphosphaetia, Astenonella, Gomphonema, Peridinium, Eugiena, Mensmopedia, Spaerocystis, Synedra, Scenedesmus, Staurastrum, Dictyosphaerium, Coelastrum, dan Cosmarium. Pakan yang tidak disukai ¡kan mola yaitu Anabaena, Euastnim, Melosira, Navicula, Spiro gyra, Chlorella, Chroococcus, Qsciflatorja, Desmidiurn, dan Microcystis.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa ikan mola dapat memanfaatkan pakan alami yang berupa fitoplankton secara efektif sampai 50 % sehingga ikan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih pencemaran akibat blooming fitoplankton. Hal ini terbukti dengan perairan dalam karamba di mana ikan mola dipelihara, jumlah fitoplankton yang ditemukan jauh lebih sedikit dan Iebih jernih dibandingkan dengan perairan di luar karamba. Berdasarkan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan sangat nyata antara jumlah fitoplankton di stasiun yang ada ikan mola (stasiun 2) dengan stasiun luar karamba (stasiun 1), juga terdapat perbedaan sangat nyata jumlah fitoplankton di antara 7 stasiun penelitian. sedangkan dari Uji Koefisien Korelasi Spearman terbukti bahwa ada korelasi yang positif nyata antara Total P dengan jumlah fitoplankton. Oleh karena ¡tu apabila ikan mola yang ditebarkan keseluruh perairan waduk dalam jumlah yang banyak, maka blooming fìtoplankton yang terjadi selama ini dapat dicegah sehingga tidak terjadi pencemaran dan kematian masal ikan yang pernah terjadi di Waduk Cirata tidak akan terulang kembali.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpuIan sebagai berikut:
1. Perairan Waduk Crata tergolong perairan yang hypertrofik, dan kuahtas airnya terutama Total P, Total N dan H2S telah melampaui nilai ambang batas baku mutu lingkungan.
2. Jumlah marga yang ditemukan di stasiun 2 adalah 25 marga, stasiun 2 sebanyak 18 marga, stasiun 3 sebanyak 25 marga, stasiun 4 sebanyak 14 marga, stasiun 5 sebanyak 18 marga, stasiun 6 sebanyak 17 marga, dan stasiun 7 sebanyak 22 marga. Marga terbanyak dan divisi Chiorophyta.
3. Nilai indeks keanekaragaman (H?), perairan Waduk Cirata berkisar antara 2,85 ?3,53.
4. Berdasarkan analisis usus ikan mola terlihat bahwa seluruh pakan yang dimakan adalah fitoplankton. Jenis yang disukai adala h Mensmopedia, Synedra, Microcyst is, Spaerocystis, Dictyosphaenum, Coelastrum dan Cosmarium. Dengan demikian terbukti bahwa ¡kan mola dapat mengurangi tingkat pencemaran akibat bloomìng fltoplankton sebesar 50 %."
2001
T3781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jasuri Sa`at
"ABSTRAK
Perkembangan pembangunan di daerah Depok sebagai penunjang kota Metropolitan Jakarta akhir-akhir ini berkembang dengan pesat. Perkembangan pembangunan itu lebih cenderung merubah tata guna tanah (lahan) dari kondisi lolos air menjadi daerah kedap air. Daerah yang sebelumnya diperuntukan sebagai rembes air dengan pelan-pelan bertahap berubah menjadi daerah kedap air karena ditutupi oleh berbagai jenis bangunan seperti : Pemukiman, pertokoan, jalan dll.
Daerah Bogor umumnya dan Depok khususnya diperuntukan sebagai wilayah tangkapan air hujan dengan curah hujan sangat tinggi diharapkan sebagian besar hujan yang jatuh meresap ke dalam tanah dengan tujuan persediaan sumber air dan mengurangi besarnya volume air limpasan perumahan yang akan menyebabkan terjadinya luapan air di daerah yang letaknya secara topografi lebih rendah.
Mengingat perkembangan penduduk akibat pemindahan dari wilayah kota metropolitan Jakarta tidak dapat dihalangi, maka sudah barang tentu kebutuhan akan daerah pemukiman semakin luas termasuk pengembangan dan prasarananya, sehingga akhir-akhir ini penutupan lahan atau tanah oleh bahan yang kedap air semakin meluas dan akibat semakin kecilnya daerah lahan yang dapat merembeskan air ke dalam tanah apabila terjadinya presiptasi atau hujan. Dalam hal ini juga semakin besarnya volume air hujan yang mengalir sebagai air permukaan atau limpasan menuju saluran dalam waktu yang relatif singkat dan bersamaan. Sebagai akibat tingginya volume air limpasan tersebut, maka akan memberi kapasitas atau debit saluran yang besar sehingga terjadi banjir pada lokasi yang berada di hilir sungai atau saluran akhir. Diamping itu akibatnya adalah berkurangnya volume air tanah pada musim kemarau dan terjadi banjir pada musim hujan.
Perkembangan di atas sangat erat hubungan dengan system pengolahan dan pegendalian air hujan yang diterapkan oleh masyarakat selama itu, untuk meliput masyarakat dalam pengendalian air hujan. Dalam hal ini diharapkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan-peraturan pemerintah dalam hubungannya dengan IMB. Terutama Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan penyediaan lahan atau ruang terbuka di setiap daerah atau lokasi pemukiman, untuk menentukan system teknis pengendalian itu dicoba untuk meneliti seluruh daerah Depok dengan pembagian lokasi penelitian ditentukan oleh kondisi topografinya dan karakteristik lahan (tanah) pada lapisan topsoilnya.
Dari hasil penelitian ini diharap menemukan data, kemampuan tanah dalam menginfiltrasikan air hujan serta menahan volume limpasan dalam waktu tertentu sesuai dengan dimensi dan karkateristik waduk retensi percobaan, sehingga waktu alir menuju saluran dapat diperlama dengan sendirinya debet air dalam saluran dapat dikurangi dalam waktu itu. Disamping itu juga sebagian air masuk ke dalam tanah sebagai resapan dan akan menambah cadangan air tanah itu sendiri.
Jadi sebagai konstrabusi dari pembuatan waduk retensi setiap unit bangunan adalah untuk menghindari air limpasan dan banjir dan juga menambah cadangan air tanah serta kelembabannya tanpa mengganggu fungsi dari tanah itu sendiri."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mentari Maimunah
"Lapangan X berada pada Cekungan Jawa Barat Utara dengan stratigrafi yang apabila diurutkan dari usia tua ke muda adalah Basement Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Cibulakan dan Formasi Parigi. Terdapat empat buah sumur yang menjadi pusat penelitian pada lapangan ini. Perhitungan mengenai efektivitas sumur sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi konektivitas reservoir yang terpisahkan oleh adanya patahan. Patahan sendiri dapat berlaku sealing maupun leaking, dilihat dari berbagai properti patahan yang dapat dijadikan parameter dalam indikasi sealing ataupun lsquo;leaking. Adapun hasil dari Fault-Seal Analysis yang telah dilakukan adalah keempat sumur tersebut memiliki persebaran vshale yang cukup tinggi dimana sumur PDM-01 memiliki vshale pada kisaran nilai 0.5 pada bagian atas dan menurun persentasenya menjadi 0.1 pada bagian bawah. Sumur PDM-02 memiliki vshale yang beragam, rendah di bagian atas yaitu sebesar 0.1 namun tinggi di bagian bawah yaitu sebesar 0.9-1. Sumur PDM-03 memiliki vshale yang beragam namun cenderung rendah, mulai dari vshale dengan persentase 0.1 hingga 0.5. Sumur PDM-04 memiliki vshale yang beragam dan cenderung rendah, yaitu berkisar antara 0.1-0.5.

Field X is located at the North West Java Basin with Basement, Talang Akar Formation. Baturaja Formation, Cibulakan Formation, Parigi Formation sorted based on the geological age. There are four wells those are being considered here. The calculation about the effectivity of the wells are done by identifying the reservoir connectivity those are separated by faults. Faults might be sealing or leaking, considered by the fault properties as the parameters. The results of the Fault Seal Analysis done to the four wells are they have a high vshale distribution where PDM 01 has 0.5 at the top of the well and decreasing to 0.1 at the bottom. PDM 02 has vshale distribution variation 0.1 at the top and 0.9 1 at the bottom. PDM 03 has vshale distribution variation and tend to have a low value 0.1 0.5. PDM 04 has shale variations and with a low value tendency 0.1 0.5."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariadi Jaya Prawira
"Evaluasi formasi lapangan 'H' pada lingkungan pengendapan delta formasi Balikpapan yang terletak pada cekungan Kutai telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik reservoarnya. Hasil evaluasi formasi diinterpretasikan menjadi beberapa parameter petrofisika yang meliputi saturasi air, permeabilitas, porositas, dan kandungan lempung. Dari hasil Interpretasi log, pemodelan dan analisa petrofisika pada 9 sumur pada lapangan 'H' diperoleh karakteristik reservoar, dihitung dengan nilai penggal (cut-off) untuk porositas sebesar 13%, untuk saturasi air sebesar 50%, dan untuk kandungan lempung sebesar 25%.

Evaluation of field formations 'H' on the environment of deposition delta formations located in Balikpapan formation, Kutai basin has been conducted to determine the characteristics reservoir. Formation evaluation results are interpreted into several petrophysical parameters which include water saturation, permeability, porosity, and clay content. From the results of log interpretation, modeling, and petrophysical analysis at 9 wells in the field 'H' is obtained reservoir characteristic, calculated with the cutoff value for the porosity of 13%, for the water aturation of 50%, and for the clay content of 25%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>