Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38639 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tanaman nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu tanaman yang banyak ditanam oleh petani di Indonesia, terutama di daerah Sumatera dan Jawa. Pada tahun 2005 produksi nanas di Indonesia mencapai 925,082 ton dan 1.427,781 ton pada tahun 2006. Berdasarkan habitatnya, tanaman nanas dibagi menjadi empat jenis golongan antara lain: cayenne, queen, spanyol, dan abacaxi. Tanaman nanas jenis queen paling banyak ditemukan di Indonesia dan dimanfaatkan sebagai nata. Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, bentuknya menyerupai gel dan terapung pada permukaan media yang mengandung gula serta asam yang dihasilkan bakteri Acetobacter xylinum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi kondisi optimum yang mempengaruhi pembuatan produk nata de phina dari bonggol buah nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengenceran filtrat bonggol nanas, konsentrasi ekstrak bonggol nanas dan kacang hijau. Variabel untuk melihat kualitas nata de phina adalah ketebalan, massa, persen massa produk, dan kandungan gizi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kondisi optimum pembuatan nata de phina dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen dari ekstrak kacang hijau, berada pada perbandingan volume pengenceran bonggol nanas 1:4 dengan variasi penambahan ekstrak kacang hijau 10%. Nata de phina dari bonggol nanas dengan penambahan sumber nitrogen alami ekstrak kacang hijau yang optimum, mempunyai ketebalan sebesar 0,91 cm, persen massa produk 60%, kadar monosakarida 0,2445%, kadar disakarida 0,3252%, kadar nitrogen 0,0278%, kadar protein 0,1613%, kadar air 95,3559%, dan kadar serat sebesar 3,5596%"
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian bertujuan mengkaji kuantitas. Kualitas, kelayakan ekologis dan ekonomis pembuatan nata de pina limbah cair nanas (LCN). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu (A) LCN tanpa penambahan nutrisi; (B) LCN dengan penambahan nutrisi dan (C) LCN penyimpanan 6 bulan dengan penambahan nutrisi. Produk nata meliputi berat, tebal, warna, kecerahan. Kandungan serat dan sisa limbah dianalisis dengan Anova. Analisis deskriptif untuk kelayakan ekologis dan ekonomi. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang sangat nyata perlakuan fermentasi LCN. Ketebalan nata berturut-turut dari dari tinggi kerendah perlakuan B 1,58 cm A 1,24 cm, dan C 0,88 cm. Berat nata B 889 gr, A 616,4 gr, dan C 477, 8 gr. Kadar serat C 9,3%, B 7,6% dan A 6,9% dengan kualitas warna, kecerahan, dan serat, sesuai standar untuk makanan. Pembuatan nata de pina mengurangi volume LCN 46,2-89,1% (Sig. 0,001). Berdasarkan baku mutu limbah, biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD) dan total suspended solid (TSS) di bawah ambang batas yang dipersyaratkan kecuali pH. Secara ekonomi pembuatan nata depina layak (BC ratio 4,7). Secara keseluruhan pembuatan nata de pina dari LCN menghasilkan nata yang baik serta layak secara ekologis dan ekonomis.

This research aims to study the quantity, quality, ecological and economic feasibility of nata de pina production (NP) from pineapple liquid waste (PLW). The design of the study employs complete random design (CRD) with three treatments: PLW without nutrients addition (A), PLW nutrients addition (B), and PLW stored for six months with nutrients addition (C). The nata de pina?s production factors measured were weight, thickness, fiber content, color, brightness, and residual waste. The highest weight was reached in treatment B (899 grams), followed by treatment A (616.4 grams), and C (477.8 grams). The thickness of NP of the height and low as in treatment B (1.58 cm) followed by treatment A (1.24 cm) and C (0.88 cm), respectively. The highest fiber content was found in treatment C (9.3%) followed by treatment B (7.6%) and A (6.9%), respectively. Th e fiber content, along with color quality and brightness fit with food standards. The production of NP may reduce the volume of the PLW from 46.2% to 89.1% (p=0.001). Based on the standard value of biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), total suspended solid (TSS) below to the required threshold except pH. The production of NP is economically feasible to 4.7 BC ratio. The overal manufacture of nata de pina from PLW produces better and feasible product ecologically and economically."
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Kartika Dewi
"Nanas merupakan buah dengan produktivitas yang tinggi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah produksinya yang selalu meningkat dan pada tahun 2019 Indonesia menempati posisi kelima sebagai produsen nanas terbesar di dunia. Nanas mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, fenol, dan enzim bromelain yang bersifat toksik terhadap hama sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Saat ini, di Indonesia hanya daging buah nanas saja yang umum dimanfaatkan dan belum banyak penelitian yang mengkaji terkait manfaat dari bagian lain tanaman nanas seperti bagian mahkota nanas. Penelitian ini menguji efektivitas ekstrak limbah mahkota nanas terhadap mortalitas kutu putih (Dysmicoccus neobrevipes). D. Neobrevipes, merupakan hama yang menyebabkan penyakit layu PMWaV (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus) pada tanaman nanas. Pada penelitian ini, mahkota nanas diekstraksi secara bertingkat menggunakan metode Ultrasound-assisted extraction (UAE) dengan menggunakan variasi jenis pelarut yaitu etanol sebagai pelarut polar, kloroform sebagai pelarut semipolar, dan PE sebagai pelarut nonpolar. Hasil uji ANOVA ekstrak limbah mahkota nanas terhadap mortalitas D. Neobrevipes dengan dosis 25 mg/mL menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara ekstrak etanol dan ekstrak kloroform. Hasil uji variasi dosis ekstrak etanol menunjukkan bahwa peningkatan variasi dosis berbeda signifikan ketika ditingkatkan 3 kali lipat. Dari hasil analisis kandungan senyawa ekstrak limbah mahkota nanas, terdapat golongan senyawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati dan terdapat kandungan senyawa aktif pada ekstrak yang sudah diaplikasikan sebagai insektisida.

Pineapple is a fruit with high productivity in Indonesia. Proven by the increasing amount of production where in 2019, Indonesia ranked fifth as the largest pineapple producer in the world. Pineapple contains tannins, saponins, flavonoids, phenols, and bromelain enzymes that are toxic to pests, making them potential to be extracted as insecticides. Currently, in Indonesia, only pineapple flesh is commonly used, and not much research has examined the benefits of other parts of the pineapple plant, such as the crown. This study aimed to test the effectiveness of pineapple crown waste extract on the mortality of mealybugs (Dysmicoccus neobrevipes). D. neobrevipes is a pest that causes PMWaV (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus) on pineapple plants. The pineapple crowns were extracted in multistages extraction using the Ultrasound-assisted extraction (UAE) method with various solvents, namely ethanol as a polar solvent, chloroform as a semi-polar solvent, and PE as a non-polar solvent. The ANOVA test results of the pineapple crown waste extract on the mortality of D. neobrevipes at a dose of 25 mg/mL showed a significant difference between the ethanol extract and the chloroform extract. The variation in dose of the ethanol extract showed a significant difference when increased three times. From the analysis of the compound content in the pineapple crown waste extract, there are groups of compounds that have the potential as bioinsecticides and there are active compounds in the pineapple crown waste extract which have been applied as insecticides."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu optimum isolasi nanokristalin selulosa bakterial dari limbah kulit nanas dan memperoleh nanokristalin selulosa bakterial serta karakterisasinya berdasarkan interpretasi data spektroskopi Fourier Transform InfraRed (FTIR), Transmission Electron Microscopy (TEM), dan X-Ray Diffraction (XRD). Sumber selulosa bakterial yang digunakan berasal dari hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum. Metode yang digunakan untuk isolasi nanokristalin selulosa bakterial dengan cara hidrolisis menggunakan asam sulfat. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis diantaranya konsentrasi asam, waktu hidrolisis, rasio selulosa bakterial/asam dan suhu. Variasi waktu hidrolisis selama yaitu 5; 15; 25; 35; dan 45 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu hidrolisis optimum untuk isolasi nanokristalin selulosa bakterial dari limbah kulit nanas adalah 25 menit. Volume sol koloid nanokristalin selulosa bakterial yang dihasilkan sebanyak 70,20 mL. Hasil FTIR nanokristalin selulosa bakterial menunjukkan kemiripan gugus fungsi dengan selulosa bakterial limbah kulit nanas serta adanya sedikit perubahan struktur akibat perlakuan hidrolisis yaitu munculnya puncak serapan gugus fungsi C=C pada bilangan gelombang 1656,85 – 1627,92 cm-1 dan diperkuat dengan munculnya puncak serapan C-H sp2 vibrasi ulur pada bilangan gelombang 3132,40 cm-1 karena terjadinya proses eliminasi. Hasil TEM menunjukkan ukuran nanokristalin selulosa bakterial yang dihasilkan mempunyai dimensi rerata panjang 200 – 750 nm, lebar 10 – 25 nm dan aspek rasio 10 – 30 dengan bentuk partikel jarum. Besarnya aspek rasio yang didapatkan berpotensi untuk dijadikan reinforcing nanofiller pada polimer. Hasil pengukuran XRD diperoleh derajat kristalinitas sebesar 63,70%."
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Magfirah Ilyas
"Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memurnikan bromelain yang diekstrak dari bagian tanaman nanas (Ananas comosus) melalui metode fraksinasi menggunakan garam ammonium sulfat, diikuti dengan proses dialisis dan dilanjutkan dengan tahap pemurnian menggunakan metode kromatografi kolom gel filtrasi. Aktivitas spesifik tertinggi terdapat pada fraksi ammonium sulfat 50-80% (fraksi 3) baik untuk sampel bagian bonggol maupun bagian daging buah nanas, masing-masing adalah sebesar 0,30 U/mg dan 0,21 U/mg. Fraksi 3 dari bagian bonggol memiliki tingkat kemurnian 132,65 kali enzim kasarnya sedangkan fraksi 3 dari bagian daging buah nanas memiliki tingkat kemurnian 108,47 kali dari enzim kasarnya. Proses dialisis memberikan nilai aktivitas spesifik dan tingkat kemurnian enzim tertinggi pada fraksi 3 dari bagian bonggol nanas yaitu sebesar 0,33 U/mg dengan kenaikan tingkat kemurnian menjadi sebesar 141,58 kali enzim kasarnya. Uji kestabilan termal terhadap fraksi enzim hasil dialisis menunjukkan bromelain dari bonggol nanas mengalami inaktivasi pada suhu 80°C, sedangkan bromelain dari daging buah nanas mengalami inaktivasi pada suhu 70°C. Pemurnian lebih lanjut terhadap enzim fraksi 3 dengan metode kromatografi kolom menggunakan Sephadex G-100 menghasilkan kenaikan nilai aktifitas spesifiknya menjadi 1,67 U/mg dengan tingkat kemurnian 720,93 kali dari enzim kasarnya. Enzim bromelain dari bonggol nanas hasil pemurnian diketahui memiliki pH dan suhu optimum berturut-turut : 7,0 dan 37oC. Enzim bromelain dari bonggol nanas diinhibisi oleh EDTA, Hg2+, Cu2+ masing-masing sebesar 29,33% ; 13,88% ; 6,43% dan diaktifkan oleh ion Ca2+dan Na+ masing-masing sebesar 1,62% dan 1,95%.

The aim of this study was to isolate and purify the bromelain extracted from part of pineapple fruit (Ananas comosus) through fractionation method using ammonium sulfate followed by dialysis and then purification using filtration gel of column chromatography method. The highest specific activity on ammonium sulfate fraction was 50-80% (fraction 3) both for the sample of the core and the flesh of pineapple, each was 0,30 U/mg and 0,21 U/mg. The fraction 3 of the core had a purity level 132,65 times of the crude enzyme while fraction 3 of the pineapple flesh had a purity level 108,47 times of the crude enzyme. From the dialysis process found the highest value of specific activity on fraction 3 of the pineapple core of 0,33 U/mg with a purity level of and 141,58 times of the crude enzyme. Effect of increase in temperature caused complete inactivation of enzyme from the pineapple flesh fraction at 70°C, and enzyme from the pineapple core fraction at 80°C. Further purification to the the fraction 3 from the pineapple core using Sephadex G-100 obtained bromelain with specific activity to 1.67 U/mg with a purity level of 720.93 times of the crude enzyme. The temperature and pH optimum of this enzyme was 37oC and 7.0. Proteolytic activity of this enzyme was inhibited by EDTA, Hg2+, Cu2+ each by 29.33%; 13.88%; and 6.43%, but this enzyme was activated by Ca2+ and Na+ ion of 1.62% and 1.95% respectively."
2015
S62588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Febriani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan memurnikan enzim bromelain dari bonggol nanas (Ananas comosus) dengan metode pengendapan fraksionasi menggunakan garam ammonium sulfat, diikuti dengan dialisis dan kromatografi kolom gel filtrasi. Fraksi termurni diuji aktifitas antiplatelet dan ditentukan nilai IC50. Tahap ekstraksi menghasilkan enzim kasar dengan aktifitas spesifik 0.0059 U/mg. Tahap fraksionasi pengendapan, menghasilkan fraksi enzim dengan aktifitas spesifik tertinggi pada fraksi 50 ? 80% (ke 3) yaitu sebesar 8.2243 U/mg. Fraksi 3 setelah didialisis menghasil aktifitas spesifik sebesar 8.3118 U/mg. Proses kromatografi menggunakan Sephadex G-50 menghasil fraksi enzim dengan nilai aktifitas spesifik sebesar 8.5177 U/mg pada fraksi pertama (Kr 1). Fraksi Kr 1 diuji aktifitas spesifiknya dengan metode Born dimodifikasi dan menghasilkan persen aggregasi sebesar 70.59% dan persen inhibisi sebesar 24.34%. Nilai IC50 diperoleh sebesar 57.4040 mL/mL PRP.

This study aim to isolate and purify bromelain enzyme from pineapple core (Ananas Comosus) through fractional precipitation by ammonium sulfate, followed by dialysis and column chromatography gel filtration. The purest enzyme fraction is then measured it?s antiplatelet activity and IC50. Crude extract obtain through extraction gives 0.0059 U/mg specific activity. Fraction 3 from fractional precipitation gives the highest specific activity with 8.2243 U/mg and range from 50% to 80%. After dialysis, specific activity increase to 8.3118 U/mg and increased again through chromatography process to 8.5177 U/mg on fraction Kr 1. Antiplatelet activity of Kr 1 is then tested, and has 70.59 % aggregation, 24.34% inhibition and an IC50 value of 57.4040 mL/mL PRP."
2016
S64946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kulit singkong merupakan limbah kaya karbohidrat yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum untuk dapat menghasilkan produk fermentasi, berupa nata. Fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penambahan nutrisi berupa nitrogen dalam media fermentasi. Sumber nitrogen yang digunakan biasanya dari pupuk anorganik, seperti ZA atau urea. Pada penelitian ini dikembangkan fermentasi dari kulit singkong, menggunakan nitrogen alami yang berasal dari ekstrak tauge dan kacang hijau. Karakteristik produk dilihat dari ketebalan nata dan persen massa produk yang dihasilkan. Nata dibuat dengan perlakuan variasi pH (3, 4, dan 5), dan volume ekstrak sumber nitrogen yang ditambahkan (100%, 75%, 50%, 30%, dan 25%). Hasil optimum produk nata de cassava diuji ketebalan, persen massa produk, dan kandungan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sumber nitrogen alami yang paling baik adalah ekstrak kacang hijau, pada pH optimum 4, dengan volume 50%. Hasil optimum produk nata de cassava mempunyai ketebalan sebesar 4,13 mm, persen massa produk 37,28%, kadar air 93,14%, kadar gula reduksi 0,37%, kadar protein 0,36%, dan kadar serat 4,17%."
2014
541 JSTK 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vogler, John
Mataram: NTB, 1983
658.567 VOG l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini merupakan pernanfaatari serat nenas sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan komposit otomotif sunvisor tahan api untuk kendaraan/mobiL Bahan penguat kornpeslt dalam percobaan ini berupa bentuk potongan serat nenas degummed sistem acak. Sebagai pengikat untuk membentuk komposit dipilih matriks resin epoksi dan poliuretan, Proses dilakukan dengan sistem hot press moulding denqan tekanan 40 kg/cm2 dan suhu 130°C. Oari hasil penelitian rnenunjukkan bahwa proses degumming pada serat nenas mernpenqaruhi struktur rnorfoloqi serat, sehingga derajat kekristalan serat menjacli lebih tinggi. Untuk pembLiatan komposit dengan serat degummed berpengaruh terhadap peningkatan sifat fisika yang dibuktikan dab hasH uji SEM. Zat aditif untuk mendapatkan sifat tahan api digunakan ZnCI2, KSBN, Na2SiG3 dan MgCI2 bari hasil percobaan diperoleh sifat tahan api relatif baik d'engan proses impregnasi zal aditif, sedangkan denqan cara pelarutan bersama resin pengikat menghasilkan komposit yang tidak tahan api (terbakar). Oari hasil pengujian komposit sun visor serat nenas baik dengan resin epoksi rnaupun poliuretan, disarankan menggunakan Na2Si03 untuk mendapatkan sifat tahan api. Kondisi optimum pernbuatan komposit terseb'ut baik dengan resin epoksi maupun poliuretan meliputi uji tebal, densitas, moisture content, absorpsi air, perubahan ukuran pada kondisi normal dan setelah pemanasan, ketahanan bending dan modulus elastrsitas ((pada kondlsi normal, kondisi suhu 110°C selama 5 menit dan kondisi suhu 50°C selama '48 jam), itahan •api serta sme!/Ii(bau;), memenuhi persyaratan sesuai standar perusahaan otornotlt, Rev 7," Fiberboard for Moulding T~im". Kontinyuitas serat 'nanas diharapkan berjalan baik denga"n harga serat dapat ditekan, rnelalui pengelolaan perkebunan sistem penanaman bergilir dan melakukan budi da.ya sam ping misalnya pembuatan kompJ0s klorofil atau pakan ternak."
661 JRI 5:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asher Reyhan
"ABSTRACT
Seiring dengan tingginya produksi nanas di indonesia, jumlah limbah nanas yang dihasilkan juga semakin tinggi, salah satunya adalah bonggol nanas dengan enzim proteolitik yang disebut `bromelain` dalam jumlah besar. Bromelain memiliki banyak manfaat, terutama karena kemanjurannya dalam berbagai pengobatan penyakit, seperti agregasi trombosit, peradangan yang terkait dengan infeksi, sinusitis, osteoarthritis dan kanker. Namun, untuk penggunaan oral, bromelain dapat terdegradasi oleh adanya protease dan kondisi pH asam di lambung, sehingga bromelain akan kehilangan aktivitasnya (terdenaturasi). Dalam penelitian ini, bromelain yang diisolasi dan dimurnikan dari bonggol nanas kemudian disalut dalam mikrokapsul alginat-kitosan sebagai media distribusi obat sehingga bromelain dapat mencapai usus tanpa terdenaturasi di lambung. Pemurnian menggunakan 20%-50% amonium sulfat menghasilkan bromelain dengan aktivitas spesifik 5,44 U/mg dan kemurnian 2,80 kali dibandingkan dengan enzim kasar. Enzim yang dimurnikan kemudian didialisis dan menghasilkan 8,27 U/ mg dengan tingkat kemurnian 4,30 kali. Uji disolusi bromelain yang disalut dalam mikrokapsul alginat menghasilkan efisiensi 76,99% yang dilarutkan pada pH 1,2 sebanyak 13,53% dan pada pH 7,4 sebesar 80,09%, sedangkan pada mikrokapsul alginat yang dilapisi kitosan, efisiensi diperoleh sebesar 86,40% dengan hasil disolusi pada pH 1,2 dan 7,4 masing-masing adalah 8,59% dan 77,35%.

ABSTRACT
Along with the large number of pineapple products in indonesia, the amount of pineapple waste produced is also high, one of which is pineapple cores with large amount of proteolytic enzyme called `bromelain`. Bromelain has many benefits, particularly because of its efficacy in various treatments of diseases, such as platelet agregation, inflammation associated with infections, sinusitis, osteoarthritis and cancer. However, for oral use, bromelain may be degraded by the presence of proteases and the condition of acidic pH in the stomach, so that bromelain will lose its activity. In this study, the isolated and purified bromelain from pineapple cores was subsequently encapsulated in alginate-chitosan microcapsules as drug delivery medium so that bromelain could reach the intestine without degradation in the stomach. The purification using 20%-50% ammonium sulfate obtained bromelain with specific activity of 5.44 U/mg and purity of 2.80 times. The purified enzyme was subsequently  dialyzed and yielded of 8.27 U/mg with the purity level of 4.30 times. The dissolution test of bromelain encapsulated in alginate microcapsules resulted in efficiency of 76.99% which  dissoluted at pH 1.2 as much as 13.53% and at pH 7.4 of 80.09%, while in chitosan-coated alginate microcapsules, efficiency was obtained for 86.40% with dissolution result at pH 1.2 and 7.4 were 8.59% and 77.35% respectively."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>