Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Geomagnetic storm represents natural phenomenon caused by interaction between high speed solar wind and magnetosphere which is associated with southward interplanetary magnetic field. By processing data of H geomagnetic storm, it is obtained that amplitude and depression of H geomagnetic component intensity distribution show similar pattern, close to exponential model."
620 DIR 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Badai geomagnet merupakan salah satu fenomena alam terpenting dalam sistem cuaca antariksa yang keberadaannya bersifat acak dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem komunikasi HF, navigasi, operasional satelit dan jaringan listrik. Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan software pendeteksi badai geomagnet secara otomatis dengan menggunakan karakteristik Sudden Commencement (SC) sebagai indikator masukannya sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan jika pendeteksian dilakukan secara manual, pengamat harus melakukan monitoring data selama 24 jam sehingga terasa sangat tidak efisien. Dengan menggunakan data komponen H stasiun Biak (BIK), Pontianak (PTN) dan Kototabang (KTB) near real time sepanjang tahun 2009, maka dilakukan pengembangan Prototipe Software Deteksi Otomatis SC Badai Geomagnet (PSDO_SC) menjadi Software Deteksi Otomatis SC Badai Geomagnet (SDO_SC). Selain itu, juga dilakukan kajian akan dampak badai geomagnet terhadap trafo di Indonesia sebagai upaya mendukung kegiatan pemantauan cuaca antariksa Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN. Hasilnya adalah telah berhasil diperoleh sebuah SDO_SC dengan akurasi yang cukup baik dalam mendeteksi kejadian badai geomagnet dan mampu untuk beroperasi secara stabil pada data medan geomagnet stasiun Biak, Pontianak dan Kototabang near real time berbasis SMS gateway dan
email. Rencananya, Software akan mulai dioperasikan secara penuh tahun 2010."
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chairun Nisa
"Pulau Jawa berada di dekat zona subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-Australia, yang menyebabkan terbentuknya patahan-patahan di daratan. Salah satu daerah yang terdampak adalah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Prediksi gempabumi penting untuk meminimalisir kerusakan. Analisis aktivitas anomali geomagnetik Ultra-low Frequency (ULF) sebelum gempabumi dilakukan di sekitar stasiun geomagnetik TJS Sumedang menggunakan metode Polarization Ratio Analysis (PRA). Metode ini membandingkan nilai medan magnetik komponen vertikal terhadap horizontal (SZ/SG) berbasis Fast Fourier Transform (FFT) untuk mendeteksi anomali geomagnetik ULF (0.01 Hz - 0.04 Hz). Frekuensi ini dipilih karena mudah merambat ke permukaan, memungkinkan deteksi anomali yang jelas. Tiga gempabumi tahun 2020-2021 dengan magnitudo (M) ≥ 5 dan jarak episenter (R) ≤ 150 km (10 Maret 2020, M5; 25 Oktober 2020, M5.4; dan 27 April 2021, M5) dianalisis. Data geomagnetik malam hari komponen X, Y, dan Z dipilih untuk mengurangi noise. Hasil menunjukkan frekuensi 0.01 Hz - 0.04 Hz optimal mendeteksi prekursor gempa pada 27 April 2021. Anomali geomagnetik ULF tidak berkaitan dengan badai geomagnetik, dibuktikan dengan nilai indeks Dst (Disturbance storm time) yang tidak melebihi ambang batas.

Java Island is adjacent to the subduction zone of the Eurasian and Indo-Australian Plates, causing the formation of several faults on land. From the formation of faults that can be caused by earthquakes, there are areas that are affected, one of which is Sumedang Regency, West Java. Earthquake prediction efforts are very important to minimize the damage that will occur. Ultra-low Frequency (ULF) geomagnetic anomaly activity was analyzed before the earthquake around the TJS Sumedang geomagnetic station using the Polarization Ratio Analysis (PRA) method, which compares the magnetic field value of the vertical component to the horizontal component (SZ/SG) based on Fast Fourier Transform (FFT), which is used to convert data from the time domain into the frequency domain to see ULF scale geomagnetic anomaly activity from 0.01 Hz - 0.04 Hz because this frequency wave easily propagates to the surface, allowing clear anomaly detection. Three earthquakes in 2020-2021 taken at magnitude (M) ≥ 5 and earthquake epicenter (R) ≤ 150 km (EQ1 with M5 on March 10, 2020, EQ2 with M5.4 on October 25, 2020, and EQ3 with M5 on April 27, 2021) in the vicinity of the TJS Sumedang geomagnetic station were selected because the larger the M and the closer the R of the earthquake can strengthen the geomagnetic anomaly readings. Nighttime geomagnetic data of X, Y, and Z components were selected to reduce noise or human activity. The results showed that the frequency of 0.01 Hz - 0.04 Hz was optimal for detecting possible precursors of the M5 earthquake on April 27, 2021 (EQ1), and the ULF geomagnetic anomaly in this study was not related to geomagnetic storms, which was obtained from the Dst (Disturbance storm time) index value which did not exceed the threshold line."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam kegiatan perhitungan indeks K dikenal adanya 2 metode bergantung jenis/tipe magnetometernya yaitu metode komputerisasi untuk jenis/tipe magnetometer digital, contohnya di stasiun Biak dan metode handscale untuk jenis/tipe magnetometer manual, contohnya di stasiun Tangerang. Dalam makalah mi dilakukan studi perbandingan distribusi harga indeks K antara stasiun Biak dengan Tangerang menggunakan data sepanjang tahun 1993-1998. Dan analisis data diperoleh bahwa di stasiun Biak, distribusi indeks K untuk nilai K < 2 lebih dominan. Sebaliknya di stasiun Tangerang, distribusi indeks K untuk nilai K> 2 lebih dominan. Selain itu, amplitudo indeks K di stasiun Tangerang relatif lebih besar daripada di stasiun Biak. Dan hasil tersebut disimpulkan bahwa pola distribusi indeks K antara stasiun Biak dan Tangerang sedikit berbeda diduga karena adanya perbedaan metode dalam perhitungan indeks K."
620 DIR 2:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Badai geomagnet merupakan salah satu fenomena alam terpenting dalam sistem cuaca antariksa yang keberadaannya bersifat acak dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem komunikasi HF, navigasi, operasional satelit dan jaringan listrik. Di daerah lintang tinggi dan menengah, studi GIC telah banyak dilakukan, sedangkan di lintang rendah-ekuator terutama di Indonesia belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, pada makalah ini dilakukan kajian dampak badai geomagnet pada sistem trafo pendistribusi jaringan listrik di Indonesia dengan metode harmonik dan Fast Fourier Transform (FFT), sebagai langkah awal untuk memahami keberadaannya. Hasil studi secara analitik menggunakan komponen H di sekitar longitudinal stasiun Biak tahun 2000-2004, didukung hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan di lintang tinggi dan menengah serta pengukuran arus netral keluaran trafo PLN diperoleh sebuah kesimpulan bahwa pada saat badai geomagnet, fenomena kemunculan GIC potensial terjadi di Indonesia. Namun demikian, untuk memastikannya dan untuk mengetahui amplitudo kemunculan GIC pada masing-masing kejadian badai geomagnet, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dukungan data yang lebih panjang dan lengkap."
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengukuran geomagnet menggunakan magnetometer landas bumi sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena itu diperlukan suatu metode untuk memisahkan anomali akibat gangguan internal yang berasal dari dalam bumi atau eksternal. Dalam paper ini digunakan metode polarisasi (Z/H) dengan perbandingan 2 stasiun. Dengan membandingkan 2 stasiun itu diharapkan akan mengeliminir anomali yang berasal dari faktor eksternal. Pemilihan stasiun pembanding dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi seismisitas sekitar stasiun dan banyaknya data yang sudah terekam sehingga bisa diketahui karakteristiknya. Selain itu filter yang digunakan juga masih dibagi 3 rentang periode, yaitu 10 â?? 45 detik, 45-150 detik dan 150-600 detik sehingga kita dapat melihat pada rentang periode mana prekursor lebih mudah dikenali. Berdasarkan studi kasus ini, disimpulkan bahwa perbedaan rentang periode filter lebih berpengaruh pada fluktuasi trend polarisasi dibandingkan dengan pada waktu terjadinya prekursor."
620 DIR 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam kegiatan deteksi otomatis Sudden Commencement (SC) dan fenomena lain yang terkait, studi tentang penentuan onset SC merupakan fokus utama yang harus dipahami, selain juga karakteristik SCnya sendiri. Dalam makalah ini SC dibedakan menjadi SC (SI) yaitu SC yang tidak diikuti oleh peristiwa badai geomagnet dan SC (SSC)
yaitu SC yang diikuti oleh peristiwa badai geomagnet (SC (SSC)). Sampai saat ini sudah banyak metode yang telah digunakan untuk menentukan onset data deret waktu. Salah satu dari metode tersebut adalah dengan metode pemfilteran diferensial data deret waktu. Demikian juga dalam kegiatan ini, penentuan onset SC dilakukan dengan metode pemfilteran terhadap diferensial data deret waktu untuk menetapkan satu harga batas yang merupakan kriteria onset SC. Adapun data yang digunakan adalah data komponen H menitan dari stasiun Biak tahun 2000 dan didukung dengan data komponen H stasiun Okinawa sebagai pembanding keberadaan SC. Dari analisis data diperoleh bahwa onset SC (SSC) umumnya terdapat pada titik ketika diferensial data dicut-off pada amplitudo > 4 nT/menit, sedangkan onset SC (SI) umumnya terdapat pada titik ketika diferensial data dicut-off pada amplitudo > 2 nT/menit. Dengan kedua harga cut-off di atas maka kriteria onset SC (SSC) dan SC (SI) dapat dilakukan secara otomatis."
620 DIR 3:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Interplanetary structures are important for the development of geomagnetic disturbance. The structures include intense north-southward Interplanetary Magnetic Field, the shock, solar wind density and velocity, and probably the magnetic cloud. We studied five events of magnetic clouds which occurred in the minimum phase of solar activity in order to understand solar wind-magnetosphere coupling. The correlations between storm intensity and the different solar wind parameters will also be presented as well. By analyzing five magnetic clouds occurred in 2006 and the associated geomagnetic enhancement, we found that not all magnetic clouds lead to geomagnetic disturbances. "
600 JADIR 8:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengujian tingkat ketelitian metode reduksi anomali medan magnetik total bumi ke kutub utara menggunakan sumber ekivalen dipol berbasis model komputasi telaah prisma tegak. Ketidakrataan permukaan topografi, variasi dimensi sumber anomali (distrubusi magnetisasi) dan ketidakteraturan distribusi titik pengukuran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketelitian metode. Tingkat ketelitian metode sangat tergantung pada kedalaman lapisan sumber ekivalen dipol. Batas atas dan bawah kedalaman lapisan sumber ekivalen dipol tergantung pada spasi pengukuran. Batas atas kedalaman lapisan sumber ekivalen dipol dengan penyimpanan rata-rata di bawah 10 % berkisar 3 kai spasi pengukuran sedang batas bawah kedalaman lapisan sumber ekivalen dipol tergantung pada dimensi sumber anomali "
JURFIN 9:28 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kolobkov, N.
Moscow: Foreign Languages, [date of publication not identified]
551.5 KOL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>