Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih
"This research was carried out to study the difference in the antibacterial capacity of two kinds of filling materials, namely amalgam and composite resin, on S. mutans KPSK2 bacteria with different times of treatment. In total, 48 amalgam and composite resin samples each were prepared and then divided into four groups of treatment. Of each group, 6 samples were used to count the number of bacterial colonies and 6 samples to count the right obstacle zone. The results show that the best antibacterial capacity of composite resin occured within one week, while for amalgam the best performance appears within one day. The antibacterial capacity of flourine containing composites is stronger than that of amalgam for a time of 1 to 2 weeks."
Jakarta: Journal of Dentistry Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Kebocoran mikro tepi restorasi resin komposit dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan karies sekunder. Salah satu upaya menguranginya adalah teknik rebonding pasca finishing dan polishing. Tujuan: Menganalisiskebocoranmikrotepirestorasi resin kompositsetelahdilakukanteknikrebondingmenggunakansurface sealant danbonding agent. Metode: 60 gigi premolar dipreparasi pada bagian bukal dengan diameter kavitas 3mm dan kedalaman 2mm. Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok secaraacakuntukdilakukanrebonding.Kelompok 1 dilakukanrebondingmenggunakansurface sealant dan kelompok 2 menggunakanbonding agent. Pengukuran penetrasi zat warna biru metilen 1% dilakukan setelah thermocycling. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara jenis bahan rebonding dengan skala kebocoran, dimana kebocoran mikro tepi restorasi paling sedikit terdapat pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 2. Kesimpulan: Prosedur rebonding dengan aplikasi surface sealant dapat menutup kebocoran mikro pada tepi restorasi resin komposit pasca finishing dan polishing lebih baik dibandingkan aplikasi bonding agent., Background:Microleakage at the marginal area of composite resin restoration can lead to discoloration and secondary caries. Performing rebonding after finishing and polishing can reduce microleakage of composite resin restoration. Aim: The aim of this study was to analyse the microleakageof composite resin restoration after rebonding with surface sealant and bonding agent. Methods: Cavity preparation was performed on the buccal side of sixty human premolar teeth with 3mm diameter and 2mm depth. Samples were randomly divided into two groups for rebonding with different materials. Samples in group 1 were rebonded with surface sealant, while samples in group 2 using bonding agent. The microleakage was measured using 1% methylene blue after thermocycling procedure. Results: Group 1shows less microleakage than group 2, statistic analysis show significant difference between the two groups ( p<0.05). Conclusion: Rebonding procedure with surface sealant can reduce marginal microleakage in composite resin restoration better than bonding agent.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vani Natasha
"Kebocoran mikro resin komposit proksimal seringkali terjadi pada dinding gingiva. Tujuan studi ini mengevaluasi efek komposit flowable sebagai lapisan antara untuk mengurangi kebocoran mikro pada dinding ginigva. Metode: 30 gigi premolar RA dipreparasi berbentuk boks, restorasi dilakukan pada kelompok 1 dengan resin komposit packable saja (kontrol). Kelompok 2 dengan RK flowable sebagai lapisan antara, setebal 1 mm dan komposit packable di atasnya. Kelompok 3, seperti kelompok 2 namun RK flowable sebagai lapisan antara setebal 2 mm. Setelah dilakukan siklus termal, kebocoran mikro diukur dari penetrasi zat warna metilen biru 1%. Analisis statistik dengan uji Kolmogorov-smirnov. Hasil: Kebocoran mikro pada kelompok 1 berbeda bermakna dengan kelompok 2 dan 3. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok 2 dan 3 (p<0.05). Kesimpulan : Tingkat kebocoran mikro dinding gingiva paling sedikit pada restorasi RK proksimal dengan aplikasi RK flowable pengganti dentin setebal 1 mm namun, ketebalannya tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kebocoran mikro secara statistik.

Microleakage of composite restoration in proximal often occurs on gingival wall. The purpose of this study is to evaluate the influence of flowable composite as intermediate layer to reduce microleakage on gingival wall. Materials and Method: Thirty whole-extracted upper premolars were devided into 3 groups. Within a box-like cavities, the first group is restored with packable composite only. Group 2 were restored with flowable composite with 1 mm thickness then restored with incrementally packable composite. Group 3 were restored like group two with flowable composite thickness were 2mm. After thermocycling, the penetration of 1% methylene blue was investigated along the gingival wall. The data were analyzed with Kolmogorov-smirnov test. Results: There were significant difference between group 1 with group 2 and 3. No significant difference found between Group 2 and Group 3. Conclusion: Flowable composite as intermediate layer has influence in reducing the microleakage of gingival wall on proximal composite restoration. Nonetheless the thickness of flowable composite has no influence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Talia Andam Sadikin
"Latar Belakang: Restorasi resin komposit masih memiliki kekurangan, yaitu terjadinya kebocoran mikro akibat kontraksi saat polimerisasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan restorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat kebocoran mikro dinding restorasi kelas I antara RK packable (RP) dan RK flowable dengan kandungan filer tinggi (RF).
Metode: Kavitas kelas I dipreparasi pada tiga puluh dua gigi premolar kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditumpat dengan RP, kelompok kedua dengan RF, keduanya ditumpat secara inkremental. Selanjutnya spesimen dilakukan uji thermocycling dan diikuti perendaman dalam biru metilen 1% selama 24 jam. Gigi kemudian dibelah bukolingual dan diamati menggunakan mikroskop stereo pembesaran 14x dan dinilai dalam skala ordinal (0-4). Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Kelompok RP dan RF (p=0,699).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kebocoran mikro menggunakan RP maupun RF yang ditumpat secara inkremental. Namun secara substansi, RF menunjukkan kebocoran mikro lebih sedikit dibandingkan dengan RP.

Background: Composite resins undergo contraction during polymerization which may result in microleakage and leads to restoration failure. The purpose of this study is to analyze the microleakage of Class I restorations that were filled with packable composite (RP) and high filler flowable composite (RF) incrementally.
Methods: Standardized Class-I cavities were prepared on 32 extracted human premolars and randomly assigned into two groups. The first group were filled with RP and the second group were filled with RF. The specimens were subjected to thermocycling, followed by immersion in 1% methylene blue dye for 24 hours. The teeth were sectioned bucco-ligually and evaluated for microleakage under 14x magnification stereomicroscope and scored in ordinal scale (0-4). Statistical analysis was performed with the Kolmogorov-Smirnov test.
Results: There was no significant difference between group RP and RF (p=0.699).
Conclusion: There is no significance difference between microleakage by RP and RF. But substantially, RF provided less microleakage than RP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fazwishni
"ABSTRAK
Berbagai penelitian dalam bidang kedokteran gigi memerlukan sajian histologi yang baik dan terbaca dibawah mikroskop. Gigi dan jaringan pendukungnya terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak yang sama pentingnya, karena itu diperlukan tindakan dekalsifikasi yang dapat melunakan jaringan keras (dentin, sementum, tulang) agar dapat diiris dengan mikrotom, dan memberi hasil memuaskan pada jaringan lunak (gingiva, pulpa, ligamen periodontal).
Pada penelitian yang dilakukan pada rahang tikus LMR ini, dibandingkan tiga bahan dekalsifikasi yaitu larutan sovin, EDT A 5% pH 7 dan asam formiat 5%, sebagian diwarna hematoksilin Eosin dan sebagian lagi Trikrom Masson Goldner, serta pengaruhnya terhadap hasil akhir sajian histology. Sajian dinilai oleh 3 pemeriksa secara uji buta. Hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis dengan Kruskal Wallis one way for analysis of variances.
Pada sajian yang diwarna HE, analisis statistik menunjukkan hasil berbeda bermakna. Kombinasi Bovin-HE memberi hasil paling melunakan mendekati sangat jelas (3,4), kemudian EDTA-HE (3,2) dan terakhir Formiat-HE (dengan nilai 3 = jelas. Dengan pewarna Trikrom Masson Goldner, analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai rata-rata 2,5 (antara jelas dan kurang jelas). "
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Meidyawati E.H.
"Penelitian ini dilakukan untuk mencari cara sterilisasi guta-perca yang efektif dan efisien sebelum digunakan untuk mengisi saluran akar. Guta-perca yang dicemari Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis direndam dalam natrium hipoklorit dengan konsentrasi 5,25 % ; 2,65 % ; 1,31 % dan ke dalam povidon yodium dengan konsentrasi 10 % ; 1 % ; 0,5 % selama 0,5; 1; 3; 6 menit. Kemudian dibilas dengan merendam dalam larutan fisiologis NaCl steril, lalu dibiak dalam perbenihan thioglikolat,dan dieramkan pada suhu 370C selama 72 jam, untuk dilihat apakah perbenihan tetap jernih, atau menjadi keruh. Ternyata efek kedua desinfektans ini tidak berbeda bermakna. Dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini bisa digunakan untuk sterilisasi guta-perca sebelum pengisian saluran akar. Pada konsentrasi yang kecil dan dalam waktu yang singkat kedua desinfektans ini sudah cukup efektif mematikan kuman Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidar Masulili
"ABSTRAK
Kecekatan dan retensi gigi tiruan lepasan tergantung pada adaptasi yang baik dari basis gigi tiruan terhadap jaringan lunak di bawahnya. Adaptasi ini diperoleh dari kontak yang erat antara basis gigi tiruan terhadap jaringan mukosa pendukungnya. Untuk itu harus dibuat dari cetakan yang dapat merekam jaringan lunak di bawahnya secara akurat. untuk mendapatkan suatu detil pencetakan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, viskositas, kebasahan, Cara penanganan bahan cetak dan kemampuan bahan cetak untuk mengalir di atas jaringan lunak. Petunjuk tanda anatomi palatum yaitu sutura palatal median, rugae dan papilla incisif dapat dipakai untuk mendeteksi hasil cetakan. Penelitian ini, dari 15 model reproduksi cetakan palatum yang dicetak dengan bahan cetak silikon dan 15 model reproduksi cetakan palatum yang dicetak dengan bahan pasta zink oxide egenol dievaluasi dengan menentukan jumlah skor, yaitu skor rongga kosong dan skor detil jaringan dari masing-masing kelompok bahan cetak.
Pada hasil pemeriksaan kedua bahan cetak ini terlihat adanya perbedaan reproduksi detil. Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya perbedaan reproduksi detil antara bahan cetak silikon dengan bahan cetak zink oxide egenol pada jaringan lunak palatum. Kemungkinan adanya perbedaan ini dapat disebabkan pada penetapan skor tidak terlihat perbedaan yang lebih detil antara skor 1 dengan skor lainnya. Sedangkan perbedaan pada hasil pemeriksaan dapat disebabkan sifat kebasahan jaringan, kebasahan bahan cetak, adanya perbedaan efek penipisan karena sobekan, jumlah dan ukuran partikel bahan pengisi dan kompatabilitas gips dengan bahan cetak. Dengan mengetahui kemampuan hasil reproduksi kedua bahan cetak ini, secara umum untuk menambah perbendaharaan ilmu kedokteran gigi, dan khususnya meningkatkan kualitas kerja klinik. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"ABSTRAK
Inflammation is one of the body's defence mechanism against irritants, infectious agents, and injury. During its process, pain, swelling, redness, and other discomforts also occur as cardinal sign of inflammation. Therefore, people seek for medicine to encounter those effect. Sereh is one of the herb plants which have anti inflammation effect. However, effect of sereh on inflamed oral mucous has not been clinically examined. The aim of this research is to examine and to compare the influence of sereh dapur (Cymbopogon citratus) and sereh wangi (cymbopogon winterianus Jowitt) extract on inflamed oral mucous induced by Hydrogen Peroxide 10%. Thirteen wistar rats were used in this research and divided four groups; control group I (3 rats), control II (3 rats), sereh dapur extract groups (4 rats) and sereh wangi extract groups (3 rats). All rats in sereh dapur, sereh wangi and control II groups received 3x10 minutes application of Hydrogen Peroxide 10% on their vestibulum for 3 days, while rats in control group I received application of Aquadest. On the 4th day, all groups that received Hydrogen Peroxide 10% were application 3x5 minutes for 3 days for each substance. After rats have been killed, their oral mucous were processed and examined under microscope. Statistical result shows there are differences on oral mucous reaction between sereh dapur and sereh wangi extract with control groups. Based on the research result, it can be concluded that both sereh dapur dan sereh wangi can reduce oral mucous inflammation induced by Hydrogen Peroxide 10%."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa
"Latar Belakang: Prakiraan usia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia hukum dan forensik terkait permasalahan kasus eksploitasi anak di bawah umur di Indonesia. Prakiraan usia menggunakan gambaran radiologis tulang vertebra servikalis pada sefalometri dengan menilai prakiraan usia skeletal telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, namun belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis subjek penelitian. Metode: Pengukuran parameter dilakukan pada sampel data sekunder gambaran radiografis sefalometri dan panoramik pada dua kelompok sampel, yaitu sebanyak 100 orang dengan rentang usia 9-18 tahun dan kelompok kedua sebanyak 10 orang dengan rentang usia 9-11 tahun, dimulai dengan rumus prakiraan usia skeletal vertebra servikalis yang dihasilkan melalui regresi linier berganda pada kelompok pertama (n=100 orang). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan one-way ANOVA dan uji kesesuaian Bland Altman terhadap prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis serta pengujian selisih prakiraan usia pada kelompok kedua(n=10 orang) Hasil: Uji One-way ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antar semua pengukuran usia (p<0.05), sedangkan hasil uji Bland Altman menunjukkan selisih rerata antara prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia kronologis sebesar 0,0000 ± 1,34 tahun, lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih rerata antara prakiraan usia gigi dan usia kronologis sebesar 0,0937 ± 1,37 tahun pada kelompok pertama. Hasil uji t tidak berpasangan pada nilai selisih rata-rata vertebra servikalis sebesar 1,04 tahun dan usia gigi pada 2,52 tahun. Kesimpulan: Prakiraan usia skeletal vertebra servikalis menunjukkan kesesuaian yang lebih baik terhadap usia kronologis dibandingkan usia gigi terhadap usia kronologis.

Background: Age estimation plays important role in law enforcement and forensics related to the under age / children exploitation issue in Indonesia. Age estimation using radiographs of cervical vertebrae in cephalometry by estimating its skeletal age had been carried out in several previous studies, but has never been done in populations in Indonesia. Objective: To study the agreement of cervical vertebrae skeletal age estimation and dental age with the chronological age of the research subject. Methods: Measurement of parameters was performed on secondary data samples of cephalometric and panoramic radiographs consist of two groups. The first group were 100 people with 9-18 year old range and the second group were 10 people with 9-11 year old range. Starting from the skeletal age estimation of cervical vertebrae was generated using multiple linear regression analysis (n=100 people). Furthermore, a one-way ANOVA and Bland Altman's agreement test were conducted to the cervical vertebrae skeletal age estimation, dental age, and chronological age. Independent t test was conducted to test the delta of the second group (n= 10 people) Results: One-way ANOVA test showed no significant differences statistically among all age estimations (p <0.05), while the Bland Altman test showed mean difference of 0.0000 ± 1.34 years between the skeletal age estimation of cervical vertebrae and chronological age, which is lower compared to the mean difference between the dental age estimation and chronological age 0.0937 ± 1.37 years from the first group. Followed with independent t test from the delta of skeletal-chronological was 1,04 years and dental-chronological was 2,52 years. Conclusion: The skeletal age estimation of cervical vertebrae shows better agreement with chronological age compared to dental age with chronological age."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>