Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154946 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Herdiana
"Patients with lip and palate cleft often have difficulties in articulation, mastication, swallowing and esthetic problems. In general, these patients have characteristics of malocclusion that need special treatment. Interdisciplinary approach should be done. It would need long term of healing period after total reconstruction which includes physical, mental, emotional, and social conditions. Orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft consist of several stages which are the periods of infant, deciduos dentition, mixed dentition, and permanent dentition. These periods could be followed by pre-orthognatic surgical treatment if it is necessary. The principal of orthodontic treatment in patients with lip and palate cleft is to treated the malocclusion and to reduce the dysharmony that may happen due to surgical procedure which occured during growth and development periods."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada saat orang tua mendapatkan anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit, reaksi orang tua pada anak tersebut mengikuti respon dari kehilangan pada suatu nilai atau objek yang berharga. Orang tua akan mengalami shock atau kaget, frustasi dan marah terhadap apa yang sudah terjadi padanya. Saat orang tua tidak dapat menerima kenyataan mereka akan menarik diri dari situasi secara fisik atau emosi. Mereka mungkin akan menolak untuk kontak dengan lingkungan sampai pada tahap penerimaan dan mau merawat anaknya. Banyak faktor yang mempengaruhi orangtua dalam penerimaan pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal yang terdiri dari pengalaman, status emosi, spiritual, kesehatan status ekonomi dan kemampuan adaptasi. Faktor eksternal yang terdiri dari dukungan dari keluarga atau teman dan orang lain (petugas kesehatan). Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi penerimaan tersebut, penulis ingin rneneliti Faktor apa saja yang dominan didalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sederhana dengan jumlah sampel 19 orang tua yang memiliki anak dengan kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan, yang datang ke poliklinik khusus celah bibir dan langit-langit di RSAB Harapan Kita.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua tersebut dibuat nilai / skoring tertinggi dari jawaban yang diberikan responden dalam kuesioner.
Faktor yang dominan yang mempengaruhi penerimaan orang tua pada anak yang mengalami kelainan celah bibir dan langit-langit sebelum dilakukan pembedahan adalah kemampuan adaptasi individu (84%) dan dukungan dari keluarga, teman dan petugas kesehatan (63%) masing-masing dari faktor internal dan eksternal. Sedangkan factor-faktor lain adalah kesehatan fisik (74%) ,spiritual (63%), pengalaman (47%), status emosi (31%), status ekonomi (21%).
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sampai disini, tetapi dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lain yang dapat dilakukan di tempat lain dan dengan jumlah sampel yang lebih besar agar hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5084
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Handoko Utomo
"Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan gambaran kraniofasial pada masa pubertal yang sama yang dievaluasi
dengan metode cervical vertebral maturation (CVM) antara anak dengan celah
bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti
dibandingkan dengan anak tanpa celah bibir dan langit-langit.
Material dan metode: Subyek penelitian yang terdiri dari 14 anak dengan celah
bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti dan 14
anak tanpa celah bibir dan langit-langit yang berada pada masa pubertal. Periode
pubertal dievaluasi menggunakan metode cervical vertebral maturation (CVM)
yang dikembangkan oleh Baccetti et al, 2002.Dilakukan pengukuran sefalometri
linier dan angular pada sefalogram lateral dari subyek penelitian meliputi 11
variabel. Uji t tidak berpasangan dilakukan untuk mengetahui perbedaan
gambaran kraniofasial antara kedua kelompok.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada: panjang basis kranium anterior
(p=.002), panjang keseluruhan basis kranium (p=.001), panjang maksila (p=.000),
panjang mandibula (p=.000), tinggi ramus mandibula (p=.000), panjang badan
mandibula (p=.002), tinggi wajah anterior atas (p=.004). Tidak terdapat perbedaan
bermakna pada: panjang basis kranium posterior (p=.051), tinggi wajah anterior
bawah (p=.206), tinggi wajah posterior (p=.865), pola pertumbuhan/tipe wajah
(p=.202).
Kesimpulan: Kompleks nasomaksila merupakan area yang paling terpengaruh
oleh adanya celah bibir dan langit-langit unilateral

Abstract
Introduction: The purpose of this study was to evaluate craniofacial morphology
of pubertal children with complete unilateral cleft lip and palate following
labioplasty and palatoplasty.
Materials and methods: A series of 14 consecutively treated subjects with
complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty
were compared with 14 pubertal stage-matched controls with normal craniofacial
structure. Pubertal stage was determined with cervical vertebral maturation
(CVM) method improved by Baccetti et al, 2002.Lateral cephalograms were used
for comparison. An unpaired t-test was run for 14 subjects with complete
unilateral cleft lip and palate and 14 normal subjects.
Results:: There were significant cephalometric differences in anterior cranial
base length (p=.002), cranial base length (p=.001), maxillary length (p=.000),
mandibular length (p=.000), mandibular ramus height (p=.000), mandibular body
length (p=.002), and upper anterior face height (p=.004). There was no significant
cephalometric difference in posterior cranial base length (p=.051), lower anterior
face height (p=.206), posterior face height (p=.865), growth pattern/ facial type
(p=.202).
Conclusion: The maxillary complex was most affected by cleft lip and palate but
growth disturbance in chidren with complete unilateral cleft lip and palate were
not restricted only at the maxilla."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31135
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiyanti Saidah
"Panjang mandibula dapat diukur dari titik Kondilus ke titik Gnathion melalui gambaran sefalometri lateral. Panjang mandibula juga dapat diprediksi ukurannya menggunakan suatu rumusan, akan tetapi belum diketahui prediksi panjang mandibula pada anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit. Pada penelitian ini akan dibuat rumusan prediksi panjang mandibula melalui analisis vertebra servikalis 3 dan 4 yang terlihat dari gambaran sefalometri lateral.
Tujuan : Mengetahui kemungkinan penggunaan usia skeletal vertebra servikalis dalam memprediksi panjang mandibula anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit kelompok usia 9 sampai 13 tahun.
Material dan metode : Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok, masing-masing 20 anak dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit pasca labioplasti dan palatoplasti pada usia 9-13 tahun. Kelompok pertama digunakan untuk membuat rumusan prediksi panjang mandibula. Kelompok kedua digunakan untuk menguji rumusan yang telah didapat pada kelompok pertama. Usia skeletal ditentukan dari analisis vertebra servikalis 3 dan 4 sesuai dengan metode Mito, 2003. Uji pada kelompok pertama menggunakan analisis regresi yang menghasilkan suatu persamaan linier, dan uji pada kelompok kedua digunakan uji t berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara pengukuran langsung dan penghitungan menggunakan rumusan.
Hasil : Dari kelompok pertama, diperoleh rumusan prediksi panjang mandibula 96,079 + 0,516 x usia skeletal (dalam satuan millimeter) dengan R2 sebesar 2,0%. Pada kelompok kedua, terdapat perbedaan bermakna antara sub kelompok pengukuran langsung dan sub kelompok penghitungan menggunakan dengan rumusan (p=0,001).
Kesimpulan : Usia skeletal hanya menyebabkan sebagian kecil variasi panjang mandibula (2%), sedangkan 98%-nya merupakan faktor-faktor risiko lain seperti faktor tumbuh kembang, faktor genetika dan faktor lingkungan. Sehingga persamaan yang diperoleh, tidak dapat digunakan dalam memprediksi panjang mandibula pada anak usia 9-13 tahun dengan celah bibir dan langit-langit unilateral komplit.

Introduction : The mandibular length can be measured from Condylus point to Gnathion point using lateral cephalograms. The mandibular length also can be predicted using a formula, but there are still no formulas for predicting the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate. In this study, the formula for predicting mandibular length will be derived by analyzing the third and fourth cervical vertebrae (CV 3 and CV 4).
Objective : The purpose of this study was to assess the possibility of using cervical vertebrae bone age to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate following labioplasty and palatoplasty between 9 and 13 years of age.
Methods : The subjects were 2 groups of 40 children, one group to derive a formula for predicting mandibular length, the other to compare actual values and predicted values. The cervical vertebrae bone age was calculated from CV 3 and CV 4 according to the method of Mito, 2003. A regression analysis was used to determine a formula for predicting mandibular length in group one. In group two, an paired t-test was run for 10 subjects with actual values and 10 predicted values subjects.
Results : In group one, the formula for predicting mandibular length was 96,079 + 0,516 x bone age (in millimeters) with R2 of 2,0%. In the group two, there was significant mandibular length difference between actual and predicted values (p = 0,001).
Conclusion : Cervical vertebrae bone age affected only 2% of a mandibular length variation, while 98% were affected by other risk factors such as growth factors, genetic factors and environmental factors. The formula might not be used to predict the mandibular length of children with complete unilateral cleft lip and palate between 9 and 13 years of age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Inunu
"Latar Belakang: Pertumbuhan nasofaring merupakan hal penting dalam evaluasi keseimbangan komponen velofaringeal dan dapat dievaluasi menggunakan titik acuan sefalometri pada tulang-tulang penyusun struktur nasofaring. Tujuan: Mengevaluasi karakteristik pertumbuhan nasofaring pada kasus celah bibir dan langit-langit pasca pembedahan Metode: pada sefalogram pasien UCLP pasca pembedahan ditentukan titik PMP (maksila posterior), Ho (hormion) dan At (atlas), dan dihubungkan menjadi segitiga nasofaring. Segitiga tersebut diproyeksikan terhadap sumbu vertikal dan horizontal. Hasil proyeksi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan secara longitudinal pada usia 5-7 dan 10-12 tahun. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Wilcoxon. Hasil: titik PMP pada pasien UCLP terletak lebih superoposterior meskipun segitiga tetap tumbuh harmonis Kesimpulan: pasien UCLP memiliki pola pertumbuhan yang harmonis meskipun bagian posterior maksila terletak lebih superoposterior

Background: Nasopharyngeal growth is essential to the functional balance of velopharyngeal component, and could be evaluated from the bony nasopharynx landmark on a lateral cephalogram Purpose: To evaluate the nasopharyngeal growth’s characteristics on the operated UCLP cases Method: The bony nasopharynx landmarks were traced on the cephalogram as PMP (posterior maxillary points), Ho (hormion) and At (atlas), and being interconnected as a nasopharyngeal triangle, and being projected on the vertical and horizontal axis. The projection results were compared between UCLP and control groups and longitudinally at the age of 5-7 and 10-12. The results were analyzed statistically with Mann-Whitney and Wilcoxon tests. Result: PMP points on the UCLP cases were located more superoposteriorly with a harmonious growth of the triangle Conclusion: the operated UCLP patient has a harmonious nasopharyngeal growth despite from the superoposteriorly located PMP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Widya Utami
"Latar Belakang: Keseimbangan dan harmoni gambaran wajah merupakan tujuan utama dari penatalaksanaan bedah pada pasien dengan celah bibir. Berbagai metode operasi untuk celah bibir unilateral telah tersedia. Labioplasti metode Cronin pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral menghasilkan bibir yang simetris dengan jaringan parut seminimal mungkin.
Tujuan: Evaluasi kesimetrisan bibir pada pasien celah bibir dan langit-langit unilateral pasca labioplasti metode Cronin sesuai protap yang berlaku di Unit Celah Bibir dan Langit-langit Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta.
Metode: Pasien celah bibir dan langit-langit unilateral 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun pasca labioplasti dengan metode Cronin sebanyak 36 orang dinilai kesimetrisan bibir secara antropometri dengan fotograf yang telah terstandarisasi dari 2 aspek, yaitu anterior dan lateral. Bibir pada sisi celah diukur dan dibandingkan dengan sisi non celah.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jarak ac ke komisura ipsilateral (p = 0.387) dan jarak puncak cupid?s bow ke komisura ipsilateral (p = 0.933) pada sisi celah dan non celah. Terdapat perbedaan bermakna jarak sbal ke puncak cupid?s bow (p = 0.007) antara sisi celah dan non celah pada 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan pasca labioplasti.
Kesimpulan: Kesimetrisan bibir pada sisi celah dan non celah pasca labioplasti dengan metode Cronin berdasarkan rasio pengukuran antropometri dengan fotograf yang telah terstandarisasi dapat dicapai sempurna pada 1 tahun pasca labioplasti.

Background: Balance and harmony of facial features are the goal of surgical treatment for patients with cleft lip. Various methods of surgery for unilateral cleft lip had been provided. Labioplasty Cronin method in patients with unilateral cleft lip and palate produce symmetrical lips with minimal scarring.
Objective: Evaluation lip symmetry post labioplasty Cronin method in patients with unilateral cleft lip and palate based on standard operating procedure in Cleft Center Harapan Kita General Hospital.
Material and Methods: Thirty-six patients with unilateral cleft lip and palate after performing labioplasty Cronin method were photographed on anterior and lateral side by a standardized method 2 weeks, 1 month, 3 months, 6 months, and 1 year after surgery. Lips on the cleft side were measured and compared with the opposite side.
Results: There were no significant differences the length of ac to ipsilateral commissure (p = 0.387) and the distance of the peak cupid's bow to the ipsilateral commissure (p = 0.933) on cleft and norm side. There are significant differences the length of sbal to the Cupid's bow peak (p = 0.007) between cleft and norm side at 2 weeks, 1 month, 3 months, and 6 months post labioplasty.
Conclusion: Symmetrical lip post labioplasty with Cronin method at cleft and non cleft side based on the ratio of anthropometric measurements with standardized photographs can be accomplished perfectly in 1 year after labioplasty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maharddhika
"Latar Belakang: Labioplasti dan palatoplasti merupakan tindakan definitif dalam tatalaksana celah bibir dan langit-langit. Pasca tindakan pembedahan, rata-rata ditemukan konstriksi lengkung gigi dalam arah antero-posterior dan lateral. Tujuan: Mengevaluasi dimensi lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti menggunakan model studi pada usia 5 tahun. Metode: Dilakukan pencetakan model studi rahang atas dan bawah pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti, kemudian dilakukan pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior serta panjang lengkung gigi rahang atas dan bawah. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi rahang atas antara kelompok kontrol, UCLP dan BCLP. Kesimpulan: Gangguan tumbuh kembang lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti tercermin pada model studi saat pasien berusia 5 tahun

Background: Labioplasty and palatoplasty has been becoming the mainstay of treatment in cleft patients. Dental arch constriction in lateral and antero-posterior direction was among the most frequently encountered feature in the operated cases. Purpose: To evaluate the dental arch dimension of operated UCLP and BCLP cases by using dental cast at five years of age Method: dental arch dimensions were measured from the dental cast of the operated UCLP and BCLP cases. The results were compared between both group and a control group consisted of normal subjects. The statistical analysis was performed with Mann-Whitney and Kruskall-Wallis test. Results: There were statistically significant differences on the upper dental arch dimensions between those groups. The differences were also observed at the lower dental arch but not statistically significant. Conclusion: Dental arch constriction of the operated cases of UCLP and BCLP could be observed from the dental cast at five years of age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Hapsari
"Latar belakang: Pasien celah bibir dan langit-langit (CLP) memiliki karakteristik ukuran maksila dan mandibula yang lebih kecil, posisi maksila dan mandibula yang retrognati, dimensi faring yang lebih kecil, dan posisi tulang hyoid yang lebih inferior. Gangguan pada struktur wajah dan jalan napas ini meningkatkan risiko gangguan napas saat tidur terutama Obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA merupakan gangguan tidur berupa episode berulang sumbatan jalan napas baik parsial dan total. OSA pada anak berakibat gangguan perkembangan, gangguan kognitif, kelelahan di siang hari, gangguan perilaku, dan komplikasi kardiovaskular. Walaupun memiliki banyak dampak negatif, OSA pada anak-anak terutama pada pasien CLP kurang menjadi perhatian.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan struktur wajah dan jalan napas secara sefalometri terhadap risiko terjadinya OSA pada pasien CLP.
Metode: Sefalometri lateral dari 18 pasien celah bibir dan langit-langit pasca labioplasti dan palatoplasti baik unilateral maupun bilateral dengan usia 6 sampai 8 tahun di poli CLP RSAB Harapan Kita di-tracing. Orang tua atau wali pasien mengisi kuesioner uji tapis OSA Brouillette dan Pediatric Sleep Questionnaire. Hasil tracing dan kuesioner dilakukan uji korelasi Spearman dan Kendall.
Hasil: Pasien CLP memiliki dimensi faring yang lebih kecil, maksilomandibular retrognati, ukuran maksila dan mandibular yang pendek, posisi hyoid yang lebih anterior dan adenoid yang besar. Dari kuesioner Brouillette tidak didapatkan risiko OSA pada pasien CLP. Satu pasien CLP memiliki risiko tinggi OSA dari hasil kuesioner PSQ. Semua variabel sefalometri tidak memiliki korelasi bermakna dengan risiko OSA (p>0,05).
Kesimpulan: Penelitian ini tidak mendapatkan adanya korelasi antara variabel-variabel sefalometri dengan risiko OSA walaupun hasil analisis sefalometri mendukung terjadinya OSA.

Background: Cleft lip and palate (CLP) patients have characteristic of smaller maxilla and mandible, bimaxillary retruded, smaller pharyngeal dimension, and inferiorly position hyoid. Facial structural and airway abnormalities increase sleep-disordered breathing especially obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA is a sleep disturbance characterized by repeated episodes of total or partial upper airway obstruction. OSA in children results in developmental disorders, cognitive impairments, daytime fatigue, behavioral disorders, and cardiovascular complications. Although it has many detrimental effects, OSA in children especially in CLP patients is underrecognized.
Objective: This study aims to determine the relationship between cephalometric facial and airway structures and the risk of OSA in CLP patients.
Methods: Lateral cephalometry of 18 patients with cleft lip and palate which had undergone labioplasty and palatoplasty according to treatment protocol, both unilateral and bilateral, aged 6 to 8 years in cleft lip and palate clinic, Harapan Kita Hospital were traced. Patient’s parent were asked to fill out Brouillette's questionnaire and the Pediatric Sleep Questionnaire. Spearman and Kendall correlation test were used to asses the colleration cephalometric analysis and questionnaires’ result.
Results: CLP patients have smaller pharyngeal dimensions, bimaxillary retruded, shortened maxillary and mandibular length, anteriorly positioned hyoid and relatively large adenoids. Brouillette failed to demonstrate OSA risk in CLP patients. One CLP patient has a high risk of OSA from the results of the PSQ questionnaire. All cephalometric variables did not have a significant correlation with OSA risk (p> 0.05).
Conclusion: This study did not show any correlation between cephalometric variables and OSA risk, although the results of cephalometric analysis supported the occurrence of OSA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Latif
"ABSTRAK
Tujuan: Untuk menganalisis perbedaan sefalometri morfologi wajah di antara orang dewasa dengan UCLA, UCLP, BCLA dan BCLP yang tidak dioperasi dibandingkan dengan kelompok kontrol (non-cleft). Bahan dan metode: Penelitian retrospektif ini menganalisis sefalogram dari subjek dengan UCLA (n= 160), UCLP (n=59), BCLA (n=21) dan BCLP (n=13) dibandingkan kelompok kontrol/non-cleft (n= 52). Sefalogram dipindai pada 16-bit scanner flat bed (EPSON Expression 10000XL) pada resolusi 300 dpi. Semua sefalogram yang diubah menjadi digital oleh seorang pengamat komersial memakai software (Viewbox 3 dhal Software, Kiffisia, Yunani). Sefalometri dianalisis sesuai dengan protokol modifikasi Eurocleft. Perbedaan sefalometri morfologi wajah di antara mereka dianalisis secara statistik. Hasil: Posisi maksila (s-n-ss/SNA), posisi mandibula (S-N-Pg) dan hubungan rahang sagital (ss-n-sm/ANB) berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol dan semua kelompok cleft (nilai p antara 0.001 dan 0.042); kelompok cleft sudutnya lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Posisi maksila dan mandibula arah antero posterior berbeda antara kelompok UCLA dan UCLP, juga antara kelompok BCLA dan BCLP. Inklinasi gigi insisif atas terhadap palatal plane (ILS/NL) dan sudut interincisal tidak berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol dan semua kelompok cleft. Kesimpulan: Pada kelompok cleft dewasa yang tidak dioperasi, rahang atas menunjukkan secara morfologis lebih ke depan (s-n-ss / SNA) daripada kelompok kontrol. Morfologi wajah kelompok cleft dewasa yang tidak dioperasi tampaknya dapat tumbuh normal pada arah anteroposterior. Setiap jenis cleft memiliki karakteristik sefalometri morfologi sendiri.

ABSTRACT
Objective: To analyze cephalometric facial morphology among adult, unoperated UCLA, UCLP, BCLA. BCLP and the control group (non-cleft). Materials and methods: This retrospective study analyzed the cephalograms of 160 subjects with UCLA, 59 with UCLP, 21 with BCLA, 13 with BCLP and 52 the control (non-cleft group). The cephalograms were scanned on a 16-bit flatbed scanner (EPSON Expression 10000XL) at a resolution of 300 dpi. All cephalograms were digitized by one observer with commercially available software (Viewbox 3 dHal Software, Kiffisia, Greece). The lateral cephalograms were analyzed according to a modified Eurocleft protocol. Differences in cephalometric facial morphology among them were analyzed statistically. Results: Maxillary prominence (s-n-ss/SNA), mandibular prominence (S-N-Pg) and sagittal jaw relationship (ss-n-sm/ANB) differed significantly between the control group and all cleft groups (p-values between 0.001 and 0.042), being larger in the cleft groups. Maxillary and mandibular prominence differed between UCLA and UCLP and either BCLA and BCLP. Upper incisor inclination to palatal plane (ILS/NL) and the interincisal angle did not differ significantly between the control and all cleft groups. There was also no significant difference between the unilateral cleft groups and between the bilateral cleft groups. Conclusions: In the adult unoperated cleft groups, the maxilla showed more prominent (s-n-ss/SNA) than the control group. The facial morphology of adult untreated cleft groups seems potentially normal development in anteroposterior direction. Each type of cleft has its own characteristic cephalometric morphology"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Hetty Juli
"Latar Belakang : Perawatan pada pasien - pasien dengan kasus celah bibir dan langit-langit unilateral melalui beberapa tahap serta kerjasama dari beberapa disiplin ilmu yang saling terkait agar hasil yang diperoleh optimal. Tindakan Alveolar Bone Grafting (ABG) adalah salah satu prosedur yang paling penting pada penanganan pasien ini. ABG sangat mempengaruhi erupsi dari gigi geligi dan stabilitas rahang atas pada pasien dengan celah bibir dan langit - langit unilateral. Hal ini menimbulkan banyak keluhan pada pasien sendiri maupun keluarganya.
Tujuan : Penelitian ini mengevaluasi pengaruh penatalaksanaan alveolar bone grafting sesuai protap di RSAB Harapan Kita Jakarta terhadap besarnya nilai deformitas nasal secara antropometri melalui photogrammetri, serta melihat hasil akhir estetik yang proporsional pasca tindakan alveolar bone grafting sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi protokol tata laksana yang tetap terhadap pasien - pasien celah bibir dan langit - langit.
Metode : Pasien celah bibir dan langit - langit unilateral pasca alveplar bone grafting dilakukan evaluasi deformitas nasal secara antropometri melalui photogrammetri dari 3 aspek yaitu: anterior,lateral dan basal.
Hasil : Pengukuran antropometri secara photogrammetri dari 3 aspek dengan landmark sebanyak 14 titik dan item jarak sebanyak 11. Evaluasi terhadap upper lip length, upper lip projection dan nostril sill elevation pada sisi non cleft dan sisi cleft. Dari uji t-test pengukuran pada upper lip length dan upper lip projection menunjukkan hasil yang bertambah secara signifikan. Dilakukan uji koreksi dengan Fisher Exam Test dengan nilai 1.
Diskusi : Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian pengukuran antropometri secara photogrammetri hasil operasi pasca bone graft pasien celah bibir dan langit - langit unilateral dan menunjukkan hasil akhir estetik yang proporsional dengan nilai yang kecil.
Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa protokol tata laksana pasien celah bibir dan langit - langit di Unit Celah Bibir dan Langitan RSAB Harapan Kita Jakarta memberikan hasil yang memuaskan terhadap pasien dan keluarganya dengan melihat terjadinya deformitas pada nasal dan bibir yang tidak begitu besar serta dihasilkannya estetik yang proporsional.

Background : Rehabilitation of patients with unilateral cleft lip and palate requires multi steps and coordination of multidisciplinary science and connecting to produce an optimal result. Alveolar Bone Grafting (ABG) is an important procedure in the treatment of this patients. ABG extremely to influence of the erupting teeth and the stability of the maxilla in patients with unilateral cleft lip and palate. Many complains appearance about this for patient either the family.
Aims : To evaluated the effect of alveolar bone grafting procedure at Cleft Center Harapan Kita General Hospital in order to see the broad value of nasal deformity from anthropometry with photogrammetry and aesthetic proportional patients with unilateral cleft lip and palate. To make a decision that the correct protocol for the treatment in this case.
Method : Patients with unilateral cleft lip and palate post alveolar bone grafting procedure received evaluating of nasal deformity investigated with anthropometry by photogrammetry from 3 aspect: anteriorly, laterally, and basal.
Result : Anthropometry measurement by 3 aspect of photogrammetry with landmark to consist of 14 point and 11 distance item. Evaluation of upper lip length, upper lip projection, and nostril sill elevation at cleft site and non cleft site. t-test showing that the value of upper lip length and upper lip projection is significantly increase. We do the correction test with Fisher exam test with value is 1.
Discussion : This study is showing an adaption between anthropometry measurement with photogrammetry of patients with unilateral cleft lip and palate with the result after post alveolar bone grafting procedure and aesthetic proportional as final result with small value.
Conclusion : We conclude that treatment protocol the patients with unilateral cleft lip and palate at Cleft Center Harapan Kita General Hospital to give some satisfied to patients itself and the family based on a small of nasal deformity at lip and the final result of aesthetic proporsional.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>