Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Lenggogeny
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK). Interleukin-1β merupakan sitokin pro-inflamasi utama yang dapat ditemukan pada kedua penyakit ini.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar interleukin-1β dalam cairan sulkus gingiva (CSG) penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Pemeriksaan klinis 40 subjek PJK dan 40 subjek non PJK, pemeriksaan laboratorium kadar Interleukin-1β dengan ELISA.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna Interleukin-1β antara penderita PJK dan non PJK (p>0,05); tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar Interleukin-1β dengan status periodontal penderita PJK dan non- PJK (p>0,05).
Kesimpulan: Kadar Interleukin-1β penderita PJK tidak memiliki hubungan dengan status periodontal.

Background: Periodontitis is a risk factor for coronary heart disease. Interleukin-1β as a pro-inflammatory main cytokine, can be found in this both diseases.
Objective: To analyze the relationship of interleukin-1β levels in CSG CHD and non-CHD patients with periodontal status.
Methods: Clinical Examination for 40 Subject CHD and 40 controls was checked, laboratory test for measured the levels of Interleukin-1β with ELISA.
Results: There were no significant differences between patients Interleukin-1β CHD and non-CHD (p>0.05); there is no significant difference between the levels of Interleukin-1β with periodontal status CHD and control patients (p>0.05).
Conclusions: Levels of Interleukin-1β of CHD patients do not have a relationships with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosy Valensia
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kelainan penyempitan pembuluh darah arteri jantung yang berhubungan dengan akumulasi lokal dari lipid, dalam bentuk kolesterol dan trigliserid. Penyakit periodontal merupakan inflamasi kronis yang berperan dalam perkembangan PJK. Pada periodontitis dilaporkan terjadi perubahan profil lipid berupa peningkatan kadar kolesterol dan LDL dalam darah.
Tujuan: Menganalisis hubungan kadar kolesterol dalam darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolesterol.
Hasil: Kadar kolesterol darah penderita PJK berbeda dengan non PJK. Terdapat hubungan antara kadar kolesterol darah dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kolesterol darah pada non PJK lebih tinggi daripada penderita PJK. Kadar kolesterol darah penderita PJK berhubungan dengan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan. Kadar kolesterol darah non PJK berhubungan dengan kedalaman poket.

Background: Coronary heart disease (CHD) is an abnormal narrowing of heart arteries associated with local accumulation of lipids, in the form of cholesterol. Periodontal disease is a chronic inflammatory that sugested link to the development of CHD. In periodontitis have been reported changes in lipid profile, include increased of cholesterol and LDL levels of blood.
Objective: to analyse correlation between blood cholesterol level with periodontal status of CHD patients and control group.
Methods: Periodontal status of 6 CHD patient and 40 control group was measured. Measurement of blood cholesterol level on both group.
Result: Blood cholesterol level in CHD patients differ from control group. Blood cholesterol level associated with periodontal status.
Conclusion: Blood cholesterol level in control group higher than CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth and clinical attachment loss in CHD patients. Blood cholesterol level positively associated with pocket depth in control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Suci Yunita
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan penyempitan arteri koronaria jantung, terdapat hipotesis mengenai infeksi periodontal yang dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya PJK. Alkaline phosphatase (ALP) sebagai penanda inflamasi akan meningkat pada aterosklerosis dan penyakit periodontal.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar ALP dalam saliva pada penderita PJK dan non PJK dengan status periodontal.
Metode: Saliva dari 104 subjek diambil sebanyak 1 ml, kadar ALP dianalisis menggunakan Abbott architect ci4100.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ALP dalam saliva antara penderita PJK dan non PJK.
Kesimpulan: ALP dalam saliva pada penderita PJK lebih tinggi daripada non PJK dan tidak ada hubungan ALP dengan status periodontal.

Background: Coronary heart disease (CHD) is a disease that causes narrowing of the coronary arteries. Currently, there is a hypothesis regarding periodontal infection that increase risk for heart disease. Alkaline phosphatase (ALP) as a marker of inflammation will increase in atherosclerosis and periodontal disease.
Objective: To analyze the relationship between the levels of alkaline phosphatase in saliva with periodontal status in patients with CHD and non CHD.
Methods: saliva of 104 subjects were taken, each 1 ml, and levels of Alkaline Phosphatase was analyzed using Abbott ci4100 architect.
Results: No significant difference of Alkaline Phosphatase levels in saliva between CHD patients and non CHD.
Conclusion: The level of ALP in saliva was higher in patients with CHD and no association between ALP level and periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Ibrahim Ahmad
"Latar Belakang: Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan penyakit jantung koroner (PJK), namun hubungan status periodontal penderita PJK dengan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) sebagai faktor risiko aterosklerosis penyebab PJK belum diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kadar LDL dengan status periodontal PJK.
Metode: 60 penderita PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal (PBI, PPD, CAL) dan darah perifer untuk dinilai kadar LDL.
Hasil: Ditemukan perbedaan kadar LDL (p=0,005) antara PJK dengan non PJK, korelasi kadar LDL dengan PPD (p=0,003) dan CAL (p=0,013) pada penderita PJK, dan PPD (p=0,001), CAL (p=0,008) pada non PJK, namun tidak ada korelasi kadar LDL dengan PBI (p=0,689) pada penderita PJK, PBI (p=0,302) pada non PJK.
Kesimpulan: Terdapat korelasi antara kadar LDL dengan status periodontal.

Background: Studies found an association between periodontitis and coronary heart disease (CHD), but relationship between periodontal status CHD patients with LDL (Low Density Lipoprotein) levels, as risk factors for atherosclerosis, has not been studied.
Objective: To analyze relationship between LDL and periodontal status CHD.
Methods: Periodontal status of 60 CHD, 40 controls wasd examined (PBI, PPD, CAL) and their blood was taken to assess levels LDL.
Result: Found significant differences LDL (p=0.005), correlation LDL with PPD (p=0.003) and CAL (p=0.013) CHD, and PPD (p=0.001), CAL (p=0.008) non-CHD, but no significant correlation LDL with PBI (p=0.689) CAD and PBI (p=0.320) non-CAD.
Conclusion: There is a correlation between the LDL level with periodontal status.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widodo
"Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada penyakit jantung koroner telah meluas dari suatu pandangan yang semula etiologi utama karena lemak yang abnormal menjadio proses inflamasi termasuk periodontitis. Tannerella forsythia adalah bakteri negatif Gram, anaerob, berbentuk batang fusiform yang diduga berperan pada kedua penyakit tersebut. Tujuan: Menganalisis perbedaan kuantitatif T.forsythia pada plak gigi dengan status periodontal pada penderita PJK dan non PJK. Metode: 66 pasien PJK dan 40 kontrol diperiksa status periodontal dan diambil sampel plak subgingiva dan kuantitatif T.forsythia dihitung dengan menggunakan metode real time polymerase chain reaction. Hasil: Kuantitatif T.forsythia PJK tidak berbeda dengan non PJK. Tidak terdapat hubungan antara T.denticola dengan perdarahan gingival, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis pada penderita PJK dan non PJK. Kesimpulan: Kuantitatif T.forsythia penderita PJK tidak berbeda dengan penderita non PJK. Kuantitatif T.forsythia tidak berhubungan dengan status periodontal.

The pathogenesis of the development of atherosclerosis in subjects with coronary heart disease has evolved to the extent where abnormal fat accumulation was no longer the culprit, but rather a certain inflammatory process, including periodontitis. Tannerella forsythia is a Gram-negative anaerobic bacteria, with fusiform rod shape, that has played a role in inducing the development of both diseases. Objective : The aim of this study was to analyze the difference in quantitative measurement of Tannerella forsythia accumulated in the plaque and the periodontal status of subjects with and without coronary heart disease. Tannerella forsythia was counted by utilizing the Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Methods: Periodontal status of 66 CHD patients and 40 controls was obtained. Subgingival plaque was isolated. Tannerella forsythia level were measured using real-time PCR. Result: Tannerella forsythia level of CHD patients (-6,29 log10 CFU/ml) was significantly different from control (-19,63 log10 CFU/ml). Tannerella forsythia was not significntly associated with any periodontal status (p<0.05). Conclusion: Tannerella forsythia levels of CHD patients were higher than control. Tannerella forsythia was not associated with any periodontal status."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Rustan
"ABSTRAK
Tujuan:
Untuk mengetahui hubungan antara kadar kromium serum dengan kadar insulin, gula darah, HbAlc, profit lipid dan tingkat oklusi koroner pada penderita baru penyakit jantung koroner.
Tempat : Bagian Cath-Lab RS Jantung Harapan Kita.
Bahan dan Cara:
Penelitian dilakukan pada laki-laki di atas usia 35 tahun yang memenuhi kriteria dikumpulkan data mengenai sosio-ekonomi, keadaan kesehatan, gaya-hidup, aktivitas, IMT, asupan makanan, proporsi zat dan pemeriksaan tekanan darah, kadar kromium serum, insulin, gula darah, HbAlc, profil lipid dan tingkat oklusi koroner.
Karakteristik subyek disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik chi kuadrat, t, Mann Whitney, dan uji korelasi Spearman.
Hasil:
Dari 65 subyek penelitian yang diteliti, umur rata-rata 51.17 + 7.44 tahun, terbanyak (60 %) antara 40 - 55 tahun, 73.9% golongan ekonomi menengah atas, prevalensi DM 13.8%, Hipertensi 16.9%, Merokok 69.2%, olahraga 28%, Obese dan gemuk 52.3%, aktivitas ringan 100%. Asupan nutrisi secara kualitatif sesuai dengan anjuran diit Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia, secara kuantitatif subyek dengan tingkat oklusi > 50%, mempunyai asupan protein hewani dan kolesterol yang lebih besar secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan subyek dengan tingkat oklusi < 50%, dan telah jauh di atas AKG. Nilai rata-rata kromium serum 8.08 ug/L. Nilai ini 431 lebih rendah dari nilai normal. Nilai insulin, gula darah puasa dan trigliserida masih berada dalam batas normal. Nilai HbAlc, LDL, HDL dan Total kolesterol berada dalam batas yang diwaspadai. Berdasarkan Triad Lipid 98.5% menderita Dislipidemia.
Berdasarkan tingkat oklusi koroner, didapatkan 44 orang subyek dengan tingkat oklusi >50%, dan 21 orang dengan tingkat oklusi <50% . Subyek dengan tingkat oklusi >50% mempunyai kadar LDL dan total kolesterol yang lebih besar secara bermakna. Kadar kroaium, insulin, gula puasa, HbAlc, trigliserida dan HDL kolesterol tidak berbeda secara bermakna. Pada tingkat oklusi koroner <50%, tidak ada korelasi yang bermakna antara kromium serum dengan faktor-faktor resiko. Pada tingkat oklusi koroner >50% ada korelasi yang bermakna kromium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol.
Kesimpulan:
Tidak ada hubungan antara kromium serum dengan kadar gula puasa, profil lipid dan tingkat oklusi koroner. Pada tingkat oklusi > 50% ada korelasi yang bermakna antara kroaium serum dengan gula puasa, trigliserida dan HDL kolesterol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqah Indri Amalia
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang ada kaitannya dengan faktor gizi serta memiliki kontribusi besar dalam tingkat mortalitas di Indonesia. Melalui penelitian dengan disain studi cross sectional diharapkan dapat diketahui hubungan antara karakteristik demografi (status migrasi dan lokasi tinggal), asupan makanan (asupan energi, karbohidrat, lemak, kolesterol, serat dan asupan gorengan per hari), aktivitas harian (tingkat aktivitas fisik dan waktu tempuh) dan status gizi (Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut) dengan tingkat risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada karyawan laki-laki berusia 30 tahun ke atas di Perusahaan Alat Berat, Cikarang. Data diambil dengan metode wawancara untuk karakteristik demografi. Asupan makanan diketahui dengan wawancara menggunakan semi-kuantitatif FFQ, dan aktivitas fisik dengan wawancara menggunakan adaptasi kuesioner GPAQ versi 2. Tingkat risiko PJK diukur dengan metode skor Framingham data diperoleh dari hasil medical check-up bersama dengan data status gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat risiko PJK sebesar 12% dan masuk dalam kategori tingkat risiko sedang. Hubungan tingkat risiko penyakit jantung ditemukan bermakna secara statistik dengan status migrasi (p = 0,007), lokasi tinggal (p = 0,013), asupan gorengan per hari (p = 0,016), waktu tempuh (p = 0,036), IMT (p = 0,031) dan lingkar perut (p = 0,024).

Coronary Heart Disease (CHD) is one of non-communicable disease related to nutrition factors and contribute to high rate mortality in Indonesia. This research using cross-sectional study and aims to know the association between demographic characteristic (migration status and household location), food consumption (consumption of calorie, carbohydrate, fat, cholesterol, fiber and fried foods), daily activity (physical activity level and travel duration), nutritional status (BMI and waist circumference) with risk of coronary heart disease which defined by Framingham Score in male employee of Heavy Equipment Company, Cikarang. Data collected by interview method in order to know demographic characteristic and also to know daily food consumptions using semi-quantitative FFQ and level of physical activity using adopted GPAQ version 2. Risk of CHD and nutritional status known from respondent medical check-up status. The results of this research show that mean of CHD risk is 12% and it classified as moderate risk of CHD. This research find out that there are significant statistical association between risk of CHD with migration status (p = 0,007), home location (p = 0,013), daily consumption of fried foods (p = 0,016), travel time (p = 0,036), BMI (p = 0,031) and waist circumference (p = 0,024)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Cahaya
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena aliran darah ke jantung tersumbat akibat aterosklerosis. Dental kalkulus terjadi sebagai konsekuensi supersaturasi saliva terutama oleh kalsium fosfat. Peningkatan kadar kalsium dalam saliva adalah kharakteristik periodontitis. Hipotesis yang penting dalam kardiologi adalah infeksi kronik berkontribusi pada aterosklerosis.
Tujuan: Menganalisis keterkaitan antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Metode: Pemeriksaan Kalkulus Indeks pada 60 subjek penderita PJK dan 40 subjek kontrol serta pengambilan sampel saliva dan darah yang kemudian dianalisis di Laboratorium Klinik.
Hasil: Tidak terdapat korelasi bermakna dengan p>0,05 antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus pada PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva dan darah penderita PJK tidak berhubungan dengan akumulasi kalkulus. Penelitian lebih jauh perlu dilakukan.

Background: Coronary Artery Disease (CAD) or Coronary Heart Disease (CHD) is a disease that happened because of blood flow being blocked by atherosclerosis. Dental calculus had happened as a consequence of saliva supersaturation by calcium and phosphate. Increasing salivary calcium levels is characteristic of periodontitis patients. An important hypothesis in Cardiology is chronic infections contribute in atherosclerosis.
Objective: To analyse the correlation between calcium and phosphate levels to calculus accumulation on CHD patients.
Method: Calculus index examination on 60 CHD patients and 40 non CHD patient. Collecting saliva and blood serum and then be analysed.
Result: Correlation analysis between calcium and phosphate levels with calculus accumulation in patients with CHD and non-CHD showed no significant p value, p> 0.05.
Conclusion: There are no correlation between calcium levels and phosphate levels with calculus accumulation in CHD patients. Further research need to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Wijaya
"Latar Belakang: Kerusakan jaringan periodontal terjadi karena inflamasi terhadap invasi bakteri. Human beta defensin-1 adalah peptida antimikroba dan pertahanan pertama terhadap infeksi.
Tujuan Penelitian: Membandingkan kadar ekspresi HBD-1 antara kelompok periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal
Bahan dan Metode: Kadar HBD-1 dari 94 sampel CKG subjek periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal diukur dengan ELISA
Hasil: Analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar HBD-1 antara periodontitis kronis dengan normal (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara periodontitis agresif dengan normal, dan antara periodontitis kronis dengan periodontitis agresif.
Kesimpulan: Kadar HBD-1 pada CKG menurun pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Background: Periodontal disease is happened because inflammation reaction ro bacterial invasion. Human beta defensin-1 (HBD-1) is antimicroba peptide which regulate the first defense mechanism.
Objectives: To compare level of HBD-1 between chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group.
Material and Methods: Level of HBD-1 from GCF sample of chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group were assessed with ELISA.
Results: Mann-Whitney analysis show different level of HBD-1 expression between chronic periodontitis and normal (p<0,05) and there was no significant difference (p>0,05) between aggressive periodontitis and normal, and between chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Conclusion: Level of HBD-1 in GCF decreased in chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>