Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prawidya Hariani Rs
"Perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia merupakan proses dari aglomerasi ekonomi yang sangat besar dan biasanya diawali dari perkembangan meningkatnya skala produksi sektor industrI manufaktur. Aspek lokasi sangat penting dalam tahapan pembangunan ekonomi dari suatu negara. Aspek ruang memiliki dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic landscape) yang menjadi sangat penting dalam kerangka teori ekonomi pembangunan. Aspek ini dapat dianalisis dari ekonomi spasial dengan melihat dampak yang ditimbulkan dari konsenytasi ekonomi dan penduduk melalui proses aglomerasi ekonomi.
Dengan menggunakan data panel dari tahun 2000-2012 pada 27 kota besar di Indonesia, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penentu dari konsentrasi ekonomi dan penduduk di Indonesia. Penelitian ini juga melakukan analisis pengaruh dari aglomerasi ekonomi di wilayah perkotaan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode estimasi OLS Panel Data untuk model konsentrasi ekonomi dan penduduk, serta GMM untuk model Pertumbuhan Ekonomi yang dipengaruhi oleh aglomerasi perkotaan di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk aglomerasi yang terjadi pada wilayah perkotaan adalah jenis lokalisasi ekonomi dan berkembang menjadi urbanisasi ekonomi. Kondisi ini didorong oleh variabel PDRB signifikan terhadap produktifitas output sebagai representasi dari konsentrasi ekonomi. Semakin ke wilayah dataran rendah/pinggir pantai maka konsentrrasi ekonomi menjadi lebih tinggi. Variabel tenaga kerja dengan pendidikan tinggi dan produktifitas dari modal juga memiliki hubungan yang positif dengan konsentrasi ekonomi di wilayah perkotaan Indonesia.
Konsentrasi penduduk dengan variabel city rank dipengaruhi oleh pendapatan per kapita, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan belanja pemerintah. Semakin ke Pulau Jawa maka konsentrasi penduduk perkotaan di Indonesia akan semakin tinggi. Jadi orang memilih untuk tinggal di kota karena memiliki peluang untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar, dibanding wilayah pinggiran. Kota Jakarta tetap menjadi dominasi (super primate city) baik untuk konsentrasi ekonomi maupun penduduk dibannding dengan kota lainnya di Indonesia. Model rank size menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sangat terkonsentrasi pada 3 kota utama dengan nilai koefisien paretonya dibawah 0,9.
Penduduk sangat terkonsentrasi pada kota utama (urban primacy) yakni Jakarta, Surabaya dan Bandung dimana ketiganya berada di Pulau Jawa. Distribusi ekonomi justru jauh lebih tidak merata dibanding dengan konsentrasi penduduk, karena koefisien pareto nya sebesar 0,2. Variabel aglomerasi perkotaan yakni konsentrasi ekonomi dan penduduk juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga kota akan menjadi lebih besar skala ekonominya secara terus menerus. Belanja pemerintah akan mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi lagi.

The development of urban areas in Indonesia is a process of agglomeration economies are very large and usually starts from the development of increased production scale manufacturing. Location is very important aspect in the stage of economic development of a country. Aspects of space as a geographic dimension and economic landscape, which became very important in terms of the theory of economic development . This aspect can be analyzed from the spatial economy by looking at the impact of economic and population concentration through the process of agglomeration economies.
By using panel data from the years 2000-2012 in 27 major cities in Indonesia , the study aims to look at the determinants of economic concentration and the population in Indonesia . This study was also conducted an analysis of the effects of economic agglomeration in urban areas to the economic growth . This study uses panel data OLS estimates for the concentration of economic and population models , as well as the GMM for Economic Growth models are affected by urban agglomeration in Indonesia.
The results showed that the shape of agglomeration occurs in urban areas is a kind of economic localization and urbanization evolved into the economy. This condition is driven by the GDP variable significantly to productivity output as the representation of economic concentration . The more to the lowlands / beachside then economic concentration becomes higher .Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with the concentration of the economy in the region. The more to the lowlands / beachside then konsentrrasi economy becomes higher. Variable workforce with higher education and productivity of capital also have a positive relationship with economic concentration in urban areas of Indonesia.
The concentration of residents with city rank variables influenced by income per capita, population , population density and government spending . Getting to the island of Java , the concentration of urban population in Indonesia will be higher. So people choose to live in the city because it has a chance to earn a larger income , compared to a suburb. Jakarta city remains a domination ( super primate city ) for both economic and population concentration than with other cities in Indonesia . The model shows that the rank size of the Indonesian population is highly concentrated in three major cities with pareto coefficient below 0.9 .
Residents are concentrated in major cities (urban primacy ) namely Jakarta , Surabaya and Bandung which three are located in Java Economic distribution is far more uneven than the concentration of population , because of its Pareto coefficient of 0.2. Variable urban agglomeration namely economic and population concentration also has a significant relationship to economic growth , so that the city will be greater economies of scale continuously. Government spending will drive economic growth rate towards higher again."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Kindri Bahar
"Penelitian ini merupakan studi yang membahas determinan kemiskinan dengan menggunakan data Susenas 2012 dan kemudian akan dilihat hubungan antara variable karakteristik rumah tangga tersebut serta dibandingkan dampak masing masing variabel di masing masing wilayah tersebut terhadap kemiskinan Penelitian ini menggunakan metode logistik pada data cross section Hal ini memiliki tujuan dan harapan agar kemiskinan semakin dapat diatasi serta Indonesia akan semakin membaik dalam jangka panjang Kata kunci Kemiskinan Perkotaan Pedesaan Karakteristik Socio economic dan Susenas 2012.

This study is a study that addresses the determinants of poverty using data Susenas 2012 Study aims to know the factors that affect poverty in urban and rural household level This study using logistic method on cross section data Demographic characteristics of households indicates the direction of education in accordance with previous studies while the manufacturing and agricultural sectors shows the probability to be poor compared to the trade and educational services Keywords Poverty Urban rural Household Characteristics and Susenas 2012.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ayu Aziiza
"Trigliserida memainkan peran utama sebagai sumber energi bagi tubuh manusia. Mereka sangat kaya akan energi. Trigliserida terdiri dari asam lemak dan gliserol. Gliserol mudah dikonversi menjadi glukosa untuk menyediakan energi. Spermatozoa mengandung mitokondria yang berbeda dari organel lain dari sel somatik. Mereka memiliki morfologi yang berbeda dan membutuhkan lebih banyak ATP daripada sel-sel lain. Spermatozoa dapat menggunakan substrat yang berbeda untuk mengaktifkan jalur metabolisme tergantung pada substrat yang tersedia. fleksibilitas ini sangat penting untuk proses pembuahan. Untuk mencapai pembuahan sukses, spermatozoa akan menghabiskan waktu yang lama selama transit di epididimal. Perubahan yang paling penting yang spermatozoa perlu capai adalah pengembangan motilitas progresif ke depan. Hal ini tergantung yang utama pada energi dan itu menjadi sangat penting, dan hanya ketika spermatozoa saat ejakulasi atau ketika mereka berada dalam media yang memberikan mereka lingkungan dan kesempatan untuk bergerak dan menjadi motil. Gerakan spermatozoa diciptakan oleh gerakan pemukulan dari flagella menggunakan energi dalam bentuk intraceluller ATP. Energi ini yang memberikan gerakan flagellar mengarah ke motilitas dan jika ada perubahan dalam gerakan karakteristik atau kehabisan bahan bakar, maka spermatozoa akan kehilangan energi untuk bergerak maju dan tidak bisa membuahi Telur.

Triglyceride play an important role as a source of energy in our body. They are made out of fatty acid and glycerol. Glycerol can be easily converted into glucose to provide energy. Sprematozoa contain mitochondria that is different from other organelle from somatic cell. They have a different morphology that needs a lot more ATP compared to other cells. Spermatozoa can also use other substrate to activate another methabolic pathway depends on which substrate are available. This flexibility is very important for fertilization process. To achieve a successful fertilization, spermatozoa will spend a long time in epididimal for transit. The most important development for the spermatozoa to achieve is progressive motility to the front and it depends a lot on energy. When spermatozoa is ejaculated or in a media or environment that allows them to move and become motile. The movement created by the spermatozoa is created by the beating from the flagella that uses energy I a form of intracellular ATP. This energy allows the spermatozoa to create movement from the flagella and become motile, but if there are different movement characteristic or run out of energy, the spermatozoa will loose its energy to move forward and are unable to fertilize the egg.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrita Suci Wulan Sari
"Di daerah perkotaan, kejadian gangguan mental emosional lebih tinggi dibanding di daerah pedesaan dan khususnya pada lansia menjadi masalah seiring dengan peningkatan jumlah lansia. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kejadian gangguan mental emosional berdasarkan faktor risikonya pada penduduk lansia daerah perkotaan di Indonesia. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Riskesdas 2013 yang menggunakan desain studi cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah penduduk lansia daerah perkotaan di Indonesia usia ≥60 tahun yang memiliki data variabel penduduk lengkap.
Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk lansia daerah perkotaan di Indonesia sebesar 8,8%. Prevalensi gangguan mental emosional tertinggi ditemukan pada penduduk lansia ≥70 tahun (12%); perempuan (11%); tidak bekerja (11,1%); pendidikan rendah (10,3%); tidak kawin (12,3%); status ekonomi terbawah (13,2%); menderita hipertensi (13,3%); DM (14,5%); TBC (20,5%); stroke (20,9%); kanker (13,4%); jantung koroner (24%); memiliki berat badan kurus (12,9%); mengalami disabilitas (21,7%); tidak pernah merokok (9,6%); memiliki aktivitas cukup (8,8%).

In urban areas, the prevalence of mental emotional disorder is higher than in rural areas and especially in an elderly becomes a problem because of the increasing number of elderly. This study aims to estimate the prevalence of mental disorders emotional and to describe the mental emotional disorder cases due to its risk factors based on elderly urban areas in Indonesia. This study is a secondary data analysis of Riskesdas 2013 that uses cross-sectional survey as study design. Samples of this research is the elderly residents of urban areas in Indonesia aged ≥60 years who have a complete population of variable data.
The results showed that the prevalence of mental disorders in the elderly emotional urban areas in Indonesia amounted to 8.8%. The highest prevalence of mental emotional disorder found in elderly population ≥70 years (12%); women (11%); unployment (11.1%); low education (10.3%); not married (12.3%); bottom economic status (13.2%); suffer from hypertension (13.3%); DM (14.5%); TB (20.5%); stroke (20.9%); cancer (13.4%); coronary heart disease (24%); underweight (12.9%); suffered disability (21.7%); never-smokers (9.6%); have sufficient physical activity (8.8%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldora Nadellia Althoofani
"Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu tertinggi ke-2 di wilayah ASEAN. Persalinan di fasilitas kesehatan dapat mencegah kematian ibu. Berdasarkan data SDKI 2017, sebesar 74% wanita telah bersalin di fasilitas kesehatan, namun masih terdapat disparitas antarwilayah tempat tinggal, dengan persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 88% di wilayah perkotaan dan 60% di wilayah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sampel wanita usia subur (15 – 49 tahun) yang telah menikah/tinggal bersama dengan pasangan dan melahirkan anak terakhir secara normal dalam kurun waktu 5 tahun sebelum survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, tingkat pendidikan suami/pasangan, pengetahuan terkait tanda-tanda bahaya saat persalinan, status ekonomi, kepemilikan jaminan kesehatan, kelengkapan kunjungan ANC, dan persiapan persalinan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Sementara itu, paritas, usia saat melahirkan, pengetahuan terkait tanda-tanda bahaya saat kehamilan, komplikasi persalinan, dan komplikasi kehamilan berhubungan signifikan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan saat persalinan hanya pada wilayah pedesaan Indonesia. Bentuk intervensi untuk meningkatan cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Indonesia dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.

Indonesia has the 2nd highest MMR in the ASEAN region. Delivery in health facilities can prevent maternal death. Based on 2017 IDHS, 74% of women have given birth in health facilities, but there are still disparities between areas of residence, with the percentage of deliveries in health facilities of 88% in urban areas and 60% in rural areas. This study aims to determine the factors associated with facility-based childbirth in urban and rural areas of Indonesia using 2017 IDHS. This study used a cross-sectional study design with a sample of women of childbearing age (15-49 years) who were married/lived with their partner and gave birth to their last child normally in the 5 years preceding the survey. The results showed that education level, husband/spouse education level, childbirth danger signs knowledge, economic status, health insurance ownership, ANC visits completeness, and delivery preparation were significantly associated with facility-based childbirth in urban and rural areas of Indonesia. Meanwhile, parity, age at delivery, pregnancy danger signs knowledge, pregnancy and delivery complications were significantly related to facility-based childbirth only in rural areas of Indonesia. The form of intervention to increase the coverage of deliveries in health facilities in Indonesia can take these factors into account."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hertog Nursanyoto
"Masalah gizi mutakhir di Indonesia mempunyai fenomena unik dan disebut sebagai double burden in health problem karena ditandai oleh dua masalah yang berbeda yang terjadi pada saat bersamaan. Sementara penyakit infeksi akibat kekurangan gizi belum sepenuhnya dapat diatasi, pada saat yang sama penyakit degeneratif akibat kelebihan gizi mulai meningkat secara tajam.
Salah satu masalah gizi lebih yang menjadi sorotan pada dewasa ini adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Secara umum penyakit ini didefinisikan sebagai gangguan akibat adanya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) dan secara spesifik ditandai dengan adanya kelainan metabolisme lipoprotein.
Diantara berbagai faktor etiologi yang teridentifikasi sebagai faktor risiko, terdapat enam faktor yang dianggap memiliki kontribusi penting. Keenam faktor tersebut menarik untuk dikaji iebih lanjut, karena memiliki akronim yang bisa dipakai sebagai slogan untuk pencegahan risiko. Oleh Hamilton faktor risiko ini dibuat menjadi matriks H.E.A.L.T.H yang merupakan singkatan mnemonik dari [H]eredity, [E]xercise, [A]ges, [L]bs, [T]obacco dan [H]abits of fat consumption.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis model hubungan yang terjadi antara faktor risiko pada matriks H.E.A.L.T.H dan peningkatan kadar kolesterol plasma. Diharapkan model hubungan ini dapat diaplikasikan sebagai bahan pertimbangan bagi terapi pencegahan aterosklerosis, karena dengan diketahuinya model hubungan yang terjadi dapat dirancang suatu tindakan preventif untuk mengurangi besarnya risiko dari masing-masing faktor.
Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel penduduk usia dewasa ( _> 18 tahun) yang berte mpat tinggal di kotamadya Denpasar. Analisis data dilakukan dengan strategi model regressi linier berganda dengan menempatkan kadar kolesterol plasma sebagai variabel dependen.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh gambaran bahwa diantara keenam faktor yang ada dalam matriks H.E.A.L.T.H., faktor [H]eredity dengan OR 4,375(95% CI : 2,149-8,908) dan faktor {ff]abits of fat consumption dengan OR 3,038(95% CI : 1,317-7,009) merupakan kandidat terkuat sebagai determinant factor. Kedua faktor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam model untuk menerangkan pola hubungan antara matriks H.E.A.L.T.H. dan hiperkolesterolemia Jana keberadaan keduanya sekaligus pada individu akanmemberi efek interaksi yang sinergis dalam mempertinggi risiko ateroskerosis. Faktor [E]xercise dan [L]bs pada dasarnya merupakan faktor yang mengukur gejala yang sama. Secara statistik keduanya memiliki hubungan linier dengan [E]xereise sebagai prediktor. Atau dengan kata lain [L]bs memang merupakan indikator dari level [E]xercise individu. Penyertaan keduanya didalam model akan menimbulkan gejala kolinieritas sehingga menghasilkan model yang over parameter. Dengan pertimbangan praktis di lapangan, penyertaan faktor [L]bs akan menghasilkan model yang lebih balk (well formulated model) dibandingkan penyertaan faktor [E]xercise ke dalam model.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kadar kolesterol plasma dan matriks H.E.A.L.T.H. ternyata menghasilkan matriks rumusan yang sederhana dan dapat digunakan secara self asessment untuk mengukur risiko aterosklerosis individu. Meski demikian, sebelum diaplikasikan secara meluas, masih diperlukan penelitian gold standard untuk mengukur sensitifitas dan spesifisitas dan matriks rumusan tersebut, agar secarapositifdapat diprediksi peluang terj adinya aterosklerosis, jika berdasarkan rumusan matriks H.E.A.L.T.H. individu dinyatakan sebagai kelompok yang berisiko."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T5149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Dian Hapsari
"Hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi telah menjadi perdebatan yang panjang. Hal ini yang menyebabkan kesimpulan sebelumnya terbagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok yang berpendapat bahwa keduanya memiliki hubungan positif, negatif, netral, dan ambigu Becker, Gary S., Glaeser, Edward L., Murphy, Kevin M. 1999. dan Bloom, Canning, Sevilla, J. 2003. Namun pembahasan mengenai hubungan keduanya masih menarik karena perbedaan kesimpulan penelitian terdahulu disebabkan oleh perbedaan model penelitian yang digunakan sehingga topik tersebut memiliki tantangan tersendiri untuk menentukan kesimpulan mana yang berlaku di Indonesia. Latar belakang demografi yang beragam di Indonesia mengindikasikan bahwa variabel pertumbuhan penduduk tidak sepenuhnya mampu menggambarkan hubungan sebenarnya antara variabel kependudukan dan perekonomian tersebut. Penelitian ini bertujuan mengestimasi dampak pertumbuhan penduduk secara lebih mendalam yaitu dengan menggunakan pendekatan demografi melalui variabel tingkat kelahiran, migrasi dan kepadatan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi antar provinsi di Indonesia tahun 1985 - 2015. Penelitian ini mengikuti metode dalam Islam 1995 yang memodifikasi model MRW 1992 dalam data panel. Metode penelitian menggunakan Fixed Effect dari data panel, mencakup 26 provinsi di Indonesia periode 1985 - 2015.Dengan mengunakan variabel demografi untuk mengambarkan variabel pertumbuhan penduduk, penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah netral. Dengan kata lain, pertumbuhan penduduk bukan merupakan komponen utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini juga mendapatkan bahwa investasi modal fisik, modal manusia dan perubahan demografi dapat mempercepat konvergensi pertumbuhan ekonomi.

The relationship between population and economic growth had been in a long argue. The last conclusion divided into some groups that stated both of these variable have a positive, negative, neutral, and ambiguous relation Becker, Gary S., Glaeser, Edward L., Murphy, Kevin M. 1999 dan Bloom, Canning, Sevilla, J. 2003. But, the study of the relation between these two still interests to be conducted, because there is a different conclusion due to the distinct research model which applied in it, therefore this topic have a challenge to decide in what kind of the conclusion does Indonesia will have. The variation of demographic backgrounds in Indonesia indicate that population growth is not entirely could be described the exact relation between population and economic variables. This study aimed to estimate population growth collectively by using demographic approaches, change variables, migration, and population density on inter provincial economic growth in Indonesia from 1985 to 2015. This research followed Islam methods 1995 which modifies model MRW 1992 in the data panel. The research method used Fixed Effect from panel data, including 26 provinces in Indonesia within 1985 ndash 2015 period. By applying the demographic variable to describe population growth, this research concluded that the relation between population growth and economic growth in Indonesia is neutral. In the other word, population growth is not a main component in the economic growth improvement. This study also revealed that investments, human capital and demography can accelerate the convergence of economic growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desya Mulyaningrum
"BBLR adalah berat bayi lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). BBLR dapat menyebabkan kematian dan kesakitan prenatal, serta meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Proporsi BBLR di Indonesia dari periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil dan tidak ada penurunan dari tahun 2007 dengan tahun 2017. Kehamilan tidak diinginkan menjadi salah satu faktor risiko BBLR. Kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) adalah suatu kehamilan yang terjadi di luar perencanaan. Karena pasangan suami atau istri tidak mau menggunakan kontrasepsi, tidak ada akses ke pelayanan KB sehingga menyebabkan kehamilan, dimana sceara fisik atau psikologis pasangan tidak siap dan menolak kejadian kehamilan (unwanted pregnancy). Proporsi kehamilan tidak diinginkan berdasarkan periode SDKI 2007, 2012, 2017 cenderung stabil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kehamilan tidak diinginkan terhadapp kejadian BBLR perdesaan dan perkotaan di Indonesia berdasarkan data sekunder SDKI 2017. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian ini adalah kelahiran hidup dalam 5 tahun sebelum survei dengan laporan berat lahir yang memiliki berat kurang dari 2500 gram dan bertempat tinggal di pedesaan atau perkotaan di Indonesia.
Hasil penelitian ini adalah proporsi kejadian kehamilan tidak diinginkan di Indonesia adalah 7,6% dengan rincian 8,9% di perkotaan, 6,3% di perdesaan. Pada daerah perkotaan, kehamilan diinginkan lebih berisiko untuk mengalami BBLR setelah dikontrol dengan variabel tingkat pendidikan, komplikasi kehamilan, dan paritas.
Hasil analisismultivariat secara statistik kategori kehamilan dengan BBLR di perkotaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Pada daerah perdesaan kehamilan diinginkan lebih berisiko untuk mengalami BBLR setelah dikontrol dengan variabel tingkat ekonomi, komplikasi kehamilan, dan kunjungan ANC. Hasil analisis multivariat secara statistik kategori kehamilan dengan BBLR di perdesaan menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.

LBW is brith weight less than 2500 grams (up to 2499 grams). LBW can cause prenatal death and pain, and increase the risk of causing non-communicable diseases. The proportion of LBW in Indonesia from the 2007 IDHS period, 2012, 2017 was stable and there was no different from 2007 to 2017. Unwanted pregnancies became one of the risk factors for LBW. Unwanted pregnancy is a pregnancy that occurs outside of planning. Because a husband or wife partner cannot use contraception, there is no access to family planning services which causes pregnancy, while the physical or psychological condition of the partner is not ready and rejects the pregnancy. The proportion of unwanted pregnancies in the 2007, 2012, 2017 IDHS period is stable.
This research discusses the expected research on rural and urban LBW events in Indonesia based on the IDHS 2017 secondary data. This study uses data from the Indonesian Demographic and Health Survey (SDKI) 2017. The sample of this study was a study of life in 5 years before the survey with reports on birth weight which weighs less than 2500 grams and resides in rural or urban areas in Indonesia.
The results of this study are that the proportion of undesirable events in Indonesia is 7.6% with 8.9% in urban areas, 6.3% in rural areas. In urban areas, pregnancy needs to be more for LBW after controlled by variable levels of education, complications of pregnancy, and parity.
The results of multivariate analysis with statistics on the category of pregnancies with LBW in urban areas show a not significant relationship. In BPLR, after being controlled by economic level variables, complications, and ANC visits. The results of multivariate analysis based on statistics on the category of pregnancies with LBW in rural areas showed a not significant relationship.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Trimuryani
"Keluarga berencana sebagai program pengendalian penduduk dan strategi percepatan penurunan AKI mengalami tren penurunan penggunaan KB Modern (mCPR) sebanyak 57,10% di tahun 2017. Pengguna KB sebagian besar adalah pasangan usia subur termasuk generasi milenial usia 17-37 tahun. Peran pengambil keputusan menjadi salah satu faktor penentu dalam penggunaan kontrasepsi karena berkaitan dengan hak kesehatan reproduksi dan seksual, keberlangsungan penggunaan KB dan peran gender dalam pengambilan keputusan. Karakteristik gen milenial di perdesaan dan perkotaan memiliki perbedaan karena faktor sosiodemografi, lingkungan dan keterpaparan media informasi KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan determinan pengambilan keputusan penggunaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial di perdesaan dan perkotaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel wanita generasi milenial (usia 17-37 tahun), berstatus menikah dan menggunakan kontrasepsi modern yang terpilih menjadi responden dalam SDKI tahun 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 10.752 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan penggunaaan kontrasepsi modern pada wanita kawin generasi milenial baik di perdesaan (56,7%) dan di perkotaan (55,8%) telah didominasi oleh pengambilan keputusan bersama. Perbedaan penggunaan KB modern terlihat pada penggunaan metode MKJP, bahwa KB Implant (10,5%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial di perdesaan. Sedangkan di perkotaan, KB IUD (11,4%) lebih populer digunakan wanita kawin generasi milenial. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik menyatakan bahwa ada perbedaan karakteristik wanita kawin generasi milenial dalam pengambilan keputusan di perdesaan dan perkotaan. Di perdesaan, diskusi KB dengan suami menjadi faktor dominan yang berpotensi 1,847 kali (AOR:1,847 95%CI: 1,468 – 2,324), sedangkan di perkotaan, faktor dominan yang mempengaruhi yaitu dukungan suami berpotensi 2,358 kali (AOR:2,358 95%CI:1,485–3,744) untuk mengambil keputusan bersama dalam penggunaan kontrasepsi modern. 

Family Planning (FP) as a population control program and a strategy to accelerate the reduction of MMR has experienced a downward trend in the use of Modern Contraception (mCPR) by 57,10% in 2017. The majority of family planning users are couples of childbearing age, including the millennial generation aged 17 to 37 years old. The role of decision makers is one of the determining factors in the use of contraception because it related to sexual and reproductive health rights, the sustainability of family planning use, and the role of gender in decision making. The characteristics of millennials in rural and urban areas are different due to socio-demographics, environmental factors, and exposure to family planning information on media. The purpose of this study was to determine the differences in the determinants of decision making on the use of modern contraceptives among millennial married women in rural and urban areas in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of millennial women (age 17-37 years old), married and using modern contraception who were selected as respondents to the 2017 IDHS and met the inclusion and exclusion criteria of 10,752 respondents. The results of the study shows that the millennial generation of married women in rural areas (56.7%) and urban areas (55.8%) dominate decision making on the use of modern contraception. The difference in the use of modern family planning can be seen in the use of the LARC method, that implant contraceptives (10.5%) are more popularly used by married women in the millennial generation in rural areas. Whereas in urban areas, IUD contraception (11.4%) is more popularly used by married women of the millennial generation. Multivariate analysis using logistic regression test states that there are differences in the characteristics of millennial married women in decision making in rural and urban areas. In rural areas, family planning discussions with husbands are the dominant factor, potentially 1.847 times (AOR: 1.847 95% CI: 1.468-2.324). In urban areas, the dominant influencing factor is prospective husbands' support 2,358 times (AOR: 2,358 95% CI: 1,485 – 3,744) to make family planning joint decisions on the use of modern contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditia Wahyu Supriyanto
"Tesis ini membahas keterkaitan antara ketersediaan infrastruktur pelayanan dasar terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia periode tahun 2014-2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresi data panel dengan variabel dependen adalah jumlah penduduk miskin dan variabel independent adalah jumlah SD, jumlah SMP, jumlah SMA, jumlah SMK, Jumlah Puskesmas, Jumlah Apotek, Akses Air Minum Layak, dan Akses Air Bersih. Variabel kontrol yang digunakan adalah distribusi produk domestic bruto atas dasar harga konstan, tingkat inflasi daerah, tingkat partisipasi angkatan kerja, serta luas wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yang dipilih tersebut berpengaruh signifikan dan negatif terhadap variabel jumlah penduduk miskin. Disarankan kepada Pemerintah agar dalam perencanaan pembangunan infrastruktur pelayanan dasar yang memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, agar menyusun prioritas berdasarkan nilai koefisien variabel independent yang membentuk model tersebut berdasarkan pemetaan setiap kabupaten/kota.

The objective of this research is to analyze the relationship between the availability of basic service infrastructure to the number of poor people in the Regency / City throughout Indonesia for the period 2014-2017. This research is a quantitative research panel data regression with the dependent variable is the number of poor people and independent variables are the number of elementary schools, the number of junior high schools, the number of high schools, number of vocational schools, number of health centers, number of pharmacies, access to decent drinking water, and access to clean water. The control variable used is the distribution of gross domestic product on the basis of constant prices, regional inflation rates, labor force participation rates, and area size. The results showed that all the selected independent variables had a significant and negative effect on the variable number of poor people. It is suggested to the Government that the basic service infrastructure development plan which aims to reduce the number of poor people, so as to set priorities based on the coefficients of the independent variables that make up the model based on the mapping of each regency."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>