Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sahran
"ABSTRAK
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien saat menjalani
hemodialisis adalah hipotensi intradialisis. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotensi
intradialisis pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.
Desain penelitian adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 81 pasien
hemodialisis. Analisa data menggunakan koefisien kontingensi, spearman dan
regresi logistic. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara riwayat penyakit jantung, pertambahan berat badan antara waktu
hemodialisis dan kadar albumin dengan kejadian hipotensi intradialisis (p < 0,05).
Variabel independen yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipotensi
intradialisis adalah riwayat penyakit jantung dengan OR = 3,525. Penelitian ini
merekomendasi perawat untuk meningkatkan skrining terhadap faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan hipotensi intradialsis pada pre, intra dan post
hemodialisi, memberikan edukasi tentang retriksi cairan dan diet serta melengkapi
catatan medis pasien.

ABSTRACT
One of the most common complications of chronict kidney disease patients
undergoing hemodialysis is intradialytic hypotension. This study aims to identify
the factors that influence the occurrence of intradialytic hypotension in patients
with end stage renal failure undergoing hemodialysis. The study design was cross
sectional recruited of 81 patients of hemodialysis patients. Data were analyzed
using contingency coefficient , spearman and logistic regression. The results
showed a significant relationship between history of heart disease, intradialytic
weight gain and albumin levels and the incidence of intradialytic hypotension (p
<0.05). The most influence variables that influence on incidence of intradialytic
hypotension was history of heart disease with OR=3.525. Nurses have to increase
their capability in monitoring factors that influence intradialytic hypotension
especially in pre, intra, and post hemodilaytic, giving education about water and
dietary consumption. to increase their capability in the provision of nursing care
for hemodialysis patients."
2016
T45544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philipus, Vitta Margareth
"Latar belakang: Pruritus uremik merupakan salah satu keluhan paling sering pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisis. Pruritus uremik memiliki dampak bagi pasien yaitu dampak fisik, dampak ketidaknyamanan dan penurunan kualitas hidup. Kejadian pruritus uremik masih sering terjadi pada pasien yang sudah menjalani HD rutin. Sehingga perlu dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi terjadinya pruritus uremik pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.
Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pruritus uremik pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Metode: penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 102 orang yang diteliti di RSAL Mintohardjo Jakarta dan RSUD Kabupaten Bekasi. Analisis data bivariat dengan menggunakan uji Spearmen dan Mann Whitney (⍺= 0,05) serta uji multivariat menggunakan regresi linear berganda.
Hasil: Uji statistik didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara adekuasi hemodialisis dengan pruritus uremik (p = 0,000), kepatuhan dengan pruritus uremik (p = 0,002), inflamasi dengan pruritus uremik (0,000), jenis kelamin dengan pruritus uremik (p = 0,016), lama hemodialisis dengan pruritus uremik (p= 0,041) dan penggunaan pelembab kulit dengan pruritus uremik (p = 0,004). Pada uji multivariat didapatkan bahwa inflamasi paling berpengaruh terhadap pruritus uremik dibandingkan faktor lainnya yaitu sebesar 82% (coefficient β = 2,024, R = 0,820).
Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi terjadinya pruritus uremik adalah adekuasi hemodialisis, kepatuhan hemodialisis, inflamasi, jenis kelamin, lama hemodialisis dan pelembab kulit. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah inflamasi.

Background: Uremic pruritus is one of the most frequent complaints in patients with end stage renal disease undergoing hemodialysis therapy. Uremic pruritus has impacts on patients, namely physical impacts, discomfort and decreased quality of life. Uremic pruritus still often occurs in patients who have undergone routine HD. So it is necessary to analyze the factors that influence the occurrence of uremic pruritus in terminal renal failure patients undergoing hemodialysis.
Objective: The study has aimed to analyze the factors that influence the occurrence of uremic pruritus in patients with terminal renal failure undergoing hemodialysis.
Method: This research used a cross sectional design with a sample size of 102 people studied at RSAL Mintohardjo Jakarta and RSUD Bekasi Regency. Bivariate data analysis using Spearmen and Mann Whitney tests ( ⍺ = 0.05) and multivariate tests using multiple linear regression.
Results: Statistical tests showed a significant relationship between hemodialysis adequacy and uremic pruritus (p = 0.000), compliance with uremic pruritus (p = 0.002), inflammation and uremic pruritus (0.000), gender and uremic pruritus (p = 0.016), prolonged hemodialysis with uremic pruritus (p = 0.041) and use of skin moisturizer with uremic pruritus (p = 0.004). In the multivariate test, it was found that inflammation had the most influence on uremic pruritus compared to other factors, namely 82% ( coefficient β = 2.024, R2 = 0.820).
Conclusion: Factors that influence the occurrence of uremic pruritus are hemodialysis adequacy, hemodialysis compliance, inflammation, gender, long of hemodialysis and skin moisturizer. The factor that has the greatest influence is inflammation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Leo
"Hemodialisis (HD) dapat memicu terjadinya hipoglikemia intradialisis. Insidensi terjadinya hipoglikemia intradialisis cukup sering ditemui pada pasien rawat inap. Hipoglikemia intradialisis dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, memperpanjang lama rawat bahkan dapat menyebabkan kematian intradialisis. Hipoglikemia intradialisis dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian hipoglikemia intradialisis dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipoglikemia intradialisis pada pasien gagal ginjal rawat inap yang menjalani HD. Penelitian ini merupakan penelitian obervasional (non eksperimental) dengan rancangan kuantitatif deskriptif-analitik dengan pendekatan potong lintang, melibatkan 266 pasien HD yang dirawat inap. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Regersi Logistik Ganda. Hasil penelitian ini mendapatkan sebanyak 54,1% subjek penelitian mengalami hipoglikemia intradialisis, dengan 39,6% diantaranya tanpa disertai tanda dan gejala hipoglikemia serta 38,2% mengalami hipoglikemia berulang. Waktu kejadian hipoglikemia intradialisis paling tinggi terjadi pada jam ke-2 intradialisis dengan rerata penurunan kadar gula darah pada jam pertama intradialisis sebesar 37,9 mg/dl ± 53,7 standar deviasi. Terdapat pengaruh yang signifikan antara ultrafiltration goal, sakit DM, hipertensi, asupan nutrisi, terapi obat anti diabetik, dan terapi β Bloker dengan kejadian hipoglikemia intradialisis (p < 0,05; α 0,05). Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipoglikemia intradialisis adalah asupan nutrisi dengan nilai OR 6,113. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar pemeriksaan gula darah intradialisis dilakukan secara rutin dan upayakan asupan nutrisi adekuat pada pasien HD, terutama pada pasien yang memiliki risiko tinggi.

Hemodialysis (HD) induces intradialytic hypoglycemia. The incidence of intradialytic hypoglycemia commonly occurred in hospitalized patients. Inpatient intradialytic hypoglycemia leads to further complications, prolongs the length of stay, and even causes intradialytic death. Intradialytic hypoglycemia is caused by many factors. This study aims to identify the incidence of intradialytic hypoglycemia and analyze the influencing factors of the occurrence of intradialytic hypoglycemia in inpatients with renal failure undergoing HD. This study used a descriptive-analytical quantitative design with a cross-sectional approach and recruited 266 inpatients who undergoing HD. Data analysis used the Chi-Square test and Multiple Logistic regression. This study’s result found that 54.1% of the subjects experienced intradialytic hypoglycemia, where 39.6% of subjects had no signs and symptoms, and 38.2% of subjects experienced recurrent hypoglycemia. The highest incidence of intradialytic hypoglycemia occurred in the 2nd hour of intradialytic, with an average decrease in blood glucose levels in the first hour of intradialytic of 37.9 mg/dl (SD± 53.7). There were significant effects between the ultrafiltration goal, diabetes mellitus, hypertension, nutritional intake, anti-diabetic, and beta-blocker therapy with intradialytic hypoglycemia (p < 0.05; α 0.05). The most influencing factor of intradialytic hypoglycemia incidence was nutritional intake, with OR value of 6.113. Based on this study’s result, it is recommended to conduct continuous blood glucose monitoring during hemodialysis, and also monitor nutritional intake among those patients, especially in high-risk patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napsan Junaidi
"Gagal Ginjal Terminal GGT adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan memerlukan penatalaksanaan berupa terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis HD untuk mempertahankan kondisi kesehatan. Berbagai permasalahan dan komplikasi bisa timbul pada pasien yang menjalani HD, sehingga pasien harus melakukan manajemen yang berhubungan dengan GGT. Salah satu manajemen yang harus dilakukan adalah self-care. Self-care masih menjadi masalah yang dihadapi pasien GGT yang menjalani HD saat ini, sehingga dengan kondisi tersebut penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan self-care pada pasien GGT.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis komparatif kategorik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian adalah pasien GGT di rumah sakit Muhammad Yunus Bengkulu.
Dari analisis univariat didapat kurang dari separuh dari responden dengan Self-care baik, hasil analisis bivariat didapat tak ada hubungan antara self-care dengan usia, tingkat Pendidikan, lama HD, Pendapatan keluarga, penyakit komorbid, tingkat pengetahuan, depresi dan akses pelayanan kesehatan, akan tetapi tererdapat hubungan yang signifikan antara self-care dengan efikasi diri dan jenis kelamin. Analisis multivariat didapat faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap self-care adalah efikasi.
Disimpulkan Efikasi diri adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi self-care. Sangat penting bagi perawat untuk meningkatkan efikasi diri pasien GGT dengan cara memberikan edukasi tentang GGT dan hemodialisis.

End stage renal disease ERSD are uncurable condition and the patient was need treatment to maintain optimal health status. Hemodialysis must be attend by patient to to survive. Many problems can rise and must managing on by them. Purpose The aim of this study was to examine factors related to self care on ERSD patients.
Methods this study design was comparative categorical analysis by cross sectional approach, recruited 92 hemodialysis patients and was conducted at hemodialysis unit of Dr. Muhamad Yunus Hospital Bengkulu.
Results showed that there were 44 respondent had good self care level. Bivariate analysis by Chi Square test found there was no correlation between age, sex, education level, HD duration, family income, and depression with self care, on the other hand there was significant correlation between self efficacy and sex with self care. Multivariate analysis found that self efficacy was the influencing factor on self care.
Conclusion self efficacy is the most dominant influencing factor to self care, it is important to increase the self efficacy among these patients by providing education program about ERSD and hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Deswita
"ABSTRAK

Abstrak Latar belakang: Insomnia umum ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Insomnia berdampak negatif pada aspek fisiologis, fisik, psikologis dan sosial, bahkan menjadi ancaman kematian bagi pasien. Faktor biologis, psikologis dan gaya hidup serta dialisis diduga menjadi penyebab insomnia pada populasi ini. Metode: Menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional, sampel 105 responden, melalui consecutive sampling technique. Insomnia dievaluasi dengan menggunakan The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Hasil: Insomnia dialami oleh 54 responden (51,4%), insomnia berhubungan signifikan dengan kram otot (p value=0,047), nyeri, (p value=0,034), stress (p value=0,005), sleep hygiene (p value = 0,018), dan strategi koping (p value = 0,015). Strategi koping merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan insomnia (p value= 0,015; OR: 2,9), kesemua faktor tersebut 97% berpeluang mempengaruhi insomnia. Rekomendasi: diperlukannya penelitian lanjutan mengenai intervensi yang dapat meningkatkan strategi koping untuk menurunkan angka insomnia pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialsis. Kata kunci: hemodialisis, gagal ginjal terminal, insomnia, strategi koping.


ABSTRACT


Abstract Background: Insomnia is commonly occur in end stage kidney disease patients who undergoing hemodialysis. Insomnia has negative impacts on physiological, physical, social, psychological aspects and furthermore, cause death threats in those patients. There are various factors are related to insomnia in this population, which are biological, psychological and lifestyle, dialysis. Method:This study used a Cross Sectional design, recruited 105 patients, selected by consecutive sampling technique. Insomnia was evaluated by using The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Results: Insomnia was experienced by 54 respondents (51.4%) and had significant associated with muscle cramps (p value=0.047), pain (p value=0.034), stress (p value=0.005), sleep hygiene (p value=0.018), and coping strategies (p value=0.015). Coping strategies was the dominant factor associated with insomnia (p value= 0,015; OR: 2.9), all these factors have 97% the chance to determine insomnia. Recommendation: further research needs to focus on interventions which may improve coping strategies to reduce insomnia incidence in end stage kidney diseases patients who undergoing hemodialsis. Keyword:hemodialysis, end stage kidney disease, insomnia, coping strategy

"
2019
T52123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewiyanti Toding
"Banyak dampak dan perubahan akibat pandemi COVID-19 yang dapat dialami pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan mereka dalam menjalani proses hemodialisis yang nantinya dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia di era pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 3 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu munculnya berbagai respon pada awal pandemi, timbulnya berbagai dampak yang dialami selama pandemi, dan adanya strategi koping yang dibangun selama pandemi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis telah berupaya untuk membangun strategi koping yang adaptif di era pandemi COVID-19 tetapi mereka tetap memerlukan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat pandemi COVID-19 ini. Perawat hemodialisis diharapkan dapat melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien hemodialisis di era pandemi COVID-19 ini.

Many effects and changes due to COVID-19 pandemic experienced by patients with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. This can affect their compliance to have hemodialysis treatment that will affect their quality of life. The aim of this study is to deeply explore the experience of patients with end-stage renal disease who were undergoing hemodialysis during COVID-19 pandemic. This study takes qualitative descriptive approach with in-depth interviews. The participants were 3 themes, as: the emergence of various responds in an early pandemic, the effects that were experienced during pandemic and the coping strategy built during the pandemic. These findings showed that patients with end-stage renal disease have been implementing adaptif coping strategy during the pandemic, but they still need a support from the health care providers in the hemodialysis unit to overcome various problems and impacts during COVID-19 pandemic. The role of nurses is needed to conduct holistic assessments and continuous evaluations in order to provide comprehensive nursing care for the needs of hemodialysis patients in this era of the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Penilaian keefektifan dari tindakan hemodialisis diketahui dari nilai adekuasi hemodialisis. Exercise intradialisis merupakan latihan fisik dengan pergerakan terencana dan terstruktur, yang dapat meningkatkan bersihan ureum sehingga meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh exercise intradialisis terhadap adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal.
Desain penelitian ini menggunakan randomized control trial (RCT) dengan menggunakan rancangan pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutivesamplingdengan randomisasi alokasi menggunakan randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi hemodialisis pada kelompok intervensi setelah diberikan exercise intradialisis, (p value = 0,0001). Penelitian ini merekomendasikan penerapan exercise intradialisis untuk membantu meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hemodialisis.

The assessment of effectiveness of hemodialysis can be identified by measuring adequacy of hemodialysis. Intradialisis exercise is physical exercise with a planned and structured movement, which can increase the clearance of urea thus increasing the value of hemodialysis adequacy. This study aims to determine the effect of exercise intradialisis the adequacy of hemodialysis in patients with end stage renal disease.
This research used randomized control trial (RCT) design with pretest-posttest design with control group. The samples in this study using a consecutive sampling method with randomized allocation using block randomization. The sample size used in this study were as many as 26 respondents in the intervention group and 25 respondents in the control group.
The results showed that there were significant differences between the value of adequacy of hemodialysis in the intervention group after exercise intradialisis given, (p value = 0.0001). The study recommends intradialisis exercise for increase the value of adequacy of hemodialysis in patients end stage renal disease with hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Susanto
"Hemodialisis (HD) merupakan metode terapi yang banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur. Fatigue dan depresi diduga berpengaruh terhadap penurunan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fatigue dan depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu Lampung. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 103 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Analisa data menggunakan uji korelasi Chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fatigue (p value 0.002), dan depresi (p value 0.034) dengan kualitas tidur. Variabel konfonding: usia, pekerjaan, jadwal HD dan lama tidur siang berhubungan signifikan dengan kualitas tidur (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 dan p = 0.041), namun jenis kelamin, pendidikan, lama HD, hemoglobin, status nutrisi, dan komorbid tidak signifikan berhubungan dengan kualitas tidur (p > 0.05). Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan fatigue, depresi, pekerjaan, lama HD dan lama tidur siang berkontribusi terhadap kualitas tidur (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 dan 0.164). Dalam satu model ketika diregresikan secara bersamaan, kelima variabel ini berkontribusi sebesar 44,4% terhadap kualitas tidur. Fatigue merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap fatigue dan pengembangan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis

Hemodialysis (HD) is a method of treatment that is widely used by chronic kidney failure patients. Hemodialysis takes a long time so that it can cause various complications, which one of them is a decrease in sleep quality. Fatigue and depression are considered affecting the quality of sleep in patients undergoing hemodialysis. This study aims to determine the relationship between fatigue and depression with sleep quality in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis in RSUD Pringsewu Lampung. The design in this study was cross sectional, recruited a total sample of 103 patients with end-stage renal failure undergoing hemodialysis. Data analysis used Chi square correlation test and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there was a significant relationship between fatigue (p value 0.002) and depression (p value 0.034) with sleep quality. In addition, age, occupation, HD schedule and length of nap were significantly correlated with sleep quality (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 and p = 0.041, respectively). However, there were not significantly correlated between gender, education, duration of HD, hemoglobin, nutritional status, and comorbidities with sleep quality (p > 0.05). The result of multiple logistic regression analysis showed that fatigue, depression, occupation, duration of HD and length of nap contributed to sleep quality (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 and 0.164 respectively). In the same model, these variables when regressed together could explain 44.4% to sleep quality. The fatigue became the most influential factor on sleep quality. Therefore, the assessment of fatigue and develop nursing interventions to improve sleep quality hemodialysis patients is pivotal to be conducted in taking care of haemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"ABSTRAK
Penatalaksanaan gagal ginjal terminal membutuhkan modifikasi gaya hidup pasien dalam mengatur diet, membatasi cairan, rejimen medikasi, perawatan akses vaskuler dan kepatuhan menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis dapat mengoptimalisasikan kesehatan dirinya, mencegah komplikasi dan meminimalkan efek penyakit dengan melaksanakan self management. Tujuan penelitian mengetahui determinan yang berhubungan dengan self management pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan jumlah sampel 100 orang. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan efikasi diri dengan SM (p value <0,05). Variabel yang paling berpengaruh adalah tingkat pengetahuan. Penelitian merekomendasikan kegiatan pendidikan kesehatan terstruktur sebagai sarana untuk untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian berat badan antara waktu hemodialisis

ABSTRACT
Management of end stage renal disease requires to modify the patient's lifestyle in regulating diet, limiting fluids, medication regimens, treatment of vascular access and adherence undergoing hemodialysis. Haemodialysis patients can optimize their own health, prevented complication and minimize the effects of the disease by carrying out self management. The objective research is to determinants influencying Self Management patients undergoing hemodialysis. The research disign was cross sectional study with consecutive sampling with 100 of a sample. The result showed there is a significant relationship between knowledge, family support and self efficacy with self-management (α =0.05, CI 95%). The most influential variable is the level of knowledge. This study recommends for educational activities as a forum to improve knowledge and control Interdialystic Weight Gain."
2016
T46512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chorina Mega Noviana
"Manajemen diri merupakan tata laksana multidisiplin terbaru yang memberdayakan pasien gagal ginjal terminal untuk aktif dalam mempertahankan status kesehatannya. Pelaksanaan manajemen diri masih tergolong rendah. Dukungan sosial dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi manajemen diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara dukungan sosial dengan manajemen diri pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 107 responden dipilih dengan consecutive sampling. Data dikumpulkan secara daring dari 4 komunitas pemerhati pasien gagal ginjal di Indonesia menggunakan instrumen Medical Outcome Study Social Support Survey dan Hemodialysis Self-Management Instrument.
Hasil penelitian dengan uji Chi square menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan manajemen diri (p value <0,05). Penelitian ini merekomendasikan dukungan sosial sebagai bagian integral dari tatalaksana manajemen diri yang diberikan melalui kerja sama antara tenaga kesehatan, komunitas pemerhati pasien gagal ginjal, dan pendamping pasien.

Self-management is the latest multidisciplinary intervention that empowers end-stage renal disease patients to be active in maintaining their health status. The implementation of self-management is still relatively low. Social support is considered as one of the factors that can affect self-management.
This study aims to identify the relationship between social support and self-management in end-stage renal disease patients undergoing hemodialysis. The design of the study is cross-sectional with a sample of 107 respondents selected by consecutive sampling. Data was collected online from 4 chronic kidney disease community in Indonesia using the Medical Outcome Study Social Support Survey and Hemodialysis Self-Management Instrument.
The result with the Chi-square test showed that there is a relationship between social support and self-management (p-value <0.05). This study recommends social support as a part of self-management intervention provided through cooperation between health workers, chronic kidney disease communities, and patient companions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>