Ditemukan 170205 dokumen yang sesuai dengan query
Rohimmahtunnissa Azhar
"Penelitian tesis ini berbasis pada dekomposisi ozon keluaran reaktor pengolahan air minum kemasan, proses desinfeksi pada industri susu dan makanan yang dapat membahayakan kesehatan makhluk hidup dan merusak lingkungan. Dekomposisi ozon menggunakan katalis berinti aktif MnOx dengan loading nominal 0?2%. Sebagai komparasi digunakan penyangga katalis seperti Zeolit Alam Lampung, Karbon Aktif Granular dan Pasir Hijau dengan diameter 18?100 mesh. Katalis dipreparasi dengan cara incipient wetness impregnation dan kalsinasi pada temperatur 300°C.
Kinerja katalis sebagai konversi dekomposisi ozon diuji dalam reaktor unggun tetap secara kontinu. Diketahui bahwa katalis berpenyangga Karbon Aktif Granular berdiameter 60?100 mesh dan konsentrasi loading nominal 1% lebih efektif dan efisien dibandingkan yang lain dengan konversi dekomposisi 100% selama 24 jam. Kualitas katalis dikarakterisasi dengan metode BET dan SEM EDX dengan hasil luas permukaan 558,754 m2/g dan loading aktual 0,47%.
This thesis based on ozone decomposition from water bottled processing reactor, desinfection in dairy and food industry emissions which its dangerous for the living things and destruct the environment. Ozone decomposition use MnOx as active site with nominal loading 0?2%. Catalyst support as comparative study use Lampung Natural Zeolite, Granular Activated Carbon and Green Sand with 18 ? 100 mesh in diameter. Catalyst is prepared by incipient wetness impregnation and calcination at 300°C. Catalyst performance as ozone decomposition conversion is tested in continue fixed bed reactor. It knew that Granular Activated Carbon as catalyst support with 60?100 mesh in diameter and 1% loading nominal has decomposition conversion 100% for 24 hours, is the most effective and efficient than others. The catalyst quality is characterized by BET methode and SEM EDX which the surface area is 558.754 m2/g and actual loading 0.47%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45764
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Sofura Azhariyah
"Pada penelitian ini dibuat katalis dekomposisi ozon berbasis tembaga oksida CuOx dengan penyangga karbon aktif graanular GAC yang digunakan untuk dekomposisi ozon dalam emisi gas buang industri yang menggunakan ozon. GAC digunakan sebagai penyangga yang diaktivasi terlebih dahulu menggunakan HCl dan NaOH. CuOx diimpregnasi ke permukaan GAC dengan menggunakan prekursor karbonat tembaga CuCO3 dan kemudian dikalsinasi untuk penyingkiran karbon dioksida pada suhu 30°C selama 1 jam. Ukuran karbon aktif dan persentase loading CuOx divariasikan untuk mendapatkan nilai optimum.
Morfologi, komposisi, dan fasa kristal dianalisis dengan metode BET, SEM-EDX, FTIR, XRF dan XRD. Dekomposisi ozon dilakukan pada suhu ruang dan tekanan atmosfir menggunakan reaktor unggun tetap. GAC dengan ukuran 60-100 mesh dan persentase loading CuOx 2 -b menunjukkan aktivitas yang tertinggi karena konversi ozon menjadi oksigen dapat mencapai 100. Jumlah CuOx pada penyangga juga menentukan efisiensi katalis karena jumlah CuOx yang sesuai tampaknya dapat mempertahankan morfologi dan fase kristal katalis.
In this research, ozone decomposition has been synthesized based on copper oxide CuOx with granular activated carbon GAC as a support catalyst, being used as ozone decomposer in effluent gas emissions of industries that use ozone. As a support, GAC was prepared by using HCl and NaOH. CuOx was impregnated to the surface of activated carbon granulated by using copper carbonate CuCO3 as precursor and then calcined to release carbon dioxide with temperature of 30°C for 1 hour. Size of activated carbon and loading percentage of copper oxide to the support were varied to get the optimum value. The morphology, composition, and crystal phase were characterized by BET, SEM EDX, FTIR, XRF, and XRD method. Ozone decomposition was performed at room temperature and atmospheric pressure using fixed bed reactor. Activated carbon with size 60 100 mesh and 2 w loading percentage showed the highest activity which the ozone conversion to oxygen reached 100 . Amount of CuOx on the support also determine the efficiency of catalyst due to appropriate amount of CuOx probably maintain the morphology and crystal phase of the catalyst."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68348
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kalyana Tarra Widya Kusuma
"Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang merupakan tempat pembuangan terbesar di Indonesia yang menjadi pembuangan akhir kota Jakarta dan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering timbul dari TPA adalah adanya limbah lindi yang dihasilkan. Lindi yang dihasilkan dari TPA mengandung polutan tinggi yang berpotensi merugikan kesehatan dan lingkungan sehingga pengolahan lindi dibutuhkan untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu proses pengolahan lindi yang saat ini banyak dikembangkan adalah Advanced Oxidation Processes (AOPs) berbasis ozon dan plasma. Proses yang terjadi adalah dengan menginjeksikan gas ke dalam reaktor plasma dielectric barrier discharge (DBD) sehingga menghasilkan radikal hidroksil (OH•) dan ozon (O3) sebagai oksidator kuat yang akan mendegradasi limbah. Pengolahan limbah lindi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN) yang mana telah terbukti dapat menghasilkan degradasi jauh lebih tinggi daripada reaktor ozon plasma saja. Untuk meningkatkan efektivitas degradasi, dilakukan penambahan karbon aktif granular (GAC) ke dalam sistem ROPN sebagai adsorben dan katalis. Penelitian dilakukan selama 60 menit dengan variasi tegangan, konfigurasi, dan jenis umpan gas. Hasil yang diperoleh pada kondisi optimum adalah terjadinya penurunan pH sebesar 5,59%; Chemical Oxygend Demand (COD) sebesar 87,49%; Total Suspended Solids (TSS) sebesar 100%; Total Dissolved Solids(TDS) sebesar 45,46%; Nitrat sebesar 91,12%; dan Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 93,67%.
The Bantargebang Waste Disposal Site (TPA) is the largest landfill in Indonesia which is the final disposal site for the city of Jakarta and its surroundings. One of the problems that often arises from TPA is the leachate waste produced. Leachate produced from TPA contains high levels of pollutants that have the potential to be detrimental to health and the environment, so leachate processing is needed to prevent negative impacts on the environment and public health. One of the leachate processing methods that is currently being developed is Advanced Oxidation Processes (AOPs) based on ozone and plasma. The process occurs by injecting gas into the dielectric barrier discharge (DBD) plasma reactor to produce hydroxyl radicals (OH•) and ozone (O3) as strong oxidants that will degrade the waste. The current processing of leachate waste is using a Nanobubble Plasma Ozone Reactor (ROPN) which has been proven to produce much higher degradation than a plasma ozone reactor alone. To increase the effectiveness of degradation, granular activated carbon (GAC) was added to the ROPN system as an adsorbent and catalyst. The research was carried out for 60 minutes with variations in voltage, configuration and type of gas feed. The results obtained under optimum conditions were a decrease in pH of 5.59%; Chemical Oxygen Demand (COD) of 87.49%; Total Suspended Solids (TSS) of 100%; Total Dissolved Solids (TDS) of 45.46%; Nitrate of 91.12%; and Biological Oxygen Demand (BOD) of 93.67%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Astrini Pradyasti
"Kebutuhan akan katalis dekomposisi ozon terus meningkat seiring penggunaan ozon yang berlebih oleh industri. Ozon tersebut dilepas ke lingkungan dalam kadar yang melebihi batas ambang yang diperbolehkan dan dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam penelitian ini, dibuat katalis dekomposisi ozon dengan inti aktif oksida seng berpenyangga karbon aktif. Variabel yang divariasikan adalah ukuran katalis dan persentase loading inti aktif pada penyangga katalis. Variasi ukuran katalis yang dilakukan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh, sedangkan variasi persentase loading yang dilakukan adalah 0 -berat, 1 -berat, dan 2 -berat. Katalis dikarakterisasi dengan metode BET, metode SEM-EDX, metode XRF, metode XRD, dan metode FTIR.
Pengujian katalis dekomposisi ozon dilakukan dengan menggunakan Fixed Bed Reactor pada suhu ruang dan tekanan atmosferik. Hasil pengujian katalis dilakukan dengan metode iodometri. Didapatkan bahwa katalis dengan ukuran 60-100 mesh dan loading 2 -berat memiliki konversi dekomposisi ozon tertinggi karena memiliki luas permukaan terbesar dan inti aktif oksida seng terbanyak. Katalis menunjukkan konversi dekomposisi ozon mencapai 100 pada 30 menit pertama. Jumlah ozon yang dapat terdekomposisi mencapai 11,57-107,78 ppm sehingga katalis dapat dikembangkan sebagai filter masker pendekomposisi ozon.
Need of catalyst for ozone decomposition is continue to increase with the excessive use of ozone in many industries. Excess of ozone is released to environment in the level that exceed the allowed threshold and may be harmful to human health. In this research, catalyst for ozone decomposition was made using zinc oxide and activated carbon as the support. Varied variables were catalyst size and loading percentage of zinc oxide to the support. Variations of catalyst size were 18 35 mesh, 35 60 mesh, and 60 100 mesh, whereas variations of loading percentage were 0 weight, 1 weight, and 2 weight. Catalyst were characterized using BET method, SEM EDX method, XRF method, XRD method, and FTIR method. Catalytic ozone decomposition was performed in Fixed Bed Reactor at room temperature and atmospheric pressure. The result of reaction was analyzed using iodometry method. It was found that catalyst which size of 60 100 mesh and loading percentage of 2 weight had the highest conversion of ozone decomposition because it had the largest surface area and the most active sites of metal oxide. This catalyst showed the conversion of ozone decomposition reached 100 for the first 30 minutes. The amount of ozone that had been decomposed reached 11.57 107.78 ppm, so the catalyst dan be developed as a mask filter for ozone decomposition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68471
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Reynaldi Rachmat
"Pada penelitian ini mengevaluasi kinerja katalis berbasis MnOx dengan penyangga karbon aktif berbentuk granular atau pellet atau GAC dalam mendekomposisi keluaran sisa ozon yang tidak diinginkan dalam emisi gas buang dari industri-industri yang menggunakan ozon. Penelitian ini meggunakan reaktor unggun isian (packed bed reactor) dengan menggunakan Karbon Aktif berukuran 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh yang belum diaktivasi dan sudah diaktivasi dengan variasi loading MnOx sebesar 0%-w, 1%-w, dan 2%-w. Preparasi untuk menggabungkan kedua katalis ini menggunakan metode impregnasi dan kalsinasi. Katalis dikarakterisasi dengan menggunakan SEM-EDX dan BET. Kadar ozon sebelum dan setelah dekomposisi oleh katalis dihitung dengan menggunakan iodometri. Pada penelitian ini dievaluasi bahwa GAC berukuran 35-60 mesh dan 60-100 mesh yang sudah diaktivasi dengan aktivasi kimia dan fisika dan memiliki loading MnOx memiliki nilai konversi ozon sampai 100% dan waktu konversi lebih dari 1440 menit atau 24 jam.
This research evaluate performance of MnOx based catalyst with activated carbon support in the form of granular or pellet (GAC) in decomposing unwanted residual ozone in the exhaust emissions from industries that use ozone. This research uses packed bed reactor which is filled by activated carbon with diameter of 18-35 mesh, 35-60 mesh, and 60-100 mesh which is yet to be activated and already activated with MnOx loading MnOx of 0%-w, 1%-w, and 2%-w. Preparation to combine both of the catalysts and the support is by using impregnation and calcination method. The catalyst will be characterized using SEM-EDX and BET. Ozone concentration before and after decomposition by the catalyst is calculated using iodometric method. This research evaluate that GAC which is already activated with diameter of 35-60 mesh and 60-100 mesh, and with MnOx loading has ozone conversion value up to 100% with conversion time over 1440 minutes or 24 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64305
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Claudia Harfian
"Pada penelitian ini dibuat katalis berbasis MnOx dengan zeolit alam Lampung (ZAL) sebagai penyangganya. Katalis ini berfungsi untuk mendekomposisi ozon dalam emisi gas buang industri yang menggunakan ozon. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ukuran dan %-loading nominal katalis. Ukuran katalis yang digunakan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh. %-loading nominal yang digunakan adalah 0%-w, 1%-w, dan 2%-w. Katalis diaktivasi dengan pencucian menggunakan aquademin, HCl, NaOH, dan kalsinasi. Katalis dikarakterisasi menggunakan BET dan SEM-EDX.
Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa ukuran katalis dan %-loading nominal MnOx mempengaruhi kinerja katalis dalam mendekomposisi ozon. Katalis MnOx/ZAL 1%-w dengan ukuran 60-100 mesh menghasilkan konversi ozon yang paling tinggi yaitu sebesar 74,5%. Didapatkan juga bahwa ZAL-lah yang memiliki peran utama dan dominan, dimana MnOx tidak memberikan pengaruh signifikan pada kinerja katalis dalam dekomposisi ozon.
This research make catalyst based on MnOx and Lampung natural zeolite as catalyst support, which serves to decompose ozone in industrial effluent gas which uses ozone. The varied variable is the size and %-nominal loading of the catalyst. The sizes are 18-35 mesh, 35-60 mesh, and 60-100 mesh. The %-nominal loadings are 0%-w, 1%-w, and 2%-w. The catalysts will be activated washed it using aquademin, HCl, NaOH, and calcination. The catalysts are characterized using BET and SEM-EDX. This research concludes that size and nominal %-loading of catalysts affect their performance in decomposing ozone. MnOx/ZAL 1%-w with 60-100 mesh size catalyst gives the highest ozone conversion which is 74,5%. This research also give results that the most dominant or the main role in decomposing ozone is ZAL, where MnOx did not give any significant effect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64289
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurul Afifah Azzahrah
"Limbah cair sintetis 4-klorofenol disisihkan dengan menggunakan ozonator yang dikombinasikan dengan filter GAC. Penelitian ini dilakukan dengan variasi konfigurasi sistem operasi ozonator dan ozonator dengan filter GAC dan kondisi pH limbah cair (asam = 4, 07, basa = 10, 8 dan netral 6, 6. Degradasi ini menghasilkan hasil akhir karbondioksida dan air Penelitian ini menghasilkan kondisi terbaik untuk degradasi 4- klorofenol yaitu kondisi basa pH 10,8 dan sistem operasi yang merupakan kombinasi ozonator dan filter GAC. Persentase degradasi yang dihasilkan mencapai 86,71% dengan konsentrasi akhir 6, 65 ppm.
Synthetic wastewater 4-chlorophenol was removed by using ozonator combined with GAC filter. The research was carried out with variations of operating system configurations (ozonator and ozonator with GAC filter) and effluent pH conditions (acidic = 4.07, base = 10.8, and neutral = 6.6). This degradation produces carbon dioxide and water outcomes. This research resulted in the best conditions for the degradation of 4-chlorophenol, which is 10.8 pH alkaline conditions and the operating system which is a combination ozonator and GAC filters. The resulting degradation percentage reached 86.71%, with a final concentration of 6.65 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52443
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Reno Pratiwi
"Proses degradasi polutan organik diharapkan dapat berlangsung lebih efektif dengan menggabungkan kedua proses fotokatalisis dan adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi TiO2 - karbon aktif sebagai fotokatalis dan adsorben untuk mengetahui komposisi yang memberikan hasil penyisihan terbaik.
Ti02 dipreparasi menggunakan Ti(Opr)4AcAc sebagai precursor dengan metode sol gel. Selanjutnya sol Ti02 dicampurkan dengan serbuk karbon aktif pada berbagai komposisi kemudian diuapkan dan dikalsinasi. Material fotokatalis adsorben (AFT) kemudian dikarakterisasi dengan BET dan XRF untuk mengetahui luas permukaan dan prosentase jumlah katalis di permukaan adsorben. Uji kinetika proses degradasi fenol oleh material fotokatalis adsorben dalam reaktor Air Sparged Tube Reactor dilakukan untuk menentukan parameter parameter kinetika yaitu konstanta laju reaksi (kr), konstanta kesetimbangan adsorpsi (Kc) dan energi aktifasi (EA) Dalam analisis data digunakan model kinetika Langmuir-Hinshelwood untuk menggambarkan pembentukan CO2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 kurang dan 50% penyisihan fenol terbanyak diperoleh pada komposisi 15% Ti02 dan 85% karbon aktif (AFT 15% TiO2) sedangkan pada penggunaan AFT dengan kandungan Ti02 lebih besar dan 50% komposisi 65% TiO2 dan 35% karbon aktif (AFT 65% Ti02) memberikan hasil terbaik. Model persamaan Langmuir-Hinshelwood berlaku pada saat kesetimbangan adsorpsi karbon aktif tercapai dimana hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah karbon aktif di dalam AFT. Pada penggunaan AFT 15% TiO2 diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi (=30 menit) daripada penggunaan AFT 65% TiO2(=5 menit).
Perbandingan parameter kinetika yang dilakukan terhadap dua kondisi optimum menunjukkan bahwa penambahan karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan adsorbsi AFT namun disis Iain menurunkan kemampuan AFT dalam mendegradasi fenol. Umur AFT 15% TiO2 diduga lebih pendek daripada AFT 65% TiO2 karena harga kr yang lebih kecil dan harga Kc yang leblh besar sehingga AFT 15% TiO2 akan lebih cepat jenuh dengan fenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21269
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ulina Ayu Pangesti
"
ABSTRAKIsu energi global merupakan suatu topik masalah yang tidak baru lagi. Peningkatan produksi energi yang menunjukkan pengaruh signifikan adalah dengan modifikasi bahan bakar fosil dengan bahan bakar terbarukan, salah satunya adalah dengan bioethanol. Salah satu kendala dalam produksi bioethanol fuel-grade adalah sulitnya memenuhi standar kadar air yang berada pada angka 1.0 v/v sesuai standar Amerika ASTM D4806 karena terjadinya fenomena azeotrope. Salah satu metode yang paling hemat energi adalah dengan adsorpsi. Salah satu kriteria dehidrasi bioethanol dengan metode ini dinilai memiliki kinerja baik adalah saat kapasitas adsorpsi dari adsorbent semakin besar. Kapasitas ini salah satunya dipengaruhi oleh material dari adsorbent yang digunakan. Material adsorbent yang diuji kapasitasnya dalam penelitian ini adalah polyvinyl alcohol PVA , zeolit, dan karbon aktif. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hubungan serta pengaruh jenis adsorbent dan konsentrasi awal campuran terhadap kapasitas adsorpsi menggunakan pemodelan Langmuir untuk grafik hubungan konsentrasi akhir etanol dengan kapasitas adsorpsi. Adsorpsi karbon aktif memiliki kapasitas yang dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan PVA, dan 20 lebih besar dari zeolit. Analisis selektivitas menunjukkan bahwa zeolit sebagai adsorben lebih selektif terhadap air dibandingkan dengan kedua adsorben lainnya.
ABSTRAKGlobal energy issue is no longer a new topic. The expansion of energy production proven to show significant influence is the fossil fuel modification by blending it with liquid renewable fuel, such as bioethanol. Bioethanol must achieve fuel grade standard to qualify as gasoline, one of the specification is to have moisture content of 1.0 v v or less, as regulated by ASTM D4806. This parameter is a challenging one to achieve, because water ethanol mixture will encounter the azeotrope phenomenon when the mixture undergoes a common distillation process and reach 95.6 v v of ethanol. One of the dehydration method that use less energy is adsorption. One of the efficiency consideration of bioethanol dehydration with adsorption is its adsorption capacity. Adsorption capacity is influenced by the material of adsorbent, operational temperature and time. The material being tested in this research are poly vinyl alcohol PVA , zeolite, and activated carbon. This research will analyze the dependency and influence of adsorbent type and mixture rsquo s initial concentration towards adsorption capacity utilizing a Langmuir model. The result of this study showed that the activated carbon has the highest parameter capacity, which is almost twice as much than PVA and 20 larger than zeolite. Whereas the result of selectivity study between the three prove that zeolite has better selectivity."
2017
S68067
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rakhael Cahya Nugraheni Budiharja
"Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer memberikan dampak kenaikan suhu dan perubahan iklim. Adsorpsi dengan adsorben merupakan pemisahan CO2 yang memiliki konsumsi energi dan biaya yang rendah. Karbon aktif dipilih sebagai adsorben karena memiliki kapasitas adsorpsi CO2 yang lebih baik pada tekanan atmosfer dan suhu yang tinggi. Ranting tanaman teh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan karbon yang tinggi yaitu 53%. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh pembuatan karbon aktif dari ranting teh melalui karbonisasi 400°C selama 1 jam menggunakan gas N2, dan aktivasi fisika pada suhu aktivasi yang divariasikan, yaitu 600, 700, dan 800°C selama 4 menit dengan pemanfaatan alat APS (arc plasma sintering), terhadap pembentukan pori, luas permukaan, pembentukan gugus fungsi, serta struktur dan ukuran kristal. Karakterisasi karbon aktif didapatkan melalui SEM, BET, FTIR, dan XRD. Kemudian, melalui alat TPD-CO2, jumlah kapasitas adsorpsi CO2 pada karbon aktif dari ranting teh dapat terukur. Melalui proses karbonisasi dan aktivasi fisika, didapatkan karbon aktif dengan luas permukaan 86,668 m2/g dan kapasitas adsorpsi 2,057 mmol/g yang optimal pada suhu aktivasi fisika 800°C.
Increasing CO2 concentrations in the atmosphere have an impact on rising temperatures and climate change. Adsorption with adsorbents is a CO2 separation that has low energy consumption and costs. Activated carbon was chosen as an adsorbent because it has better CO2 adsorption capacity at atmospheric pressure and high temperature. Tea plant twigs can be used as raw material for making active carbon because they have a high carbon content, namely 53%. This research was conducted to obtain the effect of making activated carbon from tea twigs through carbonization at 400°C for 1 hour using N2 gas, and physical activation at varied activation temperatures, namely 600, 700, and 800°C for 4 minutes using the APS (arc plasma sintering), on pore formation, surface area, formation of functional groups, as well as crystal structure and size. Characterization of activated carbon was obtained through SEM, BET, FTIR, and XRD. Then, using the TPD-CO2, the amount of CO2 adsorption capacity on activated carbon from tea twigs can be measured. Through the carbonization and physical activation process, activated carbon was obtained with a surface area of 86,668 m2/g and an adsorption capacity of 2,057 mmol/g which was optimal at a physical activation temperature of 800°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library