Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mufid Idan Nugraha
"ABSTRAK
Glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat merupakan senyawa glikosaminoglikan (GAGs) yang merupakan komponen struktural utama dari tulang yang akan membentuk proteoglikan. Kedua senyawa ini dapat merawat kesehatan tulang dengan menstimulasi sintesis cairan sinovial dan menghambat degradasi kartilage persendian, sehingga dapat digunakan untuk terapi osteoartritis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis yang selektif untuk penetapan kadar glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat dalam sediaan tablet dan krim. Setelah diderivatisasi menggunakan pereaksi ortoftalaldehida dan 2-merkaptoetanol (OPA/2-ME), sampel dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 445 nm. Glukosamin mempunyai gugus amin primer sehingga dapat diderivatisasi dengan OPA/2-ME, sedangkan kondroitin mempunyai gugus asetil pada gugus amin, sehingga perlu dilakukan deasetilasi menggunakan natrium hidroksida untuk memutus gugus asetil. Fase gerak yang digunakan tetrahidrofuran 0,25% dalam air-asetonitril (87:13) dengan laju alir 1,5 mL/menit. Kondisi analisis yang telah dioptimasi kemudian divalidasi mencakup akurasi, presisi, linieritas, selektivitas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. Hasil menunjukkan kadar rata-rata glukosamin hidroklorida dan kondroitin sulfat pada sediaan tablet dan krim adalah 92,76%; 96,11% dan 101,15%; 100,33% memenuhi syarat keberterimaan.

ABSTRAK
Glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate are glycosaminoglycans (GAGs) compound which is a major structural component of bone that form proteoglycans. Both of these compounds can take care of bone health by stimulating the synthesis of synovial fluid and inhibit the degradation of joint cartilage, so it can be used for the treatment of osteoarthritis. The aimed of this study were obtain selective analytical method for the determination of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate levels in tablet and cream dosage forms. After derivatization using orthophtalaldehyde and 2-mercaptoethanol (OPA/2-ME), samples were analyzed using high performance liquid chromatography (HPLC) with fluorescence detector at excitation wavelength of 335 nm and emission wavelength of 445 nm.. Glucosamine has a primary amine group that can be derivatized with OPA/2-ME, while chondroitin having an acetyl group at the amine group, so we needed deacetylation using natrium hydroxide to break the acetyl group. The mobile phase used tetrahydrofuran 0.25% in water-acetonitrile (87:13) with a flow rate 1.5 mL/min. Analysis conditions have been optimized, validated in terms of accuracy, precision, linearity, selectivity, limit of detection, and limit of quantitation. The results showed average levels of glucosamine hydrochloride and chondroitin sulphate in tablet and cream dosage forms were 92.76%; 96.11% and 101.15%; 100.33% and fulfilled the acceptance criteria.
"
2016
S65011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirstie Imelda Majesty
"ABSTRAK
Tulang rawan merupakan limbah yang dihasilkan industri perikanan dan peternakan di Indonesia. Tulang rawan merupakan sumber glikosaminoglikan (GAG) yang baik. GAG yang terkandung dalam tulang ikan sebagian besar terdiri dari kondroitin-4-sulfat dan kondroitin-6-sulfat dalam bentuk proteoglikan (Garnjanagoonchorn, 2007). Kondroitin sulfat adalah polimer yang terjadi alami dalam tubuh manusia, terutama di bagian tulang rawan dan sendi, namun berkurang produksinya karena pertambahan usia (Lauder, 2009). Kondroitin sulfat juga banyak digunakan sebagai suplemen makanan karena sudah banyak diteliti manfaatnya untuk kesehatan tulang rawan dan pengobatan osteoartritis yang aman bagi tubuh, dengan mekanisme kerjanya yaitu meningkatkan konsentrasi GAG sendi dan meningkatkan viskositas cairan sendi dan membantu menjaga tulang rawan dengan menyerap cairan ke dalam jaringan ikat sehingga merangsang pertumbuhan tulang yang baru. Hingga saat ini masih banyak permasalahan mengenai ekstraksi kondroitin sulfat selain karena sumbernya menghasilkan yield yang beragam. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi mekanokemikal, yang dapat mengambil molekul kondroitin sulfat dari matriks tulang tanpa mengubah bentuk molekulnya karena adanya zat kimia sebagai solvennya. Cara ekstraksi secara mekanokemikal tidak menggunakan solven beracun yang dapat membahayakan tubuh manusia, sehingga dapat dikonsumsi dengan aman. Produk dari teknologi ekstraksi kondroitin sulfat secara mekanokemikal dari limbah ikan patin, ikan salmon, dan ikan kakap ini diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai masalah tulang sendi yang dialami penderita dengan aman, mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah industri pengalengan dan pengeringan ikan, serta tersedia dalam jumlah banyak di pasaran bebas dan dapat diperoleh dengan harga yang jauh lebih ekonomis sehingga dapat menjangkau masyarakat luas.

ABSTRACT
Cartilage is the waste produced by the fisheries and farms in Indonesia. Cartilage is an excellent source of glycosaminoglycans (GAG). GAG that is contained in fish bone consists mostly of chondroitin-4- sulfate and chondroitin-6-sulfate in the form of proteoglycans (Garnjanagoonchorn, 2007). Chondroitin sulfate is a polymer that existed naturally in the human body, particularly in the cartilage and joints, but the production decreases due to aging (Lauder, 2009). Chondroitin sulfate is also widely used as a dietary supplement since some studies show that it has many health benefits for cartilage and osteoarthritis treatment which is safe for the body, with its mechanism of action that increases the concentration of GAG in joints, increase joint’s fluid viscosity, and helps keep cartilage to absorb fluid into the connective tissue, thus stimulating the growth of new cartilage. Until now there are still many problems concerning the extraction of chondroitin sulfate in addition to the source-yielding variety. Extraction methods used in this study is the mechanochemical extraction, which could extract chondroitin sulfate molecule from bone matrix without changing the structure of the target molecule for the minimal use of chemical substances as its solvent. Mechanochemical extraction does not use toxic solvents, which can be harmful for the human body, so it can be consumed safely. The mechanochemical extraction of chondroitin sulfate technology is performed on industrial waste of catfish, salmon, and snapper and the product is expected to safely help overcome various joint problems experienced by patients, reduce environmental pollution from fish canning and drying industrial waste, and is available in large quantities on the market and can be obtained at a much more economical price so as to reach the wider community. "
2015
S59244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Junita
"Natrium hialuronat dan kondroitin sulfat merupakan glikosaminoglikan yang berfungsi sebagai penyusun proteoglikan yang menjaga struktur utama tulang rawan. Kedua senyawa tersebut dapat digunakan sebagai suplemen pada tata laksana osteoartritis. Sediaan campuran natrium hialuronat dan kondroitin sulfat sudah tersedia di Indonesia. Namun, metode analisis untuk campuran tersebut belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proses derivatisasi yang optimum dan metode analisis senyawa natrium hialuronat dan kondroitin sulfat yang valid menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Natrium hialuronat dan kondroitin sulfat merupakan senyawa yang tidak memiliki gugus amin sehingga perlu dilakukan deasetilasi menggunakan natrium hidroksida yang berperan untuk memutuskan rantai asetil sehingga diperoleh gugus amin primer yang secara spesifik dapat diderivatisasi dengan pereaksi ortoftalaldehida dan 2-merkaptoetanol (OPA/2-ME) selama 2 menit. Kondisi optimum untuk menganalisis campuran tersebut dilakukan menggunakan KCKT dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan panjang gelombang emisi 445 nm. Fase gerak yang digunakan metanol-Na2HPO4-tetrahidrofuran (55:42:3) dengan laju alir 0,5 mL/menit dengan sistem gradien. Kondisi yang telah optimum divalidasi dan diperoleh hasil yang valid untuk senyawa natrium hialuronat dengan linearitas y = 43953x + 377882 dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997 pada rentang 0,5-2,5 ppm. Hasil yang diperoleh untuk senyawa kondroitin sulfat dengan linearitas y = 20097x + 179164 dan nilai r = 0,9996 pada rentang 0,5-2,5 ppm. Penelitian ini masih memiliki kekurangan dalam variasi optimasi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan optimasi lebih lanjut agar dapat diperoleh hasil yang lebih baik.

Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate are glycosaminoglycans that function as proteoglycan constituents for maintaining major structural cartilage. Both compounds can be used as a supplement in osteoarthritis therapy. Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate mixture product is already available in Indonesia. However, the analysis method of that mixture is not available. This study aim to obtain the optimum derivatization process and valid method to analyze sodium hyaluronate and chondroitin sulfate using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sodium hyaluronate and chondroitin sulfate are compounds that do not have a primary amine group. It is necessary to deacetylate with sodium hydroxide which has role to break the acetyl chain so that a primary amine group can be obtained and specifically can be derivatized with orthopthalaldehyde and 2-mercaptoethanol (OPA/2-ME) reagent for 2 minutes. Optimum condition to analyze the mixture using HPLC with fluorescence detector at an excitation wavelength of 335 nm and an emission wavelength of 445 nm. The mobile phase used methanol-Na2HPO4-tetrahydrofuran (55:42:3) with a flow rate of 0.5 mL/min with a gradient system. Optimized conditions were validated and valid results were obtained for sodium hyaluronate with linearity y = 43953x + 377882 and correlation coefficient (r) value = 0.9997 in the range 0.5-2.5 ppm. Valid results were obtained for chondroitin sulfate with linearity y = 20097x + 179164 and r value = 0.9996 in the range 0.5-2.5 ppm. This study still has shortcomings in optimization variations. Therefore, further optimization is needed to obtain better results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Andriani
"Glukosamin adalah suatu zat yang dapat disintesis di dalam tubuh yang berguna untuk mempertahankan dan memulihkan kinerja sendi. Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mensintesis glukosamin menurun sehingga menyebabkan penyakit osteoartritis. Oleh karena itu, telah berkembang suplemen makanan yang mengandung glukosamin yang telah diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan osteoartritis. Analisis glukosamin HCl dilakukan untuk memperoleh volume, temperatur, waktu, dan waktu kestabilan reaksi yang optimum pada derivatisasi glukosamin HCl dengan FMOC-Cl menggunakan detektor fluoresensi. Larutan standar glukosamin HCl 1 μg/ml ditambah 50,0 μL 0,2 M dapar dinatrium tetraborat dekahidrat pH 8, kemudian divorteks selama 10 detik, ditambah 360,0 μL pereaksi FMOC-Cl 1 mg/ml, campuran divorteks selama 10 detik, diinkubasi menggunakan termomixer pada 1400 rpm dan temperatur 25°C selama 15 menit, selanjutnya disuntikkan sebanyak 20,0 μL ke alat KCKT. Pemisahan dengan KCKT menggunakan kolom Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4,6 mm) dengan komposisi fase gerak air-asetonitril (40:60) dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Linieritas pada konsentrasi 100-1000 ng/ml dengan koefisien korelasi (r) 0,9995. Nilai batas deteksi (LOD) sebesar 21,98 ng/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 73,26 ng/ml.

Glucosamine is a synthesized substance in the human body useful for maintaining and restoring the joint's function. Body's capacity to synthesize glucosamine declines with age thus can cause osteoarthritis. There was development of dietary supplement that contains glucosamine which has been approved by the Food and Drug Administration (FDA) for treatment of osteoarthritis. Glucosamine HCl analysis was performed in order to get optimal volume, temperature, time, and reaction stability time in glucosamine HCl derivation with FMOC-Cl using fluorescence detector. Standard solution of Glucosamine HCl added by 50.0 μl 0.2 M disodium tetraborate decahydrate buffer with pH 8 were homogenized for 10 seconds, then the mixed solution was added by 360.0 μl of 1 mg/ml FMOC-Cl reagent and homogenized for 10 seconds. It was then incubated using termomixer at 1400 rpm and a temperature of 25°C for 15 minutes, then as many as 20.0 μl injected into the High Performance Liquid Chromatography (HPLC) instrument. Separation by HPLC using one column of Kromasil® C18 (5 μm; 250 x 4.6 mm) with mobile phase composition of water-acetonitrile (40:60) and flow rate 1.0 ml/minute. Linearity at concentrations of 100-1000 ng/ml with a correlation coefficient (r) 0.9995. The limit of detection (LOD) value was 21.98 ng/ml and the limit of quantitation (LOQ) was 73.26 ng/ml."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rekab Fransiska Winati
"Glukosamin HCl merupakan obat yang digunakan dalam pengobatan osteoarthritis. Saat ini semakin banyak penggunaan obat Glukosamin HCl secara transdermal, dimana obat ini akan melewati sirkulasi sistemik, sehingga kadarnya di dalam darah perlu dipantau. Metode analisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor fluorosensi telah dikembangkan dan dioptimasi untuk analisis glukosamin HCl dalam plasma manusia in vitro. Glukosamin HCl harus diderivatisasi terlebih dahulu dengan orto-ftalaldehida/ 2- merkaptoetanol untuk mendapatkan gugus kromofor sehingga dapat terdeteksi pada detektor fluorosensi. Glukosamin HCl diekstraksi dari plasma dengan menggunakan asetonitril. Kromatografi dilaksanakan menggunakan kolom faseterbalik Lichrospher® 100 RP-18 (5μm, Merck), fase gerak asetonitril-air yang mengandung 0,25% tetrahidrofuran (11:89) pada kecepatan alir 1,0 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang eksitasi 335 nm dan emisi 445 nm. Kondisi optimum ini membutuhkan waktu analisis 19.948 menit. Pada rentang konsentrasi 0,0502-10,0400 μg/ml dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) 0,9997. Akurasi (% diff) dari metode ini antara -3,72 hingga 4,39 % dengan presisi (KV) antara 2,23 hingga 3,09%, dan uji perolehan kembali relatif antara 96,28% sampai 104,39%.

Glucosamine HCl is a drug which is used in osteoarthritis treatment. Recently the use of transdermal?s Glucosamine HCl is increasing, wether glucosamine HCl will pass the systemic circulation, thereby monitoring the blood drug level is necessary. A method using high-performance liquid chromatography (HPLC) with fluorosence detector has been developed for analysis of glucosamine HCl in human plasma in vitro. Before Glucosamine HCl can be detected by fluorosence detector, it must be derivatived with orthophtalaldehyde/2-mercaptoethanol, in order to get chromophore group. Glucosamine HCl was extracted from plasma using acetonitrile. The chromatography was carried out by a reversed-phase Lichrospher® 100 RP-18 (5μm, Merck) with mobile phase consisted of acetonitrile-water containing tetrahydrofuran 0,25% (11:89) at flow rate 1,0 mL/minute and detection was performed at excitation wavelength of 335 nm and emission wavelength of 445nm. This optimum condition was take 19.948 minutes for analysis. Linearity was established for range concentration of 0,0502-10 μg/ml with coefficient correlation (r) was 0,9997. Accuracy (% diff) ranged from -3,72 to 4,39 % , precision (CV) ranged."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Zilpaterol merupakan suatu obat golongan β-agonis yang dapat meningkatkan berat karakas sapi sehingga daging sapi yang diperoleh semakin banyak tetapi dapat meninggalkan residu. Adanya kemungkinan dipakainya obat ini pada program pemerintah dalam rangka swasembada daging sapi dan residunya yang dapat menimbulkan efek samping, maka diperlukan suatu metode analisis untuk mengetahui kandungan residu zilpaterol pada daging sapi. Pada penelitian ini dilakukan validasi terhadap metode analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi yang sederhana untuk penentuan kadar zilpaterol dalam daging sapi secara in vitro. Sistem kromatografi menggunakan kolom YMC-Triart® C18 (250 x 4,6mm, 5 µm) dengan elusi isokratik menggunakan dapar amonium asetat 50 mM pH 4,5 - metanol (4:1) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Sampel dideteksi dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 286 nm dan emisi 635 nm. Proses ekstraksi dari daging sapi dilakukan dengan metode pengendapan protein menggunakan asam trikloroasetat. Metode yang digunakan memenuhi kriteria persyaratan Validation of Analytical Methods Used in Residue Depletion Studies oleh FDA. Metode divalidasi pada rentang 5 - 50 ng/g dengan koefisien korelasi 0,9982 dan memenuhi kriteria akurasi dengan % diff sebesar -34,80% - 1,28%, serta presisi dengan koefisien variasi <11%. Batas deteksi didapat pada 1,49 ng/g dan batas kuantitasi 5,00 ng/g. Pada uji stabilitas, zilpaterol dalam daging sapi dinyatakan stabil pada 3 kali siklus beku dan cair juga pada ekstraknya selama 1 minggu.

Zilpaterol is a β-agonist class of drugs which can increase weight of caracas cattle, but it can leave residue. The possibility of using this drug in the goverment beef self-supporting program and the side effects because of the residue, a method of analysis to determine the content of residual zilpaterol on beef is needed. In this research, validation of methods of analysis using high performance liquid chromatography for the determination of zilpaterol in beef in vitro. Chromatography was performed by YMC-Triart® C18 column (250 x 4,6mm, 5 m) under isocratic elution by 50 mM amonium acetate buffer pH 4.5 - methanol (4: 1) with a flow rate of 1.0 mL / min. Samples detected by fluorescence detector at excitation wavelength 286 nm and 635 nm emission. The extraction process from beef by protein precipitation method using trichloroacetic acid. The used method meet the eligibility criteria Validation of Analytical Methods Used in Residue depletion Studies by the FDA, method was validated in the range of 5-50 ng/g by correlation coefficient value 0.9982, and validated with accuracy (%diff) -34.80% - 1,28%, and precision <11%. Limit of detection this method is 1,49 ng/g and limit of quantitation is 5,00 ng/g. In the stability test, zilpaterol in beef stable at 3 cycles of freeze and thaw and the extract for 1 week."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Anggraeni
"Glukosamin memilki efek terapi farmakologis alternatif untuk pengobatan osteoarthritis. Pemakaian glukosamin secara transdermal merupakan salah satu upaya untuk mengatasi bioavaibilitas yang baik. Bentuk sediaan nanoemulsi dapat meningkatkan kelarutan obat, stabil secara termodinamika dan memiliki penampilan yang transparan dengan ukuran partikel kurang dari 100 nm. Senyawa peningkat penetrasi perkutan diantaranya etanol dan asam oleat ditambahkan ke dalam masing-masing formula nanoemulsi glukosamin, Uji daya penetrasi secara in vitro dengan sel Difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus Rattus norvegicus menghasilkan jumlah kumulatif glukosamin yang terpenetrasi setelah 8 jam dari sediaan formula A (etanol 6%) dan formulasi B (asam oleat 6%) secara berturut turut sebanyak 1147,30± 27,45 μg/cm2; 708,72 ± 10,35 μg/cm2. Laju penetrasi atau fluks dari sediaan formula A dan formula B berturut - turut sebesar 218,41 ± 2,68 μg/cm2.jam; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.jam. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan seperti organoleptis, homogenitas, pH, Viskositas, sentrifugasi dan ukuran partikel. Ukuran rata ? rata partikel yang diperoleh pada formulasi A 4,5 nm dan formulasi B 12,3.

Glucosamine have an alternative pharmacologic theraphy for osteoarthritis. Oral glucosamine does not show any good bioavaibility, for that reason transdermal route is one wich was developed to overcome the problem. Nanoemulsi dosage form can improve drug solubility, thermodynamically stable and has a transparant appearance with particle size less than 100 nm. Percoutaneous penetration ethanol and oleic acid were added to each nanoemulsion formula glucosamine. Penetration test in vitro with Franz diffusion cell using Rattus norvegicus rat abdomen skin as membrane diffusion. Cumulative amount of glucosamine penetrated after 8 hours from formula A (ethanol 6%) and formula B (6%) were 1147,30±27,45 μg/cm2; 708,72±10,35 μg/cm2 respectively. Penetration rate or flux of glucosamine from formula A and formula B, 218,41 ± 2,68 μg/cm2.hour; 88,59 ± 2,23 μg/cm2.hour. Physical stability test is done through organoleptic, homogenaity, pH, viscosity, centrifugation and particle size. The average particle size obtained from formula A and formula B were 4,5 nm and 12,3 nm respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Rahmawati
"ABSTRAK
Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang umumnya terdapat pada
rimpang kunyit (Curcuma longa L.). Setelah pemberian peroral, kurkumin dalam
tubuh akan segera dimetabolisme melalui proses reduksi maupun konjugasi. Oleh
karena itu, kadar kurkumin di dalam darah sangat kecil sehingga diperlukan metode
bioanalisis yang selektif dan sensitif. Metode Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi
? Tandem Spektrometer Massa (KCKUT-SM/SM) yang spesifik dan cepat telah
dikembangkan dan divalidasi untuk menetapkan kadar kurkumin dalam plasma
manusia menggunkan diazepam sebagai baku dalam. Pemisahan dilakukan
menggunakan kolom C18 Acquity® Waters, UPLC BEH 1,7 μm, 2,1 x 100 mm, fase
gerak asam format 0,15% - Asetonitril (50:50), laju alir 0,5 mL/menit dengan metode
preparasi sampel ekstraksi cair-cair menggunakan campuran larutan etil asetatmetanol
(95:5). Mode ionisasi yang digunakan adalah multiple reaction monitoring
(MRM) dengan mode Electrospray ionization positif dengan nilai m/z berturut-turut
369,05 > 176,95 dan m/z 284,95 > 193 untuk kurkumin dan diazepam. Metode
bioanalisis menunjukkan presisi dan akurasi yang baik dengan nilai % KV dan % bias
< 15% untuk semua konsentrasi (QCL, QCM dan QCH) dengan nilai kurva kalibrasi
yang linear (r = 0,999) pada rentang 1 ? 100 ng/mL dan nilai LLOQ untuk senyawa
kurkumin sebesar 1,0 ng/mL. Metode ini telah diaplikasikan untuk menentukkan
kadar kurkumin dalam plasma 1 orang sehat yang telah diberi sediaan kurkumin 1800
mg. Dari penelitian diperoleh hasil tidak ditemukannya kurkumin dalam bentuk
bebas, tetapi bentuk kurkumin terglukuronidasi dan tersulfatasi. Perbandingan antara
jumlah terglukuronidasi dan tersulfatasi 4:1. Metode analisis yang diperoleh sudah
memenuhi kriteria validitas menurut Guidance EMEA 2011 dengan sensitivitas yang
tinggi sehingga dapat diaplikasikan untuk studi in-vivo.

ABSTRACT
Curcumin is a polyphenol, found in the spice turmeric from the rhizome of the herb
Curcuma Longa. After oral administration, Curcumin undergoes rapid metabolism by
conjugation and reduction. Curcumin levels are generally low so that the required
bioanalytical method is selective and sensitive. A simple, specific and rapid UPLCMS/
MS method has been developed and validated for the estimation of curcumin in
human plasma, using diazepam as internal standard (IS). The separation using UPLC
BEH C18 column 1.7 μm, 2,1 x 100 mm Acquity® Waters; 0.15% formic acid -
acetonitril (50:50, v/v) as mobile phase; flow rate 0.5 mL/min; using liquid-liquid
extraction with the mixture of ethyl acetate-methanol (95:5) for the sample
preparation. The ionization mode using electrospray ionization (ESI) detection in
multiple reaction monitoring (MRM) in positive ionization mode. The MS/MS ion
transitions monitored were m/z 369.05 >176.95 and 284.95 > 193 for curcumin and
diazepam respectively. The method was proved to be precise and accurate (expressed
as coefficient of variation, % CV and differentiation, % diif) was < 15% for all
concentration (QCL, QCM and QCH) with a coefficient correlation ( r = 0.999)
and linearity range of 1 ? 100 ng/mL, LLOQ for curcumin was 1 ng/mL. The
Method was applicated to determine the level of curcumin in healthy subject after
oral administration 1800 mg of curcumin dosage form. No Free curcumin was
detected in plasma sample, but curcumin glucuronides and sulfates were detected in
plasma subject. The ratio of glucuronide to sulfate was 4: 1. The analytical method
fullfilthe criteria of validity by the EMEA Guidance 2011 with high sensitivity and it
would be applicable to in-vivo study."
2014
T47183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Khoirunnisa
"Gelatin adalah suatu protein yang dihasilkan dari kolagen dengan cara hidrolisis asam atau basa. Komposisi dan susunan asam amino pada gelatin berbeda tergantung tiap sumber jaringan hewan tetapi selalu terkandung glisin, prolin, dan hidroksiprolin dalam jumlah yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi gelatin, mengetahui karakteristik gelatin dari kulit sapi dan memperoleh metode analisis yang optimum untuk penetapan kadar asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin pada gelatin sapi. Kulit sapi dihidrolisis menggunakan natrium hidroksida 2 , suhu ekstraksi 70 C selama 3 jam dan suhu pengeringan 60 C. Pada ekstrak gelatin sapi dilakukan evaluasi uji meliputi uji organoleptis, analisis spektrum FTIR, pH, kadar abu, kadar air, dan viskositas.
Hasil optimasi metode analisis untuk penetapan kadar asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin pada gelatin sapi menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 265 nm dan emisi 320 nm, komposisi fase gerak dapar asetat-asetonitril 55:45 dengan laju alir 0,8 mL/menit dan menggunakan kolom C18 dengan panjang kolom 250 mm, diameter dalam 4,6 mm, dan ukuran partikel 5 mm, serta dilakukan derivatisasi menggunakan pereaksi 9-Fluorenilmetoksikloroformat-klorida FMOC-Cl . Hasil menunjukkan kadar rata-rata glisin, prolin, dan hidroksiprolin pada sampel gelatin sapi adalah 25,10 0,09 , 14,28 0,11 , dan 13,50 0,05.

Gelatin is a protein derived from partial hydrolysis of collagen either with acid or alkali. The amino acid composition and its sequences in gelatin are different from one source to another, but always consist of large amount of glycine, proline and hydroxyproline. This study aimed to isolate gelatin, determined characteristic and obtain analytical methods are optimum for the determination of glycine, proline, and hydroxyproline levels in bovine gelatin. Bovine hide is hydrolyzed using 2 sodium hydroxide, extraction temperature at 70 C for 3 hours and drying temperature at 60 C. The gelatin extract were evaluate with organoleptic test, FTIR analysis, pH, ash content, moisture content, and viscosity.
The result of optimum analysis condition for the determination of glycine, proline, and hydroxyproline in bovine gelatin using high performance liquid chromatography HPLC with fluorescence detector at excitation wavelength 265 nm and emission 320 nm, mobile phase composition acetic buffer acetonitrile 55 45 with a flow rate 0,8 mL min and was used C18 column with a length of 250 mm, an inner diameter of 4.6 mm, and the particle size 5 mm. Derivatization amino acids using reagent 9 fluorenymthylchloroformate cloride FMOC Cl. The results showed average levels of glycine, proline, and hydroxyproline in bovine gelatin were 25.10 0.09 , 14.28 0.11 , and 13.0 0.05.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryaty Ekasary
"Gelatin merupakan hidrokoloid yang banyak digunakan pada makanan. Komposisi asam amino pada gelatin berbeda tergantung sumber jaringan hewan tetapi terkandung glisin, prolin, dan hidroksiprolin dalam jumlah besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengetahui karakteristik gelatin dari kulit babi, dan memperoleh kondisi analisis optimum untuk penetapan kadar asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin pada gelatin babi. Isolasi gelatin dari kulit babi menggunakan asam asetat 0,5. dalam proses pretreatment dan diekstraksi menggunakan akuades pada suhu 550C selama. jam dengan suhu pengeringan 600C. Pada ekstrak gelatin dilakukan analisis karakterisasi seperti pengamatan organoleptis, uji FTIR, kadar air, kadar abu dan uji viskositas.
Hasil optimasi metode analisis untuk penetapan kadar asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin pada gelatin kulit babi menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor fluoresensi dilakukan pada panjang gelombang eksitasi 265 nm dan emisi 320 nm, komposisi fase gerak dapar asetat-asetonitril 55:45 dengan laju alir 0,8 ml/menit dan menggunakan kolom yang digunakan yaitu C18 dengan panjang kolom 250 mm, diameter dalam 4,6 mm, dan ukuran partikel. mm serta dilakukan derivatisasi menggunakan pereaksi 9-Fluorenilmetoksikarbonil-klorida. Hasil analisis menunjukkan kadar rata-rata glisin, prolin, dan hidroksiprolin pada sampel gelatin babi adalah 28,571 0,74, 19,236 0,48, dan 12,886 0,33.

Gelatin is an important hydrocolloid which has been widely used in food applications. The amino acid composition in gelatin are different from one source to another but always consists of large amounts of glycine, proline, and hydroxyproline. This study aimed to isolate gelatin, determined characteristic and optimum analysis condition gelatin of porcine skin. The porcine gelatin was isolation by acetic acid 0,5. for pretreatment and aquadest at 550C for. hours with drying at 600C. The extract were evaluate with organoleptic test, FTIR, moisture assay, ash assay and viscosity test.
The result of optimum analysis condition for the determination of glycine, proline, and hydroxyproline levels in porcine gelatin using high performance liquid chromatography with fluorescence detector at excitation wavelength 265 nm and emission 320 nm, mobile phase composition acetic buffer acetonitrile 55 45 with flow rate 0,8 ml min and was used C18 column with. length of 250 mm, an inner diameter of 4.6 mm, and the particle size. mm. Derivatization amino acids using reagent. fluorenymethyl chloroformate chloride FMOC Cl. The results showed average levels of glycine, proline, and hydroxyproline in porcine gelatin was 28,571 0,74. 19,236 0,48. and 12,886 0,33.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S70033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>