Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunartriasih
"ABSTRAK
Air lindi TPA Cipayung dilakukan pengujian adsorpsi menggunakan karbon aktif dari kompos (KAK) karena masih terlampauinya konsentrasi kromium heksavalen (Cr VI) di atas baku mutu. Uji adsorpsi dilakukan melalui metode uji batch dan uji kolom untuk diketahui efisiensi penyisihannya pada efluen. Uji batch (dosis 2,5 g/L dan 0,5 g/L) dilakukan pada kecepatan pengadukan 50 rpm untuk waktu 20-100 menit. Persentase penyisihan mencapai 96% untuk dosis KAK 2,5 g/L, dan 81% untuk dosis KAK 0,5 g/L. Pada uji kolom dengan dosis KAK 17,4 g/L, persentase penyisihan terbesar yang didapat adalah 100% pada percobaan 2 (jam ke- 6 s/d 12) untuk kedalaman 80 cm, dan yang terkecil adalah 77% pada percobaan 3 (jam ke- 12 s/d 18) untuk kedalaman 20 cm. Hasil menujukkan bahwa uji batch memiliki efisiensi penyisihan yang lebih baik yaitu dengan kapasitas adsorpsi yang sebesar 1,79 mg/g dan dosis KAK hanya 0,5 g/L, dibandingkan dengan uji kolom yang hanya memiliki kapasitas adsorpsi terbesar 1,43 μg/g dengan dosis KAK yang sebesar 17,4 g/L.

ABSTRACT
The leachate from Cipayung landfill was undergone an adsorpstion test using a compost-based activated carbon (CBAC) due to the exceeding concentration of hexavalent chromium (Cr VI) from the threshold limit. The test was done through batch testing and column testing method for its reduction efficiency being evaluated. The batch testing method (dose of 2,5 g/L and 0,5 g/L) was done in mixing gradient velocity of 50 rpm for range time of 20 to 100 minutes. Reduction efficiency of 96% was achieved for CBAC dose of 2,5 g/L, and 81% for CBAC dose of 0,5 g/L. In the column test using 17,4 g/L CBAC dose, the achieved highest reduction was 100% in the 2nd testing (6-12 hours) for CBAC depth of 80 cm, and the lowest was 77% in the 3rd testing (12-18 hours) for CBAC depth of 20 cm. The result showed that batch method has the better removsl efficiency with an adsorption capacity of 1,79 mg/g and CBAC dose which is only 0,5 g/L, compared to the column method which adsorption capacity is 1,43 μg/g with the CBAC dose as big as 17,4 g/L.;"
2016
S64724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habiibatuz Zahra
"Sampah di wilayah perkotaan menjadi salah satu permasalahan rumit yang membutuhkan pengolahan dan pengelolaan secara komprehensif. Penimbunan sampah menghasilkan ekstrak cairan yang sangat pekat (lindi) dan bersifat toksik karena mengandung logam serta materi organik yang tinggi. Salah satu metode yang saat ini banyak dikembangkan adalah teknologi Advanced Oxidation Process (AOPs) menggunakan ozon dan plasma. Teknologi AOPs memiliki beberapa kelebihan, diantaranya mudah dikendalikan, tidak membutuhkan area yang luas, dan waktu yang singkat. Penelitian ini dilakukan dengan mengalirkan lindi ke dalam rangkaian reaktor DBD plasma yang dikombinasikan dengan gelembung nano. Gas yang dialirkan ke dalam reaktor DBD bereaksi dengan plasma dan mengubah O2 menjadi O3 serta radikal lainnya. Kunci dari AOPs yaitu pembentukan oksidator kuat berupa radikal hidroksil (•OH). Namun, kelangkaan radikal hidroksil dalam ozonasi menjadi penghalang utama ozon untuk meremediasi lindi sepenuhnya. Maka, solusi untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan menambahkan katalis berupa karbon aktif dan/atau zeolit pada proses ozonasi. Umpan gas oksigen paling efektif digunakan pada penelitian ini. Didapatkan hasil terbaik menggunakan ROPN/GAC hulu 17 kV selama 60 menit dengan persentase penyisihan BOD, TSS, TDS, TOC, dan nitrat sebesar 93,67%, 100%, 45,45%, 87,5%, dan 91,12%. Penyisihan COD selama 60 menit paling baik didapatkan pada ROPN/Zeolit hilir 15 kV sebesar 87,48%. Namun, penyisihan COD selama 135 menit didapatkan paling baik menggunakan ROPN/GAC hulu 17 kV sebesar 87,78%. Penyisihan makro anorganik paling baik didapatkan pada sistem ROPN/Zeolit dengan penyisihan Na, K, Mg, dan Ca berurutan 90,64%, 94,67%, 83,76%, dan 81,81%. Hasil GCMS menunjukkan terbentuknya senyawa antara yang berbeda antara ROPN/GAC dan ROPN/Zeolit berurutan yaitu Octadecamethyl-cyclononasiloxane dan 2-(1-methylpropyl)-Cyclopentanone.

Urban waste is one of the complex issues requiring comprehensive processing and management. Waste accumulation yields highly concentrated liquid extract (leachate) that is toxic due to its high content of metals and organic matter. One of the methods currently being developed is Advanced Oxidation Process (AOPs) technology using ozone and plasma. AOPs technology offers several advantages, including easy control, minimal space requirement, and short processing time. This research was conducted by flowing leachate into a ozone plasma nanobubble reactors. The gas flowing into the DBD reactor reacts with the plasma, converting O2 into O3 and other radicals. The key to AOPs is the generation of strong oxidator in the form of hydroxyl radicals (OH). However, the scarcity of hydroxyl radicals in ozonation is a major obstacle to ozone's complete remediation of leachate. Therefore, the solution to this problem is to add catalysts such as activated carbon and/or zeolite to the ozonation process. Oxygen gas feed was found to be most effective in this study. The best results were obtained using ROPN/GAC pre-treatment at 17 kV for 60 minutes with removal percentages of BOD, TSS, TDS, TOC, and nitrate at 93.67%, 100%, 45.45%, 87.5%, and 91.12%, respectively. The best COD removal for 60 minutes was achieved with ROPN/Zeolite post-treatment at 15 kV, reaching 87.48%. However, the best COD removal for 135 minutes was obtained using ROPN/GAC pre-treatment at 17 kV, reaching 87.78%. The best removal of inorganic macro elements was achieved with the ROPN/Zeolite system, with removal percentages of Na, K, Mg, and Ca at 90.64%, 94.67%, 83.76%, and 81.81%, respectively. GCMS results showed the formation of different intermediate compounds between ROPN/GAC and ROPN/Zeolite, namely Octadecamethyl-cyclononasiloxane and 2-(1-methylpropyl)-Cyclopentanone."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalyana Tarra Widya Kusuma
"Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang merupakan tempat pembuangan terbesar di Indonesia yang menjadi pembuangan akhir kota Jakarta dan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering timbul dari TPA adalah adanya limbah lindi yang dihasilkan. Lindi yang dihasilkan dari TPA mengandung polutan tinggi yang berpotensi merugikan kesehatan dan lingkungan sehingga pengolahan lindi dibutuhkan untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu proses pengolahan lindi yang saat ini banyak dikembangkan adalah Advanced Oxidation Processes (AOPs) berbasis ozon dan plasma. Proses yang terjadi adalah dengan menginjeksikan gas ke dalam reaktor plasma dielectric barrier discharge (DBD) sehingga menghasilkan radikal hidroksil (OH•) dan ozon (O3) sebagai oksidator kuat yang akan mendegradasi limbah. Pengolahan limbah lindi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan Reaktor Ozon Plasma Nanobubble (ROPN) yang mana telah terbukti dapat menghasilkan degradasi jauh lebih tinggi daripada reaktor ozon plasma saja. Untuk meningkatkan efektivitas degradasi, dilakukan penambahan karbon aktif granular (GAC) ke dalam sistem ROPN sebagai adsorben dan katalis. Penelitian dilakukan selama 60 menit dengan variasi tegangan, konfigurasi, dan jenis umpan gas. Hasil yang diperoleh pada kondisi optimum adalah terjadinya penurunan pH sebesar 5,59%; Chemical Oxygend Demand (COD) sebesar 87,49%; Total Suspended Solids (TSS) sebesar 100%; Total Dissolved Solids(TDS) sebesar 45,46%; Nitrat sebesar 91,12%; dan Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 93,67%.

The Bantargebang Waste Disposal Site (TPA) is the largest landfill in Indonesia which is the final disposal site for the city of Jakarta and its surroundings. One of the problems that often arises from TPA is the leachate waste produced. Leachate produced from TPA contains high levels of pollutants that have the potential to be detrimental to health and the environment, so leachate processing is needed to prevent negative impacts on the environment and public health. One of the leachate processing methods that is currently being developed is Advanced Oxidation Processes (AOPs) based on ozone and plasma. The process occurs by injecting gas into the dielectric barrier discharge (DBD) plasma reactor to produce hydroxyl radicals (OH•) and ozone (O3) as strong oxidants that will degrade the waste. The current processing of leachate waste is using a Nanobubble Plasma Ozone Reactor (ROPN) which has been proven to produce much higher degradation than a plasma ozone reactor alone. To increase the effectiveness of degradation, granular activated carbon (GAC) was added to the ROPN system as an adsorbent and catalyst. The research was carried out for 60 minutes with variations in voltage, configuration and type of gas feed. The results obtained under optimum conditions were a decrease in pH of 5.59%; Chemical Oxygen Demand (COD) of 87.49%; Total Suspended Solids (TSS) of 100%; Total Dissolved Solids (TDS) of 45.46%; Nitrate of 91.12%; and Biological Oxygen Demand (BOD) of 93.67%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jervis Sinto
"ABSTRACT
Pencemaran udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor dalam bentuk gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida CO dan hidrokarbon HC menjadi masalah bagi kesehatan makhluk hidup di lingkungan sekitarnya. Gas-gas tersebut dapat dijerap dengan karbon aktif yang terbuat dari limbah pertanian seperti kulit pisang karena memiliki kandungan lignoselulosa cukup tinggi dan jumlah yang banyak di Indonesia yaitu sekitar 400-700 ribu ton per tahunnya. Karbon aktif dari kulit pisang dalam penelitian ini dibuat melalui tahap dehidrasi, karbonisasi pada suhu 350 C selama 1 jam, kemudian aktivasi secara kimia menggunakan berbagai konsentrasi larutan H2SO4 selama 1 jam pada suhu 85oC. Sebagai pembanding kemampuan adsorpsi, sebagian karbon aktif saat proses karbonisasi juga diaktivasi secara fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 0,15 NL/menit. Karakterisasi karbon aktif dilakukan dengan uji bilangan iodin, SEM, dan EDX. Melalui uji bilangan iodin, luas permukaan karbon aktif terbaik didapat pada karbon yang teraktivasi fisika-kimia menggunakan H2SO4 6 N, yaitu sebesar 614 m2/g. Sementara luas permukaan karbon aktif pada karbon teraktivasi kimia pada konsentrasi H2SO4 yang sama yaitu sebesar 426 m2/g. Karbon-karbon aktif dengan karakteristik terbaik dari masing-masing metode aktivasi diuji kemampuan adsorpsinya untuk menurunkan kadar emisi gas buang CO dan HC pada sepeda motor. Karbon aktif teraktivasi kimia H2SO4 6 N rata-rata mampu mengadsorpsi emisi gas buang CO dan HC secara berturut-turut sebesar 40,46 dan 31,51. Sementara karbon aktif teraktivasi fisika-kimia H2SO4 6 N rata-rata mampu mengadsorpsi emisi gas buang CO dan HC secara berturut-turut sebesar 56,27 dan 42,63.

ABSTRACT
Air pollution caused by motor vehicle exhaust emissions in the form of harmful gases such as carbon monoxide CO and hydrocarbon HC becomes a problem for the health of living things in the surrounding environment. Those gases can be adsorbed with activated carbon made from agricultural waste such as banana peel because it has quite high lignocellulose content and large amount in Indonesia, which is about 400 700 thousand tons per year. Activated carbon from banana peel in this research is made through the dehydration stage, carbonization at 350oC for 1 hour, then chemical activation using various concentrations of H2SO4 solution for 1 hour at 85oC. In comparison with the adsorption capacity, some of the activated carbon at carbonization process also proceed with physical activation using N2 gas with a flow rate of 0.15 NL min. Characterization of activated carbon is done by iodine, SEM, and EDX tests. Through iodine test, the best surface area of activated carbon is obtained in physical chemical activated carbon with H2SO4 6 N, which is 614 m2 g. Meanwhile, surface area of chemical activated carbon in same H2SO4 concentration is 426 m2 g. The activated carbons with best characteristic from each activation method are tested its adsorption ability to decrease exhaust CO and HC emission content in motorcycle. Chemical activated carbon with H2SO4 6 N is capable of adsorbing CO and HC emissions 40.46 and 31.51 respectively. While physical chemical activated carbon with H2SO4 6 N is capable of adsorbing CO and HC emissions 56.27 and 42.63 respectively."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osvaldo Sahat Parulian Samuel
"ABSTRAK
Teknologi Adsorbed Natural Gas (ANG) merupakan teknologi penyimpanan gas yang berdasarkan pada prinsip adsorpsi dengan memanfaatkan material dengan porositas tinggi sebagai adsorben. Teknologi ini menyediakan metode penyimpanan gas alam dengan kandungan metana tinggi pada konsentrasi yang tinggi dan dapat dilakukan dengan kompresi yang sederhana. Salah satu material berpori untuk menyerap gas metana pada tangki ANG adalah karbon aktif yang merupakan bahan yang memiliki luas permukaan yang sangat besar karena memiliki porositas tinggi. Karbon aktif dapat diproduksi dari sampah kulit pisang karena kandungan karbon dari material ini yang cukup tinggi. Variasi pembuatan karbon aktif dari sampah kulit pisang dilakukan menggunakan dua konsentrasi aktivasi kimia ZnCl2 yang berbeda (0.25 N dan 1 N) dan variasi proses karbonisasi dengan dua metode yang berbeda (karbonisasi basah dan karbonisasi kering). Karbon aktif dari tiap jenis variasi dengan karakteristik terbaik digunakan sebagai adsorben pada uji penyimpanan gas pada tangki ANG sehingga diketahui kapasitas penyimpanan dan kapasitas pelepasan gas metana dari karbon aktif yang diproduksi. Pembuatan karbon aktif dengan metode karbonisasi basah dan aktivator kimia ZnCl2 konsentrasi 1 N menghasilkan karbon aktif dengan karakteristik terbaik dengan bilangan iod 681.824 mg/g dan luas permukaan 797.037 m2/g. Pada tekanan 40 bar, karbon aktif ini memiliki kapasitas penyimpanan gas metana sebesar 0.263 kg/kg dan kapasitas pelepasan gas metana 0.151 kg/kg. Efesiensi desorpsi/adsorpsi dari karbon aktif ini adalah sebesar 57.43%. Perbandingan dengan karbon aktif komersial juga dilakukan dimana kapasitas penyimpanan dan kapasitas pelepasannya adalah 0.454 kg/kg dan 0.328 kg/kg, dimana efesiensi desorpsi/adsorpsi nya sebesar 72.46%.

ABSTRACT
Adsorbed Natural Gas Technology (ANG) is a natural gas storage method based on the principle of adsorption which utilizes a highly porous material as adsorbents. This technology facilitates a natural gas with high methane contents storage method which may be done with simple compression. One of the porous materials that is commonly applied to adsorp methane in ANG tank is activated carbon which is a material that has large surface area because of its high porosity. Activated carbon can be produced from banana peel waste because of its high carbon contents. The production of activated carbon from banana peel waste is carried out by variation of two different chemical activator ZnCl2 concentrations (0.25 N and 1 N) and variation of two carbonization methods (wet carbonization and dry carbonization). Activated carbon with the best characterization will be adopted as adsorbents on ANG tank to discover its storage capacity and delivery capacity. Activated carbon prepared by wet carbonization process and using 1 N ZnCl2 as the chemical activator has the best characterization with iod number of 681.824 mg/g and surface area of 797.037 m2/g. At 40 bar condition, this activated carbon has methane storage capacity of 0.263 kg/kg and methane delivery capacity of 0.151 kg/kg. The desorption/adsorption of this activated carbon is 57.43%. A comparison with commercial activated carbon is also performed where its methane storage capacity and delivery capacity is 0.454 kg/kg and 0.328 kg/kg. The desorption/adsorption of this commercial activated carbon is 72.46%"
2016
S64693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Ayu Setyorini
"IPA Teluk Buyung merupakan salah satu instalasi pengolahan air yang belum melakukan pengolahan lanjutan untuk lumpur yang dihasilkan dan langsung dibuang ke badan air terdekat. Lumpur residu dari instalasi pengolahan air memiliki kandungan yang dapat dimanfaatkan kembali seperti Al yang berasal dari proses pembubuhan koagulan. Kandungan Al tersebut dapat dipulihkan dan dimanfaatkan kembali untuk menyisihkan polutan pada air bersih maupun air limbah. Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan lumpur sedimentasi untuk menyisihkan kandungan logam berat pada lindi IPAS 3 TPST Bantargebang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi pemanfaatan lumpur sedimentasi dalam menyisihkan kandungan logam berat pada lindi serta menganalisis pengaruh metode recovery alum dan dosis koagulan terhadap efektivitas lumpur sedimentasi untuk menyisihkan logam berat pada lindi. Parameter kualitas lindi yang diuji terdiri atas TSS, TDS, salinitas serta logam berat seperti Fe dan Zn. Metode recovery alum yang diuji pada penelitian ini ialah dengan metode kalsinasi serta asidifikasi. Pada penelitian ini terdapat 4 variasi dosis campuran lumpur dengan PAC yakni 100:0, 75:25; 50:50, dan 25:75. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, lumpur sedimentasi IPA Teluk Buyung mengandung kadar Al dan Fe sebesar 0,84 mg/L dan 6,04 mg/L. Metode recovery alum dengan hasil yang optimal ialah asidifikasi pada dosis 75:25 yang mampu menyisihkan kandungan Fe sebesar 13,99% dan Zn 22,5%. Namun pada dosis optimum tersebut, konsentrasi dari parameter TSS, TDS, dan salinitas belum mampu disisikan. Pemanfaatan lumpur sedimentasi sebagai campuran koagulan pada penelitian ini masih memiliki potensi yang kecil. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk menentukan dosis yang lebih optimal dalam menyisihkan kandungan logam berat. 

Teluk Buyung Water Treatment is one of the water treatment plants that have yet to perform further treatment for the sludge produced and directly discharged into the nearest water body. Sludge from water treatment plants has reusable content, such as Al derived from the coagulant affixing process. The Al content can be recovered and reused to reduce pollutants in clean water and wastewater. In this study, sedimentation sludge was used to remove heavy metal content in the leachate from Bantargebang Landfill Waste Water Treatment Plant 3. This study aims to analyze the potential utilization of sedimentation sludge in removing heavy metal content in leachate and the effect of alum recovery methods and coagulant doses on sedimentation sludge's effectiveness in removing heavy metals in leachate. The quality parameters of leachate tested consist of TSS, TDS, salinity, and heavy metals such as Fe and Zn. The alum recovery methods tested in this study are calcination and acidification. In this study, there were 4 variations in the dose of sedimentation sludge mixture with PAC, namely 100:0, 75:25, 50:50, and 25:75. Based on the research conducted, sedimentation sludge from Teluk Buyuk Water Treatment contains 0,84 mg/L and 6,05 mg/L of Al and Fe, respectively. The alum recovery method with the most optimal results is acidification at a dose of 75:25 which is able to removed Fe content of 13.99% and Zn 22.5%. However, at this specific dose, the concentration of TSS, TDS, and salinity parameters has not been able to be removed. The use of sedimentation sludge as a coagulant mixture in this study still has little potential. Therefore, further analysis is needed to determine the optimal dose to reduce heavy metal content in leachate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanyzia Fajrianas Kautsar
"ABSTRAK
Peningkatan produksi lindi dari TPA banyak yang tidak diikuti dengan banyaknya instalasi pengolahan lindi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar penyisihan COD, TN, dan TSS serta waktu detensi optimumnya menggunakan Anoxic-Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR merupakan suatu unit pengolahan biologis dengan mengkombinasikan sistem attached growth dengan suspended growth. Operasioanal MBBR dilakukan menggunakan sistem batch, yang terdiri atas tiga proses, yaitu seeding, aklimatisasi, dan feeding. HRT atau waktu detensi yang digunakan pada penelitian ini adalah 12 dan 24 jam. Konsentrasi COD, TN, dan TSS pada influen lindi yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut berada pada rentang 3345 mg/L ndash; 6000 mg/L, 2285 mg/L ndash; 2585 mg/L, dan 650 mg/L ndash; 2155 mg/L. Dari penelitian ini diketahui efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 12 jam berturut-turut berada pada rentang 59.47 - 66.58 , 58.87 - 70.50 , dan 51.72 - 54.79 . Sedangkan efisiensi penyisihan COD, TN, dan TSS pada saat HRT 24 jam berturut-turut berada pada rentang 62.48 - 69.99 , 70.23 - 83.56 , dan 53.33 ndash; 61.17 . Dari efisiensi penyisihan tersebut dapat diketahui bahwa waktu detensi optimum pada penelitian ini adalah 24 jam. Namun efisiensi penyisihan yang kurang maksimal menyebabkan efluen dari penelitian ini masih berada di atas baku mutu.

ABSTRACT
There are so many leachate produced by solid waste landfill which is not required by effective leachate treatment unit. The purpose of this study is to know the removal efficiency of COD, TN, and TSS, and also the optimum HRT using Anoxic Aerobic Moving Bed Biofilm Reactor MBBR . MBBR is a biological processing unit that combine attached growth system with suspended growth system. The MBBR 39 s operational system that used in this study is batch system. HRT that used in this study is 12 and 24 hours. COD, TN, and TSS concentrations of Cipayung landfill leachate is in range 3345 mg L ndash 6000 mg L, 2285 mg L ndash 2585 mg L, dan 650 mg L ndash 2155 mg L resepectively. The removal efficiency of COD, TN, and TSS with 12 hours HRT as result of this study is in range 59.47 66.58 , 58.87 70.50 , dan 51.72 54.79 respectively. And The removal efficiency rof COD, TN, and TSS with 24 hours HRT as result of this study is in range 62.48 69.99 , 70.23 83.56 , dan 53.33 ndash 61.17 respectively. The optimum time detention HRT of this study is 24 hours. The small value of removal efficiency causes the leachate concentrations still exceeds the quality standard."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Nazif
"Tempurung kelapa dipilih menjadi bahan dasar adsorben pada masker dalam menyerap gas CO2 karen memiliki kandungan selulosa sebesar 26,60 , kandungan hemiselulosa 27,70 dan kandungan lignin sebesar 29,40 serta produksinya yang tinggi 61 juta ton atau 33,94 dari produksi dunia. Metode aktivasi tempurung kelapa dilakukan secara fisika menggunakan CO2 pada suhu 850 0C, dan secara kimia dengan ZnCl2 pada suhu 80 0C dilanjutkan dengan pirolisis menggunakan N2 pada suhu 650 0C. Karakterisasi yang digunakan adalah BET untuk mengetahui luas permukaan karbon aktif.
Melalui uji BET didapatkan luas permukaan karbon teraktivasi kimia sebesar 432,26 m2/g dan yang teraktivasi fisika sebesar 323,57 m2/g. Selanjutnya kapasitas adsorpsi masker karbon aktif diuji pada ruang kompartemen dengan mengalirkan campuran gas CO2 dan udara selama satu jam, lalu mengukur perbedaan konsentrasi CO2 masukan dan keluaran dengan CO2 detector.
Berdasarkan hasil uji adsorpsi polutan, didapatkan bahwa variasi terbaik adalah masker dengan massa karbon aktif 6 gram, teraktivasi kimia, dan dengan menggunakan perekat TEOS yang mampu mengadsorpsi polutan CO2 sebesar 76,52 . Masker yang dibuat pada penelitian ini memliki waktu jenuh selama empat jam pada kondisi konsentrasi CO2 yang tinggi.

Adsorbent in mask to absorb CO2 gas because it has cellulose content of 26.60 , hemicellulose content 27.70 and lignin content of 29.40 and its production is 61 million ton or 33.94 of world production. The method of coconut shell activation was done physically using CO2 at 850 0C, and chemically with ZnCl2 at 80 0C followed by pyrolysis using N2 at 650 0C. The characterization used is BET to measure surface area of activated carbon.
Through BET test, it was found that the chemical activated carbon surface area is 432.26 m2 g and the physical activation is 323.57 m2 g. Furthermore, the adsorption capacity of the activated carbon mask is tested in the compartment chamber by flowing a mixture of CO2 and air for an hour, then measuring the CO2 input and output CO2 difference using CO2 detector.
Based on the results of adsorption test, it was found that the best variation is a mask with 6 gram active carbon mass, chemical activated, and by using TEOS as adhesive capable of adsorbing CO2 pollutant by 76.52 . Mask made in this research has saturated time for four hours under high CO2 concentration conditions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eki Noerfitriyani
"Pengoperasian TPA dapat menimbulkan permasalahan lingkungan akibat dekomposisi sampah berupa produksi lindi.TPA Cipayung memiliki instalasi pengolahan lindi menggunakan kolam stabilisasi denganSungai Pesanggrahan sebagai badan air penerima. Pemeriksaan kualitas lindi dan air sungai diperlukan untuk memastikan pembuangan lindi ke badan air telah memenuhi baku mutu.Karakteristik lindi bersifat fluktuatif dengan temperatur antara 33,8oC ndash; 36,4oC, konsentrasi TSS sebesar 70mg/L- 75mg/L, nilai pH 7,8 ndash; 7,9, BOD 2.874,0mg/L - 4.826mg/L, COD 4.586,4mg/L- 8.937,6mg/L, Total Nitrogen280mg/L- 466,7mg/L, dan logam berat Merkuri0,0008mg/L- 0,0032mg/L, sertaKadmiumdi bawah 0,001mg/L. Efluen Instalasi Pengolahan Lindi belum memenuhi baku mutu lindi sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap unit pengolahan. Hasil evaluasi desain unit Instalasi Pengolahan Lindi TPA Cipayung menunjukan bahwa desain kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan kolam maturasi tidak memenuhi kriteria desain sehingga diperlukan desain perbaikan. Efluen lindi IPL TPA Cipayung mempengaruhi kualitas Sungai Pesanggrahan berdasarkan kenaikan konsentrasi parameter BOD, COD, dan Total Nitrogen, serta penurunan konsentrasi DO. Analisis statistik Korelasi Pearson menunjukan keterkaitan antara parameter kualitas lindi COD dan TN r=-0,997, p.

Operation of landfill caused environmental problems by waste decomposition in the form of leachate production. CipayungLandfill has leachate treatment plantusing stabilization pond with Pesanggrahan River as recipient water body. Examination of leachate and water quality of Pesanggrahan River is needed to ensure that leachate discharge to water bodies does not excessed the standard limit. The characteristics of leachate are fluctuated with temperatureranged from 33,8oC ndash 36,4oC, concentration of TSS 70mg L 75mg L, pH 7,8 to 7,9, BOD 2.874mg L 4.826mg L,COD 4.586,4mg L 8.937,6mg L, Total Nitrogen 280mg L 466,7mg L, and heavy metals Mercury 0,0008mg L 0,0032mg L, while Cadmium below 0,001mg L. Effluent of leachate excessedthe leachate standard limit, and need to be evaluated. The result of design evaluation shows that the anaerobic pond, facultative pond, and maturation ponddesign do not meet design criteria, and design improvement is needed. Leachate effluent of Cipayung Landfill affect the quality of Pesanggrahan River based on the increased of BOD, COD, and Total Nitrogen concentration, and decreased of DO. Statistical analysis Pearson Correlation showed correlation between leachate quality parameter COD and TN r 0,997, p"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67317
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amelia
"Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam. Adsorpsi dengan Granular Activated Carbon (GAC) sebagai pertimbangan rekomendasi teknologi dalam penyisihan kadar organik terutama dalam air laut. Kadar organik menjadi salah satu parameter yang diuji karena merupakan penyebab fouling pada reverse osmosis pada SWRO Ancol. Penyisihan kadar organik ini diketahui dengan UV-Vis. Adsorpsi dilakukan dengan menggunakan karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dengan metode aktivasi dan non-aktivasi. Tujuan proses aktivasi untuk menambah atau memperbesar diameter pori karbon dan mengembangkan volume yang terserap dalam pori serta untuk membuka pori-pori baru. Dalam penelitian ini, aktivasi dilakukan secara fisika dan kimia menggunakan larutan ZnC2 yang nantinya akan direndam dengan karbon aktif selama 24 jam. Kemudian karbon aktif akan di furnace dengan suhu 750  selama 2 jam. Proses prefiltrasi karbon aktif dilakukkan dengan menghomogenisasi air laut menggunakan orbital shaker dengan dosis karbon aktif sebanyak 1, 2, dan 4 gram selama 30, 60, dan 120 menit. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa dosis optimum berada pada 2 gram dengan waktu optimum selama 30 menit. Pada metode non-aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 76,20% sedangkan pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi dapat menyisihkan rata-rata kadar organik pada air laut Ancol sebesar 85,50%. Sehingga dapat dikatakan bahwa adsorpsi pada karbon aktif Jacobi Aquasorb 1000 dapat menyisihkan kadar organik pada air laut dan karbon akitf Jacobi Aquasorb 1000 metode aktivasi lebih efektif dalam menyisihkan kadar organik pada air laut.

Adsorption is a process of absorption by certain solids of certain substances that occurs on the surface of solids due to the attractive force of molecules on the surface of the solid without seeping into it. Adsorption with Granular Activated Carbon (GAC) is a consideration for technology recommendations in removing organic content, especially in seawater. Organic content is one of the parameters tested because it is the cause of fouling in reverse osmosis at SWRO Ancol. Removal of organic content was known as UV-Vis. Adsorption was carried out using activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 with activation and non-activation methods. The activation process aims to increase or enlarge the carbon's pore diameter, expand the volume adsorbed in the pore, and open new pores. In this study, activation was carried out physically and chemically using a ZnCl2 solution, which would be soak in activated carbon for 24 hours. Then the activated carbon will be in the furnace at a temperature of 750℃ for 2 hours. The activated carbon prefiltration process was carried out by homogenizing sea air using an orbital shaker with a dose of 1, 2, and 4 grams of activated carbon for 30, 60, and 120 minutes. The results of this study indicate that the optimum dose is at 2 grams with an optimum time of 30 minutes. In the non-activation method, the average organic content in Ancol seawater was 76.20%, while in the activated carbon Jacobi Aquasorb 1000, the activation method removed an average organic content in Ancol seawater by 85.50%. Therefore, adsorption on activated carbon Jacobi Aquasorb 1000 could remove organic content in the seawater and activated carbon. The Jacobi Aquasorb 1000 activation method is more effective in removing organic content in seawater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>