Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gema Ramadhan Aria Wibisana
"Teknik pengawetan buah merupakan suatu kebutuhan agar dapat menyimpan rasa, kandungan atau gizi buah dalam waktu yang lama dan dalam bentuk yang lebih ringan dan praktis namun tidak merubah kandungan nutrisi didalamnya. Teknik pengeringan dengan spray-drying merupakan salah satu dari cara pengawetan tersebut. Namun penggunaan temperatur yang sangat tinggi dapat merusak kandungan di dalam buah tersebut terutama vitamin C. Oleh karena itu perlu adanya dehumidifier untuk mengeringkan udara yang dipergunakan dalan proses pengeringan, sehingga dapat menurunkan temperature yang dibutuhkan. Larutan belimbing merupakan larutan yang lengket sehingga membutuhkan variasi yang berbeda dengan larutan buah lain yang sifatnya tidak lengket. Perbedaan variasi tersebut dapat mempengaruhi konsumsi energi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan, berbanding terbalik dengan besarnya kelembaban spesifik bahan.

Fruit preservation techniques is a necessity in order to keep the taste, or nutritional content of fruit in a long time and in a more lightweight and practical, but does not change the nutritional content therein. Spray-drying technique with drying is one of the preservation method. However, the use of very high temperatures can damage the content in fruit, especially vitamin C. Therefore, the need for a dehumidifier to dry air used role in the process of drying, so as to lower the temperature required. Starfruit solution is a solution sticky and thus require different variations with a solution other fruit that are not sticky. The difference of these variations can affect energy consumption. In this study it was found that the energy consumption required, is inversely proportional to the amount of material specific humidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Ramadhan Aria Wibisana
"Teknik pengawetan buah merupakan suatu kebutuhan agar dapat menyimpan rasa, kandungan atau gizi buah dalam waktu yang lama dan dalam bentuk yang lebih ringan dan praktis namun tidak merubah kandungan nutrisi didalamnya. Teknik pengeringan dengan spray-drying merupakan salah satu dari cara pengawetan tersebut. Namun penggunaan temperatur yang sangat tinggi dapat merusak kandungan di dalam buah tersebut terutama vitamin C. Oleh karena itu perlu adanya dehumidifier untuk mengeringkan udara yang dipergunakan dalan proses pengeringan, sehingga dapat menurunkan temperature yang dibutuhkan. Larutan belimbing merupakan larutan yang lengket sehingga membutuhkan variasi yang berbeda dengan larutan buah lain yang sifatnya tidak lengket. Perbedaan variasi tersebut dapat mempengaruhi konsumsi energi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa konsumsi energi yang dibutuhkan, berbanding terbalik dengan besarnya kelembaban spesifik bahan.

Fruit preservation techniques is a necessity in order to keep the taste, or nutritional content of fruit in a long time and in a more lightweight and practical, but does not change the nutritional content therein. Spray-drying technique with drying is one of the preservation method. However, the use of very high temperatures can damage the content in fruit, especially vitamin C. Therefore, the need for a dehumidifier to dry air used role in the process of drying, so as to lower the temperature required. Starfruit solution is a solution sticky and thus require different variations with a solution other fruit that are not sticky. The difference of these variations can affect energy consumption. In this study it was found that the energy consumption required, is inversely proportional to the amount of material specific humidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S65490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharijal
"Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara laju aliran bahan dengan temperature pengeringan minimum dan daya tambahan pada pengering semprot di laboratorium perpindahan massa Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Adapun variable pengujian adalah aliran bahan, tekanan nozzel, aliran udara dan dew point. Variasi aliran bahan sebesar 0,18; 0,27; 0,36 dan 0,54 [liter/jam], tekanan nozzle 1; 2; dan 3 [bar], laju aliran udara 0,0047; 0,0067; 0,0082; dan 0,0097 [m /det], dew point 10;17;23 [oC].Dari percobaan yang sudah dilakukan, pada aliran bahan yang rendah dengan variable lain konstan aliran udara, tekanan nozzle, dew point maka temperatur pengeringan minimum akan rendah. Untuk daya tambahan, kenaikan aliran bahan sangat mempengaruhi penurunan daya tambahan yang dibutuhkan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui masalah ndash; masalah apa saja yang timbul.

Tests conducted to determine the relationship between the feed flow rate with minimum drying temperature and additional power on the spray drying in laboratory mass transfer department of mechanical engineering, University of Indonesia. The variables of test are feed flow rate, pressure nozzle, air flow rate and dew point. Variation of feed flow rate of 0,18 0,27 0,36 and 0,54 litre hour pressure nozzle 1 2 and 3 bar , air flow rate 0,0047 0,0067 0,0082 dan 0,0097 m3 sec , dew point 10 17 23 oC .From the experiments that have been carried out, the lower feed flow with other variables are constant pressure nozzle, air flow rate and dew point so the lower drying temperature. For additional power, the higher feed flow rate effects lower the additional power needed. This test aims to determine any issue that arises. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Win Alfalah
"Penelitian ini adalah tentang proses pengeringan semprot dengan fluida air. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah debit maksimum bahan dengan suhu pengeringan, debit udara pengeringan, dan suhu dehumidifier sebagai variabel kontrol pada tekanan nozzle sprayer 2 bar. Kondisi yang divariasikan tersebut adalah suhu udara 60°C, 90°C, dan 120°C, laju pengeringan aliran udara dari 150, 300 dan 450 (LPM), suhu dehumidifier udara pengering sekitar 20°C, 15°C, 10°C, dan tanpa dehumidifier . Hasil penelitian ini adalah perbandingan kinerja kondisi pengeringan semprot aliran pada pengeringan air.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan dehumidifier dan panas kondensor pada pengering semprot terhadap laju aliran air maksimum yang dapat dikeringkan dan terhadap konsumsi energi spesifik.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah RH pengeringan udara diturunkan dengan dehumidifier sehingga penguapan maksimum cairan bahan meningkat seiring dengan menurunnya kelembaban udara. Sementara itu, penggunaan panas kondensor untuk menurunkan konsumsi energi pengeringan.

This experiment was about water spray drying process. Variables observed in this study were the maximum discharge of materials with drying temperature, flow of drying air, dehumidifier temperature as controlled variables at 2 bars sprayer nozzle pressure. Conditions those were varied are drying air temperature 60 °C, 90 °C, and 120 °C, drying air flow rate of 150, 300 and 450 (LPM), drying air dehumidifier temperature about 20 °C, 15 °C, 10 °C, and without dehumidifier. Results of this experiment are comparison of the performance of the material flow spray drying conditions for drying water, etc. The result of this study is a comparison of the performance of spray drying conditions on the drying of water flow.
The purpose of this study was to observe the effect of the use of a dehumidifier and heat spray dryers condenser at the maximum water flow rate that can be dried and the specific energy consumption.
Results obtained from this research are the RH drying air with a dehumidifier that lowered the maximum evaporation of the liquid material increases with decreasing air humidity. Meanwhile, the use of condenser heat to reduce drying energy consumption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajri Hidayat
"Parameter-parameter pengeringan sangatlah berpengaruh dalam proses spray drying, dalam hal ini adalah konsumsi energi. Adapun parameter-parameter yang berpengaruh dalam hal ini adalah Tekanan Udara (Pressure), Suhu (Temperature), dan Kecepatan (Velocity).Yang saya ambil dalam hal ini adalah tekanan udara yang keluar dari nozzle pneumatik sebesar 3 bar.Dianalisa berdasarkan teori-teori energi yang ada dan dioptomasikan sampai mencapai konsumsi energi yang minimum.Bagaimana mencapai optimasi energi yang optimum, hal ini lah yang membuat menarik dalam thesis ini dengan sasaran setingan pressure pada nozzle yang pas dalam sistem mesin pengering semprot (spray drying).Variasi temperature yang pas serta variasi kecepatan semprot yang pas dengan tekanan udara nozzle yang konstan menjadi pilihan dalam setingan mesin pengering semprot.Semoga thesis ini dapat membawa pencerahan dan kemajuan dalam bidang spray drying pada khususnya dan dalam mata kuliah perpindahan panas pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia akademisi.

Drying parameter very important to support in spray drying process.In this topic in energy consumption. That parameter is Pressure, Velocity and Temperature.In this topic, pressure is choice in pneumatic nozzle 3 bar. Anality with energy-energy theory and optimation to get low energy consumption.How to get low energy consumption, this words is very fun in this thesis with direction in pressure setting in pneumatic nozzle with best number is 3 barin spray drying machine.Temperature variation with best fit and velocity variation in spray drying also best pressure fit is choice. Hope this thesis can get light and good idea in spray drying and heat transfer in academic world."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Lestari
"Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dew point dengan temperature pengeringan minimum dan kinerja pengeringan pada pengering semprot di Lab Perpindahan Kalor dan Massa Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. Variasi dew point 9,22 [0C], 16,49 [0C], dan 22,62 [0C] diujicobakan bersama laju aliran udara sebesar 17,1; 17,3; 18,1; 24,2; 24,5; 25,6; 29,6; 30 dan 31,3 [m³/jam], tekanan nozzle pneumatik 1 [bar]; 2 [bar];dan 3 [bar], laju aliran bahan 0,15 [l/jam], kelembaban spesifik 0,00722; 0,01171; dan 0,01732 [kg/kg dry air]. Dari percobaan yang sudah dilakukan terhadap vitamin c murni, ternyata dew point mempengaruhi temperatur minimum pengeringan.
Pada dew point yang lebih rendah maka temperatur pengeringannya semakin rendah pula, pada dew point yang sama, semakin besar laju aliran udara, maka semakin rendah temperature minimum pengeringan, pada dew point yang sama, maka temperatur pengeringan akan lebih rendah seiring dengan lebih besarnya tekanan udara pada noozle. Selain itu, dew point juga berpengaruh pada kinerja pengeringan.

Tests conducted to determine the relationship between the dew point with minimum drying temperature and performance of drying on the spray drying in Laboratory Heat and Mass Transfer Department of Mechanical Engineering, University of Indonesia. Variation of dew point 9,22 [0C], 16,49 [0C], dan 22,62 [0C] tested along with air flow rate of 17,1; 17,3; 18,1; 24,2; 24,5; 25,6; 29,6; 30 and 31,3 [m³/hour] pressure pneumatic nozzle 1 [bar]; 2[bar] and 3 [bar], 0,15 [l/hour] fuel flow rate humidity specific 0,007631; 0,012128; dan 0,017394 [kg/kg dry air].
From the experiments that have been carried out on pure vitamin c, it turns the dew point affects the minimum temperature the lower the dew point, the lower the drying temperature. In the same dew point, the greater air flow rate, the lower the drying temperature. In the same dew point, the greater noozle air pressure, the lower drying temperature. The dew point also influence on performance of drying.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Kholis
"Pengujian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara laju aliran udara dengan temperature pengeringan minimum pada pengering semprot di lab perpindahan massa departemen teknik mesin Universitas Indonesia. Variasi laju aliran udara sebesar 17.1; 24.2; 29.6; dan 35.1 [m³/jam] diujicobakan bersama dengan tekanan nozzle pneumatik 1 [bar] dan 2 [bar], laju aliran bahan 0.1986 [l/jam] dan 0.3973 [l/jam], kelembaban spesifik 0.0073536 [kg/kg dry air], sebanyak 16 proses air dan 16 proses untuk tomat.
Dari percobaan yang sudah dilakukan terhadap air, ternyata laju aliran udara mempengaruhi temperatur minimum pengeringan semakin besar laju aliran udara, maka semakin rendah temperatur pengeringan. Sedangkan percobaan pada sari buah tomat laju aliran udara masuk sedikit mempengaruhi temperatur pengeringan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang timbul.

Tests conducted to determine the relationship between the air flow rate with minimum drying temperature on the spray drying in laboratory mass transfer department of mechanical engineering, University of Indonesia. Variation of air flow rate of 17.1; 24.2; 29.6; dan 35.1 [m³/hour] tested along with pressure pneumatic nozzle 1 [bar] and 2 [bar], 0.1986 fuel flow rate [l/hour] and 0.3973 [l/hour], humidity specific 0.0073536 [kg/kg dry air], 16 proces water and 16 proces for tomatoes.
From the experiments that have been carried out on the water, it turns the air flow rate affects the minimum temperature the greater the drying air flow rate, the lower the drying temperature. While experiments on tomato juice intake air flow rate slightly affects the drying temperature. This test aims to determine any issue that arises.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S43960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Ruhyat
"Pengering semprot adalah salah satu dari metode pengeringan bahan makanan, dimana produknya akan lebih tahan lama dan ringkas dalam penyimpanan serta mudah dalam pendistribusiannya. Umumnya, pengering semprot beroperasi pada temperatur tinggi (>100 0C). Hal itu menjadi kendala bagi bahan produk yang sensitif terhadap panas, seperti pada vitamin A, B1 dan C khususnya pada tomat yang sangat banyak mengandung air dan lengket. Produk dari tomat akan mengalami kerusakan pada tekstur warna, aroma, rasa dan berkurangnya kandungan nutrisi akibat dari temperatur udara pengeringan yang tinggi.
Upaya menurunkan temperatur udara pengering dengan sistem refrigerasi memberikan pengaruh terhadap penurunan kelembaban udara pengering, sehingga udara pengering menjadi semakin kering, hal ini dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas yang meningkat sampai 4 kali lipat dan kualitas produk tetap terjaga baik. Selain itu sistem ini mampu menghemat kebutuhan energi secara signifikan, yaitu sebesar 57 % dari total konsumsi energi spesifik sistem. Hal ini membuktikan pemanfaatan sistem refrigerasi dengan kondenser ganda yang dikombinasikan dengan pengering semprot, dapat digunakan untuk pengeringan bahan yang sensitif terhadap panas dan pengembangan sistem dapat digunakan untuk menghemat penggunaan energi dari sistem pengering yang menggunakan elektrik heater.
Temperatur udara pengeringan untuk vitamin yang aman dari kerusakan dan dengan kualitas yang baik berada pada temperatur 90oC. Temperatur udara pengering di 120oC dengan laju aliran udara 450 lpm dan rasio kelembaban energy spesifik di 0.00763 kg air/kg udara atau dew point udara di 10oC, menjadi set up parameter pengujian yang mampu meningkat produktivitas dan mengemat penggunaan energi dari sistem, jika dibandingkan dengan sistem pengering semprot yang tidak menggunakan sistem refrigerasi dengan dua buah kondensor.

A spray dryer is one of the methods of food drying , where the product will be more durable and simple in storage and easy to distribute. Generally, a spray dryer operates at high temperatures (>100 0C). It is an obstacle to the material of heat-sensitive products, such as vitamins A, B1 and C, especially in tomatoes that contain a lot of water and sticky. Products of tomatoes will be damaged in the texture of color, aroma, taste and reduced nutrient content resulting from high drying air temperature.
The effort to reduce the temperature of the dryer air with refrigeration system affects the reduction of humidity of the drying air, so that the drying air becomes increasingly dry, this can affect the increase of productivity Increased to 4 times and the quality of the product remains well maintained. In addition, the system is able to save energy needs significantly, which is 57% of the total system specific energy consumption. This proves the utilization of a refrigeration system with double condensers combined with a spray dryer, can be used to drying heat-sensitive materials and system development can be used to conserve the use of Energy from the dryer system using an electric heater.
Air temperature drying for safe vitamins from damage and with good quality at 90oC temperature. The temperature of the dryer air at 120oC with air flow rate of 450 LPM and the ratio of moisture to specific energy at 0.00763 kg air/kg air/air dew point at 10oC, to be set up to test parameters that can increase productivity and use energy usage From the system, when compared with a spray dryer system that does not use a refrigeration system with two condensers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2626
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Win Alfalah
"Eksperimen ini tentang proses pengeringan semprot vitamin C bubuk. Bahan eksperimen ini adalah larutan vitamin C 0,1% berat dengan penambahan maltodextrin sebanyak 14,9% berat dan 85% berat aquades agar menjadi vitamin C yang terenkapsulasi dengan baik, sehingga tidak mudah rusak oleh oksigen, logam, dsb. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah temperatur pengeringan minimum pada kondisi - kondisi tertentu dengan produk yang dapat terbentuk dengan kadar air sisa 3% berat produk. Kondisi yang divariasikan (variabel bebas) adalah tekanan udara kompresor 1 bar, 2 bar dan 3 bar, laju aliran udara pengering, dan laju aliran bahan. Rasio kelembaban udara masuk evaporator menjadi variabel yang tidak bebas (variabel kontrol), yaitu 0.0118 kg/kg da dengan temperatur dew point 26,5oC. Variasi debit pengering yaitu 17,3 m3/jam, 24,5 m3/jam, dan 30,0 m3/jam. Variasi debit bahan yaitu 0.15 L/jam, 0.30 L/jam, dan 0.45 L/jam. Temperatur minimum pengeringan adalah variabel terikat (variabel yang diamati) pada eksperimen ini. Hasil dari percobaan ini adalah debit bahan terhadap perbandingan kinerja pengeringan semprot untuk pembentukan vitamin C bubuk pada kondisi - kondisi tersebut di atas. Tujuan penggunaan dehumidifier adalah vitamin C yang terbentuk tidak rusak disebabkan tingginya temperatur pengeringan karena penurunan RH udara pengeringan oleh dehumidifier menghasilkan penurunan temperatur minimum pengeringan.

This experiment is about the spray drying process of vitamin C powder. The experimental material is a 0.1% weight of vitamin C solution with the addition 14.9% weight maltodextrin and by 85% weight of distilled water in order to produce well encapsulated vitamin C, so it is not easily damaged by oxygen, metals, etc.. Variables observed in this study is the minimum temperature in the certain drying conditions with a product that can be formed with the residual water content by 3% weight of the product. Varied conditions (independent variables) are air pressure compressor pressure 1 bar, 2 bars and 3 bars, dryer air flow rate, and material flow rate. Evaporator inlet air humidity ratio to be independent variables (controlled variables), which is 0.0118 kg/kg da ​​with dew point temperature of 26.5oC. Air flow variation is 17.3 m3/hr, 24.5 m3/hr, and 30.0 m3/hr. Variations in the material flow 0,15 L/hour, 0,30 L/hour, and 0,45 L/hour. Minimum temperature drying is the dependent variable (observed variable) in this experiment. Results of this experiment is the comparison of the performance of the material flow spray drying for the formation of vitamin C powder on the conditions mentioned above. Intended use of a dehumidifier is to form vitamin C that is not damaged due to high temperature drying because drying air RH decreased by dehumidifier produces minimum drying temperature decrease."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrakhman Mukhyiddin
"Penelitian ini menggunakan suatu larutan yang akan disemprotkan melalui sistem spray dengan menggunakan uap anti pelarut karena teknik ini diyakini dapat menghasilkan partikel bulat mikro yang seragam dan proses pengeringannya yang sangat singkat. Eksperimen ini juga dilakukan pada temperature ruang dan tekanan atmosfer dimana ini berbeda dibandingkan teknik lain yang dilakukan pada tekanan yang sangat tinggi seperti Supercritical Antisolvent Precipitation (SAS). Karakteristik partikel ketika dikeringkan dengan menggunakan uap etanol antipelarut atau dengan udara panas akan dipelajari. Kemudian, kombinasi paparan antara uap etanol antipelarut dan udara panas diyakini akan mendapatkan hasil yang diinginkan dengan memperhatikan laju adsorpsi etanol (detik) dan kelembapan relatif (RH%).
Dapat dilihat pada 50 detik dengan RH 90% dan 60 detik pada RH 80%, akan menghasilkan bentuk partikel bulat mikro yang seragam. Ini mengindikasikan bahwa semakin lama laju adsorpsi pada RH% yang tinggi akan menghasilkan morfologi partikel yang diharapkan. Ukuran droplet di dapat pada rentang 25-35 µm dengan ukuran partikel ketika dikeringkan adalah 0.15–0.8 μm. Pengukuran droplet dilakukan dengan menggunakan ImageJ® yang di dapat melalui observasi mikroskop dan metode In-line holografi. Sedangkan, pengukuran partikel dianalisa dengan menggunakan SEM. Dengan kemiripan morfologi partikel yang didapatkan melalui eksperimen ini, teknik baru ini diyakini lebih menguntungkan secara ekonomis dibandingkan SAS.

The research was conducted in modified spray drying system since the technique offers uniform microspheres particles and rapid dehydration rate in very short time. This was also done in normal temperature and atmospheric pressure which is different than spray drying system conducted in high pressure like Supercritical Antisolvent Precipitation (SAS). The characteristic of particles when it is dried by ethanol vapor or by hot air will be studied. Then, the combination of drying time between ethanol vapor and hot air drying leads to the expected result by considering preferable ethanol adsorption time rate (seconds) and relative humidity (RH%).
It was observed that 50 and 60 seconds with RH 90 and 80%, respectively, will initiate better formation of microspheres particles which means, the longer time and higher RH% is the better. Furthermore, the droplets size of aqueous is in the average of 25-35μm and size of the particles is in the range of 0.15–0.8 μm. The measurement of droplet size was done by ImageJ® from microscope and In-line holography observation while the particles were measured and analysed by SEM. With similar particles morphology resulted by this research to existing process like SAS, this experiment is economically more advantageous than SAS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>