Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avia Athalia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi antara musikus dan non-musikus. Sampel penelitian ini merupakan musikus dan non-musikus yang dibagi berdasarkan aktivitas musik individu mengacu pada Hanna-Plady dan MacKay (2011), berusia 19 ? 40 tahun yang berjumlah 679 orang terdiri atas 338 musikus dan 341 nonmusikus. Tingkat kesehatan mental dalam penelitian ini diukur menggunakan Mental Health Inventory-5 (MHI-5) yang dikembangkan oleh Veit dan Ware (1983), dan kemampuan regulasi emosi diukur dengan Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) yang dikembangkan oleh Gratz dan Roemer (2003). Hasil dari penelitian ini menemukan adanya perbedaan tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi yang signifikan antara musikus dan nonmusikus. Kelompok musikus pada penelitian ini memiliki tingkat kesehatan mental dan kemampuan regulasi emosi yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok nonmusikus.

ABSTRACT
The objective of this study is to know the mental health condition and emotion regulation skill difference between musicians and non-musicians. Participants of this study are musicians and non-musicians that are divided by their musical activity refers to the classification of Hanna-Plady and MacKay (2011), aged 19-40 years. There are 679 participants in total which consist of 338 musicians and 341 non-musicians. Mental health was measured using the Mental Health Inventory-5 (MHI-5) developed by Veit and Ware (1983), and emotion regulation was measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS) developed by Gratz and Roemer (2003). This research found that there is a significant difference between musicians and non-musicians in mental health and emotion regulation. The musicians have significantly higher level of mental health and emotion regulation compared to non-musicians."
2016
S62790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfita Noor Amalia
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk melihat perbandingan kepribadian dan
kesehatan mental pada musikus dan nonmusikus. Pengukuran terhadap kepribadian
dilakukan dengan menggunakan instrumen The Mini-IPIP dan kesehatan mental
diukur dengan menggunakan Mental Health Inventory 5 (MHI-5). Penelitian ini
melibatkan 679 partisipan yang terdiri dari 338 musikus dan 341 nonmusikus.
Adapun musikus yang dimaksud merupakan individu dengan pengalaman bermusik
setidaknya 10 tahun, dapat memainkan instrumen musik dan membaca partitur,
berkegiatan musik secara rutin, serta pernah mendapatkan edukasi atau pelatihan
musik. Sedangkan, nonmusikus yang dimaksud merupakan individu yang tidak
pernah mendapatkan edukasi atau pelatihan musik, tidak mampu memainkan
instrumen dan atau membaca partitur. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa dari
segi kepribadian musikus memiliki neuroticism yang rendah (Sig.= 0.006) dan
openness to experience yang tinggi dibandingkan dengan musikus (Sig.= 0.002).
Sedangkan, dalam hal kesehatan mental musikus memiliki kesehatan mental yang
lebih baik dibandingkan dengan nonmusikus (Sig.= 0.00).

ABSTRACT
This research is aimed to find out a comparison of personality as well as
mental health between musicians and non-musicians. The personality was
measured using The Mini-IPIP as the instrument, while the mental health was
measured using Mental Health Inventory 5 (MHI-5). The research involved a total
of 679 participants, consisted of 388 musicians and 341 non-musicians. Musicians
in this research are defined as the individuals who have had experience in music of
at least 10 years, play the musical instruments regularly, and have received
education and or training in music. On the other hand, non-musicians are
individuals who have never received education or training in music, and are not
capable of playing either the musical instruments or reading music. The result
shows that the musicians have lower neuroticism in terms of personality (Sig.=
0.006), but higher openness to experience (Sig.= 0.002). On the contrary, in terms
of the mental health, the musicians have higher score on than the non-musicians
(Sig.= 0.00)."
2016
S62687
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christ Billy Aryanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan subjective well-being antara musisi dan non-musisi. Sampel penelitian ini merupakan musisi dan non-musisi yang dibagi berdasarkan aktivitas musikal yang dilakukan sepanjang hidupnya (Hanna-Plady & MacKay, 2011) berusia 18 ? 40 tahun yang berjumlah 123 orang. Musisi merupakan individu yang sudah memiliki pengalaman bermain musik selama 10 tahun secara teratur dan pernah mengikuti pendidikan musik formal berjumlah 55 orang. Nonmusisi merupakan individu yang tidak bisa bermain musik, tidak bisa membaca not balok, dan tidak pernah menerima pendidikan musik secara formal berjumlah 68 orang. Subjective well-being diukur menggunakan Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985) untuk mengukur evaluasi kognitif dan Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, dan Tellegen (1988) untuk mengukur evaluasi afektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musisi memiliki tingkat subjective wellbeing yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan non-musisi.

The objective of this study is to know the subjective well-being comparison between musician and non-musician. Participants of this study is musician and non-musician which is divided based on the musical activity throughout their lifespan (Hanna-Pladdy & MacKay, 2011) aged 18 - 40 years with the amounts of 123 participants. Musician is a person who had played a musical instrument on a regular basis for at least 10 years and joined formal musical training with the amounts of 55 participants. Non-musician is a person who had never played music, cannot read music notes, and never received formal musical training with the amounts of 68 participants. Subjective well-being was measured using the Satisfaction with Life Scale (SWLS) developed by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985) to measure cognitive evaluation and Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) developed by Watson, Clark, and Tellegen (1988) to measure affective evaluation. The result showed that the musicians have a higher level of subjective well-being significantly than non-musicians."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrew Setiono
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kemampuan regulasi emosi terhadap masalah mental emosional pada mahasiswa tahun pertama Universitas Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dan cross-sectional. Partisipan (N = 255) merupakan mahasiswa Universitas Indonesia angkatan 2019 yang berusia 17-21 (M = 18,29, SD = 0,743) dan sebagian besar perempaun (n = 147). Kemampuan regulasi emosi mahasiswa diukur menggunakan alat ukur DERS, sementara masalah mental emosional mahasiswa diukur menggunakan alat ukur SRQ-20. Hasil analisis menggunakan logistic regression menunjukkan bahwa kemampuan regulasi emosi secara signifikan memengaruhi masalah mental emosional mahasiswa berdasarkan kriteria Wald test, χ2 (1, N = 255) = 51,435, OR = 1,098, p < 0,001. Penurunan kemampuan regulasi emosi meningkatkan kemungkinan mengalami masalah mental emosional sebanyak 1,1 kali lebih besar. Sementara itu, jenis kelamin sebagai variabel kontrol juga secara signifikan memengaruhi masalah mental emosional mahasiswa, χ2 (1, N = 255) = 4,665, OR = 1,922, p < 0,05. Perempuan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami masalah mental emosional sebanyak 2 kali lebih besar dari laki-laki.

This study aims to look at the effect of emotion regulation ability on mental-emotional problems in first-year students at University Indonesia. Non-experimental and crosssectional research design were used. Participants (N = 255) were Universitas Indonesia students from class 2019 aged between 17-21 (M = 18.29, SD = 0.743) and mostly women (n = 147). The emotional regulation ability was measured using the Difficulties in Emotion Regulation Scale (DERS), while the students' mental-emotional problems were measured using the SRQ-20. Results of the logistic regression showed that emotion regulation ability significantly influenced students' mental-emotional problems based on the Wald test criterion, χ2 (1, N = 255) = 51.435, OR = 1.098, p <0.001. Decreased emotional regulation ability increases the likelihood of experiencing mentalemotional problems by as much as 1.1 times greater. Moreover, gender as a control variable also significantly influenced students' mental-emotional problems, χ2 (1, N = 255) = 4.665, OR = 1.922, p <0.05. Women had a higher risk of experiencing mentalemotional problems than men."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapti Sumarmo Markam
Jakarta: UI-Press, 1994
PGB 0395
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Ceisha Kartika Novianti
"Anak usia prasekolah rentan mengalami permasalahan regulasi emosi yang berdampak pada aspek psiko-sosial dan akademik, baik pada saat ini maupun usia mendatang. Regulasi emosi anak terbukti berhubungan dengan regulasi emosi ibu dan sosialisasi emosi juga terbukti mampu berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Penelitian ini ingin mengetahui peran sosialisasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Penelitian kuantitatif dengan desain korelasional ini melibatkan 205 ibu dari anak usia prasekolah (3-6 tahun) sebagai partisipan.
Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa tidak terdapat direct effect yang signifikan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah dan tidak terdapat indirect effect yang signifikan melalui sosialisasi emosi secara supportive, tetapi terdapat indirect effect yang ditemukan signifikan melalui sosialisasi emosi secara unsupportive dalam memediasi hubungan antara regulasi emosi ibu dan anak usia prasekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi ibu tidak dapat berhubungan secara langsung dengan regulasi emosi anak usia prasekolah, tetapi harus melewati sosialisasi emosi secara unsupportive terlebih dahulu untuk berhubungan dengan regulasi emosi anak usia prasekolah.

Preschool-aged children are vulnerable to emotional regulation problems that have an impact on psycho-social and academic aspects, both now and in the future. Children's emotional regulation has been shown to be related to maternal emotion regulation and emotional socialization has also been shown to be able to act as a mediator in this relationship. The current study examined the role of emotion socialization as a mediator of the relations between maternal emotional regulation and emotion regulation of preschool-aged children. This quantitative study with a correlational design involved 205 mothers of preschool children (3-6 years old) as participants.
Results of the mediation analysis revealed that there was no significant direct effect between the maternal emotion regulation and preschool-aged children was not significant, and there was no significant indirect effect through supportive emotional socialization, whereas there was significant indirect effect through unsupportive emotional socialization in mediating the relationship between maternal emotion regulation and preschool-aged children. Therefore, it can be concluded that maternal emotional regulation cannot be directly related to emotional regulation of preschool-aged children, but must pass through unsupportive emotional socialization first to correlate with emotional regulation of preschool-aged children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurizzati Sharfina
"Perundungan oleh sebaya merupakan fenomena yang penting untuk dibahas karena dampaknya yang terbukti negatif pada regulasi emosi kognitif remaja akhir. Sementara itu, penelitian terdahulu menemukan bahwa perkembangan regulasi emosi kognitif dipengaruhi oleh sosialisasi emosi ibu. Penelitian ini ingin melihat peran moderasi sosialisasi emosi ibu terhadap hubungan antara perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif remaja akhir. Remaja akhir (N=111) yang pernah mengalami perundungan di SMA diuji menggunakan Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), dan Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version untuk mengukur pengalaman perundungan oleh sebaya, regulasi emosi kognitif, dan persepsi sosialisasi emosi ibu, secara berurutan. Analisis statistik simple moderation menunjukkan bahwa sosialisasi emosi suportif ibu memoderasi hubungan perundungan oleh sebaya dan regulasi emosi kognitif kurang adaptif. Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu perundungan oleh sebaya diukur secara retrospektif sehingga pemaknaan partisipan terhadap ingatan pengalaman perundungan mereka dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selanjutnya, penelitian terkait perundungan sebaiknya dilakukan dalam rentang waktu yang tidak terlalu jauh dari pengalaman partisipan.

Peer victimization is an important phenomenon to be discussed since it has proven to be harmful to adolescents’ cognitive emotion regulation. Meanwhile, studies have shown that the development of cognitive emotion regulation is influenced by maternal emotion socialization. This study aimed to explore the role of maternal emotion socialization in moderating the relationship of peer victimization and cognitive emotion regulation of late adolescents. Late adolescents (N=111) who have experienced peer victimization in high school were tested with Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS), Cognitive Emotion Regulation Questionnaire (CERQ), and Emotion as A Child Scale (EAC) Abbreviated version to measure peer victimization, cognitive emotion regulation, and maternal emotion socialization, respectively. Simple moderation analysis showed that maternal emotion socialization moderates peer victimization and maladaptive cognitive emotion regulation. Current research has a limitation in which peer victimization was measured retrospectively, thus adolescents’ meaning of their memories being victimized could affect the research’s result. Furthermore, research in peer victimization should be done in which peer victimization takes place."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmayanti
"Menjalani kehidupan sebagai generasi sandwich menyebabkan seseorang memiliki tanggungan diri sendiri, anak, orangtua, dan mungkin kakek atau nenek dalam waktu bersamaan. Situasi ini menimbulkan berbagai faktor risiko yang dapat memengaruhi kesejahteraan subjektif dalam dirinya. Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan antara regulasi emosi positif dengan kesejahteraan subjektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara regulasi emosi dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich di Indonesia. Penelitian ini bersifat korelasional dengan melibatkan responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun (N=146). Terdapat dua alat ukur penelitian yang digunakan yaitu, skala kesejahteraan subjektif dan skala regulasi emosi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara regulasi emosi dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich.

Life as the sandwich generation causes a person to have dependents for themselves, children, parents, and maybe grandparents at the same time. This situation raises various risk factors that can affect subjective well-being in him. Several studies said that there is a relationship between positive emotion regulation and subjective well-being. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between emotion regulation and subjective well-being of the sandwich generation in Indonesia. This research is correlational by involving sandwich generation respondents aged 35-60 years (N=146). There are two scales used, namely, the subjective well-being scale and the emotional regulation scale. The results of the analysis show that there is no significant positive relationship between emotion regulation and subjective well-being in the sandwich generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shania Novliarahma
"Gangguan dalam perkembangan bahasa menghambat anak usia prasekolah untuk berinteraksi dengan kemudahan dan kelancaran yang setara dengan anak pada umumnya dan hal itu dapat memicu masalah emosi. Anak usia prasekolah yang mengalami gangguan perkembangan bahasa juga mengalami kesulitan dalam meregulasi emosi mereka dengan baik. Penelitian ini berupaya untuk mencari tahu strategi regulasi emosi apa saja yang digunakan oleh anak di usia prasekolah dengan perkembangan bahasa atipikal, serta membandingkannya dengan strategi regulasi emosi yang digunakan anak usia prasekolah dengan perkembangan bahasa tipikal. Partisipan penelitian ini terdiri 119 orang tua/pengasuh dari anak usia prasekolah (3-5 tahun). Data dalam penelitian ini diambil menggunakan Speech and Language Developmental Milestones (SLDM) untuk membedakan partisipan berdasarkan perkembangan bahasa anak (atipikal dan tipikal). Selain itu, Emotion Regulation Skills Questionnaire (ERSQ) digunakan untuk mengukur strategi regulasi emosi anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi regulasi emosi yang dominan digunakan oleh kelompok atipikal adalah venting, support seeking, dan comfort seeking. Hasil analisis statistik diferensial menunjukkan bahwa ada perbedaan strategi regulasi emosi antara kelompok atipikal dan tipikal. Untuk ke depannya, penelitian ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan menggunakan metode penelitian lain agar dapat memperdalam pemahaman mengenai strategi regulasi emosi anak usia prasekolah berdasarkan perkembangan bahasa.

Preschool children with language difficulties are at risk of experiencing more socio-emotional related problems compared to those who are typically developed. Previous studies have also found that language difficulties may negatively affect preschool childrens' emotion regulation skills. The purpose of this study is to find out which emotion regulation strategies are most likely to be used by preschool children with an assumed language difficulty (atypical) and to compare them with those who are typically developed. A total of 119 participants consisted of parents/caregivers of preschool children (3-5 years) were grouped based on child language development (atypical and typical) using the Speech and Language Developmental Milestones (SLDM). Childrens' emotion regulation strategies were measured using the Emotion Regulation Skills Questionnaire (ERSQ). Results showed that preschool children in the atypical group tend to use venting, support seeking, and comfort seeking to regulate their emotions. Differential test results showed that there is a significant difference of emotion regulation strategies between preschool children in both language development groups. Future studies are to be improved by using different research methods in order to obtain a deeper understanding of emotion regulation strategies in preschool children based on their language development."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Arini
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja. Perceived social support diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social
Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) sedangkan kesehatan mental diukur menggunakan Mental Health Continuum-Short Form (MHC-SF) yang dikembangkan oleh Keyes (2002). Penelitian ini melibatkan anak jalanan usia remaja sebanyak 60 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan kesehatan mental pada anak jalanan usia remaja (r
= 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social support and mental health among adolescent street children. Perceived social support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF) that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens participated in this study. The result show positive and significant correlation between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01, two tailed).;This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed), This study was conducted to investigate correlation between perceived social
support and mental health among adolescent street children. Perceived social
support was measured by Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) that developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) and
mental health was measured by Mental Health Continuum-Short Form (MHCSF)
that developed by Keyes (2002). A sample 0f 60 adolescent street childrens
participated in this study. The result show positive and significant correlation
between perceived social support and mental health (r = 0,377, n = 60, p < 0,01,
two tailed)]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>