Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nita Azka Nadhira
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh modifikasi standar diet diabetes melitus terhadap penurunan sisa makanan lunak pasien diabetes melitus. Sisa makanan diukur dengan metode food weighing, sedangkan karakteristik dan penilaian pasien terhadap kualitas makanan RS diukur dengan wawancara dan pengisian kuesioner. Desain studi yang digunakan adalah eksperimental kuasi serial waktu. Sebanyak 12 orang pasien diabetes melitus yang dirawat di kelas III Gedung A RSCM diamati sisa makanan, selera makan, dan penilaiannya terhadap kualitas makanan RS selama tiga hari. Pada hari pertama pasien diberikan makanan sesuai standar diet diabetes melitus RSCM. Pada hari kedua hingga ketiga pasien diberikan intervensi berupa makanan sesuai standar diet diabetes melitus RSCM modifikasi untuk makanan lunak, kemudian sisa makanan pasien hari pertama dan rata-rata hari kedua dan ketiga akan dibandingkan.
Hasil menunjukkan bahwa sisa makanan pasien sesudah intervensi mengalami penurunan yang signifikan (p=0,001). Rata-rata total berat sisa makanan lunak sesudah intervensi (571+381,6 gr) 31,9% lebih sedikit dibanding saat sebelum intervensi (839+471 gr). Usia dan lama masa rawat inap diketahui menjadi variabel perancu dalam intervensi. Penerapan standar diet diabetes melitus modifikasi untuk makanan lunak ini dapat dijadikan alternatif untuk meminimalisasi kejadian sisa makanan pada pasien. Selain itu, diharapkan ahli gizi dapat mengoptimalikan edukasi kepada pasien terutama pasien lansia dan/atau yang baru masuk rumah sakit agar lebih termotivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan RS.

The objective of this study was to examine the effect of diabetes mellitus diet standard modification on diabetic patients decreased plate waste on soft food. Patients plate waste measured by food weighing method. Moreover, patients characteristics, appetite, and evaluation towards the quality of hospital food measured by interview and questionnaire. A time series quasi experimental study was conducted on twelve subjects in third class wards on RSCM A building. Subjects plate waste, appetite, and evaluation towards the quality of hospital food were observed for three days. On the 1st day, patients were given foods based on RSCM?s diabetes mellitus diet standard. After that, intervention were given to patients; food based on RSCM?s diabetes mellitus diet standard modified for soft food on the 2nd up to 3rd day. The plate waste before and after intervention were compared afterwards.
The results showed that patients plate waste after intervention were significantly less than those before intervention (p=0,001). The overall mean plate waste after intervention (571+381,6 gr) was 31,9% lower than before intervention (839+471 gr). Age and length of stay are shown as a confounding variables in the intervention. The implementation of diabetes mellitus diet standard modified for soft food can be an alternative to minimze plate waste on diabetic patients with soft food diet. In addition, dietitian should optimalize the education for the patients especially older and/or newly hospitalized patients, so that they can be more motivated in finishing the food given.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyati
"Diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Tahun 2012 didapatkan data sebesar 80% kematian terjadi akibat diabetes. kondisi ini berhubungan dengan terjadinya komplikasi serius pada pasien diabetes yaitu adanya hipoglikemi, ketoasidosis, gangguan sirkulasi (makrovaskuler dan mikrovaskuler), neuropati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian terapi prilaku aktivitas (senam kaki) dapat mengurangi gangguan sirkulasi pada pasien diabetes.Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai terapi prilaku aktivitas (senam kaki) pada pasien diabetes untuk memperbaiki gangguan sirkulasi dan dapat mengurangi komplikasi serius tersebut. Hasilnya pada pasien ini adalah tidak terjadi penurunan dalam nilai ABI (achiles brachial index), dan tidak terjadi penurunan sensasi rasa (panas dan nyeri) pada kaki. Rekomendasi penulisan ini adalah agar perawat melakukan pemantauan terhadap perubahan sensasi dan dapat melakukan pemeriksaan ABI.

Diabetics is one of the health problems occurs in urban areas. In 2012, Diabetics is 80% cause of deaths in urban area This condition relates to the occurrence of serious complications in patients with diabetes such as hypoglycemia, ketoacidosis, circulatory disorders (macrovascular and microvascular), and neuropathy. Previous research suggests that behavioral therapy activities (gymnastics feet) can reduce circulation disorders in patients diabetes. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice on behavioral therapy activities (gymnastics feet) in diabetic patients to improve impaired circulation and reduce the serious complications. The result of this study indicates there is no increasing in the patient's ABI (Achiles brachial index), and no declining in the patient's feet sensation (hot and Pain). It is highly recommend that nurses can perform Achiles brachial Index (ABI) monitoring and feeth sensation monitoring periodically.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Chandra Isabella H.
"ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan heterogen ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah. Penyakit ini bisa dikelola dengan mematuhi 4 pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan diet, latihan fisik dan minum obat OHO yang harus dipatuhi seumur hidup. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, bertujuan menggali berbagai pengalaman ketidakpatuhan pasien terhadap penatalaksanaan DM. Delapan Partisipan dipilih sesuai kriteria dengan metoda convenience sampling di RSUPN Dr. CM Jakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang dilengkapi catatan lapangan, direkam kemudian dibuat transkrip verbatim, selanjutnya dianalisis menggunakan metoda Collaizz. Hasil penelitian mengidentifikasi tujuh tema utama yaitu: makanan diit tidak menyenangkan, tidak memahami manfaat diit menyebabkan ketidakpatuhan, tidak memahami manfaat latihan fisik untuk penatalaksanaan DM, alasan usia sudah lanjut, keterbatasan fisik menyebabkan tidak melakukan latihan fisik, pemahaman yang salah tentang manfaat obat, gagal mematuhi minum obat karena alasan ekonomi. Penelitian menyimpulkan bahwa pasien DM tidak patuh terhadap penatalaksanaan DM dengan alasan terbanyak adalah karena tidak memahami manfaat penatalaksanaan DM. Hasil penelitian mengimplikasikan perlunya pemberian pendidikan kesehatan berkelanjutan khususnya di area keperawatan medikal bedah untuk meningkatkan kepatuhan pasien DM. Peneliti menyarankan perlunya peningkatan kemampuan perawat memberikan pendidikan kesehatan, merancang program untuk meningkatkan kepatuhan pasien dan penelitian lanjutan dengan fenomenologi untuk menggali kepatuhan masing-masing pilar secara khusus
Diabetes Mellitus (DM) is a heterogeneous disorder with improvement of blood glucose. The disease can be treated by using 4 pillars of handling of DM. The pillars are health education, planning of diet, physical exercise, and the using of medicine which have to use for a lifetime. This qualitative study adopted phenomenological approach which goal was to explore various experiences of patient’s non-adherence to the treatment of diabetes mellitus. Participants were selected according to certain criteria by using convenience method. Eight participants who participated in this study had experience of non-adherence to the treatment of diabetes mellitus in RSUPN Dr. CM Jakarta. Data were collected through in depth interview process in two phases and accompanied by field notes. The interview was recorded and converted in to verbatim transcript and then analysed by using Collaizz’s method. The results identified seven major themes which consist of unhappiness diet, not understand about the benefit of diet which made non-adherence, not understand about the benefit of physical exercise for the treatment of diabetes mellitus, the age is old, physical disability makes patient didn’t do physical exercise, incorrect understanding about the benefit of medicine, fail to adhere taking medicine because of economic’s reason. This study concludes that the most reasons of patient’s non-adherence to the treatment of diabetes mellitus is “not understand the benefit of adhering the treatment of diabetes mellitus”. The results of this research give implication about the necessary of giving health education continuously, especially in medical surgical nursing area to improve the adherence of patient with diabetes mellitus. Researcher suggests the need of nursing skills improvement about how to give a good health education, make a program to improve patient’s adherence, and make other research to explore patient’s adherence with 4 pilars specificly.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie Nomiko
"Diabetes Mellitus (DM) rnerupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah (hiperglikenia). Prevalansi DM saat ini berkisar antara 1,4 % sampai dengan 1,6 %. Menurut WHO pada tahun 2020 diperkirakan jumlah pasienDM di Indonesia sebesar 86 %- 138 % dibandingkan kenaikan penduduk Indonesia Pada Periode Yang sama Yang hanya 40 %. Pemberian diet masih merupakan salah satu cara untuk menjaga agar kadar gula tetap normal. Oleh karena itu ketidakdisiplinan dan ketidakpatuhan klien DM terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan (program diet) merupakan Salah satu kendala pada pelayanan diabetes.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang akan mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dalam penatalaksanaan diet yang dialami. Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap B lantai IV kanan dan V kanan RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada tanggal 14 Mei 2001 sampai dengan 2 Juni 2001.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana. Sampel yang digunakan berjumlah 28 sampel, sampel adalah klien DM dengan kriteria bisa baca tulis dan bersedia mengisi kuisioner, mendapat terapi diet dan sedang mengalami rawat inap di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa sebagian besar sampel berusia lebih dari 60 tahun (35,71 %), berpendidikan SD (32,l4 %), berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (42,815 %).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM ferhadap penalalaksanaan diet didapatkan bahwa faktor pengetahuan sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,5 dan Standar Deviasi 0,67. Faktor sosial budaya mempengaruhi kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,2 dengan SD 0,64. Faktor dukungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat kepatuhan dengan rata-rata skor 13,2 dan SD 0,84 serta faktor motivasi mempengaruhi tingkat kepatuhan klien DM dengan rata-rata skor 12,6 dan SD 1,47.
Hasil penelitian merekomendasikan untuk penelitian Iebih Ianjut agar dapat dikembangkan lagi penelitian korelatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan menjalani diet yang dibatasi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5061
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agil Bredly Musa
"Hingga saat ini, belum ada penanda biologis yang menggambarkan kondisi penyakit ginjal kronik (PGK) akibat diabetes melitus (DM) sejak dini. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara rasio albumin kreatinin urin (Urine Albumin Creatinine Ratio, UACR) dengan laju filtrasi glomerulus yang diestimasi (estimated Glomerular Filtration Rate, eGFR) sebagai penanda gangguan fungsi ginjal pada pasien DM tipe 2 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel urin dan serum diambil dari 18 subjek sehat dan 10 pasien DM tipe 2. Metode spektrofotometri digunakan untuk mengukur kadar albumin urin, kreatinin urin dan kreatinin serum. Data lain diperoleh dari kuesioner.
Hasilnya, nilai eGFR pasien DM (68,85 ± 15,36 (Cockroft); 73,94 ± 16,30 (CKD-EPI)) lebih rendah dibandingkan dengan subjek sehat (90,51 ± 15,69, p < 0,01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), sedangkan nilai UACR pasien DM (314,99 ± 494,92) lebih tinggi dibandingkan dengan subjek sehat (0,48 ± 0,75, p < 0,01). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara UACR dengan eGFR pasien DM.

Until now, no biological marker that describes the condition of chronic kidney disease (CKD) due to diabetes mellitus (DM) from the outset. This study aimed to determine the relationship between urine albumin creatinine ratio (UACR) with estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) as a marker of renal dysfunction at type 2 diabetes mellitus patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Urine and serum samples taken from 18 healthy subjects and 10 type 2 diabetic patients. Spectrophotometric methods used to measure levels of urinary albumin, urinary creatinine and serum creatinine. Other data obtained from questionnaires.
Results, eGFR values were lower in DM patients (68.85 ± 15.36 (Cockroft); 73.94 ± 16.30 (CKD-EPI)) compared with healthy subjects (90.51 ± 15.69, p < 0.01 (Cockcroft); 91,13 ± 21,21, p < 0,05 (CKD-EPI)), while the value of UACR in DM patients (314.99 ± 494.92) was higher than healthy subjects (0.48 ± 0.75, p < 0.01). However, there was no significant correlation between UACR with eGFR of DM patients.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42858
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Andreanne Rafa Ayusha
"Latar Belakang Diabetes mellitus telah menjadi permasalahan kesehatan serius, baik secara global maupun di Indonesia. Salah satu komplikasi serius dari diabetes mellitus adalah ulkus kaki diabetes, yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Identifikasi faktor risiko ulkus kaki diabetes sangat penting dilakukan, sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan secara tepat dan efisien. Data epidemiologi mengenai hal ini di Indonesia masih terbatas, terkhusus di RSCM dengan studi terakhirnya menggunakan data tahun 2012. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko ulkus kaki diabetes di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode Penelitian ini merupakan studi observasional potong lintang. Sampel penelitian adalah pasien diabetes mellitus di RSCM pada Januari—Juni 2022, dengan metode total sampling. Data yang dianalisis berupa data demografis (usia, jenis kelamin) dan faktor risiko (status hipertensi, obesitas, kontrol gula darah, kadar HbA1c, durasi mengidap diabetes), yang diperoleh dari rekam medis pasien. Data kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel untuk mengetahui persentase masing-masing faktor risiko. Hasil Hasil penelitian menunjukkan distribusi demografi sebagai berikut: 90,38% pasien berusia lebih dari 45 tahun dengan 55,77% pasien berusia lebih dari 60 tahun, serta 55,77% berjenis kelamin laki-laki dan 44,23% berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan distribusi faktor risiko sebagai berikut: 36,54% pasien mengalami obesitas, 78,85% pasien mengalami hipertensi, 86,54% pasien memiliki kadar HbA1c ≥ 6,4%, 82,69% pasien memiliki riwayat kadar gula darah yang tidak terkontrol, serta 84,62% pasien mengidap DM lebih dari 5 tahun dengan di antaranya, 53,85% mengidap DM lebih dari 10 tahun. Kesimpulan Melalui penelitian ini, dapat diketahui persentase masing-masing faktor risiko pada sampel. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya, ataupun sebagai untuk mengembangkan strategi pencegahan ulkus kaki diabetes.

Introduction Diabetes mellitus has become a serious health issue both globally and in Indonesia. One of the serious complications of diabetes mellitus is diabetic foot ulcers, which can lead to mortality and morbidity. The identification of risk factors for diabetic foot ulcers is crucial to improve prevention efforts accurately and efficiently. Epidemiological study on this topic in Indonesia are still limited, especially at the National Central General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), with its last study using data from 2012. Therefore, this study aims to identify risk factors for diabetic foot ulcers in patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM). Method This study is an observational cross-sectional study. The sample consists of diabetes mellitus patients at RSCM from January to June 2022, utilizing a total sampling method. The data include demographic characteristics (age, gender) and risk factors (hypertension status, obesity, blood sugar control, HbA1c levels, diabetic duration) extracted from patient medical records. Microsoft Excel was employed for data analysis to determine the percentage of each risk factor. Results The research findings revealed the following demographic distribution: 90.38% of the patients were over 45 years old, with 55.77% of them being over 60 years old. Additionally, 55.77% of the participants were male, while 44.23% were female. The study also demonstrated the distribution of risk factors as follows: 36.54% of the patients were obese, 78.85% had hypertension, 86.54% had HbA1c levels ≥ 6.4%, 82.69% had a history of uncontrolled blood sugar levels, and 84.62% had been diagnosed with diabetes mellitus for over 5 years, among which 53.85% had been living with diabetes for more than 10 years. Conclusion This research provides insights into the percentage distribution of each risk factor within the sample population. The findings can serve as a reference for future research or as a basis for developing preventive strategies for diabetic foot ulcers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Wati
"[ABSTRAK
Nama WidiaWatiNPM 1206195810Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Medikal BedahJudul Penerapan Asuhan Keperawatan Model Self Care Orem pada Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus di RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin kerja insulin atau keduanya yang ditandai dengan Hiperglikemia Kondisi hiperglikemia yang tidak teratasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik komplikasi akut maupun kronik Salah satu komplikasi kronik adalah ulkus diabetes Seiring dengan meningkatnya jumlah kejadian DM maka prevalensi ulkus diabetes akan meningkat juga Di Indonesia ulkus diabetes dan ganggren merupakan komplikasi diabetes yang paling banyak dirawat di rumah sakit Penanganan ulkus diabetes yang tidak optimal menyebabkan meningkatnya hari rawat inap Kondisi luka menimbulkan gangguan pemenuhan kebutuhan perawatan diri bagi pasien Perawat berperan penting dalam membantu pemenuhan Self Care pasien Untuk itu penerapan asuhan keperawatan model Self Care Orem berfokus pada kemampuan individu dalam melakukan tindakan perawatan mandiri mengenali dan mengatur kebutuhan perawatannya Penerapan Evidence Based Nursing adalah terapi Progressive Muscle Relaxation PMR dan latihan nafas merupakan latihan untuk meningkatkan kontrol glikemik dan menurunkan tingkat stress pada pasien DM tipe 2 Sedangkan Inovasi Keperawatan yang diberikan bertujuan meningkatkan Self Care dengan cara meningkatkan kemampuan pasien dalam Self Health Assessment Kata kunci Diabetes melitus Ulkus diabetes Model Self Care Orem ABSTRAK Nama WidiaWatiNPM 1206195810Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Medikal BedahJudul Penerapan Asuhan Keperawatan Model Self Care Orem pada Pasien Diabetes Melitus dengan Ulkus di RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin kerja insulin atau keduanya yang ditandai dengan Hiperglikemia Kondisi hiperglikemia yang tidak teratasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik komplikasi akut maupun kronik Salah satu komplikasi kronik adalah ulkus diabetes Seiring dengan meningkatnya jumlah kejadian DM maka prevalensi ulkus diabetes akan meningkat juga Di Indonesia ulkus diabetes dan ganggren merupakan komplikasi diabetes yang paling banyak dirawat di rumah sakit Penanganan ulkus diabetes yang tidak optimal menyebabkan meningkatnya hari rawat inap Kondisi luka menimbulkan gangguan pemenuhan kebutuhan perawatan diri bagi pasien Perawat berperan penting dalam membantu pemenuhan Self Care pasien Untuk itu penerapan asuhan keperawatan model Self Care Orem berfokus pada kemampuan individu dalam melakukan tindakan perawatan mandiri mengenali dan mengatur kebutuhan perawatannya Penerapan Evidence Based Nursing adalah terapi Progressive Muscle Relaxation PMR dan latihan nafas merupakan latihan untuk meningkatkan kontrol glikemik dan menurunkan tingkat stress pada pasien DM tipe 2 Sedangkan Inovasi Keperawatan yang diberikan bertujuan meningkatkan Self Care dengan cara meningkatkan kemampuan pasien dalam Self Health Assessment Kata kunci Diabetes melitus Ulkus diabetes Model Self Care Orem ABSTRACT Name WidiaWatiNPM 1206195810Study Program Postgraduate of Nursing Science programTitle Nursing care by Orem rsquo s self care model application for diabetes mellitus patient with diabetic ulcer in RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes mellitus is metabolic disease because alter secretion act of insulin or both showed by hyperglycemia Hyperglycemia uncontrolled can cause complication either acute or chronic One of chronic complication is diabetic ulcer Increasing prevalence of diabetes could be assumed that could increase prevalence of diabetic ulcer either In Indonesia diabetic ulcer and gangrene were the most diabetes complication that was hospitalized Care of diabetic ulcer that was not optimal could cause length of stay LOS in hospital Diabetic ulcer could cause needs of self care demand disturbance for patient Nurse had important role in help self care demand for patient For that reason application of nursing care with self care Orem model focused on individual ability to do self care recognize and regulate care requirement Evidence Based Nursing about Progressive Muscle Relaxation PMR therapy and breathing exercise for enhance blood glucose control and reduce stress level in diabetes type 2 patient whereas nursing innovation purposed to enhance self care through increasing patient ability for Self Health Assessment Keywords Diabetes mellitus diabetic ulcer Orem rsquo s Self Care Model;ABSTRACT Name WidiaWatiNPM 1206195810Study Program Postgraduate of Nursing Science programTitle Nursing care by Orem rsquo s self care model application for diabetes mellitus patient with diabetic ulcer in RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes mellitus is metabolic disease because alter secretion act of insulin or both showed by hyperglycemia Hyperglycemia uncontrolled can cause complication either acute or chronic One of chronic complication is diabetic ulcer Increasing prevalence of diabetes could be assumed that could increase prevalence of diabetic ulcer either In Indonesia diabetic ulcer and gangrene were the most diabetes complication that was hospitalized Care of diabetic ulcer that was not optimal could cause length of stay LOS in hospital Diabetic ulcer could cause needs of self care demand disturbance for patient Nurse had important role in help self care demand for patient For that reason application of nursing care with self care Orem model focused on individual ability to do self care recognize and regulate care requirement Evidence Based Nursing about Progressive Muscle Relaxation PMR therapy and breathing exercise for enhance blood glucose control and reduce stress level in diabetes type 2 patient whereas nursing innovation purposed to enhance self care through increasing patient ability for Self Health Assessment Keywords Diabetes mellitus diabetic ulcer Orem rsquo s Self Care Model;ABSTRACT Name WidiaWatiNPM 1206195810Study Program Postgraduate of Nursing Science programTitle Nursing care by Orem rsquo s self care model application for diabetes mellitus patient with diabetic ulcer in RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes mellitus is metabolic disease because alter secretion act of insulin or both showed by hyperglycemia Hyperglycemia uncontrolled can cause complication either acute or chronic One of chronic complication is diabetic ulcer Increasing prevalence of diabetes could be assumed that could increase prevalence of diabetic ulcer either In Indonesia diabetic ulcer and gangrene were the most diabetes complication that was hospitalized Care of diabetic ulcer that was not optimal could cause length of stay LOS in hospital Diabetic ulcer could cause needs of self care demand disturbance for patient Nurse had important role in help self care demand for patient For that reason application of nursing care with self care Orem model focused on individual ability to do self care recognize and regulate care requirement Evidence Based Nursing about Progressive Muscle Relaxation PMR therapy and breathing exercise for enhance blood glucose control and reduce stress level in diabetes type 2 patient whereas nursing innovation purposed to enhance self care through increasing patient ability for Self Health Assessment Keywords Diabetes mellitus diabetic ulcer Orem rsquo s Self Care Model;ABSTRACT Name WidiaWatiNPM 1206195810Study Program Postgraduate of Nursing Science programTitle Nursing care by Orem rsquo s self care model application for diabetes mellitus patient with diabetic ulcer in RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes mellitus is metabolic disease because alter secretion act of insulin or both showed by hyperglycemia Hyperglycemia uncontrolled can cause complication either acute or chronic One of chronic complication is diabetic ulcer Increasing prevalence of diabetes could be assumed that could increase prevalence of diabetic ulcer either In Indonesia diabetic ulcer and gangrene were the most diabetes complication that was hospitalized Care of diabetic ulcer that was not optimal could cause length of stay LOS in hospital Diabetic ulcer could cause needs of self care demand disturbance for patient Nurse had important role in help self care demand for patient For that reason application of nursing care with self care Orem model focused on individual ability to do self care recognize and regulate care requirement Evidence Based Nursing about Progressive Muscle Relaxation PMR therapy and breathing exercise for enhance blood glucose control and reduce stress level in diabetes type 2 patient whereas nursing innovation purposed to enhance self care through increasing patient ability for Self Health Assessment Keywords Diabetes mellitus diabetic ulcer Orem rsquo s Self Care Model, ABSTRACT Name WidiaWatiNPM 1206195810Study Program Postgraduate of Nursing Science programTitle Nursing care by Orem rsquo s self care model application for diabetes mellitus patient with diabetic ulcer in RSUPN Cipto Mangunkusumo Diabetes mellitus is metabolic disease because alter secretion act of insulin or both showed by hyperglycemia Hyperglycemia uncontrolled can cause complication either acute or chronic One of chronic complication is diabetic ulcer Increasing prevalence of diabetes could be assumed that could increase prevalence of diabetic ulcer either In Indonesia diabetic ulcer and gangrene were the most diabetes complication that was hospitalized Care of diabetic ulcer that was not optimal could cause length of stay LOS in hospital Diabetic ulcer could cause needs of self care demand disturbance for patient Nurse had important role in help self care demand for patient For that reason application of nursing care with self care Orem model focused on individual ability to do self care recognize and regulate care requirement Evidence Based Nursing about Progressive Muscle Relaxation PMR therapy and breathing exercise for enhance blood glucose control and reduce stress level in diabetes type 2 patient whereas nursing innovation purposed to enhance self care through increasing patient ability for Self Health Assessment Keywords Diabetes mellitus diabetic ulcer Orem rsquo s Self Care Model]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Hanun Shalihah
"Latar belakang: Selulitis merupakan infeksi kulit oleh bakteri atau pioderma yang relatif umum terjadi. Angka kejadian selulitis adalah 24,6 per 1000 penduduk per tahun dengan insiden lebih tinggi pada orang berusia 45-65 tahun, di mana selain usia paruh baya, selulitis juga sering terjadi pada lansia. Selain peningkatan usia, jenis kelamin dan diabetes melitus juga dapat meningkatkan risiko selulitis. Tujuan penelitian ini teranalisisnya hubungan antara usia, jenis kelamin, diabetes mellitus dan selulitis pada pasien rawat inap dan rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Meskipun telah ada penelitian yang meneliti hubungan antara faktor risiko selulitis dan selulitis di negara lain, jumlah penelitian mengenai hubungan tersebut masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti hubungan antara usia, jenis kelamin dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis. Metode: Studi cross sectional dilakukan dengan total 131 subyek. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dan kejadian selulitis (p-value = 0,044), namun tidak ada hubungan antara kejadian selulitis dan jenis kelamin (p-value = 0,433). Selain itu, ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian selulitis (p-value = 0,035). Kesimpulan: Penelitian ini menegaskan bahwa ada hubungan antara usia dan diabetes mellitus dengan kejadian selulitis.

Introduction: Cellulitis is a relatively common bacterial skin infection or pyoderma. The incidence of cellulitis is 24.6 per 1000 population per year with a higher incidence in people aged 45-65 years, where apart from middle age, cellulitis also often occurs in the elderly. In addition to increasing age, gender and diabetes mellitus may also increase the risk of cellulitis. The purpose of this study is to analyze the relationship between age, gender, diabetes mellitus and cellulitis in inpatients and outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Although there have been studies examining the relationship between risk factors for cellulitis and cellulitis in other countries, the number of studies regarding this relationship is still limited. Therefore, further research is needed to examine the relationship between age, gender and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis. Methods: A cross-sectional study was conducted with a total of 131 subjects. The data used is secondary data in the form of patient medical records. Results: Our result shows that there is a relationship between age and the incidence of cellulitis (p-value = 0.044), but there is no relationship between the incidence of cellulitis and gender (p-value = 0.433). In addition, there is a relationship between diabetes mellitus and the incidence of cellulitis (p-value = 0.035). Conclusion: This study confirms that there is a relationship between age and diabetes mellitus with the incidence of cellulitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
"Latar belakang: Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.
Metode penelitian: Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.
Hasil penelitian: Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T8334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>